Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayat, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ANAK DAN REMAJA. Makalah ini
telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam mengerjakan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami memohon maaf jika pembuatan makalah kami kurang baik.
Akhir dari kami berharap semoga makalah tentang ketuhanan ini dapat
memberikan manfaat terhadap pembaca.
Kelompok 09
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................4
1.3 Tujuan...................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Remaja dengan gangguan jiwa pada anak dan remaja..............................5
2.2 Proses Pertumbuhan dengan gangguan jiwa pada anak dan remaja......................5
2.3 Karakteristik Perkembangan pada anak dan remaja...............................................7
2.4 Tugas Perkembangan pada anak dan remaja..........................................................8
2.5 Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan jiwa anak dan remaja ................9
2.6 Landasan Teoritis Keperawatan Jiwa pada anak dan ramaja ...............................12
BAB III TINJAUAN TEORITIS
3.1 Tinjauan Teoritis Perilaku Kekerasan ..................................................................14
3.2 Rentang Respon Marah ........................................................................................14
3.3 Gejala atau Tanda Marah (Perilaku).....................................................................15
3.4 Proses Terjadinya Marah ......................................................................................16
3.5 Proses Terjadinya Perilaku Kekerasan .................................................................17
3.6 Tindakan Keperawatan (Teori)..............................................................................20
BAB IV TINJAUAN KASUS ASKEP 25
4.1 Kasus ASKEP ........................................................................................................25
4.2 Pengkajian ASKEP................................................................................................26
4.3 Intervensi Keperawatan .........................................................................................36
4.4 Implementasi Keperawatan ...................................................................................41
4.5 Evaluasi Keperawatan ...........................................................................................41
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................46
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik
yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut tidak
disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian-bagian anggota badan, meskipun kadang-
kadang gejalanya terlihat pada fisik (Aqib, 2013).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012 angka gangguan jiwa
mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di
dunia. Orang yang mengalami gangguan jiwa sepertiganya tinggal di negara berkembang,
sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu tidak mendapatkan perawatan
(Kementrian Kesehatan 2012).
3
Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 1.728
orang, adapun proposi rumah tangga yang pernah memasung gangguan jiwa berat sebesar
1.655 rumah tangga dari 14,3% terbanyak tinggal di pedasaan, sedangkan yang tinggal
diperkotaan sebanyak 0,7%. Selain itu prevalensi gangguan mental emosional pada
penduduk umur lebih dari 15 tahun di Indonesia secara nasional adalah 6.0% , 37.728
orang dari subjek yang dianalisis. Provinsi dengan prevalensi gangguan mental emosional
tertinggi adalah Sulawesi Tengah (11,6%), Sedangkan yang terendah di lampung
(Riset KesehatanDasar, 2013).
4
BAB II
PEMBAHASAN
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau
12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda (Soetjiningsih,
2007).
Berdasarkan definisi tersebut, dapat kami simpulkan bahwa remaja adalah tahap
tumbuh kembang setelah masa kanak-kanak sampai sebelum memasuki masa dewasa
antara umur 10-18 tahun, yang di dalamnya terjadi perubahan-perubahan secara
biologis dan psikososia.
Lerner dan Hultsch (1983 dalam Agustiani 2006) mengatakan bahwa proses
perubahan dan interaksi antara beberapa aspek yang berubah selama masa remaja,
antara lain:
5
a. Perubahan fisik Rangkaian perubahan yang paling jelas yang nampak dialami oleh
remaja adalah perubahan biologis dan fisiologis yang berlangsung pada masa
pubertas atau pada awal masa remaja, yaitu sekitar umur 11-15 tahun pada wanita
dan 12-16 tahun pada pria. Hormon-hormon baru diproduksi oleh kelenjar endokrin
yang membawa perubahan dalam ciri-ciri seks primer dan memunculkan ciri-ciri
seks sekunder. Gejala ini memberi isyarat bahwa fungsi reproduksi atau
kemampuan untuk mengasilkan keturunan sudah mulai bekerja. Berlangsung pula
pertumbuhan yang pesat pada tubuh dan anggota - anggota tubuh untuk mencapai
proporsi seperti orang dewasa.
b. Perubahan emosionalitas Akibat langsung dari perubahan fisik dan hormonal
adalah perubahan dalam aspek emosionalitas pada remaja. Hormonal menyebabkan
perubahan seksual dan menimbulkan dorongan-dorongan dan perasaan perasaan
baru. Kesimbangan hormonal yang baru menyebabkan individu merasakan hal-hal
yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Keterbatasannya untuk secara kognitif
mengolah perubahan-perubahan baru hal tersebut bisa membawa perubahan besar
dalam fluktuasi emosionalnya. Pengaruh-pengaruh sosial yang juga berubah,
seperti tekanan dari teman sebaya, media masa dan minat pada lawan jenis, remaja
menjadi lebih terorientasi secara seksual. Hal tersebut menuntut kemampuan
pengendalian dan pengaturan baru atas perilakunya.
c. Perubahan kognitif Semua perubahan fisik yang membawa implikasi perubahan
emosional tersebut makin rumit oleh adanya fakta bahwa individu remaja juga
mengalami perubahan kognitif. Perubahan dalam kemampuan berpikir ini
diungkapkan oleh Piaget (1972) sebagai tahap terakhir yang disebut sebagai tahap
formal operation dalam perkembangan kognitifnya.
d. Perubahan psikososial Secara psikologis proses-proses dalam diri remaja semuanya
tengah mengalami perubahan, dan komponen-komponen fisik, fisiologis,
emosional, dan kognitif sedang mengalami perubahan besar. Pada saat remaja
mengalami semua keprihatinan tersebut, yaitu pada saat remaja sangat tidak siap
untuk berkutat dengan kerumitan dan ketidakpastian, berikutnya muncul faktor-
faktor lain yang menimpa dirinya. Menurut Erickson (Agustiani, 2006), seorang
remaja bukan sekedar mempertanyakan siapa dirinya, tapi bagaimana dan dalam
konteks apa atau dalam kelompok apa remaja bisa menjadi bermakna dan
6
dimaknakan. Dengan kata lain identitas remaja tergantung pula pada bagaimana
orang lain mempertimbangkan kehadirannya karena bisa lebih dipahami mengapa
keinginan untuk diakui, keinginan untuk memperkuat kepercayaan diri, dan
keinginan untuk menegaskan kemandirian menjadi hal yang sangat penting bagi
remaja, terutama mereka yang akan mengahiri masa itu.
a. Masa remaja adalah masa peralihan Peralihan yang berkesinambungan dari satu
tahap ke tahap berikutnya, pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga
bukan orang dewasa. Pada usia remaja merupakan masa yang strategis untuk
membentuk gaya hidup, pola perilaku, nilai-nilai dan sifat-sifat yang diinginkan.
b. Masa remaja adalah masa terjadi perubahan Terdapat empat perubahan besar yang
terjadi pada masa remaja yaitu perubahan emosi, perubahan peran dan minat,
perubahan pola perilaku dan perubahan sikap menjadi ambivalen.
c. Masa remaja adalah masa banyak masalah. Masalah pada remaja sering menjadi
masalah yang sulit diselesaikan, hal ini karena remaja masih belum terbiasa
menyelesaikan masalahnya tanpa bantuan orang lain sehingga penyelesainnya tidak
sesuai dengan yang diharapkan.
d. Masa remaja adalah masa mencari identitas Identitas diri yang dicari oleh remaja
adalah kejelasan mengenai siapa dirinya dan apa perannya di lingkungan sosialnya.
Remaja ingin memperlihatkan dirinya sebagi individu yang berbeda dengan orang
lain sementara di saat yang sama remaja ingin mempertahankan dirinya di dalam
kelompok.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan Ada beberapa pandangan
masyarakat bahwa remaja adalah anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya,
berperilaku merusak sehingga perlu pengawasan dan bimbingan dari orang dewasa.
7
Akibat stigma tersebut masa peralihan remaja ke dewasa menjadi sulit karena
orang tua akan mencurigai dan menentang apa yang diinginkan remaja.
f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Remaja dalam memandang dirinya
maupun orang lain cenderung berdasarkan pola pikirnya sendiri, remaja tidak
melihat fakta tetapi berpikir sesuai yang remaja inginkan.
g. Masa remaja adalah ambang masa dewasa Masa remaja yang akan menuju usia
dewasa, remaja akan mulai berperilaku dan bertindak sesuai dengan status orang
dewasa.
8
2.5. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Jiwa Remaja
Menurut Sumiati et al. (2009), mejelaskan bahwa beberapa lingkungan yang dapat
mempengaruhi jiwa remaja, sebagai berikut:
9
penelitian ditemukan bahwa keluarga yang tidak religius cenderung terjadi
konflik dan pertengkaran dalam keluarga. Remaja yang taat norma agama akan
terhindar dan mampu bertahan terhadap pengaruh buruk lingkungannya, selain
keagamaan dalam keluarga faktor kesusilaan dan kepribadian memiliki peran
dalam pembentukan kepribadian remaja. Keluarga yang tidak peduli terhadap
nilai dan budi pekerti, misalnya membiarkan anak tanpa komunikasi dengan
keluarga, membaca buku dan menonton video porno, bergaul bebas, minuman
keras dan merokok akan berakibat buruk terhadap perkembangan jiwa remaja.
b. Lingkungan sekolah Perkembangan jiwa remaja juga dipengaruhi oleh lingkungan
sekolah. Orang tua percaya terhadap pendidikan di sekolah. Terciptanya lingkungan
kondusif bagi kegiatan belajar mengajar dipengaruhi suasana sekolah. Suasana
sekolah sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja yaitu dalam hal
kedisiplinan, kebiasaan belajar dan pengendalian diri. Selain suasana sekolah,
bimbingan guru merupakan elemen penting yang ada di dalam sekolah. Guru tidak
sekedar menambah wawasan ilmu pengetahuan tetapi juga memberikan nilai yang
terkandung didalamnya, misalnya kerjasama, menghargai pendapat orang lain dan
sikap-sikap yang dapat menumbuhkan kecerdasan emosional siswa, sebaliknya jika
guru kurang peduli pada hal tersebut akan mengganngu perkembangan jiwa siswa
yang optimal.
c. Lingkungan teman sebaya Remaja dalam pergaulannya lebih banyak bersama
dengan teman sebayanya sehingga sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan
perilaku teman sebaya sangat besar pengaruhnya. Misalnya; jika remaja
mengenalkan model pakaian yang sama dengan pakaian kelompoknya, maka
kesempatan untuk dapat diterima di kelompok tersebut menjadi lebih besar, begitu
juga bila kelompok mencoba minum alkohol, rokok atau zat adiktif lainnya, maka
remaja cenderung mengikuti tanpa memikirkan akibatnya. Remaja berusaha
menemukan konsep dirinya dengan berusaha mendapatkan pengakuan dari teman
sebayanya tanpa memperdulikan sanksi-sanksi dari orang dewasa, pada tahap inilah
dampak buruk bagi perkembangan jiwa remaja jika nilai yang dikembangkan
dalam kelompok sebaya adalah nilai yang negatif. Remaja yang memiliki minat
dan aktif dalam kegiatan disekolah akan meningkatkan percaya diri.
10
d. Lingkungan masyarakat Tanggapan positif dari lingkungan terhadap keadaan
remaja akan menimbulkan perasaan puas dan menerima dirinya, sedangkan
tanggapan negatif dari lingkungannya akan menimbulkan perasaan tidak puas pada
dirinya dan individu tidak menyukai dirinya yang nantinya mengakibatkan
terjadinya pelanggaran terhadap peraturan dan norma yang ada di dalam
masyarakat. Remaja dibimbing oleh nilai-nilai yang mengarahkan pandangan
mengenai apa yang baik dan apa yang buruk, nilai yang baik harus dianut
sedangkan nilai yang buruk harus dihindari. Remaja dapat hidup damai di
masyarakat ketika nilai materi dan non materi dapat diseimbangkan, tetapi
kenyataan saat ini menunjukkan bahwa nilai materi lebih diutamakan sehingga
menjadi tekanan yang lebih besar daripada non materi atau spiritual. Pada masa
remaja kemampuan kognitif sudah mulai berkembang, sehingga remaja mulai
membentuk pola pikir mengetahui pikiran orang lain tentang dirinya, oleh karena
itu tanggapan dan penilaian orang tentang diri individu akan berpengaruh pada
bagaimana individu menilai dirinya sendiri. Lingkungan masyarakat secara umum
terdiri dari sosial budaya dan media massa. Budaya universal akan mempengaruhi
nilai kehidupan, seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi sangat
berpengaruh terhadap pesatnya informasi dan bagi remaja yang sedang mencari
identitas dan penyesuain sosial dapat berdampak pada konflik kejiwaan pada
sebagian remaja. Kebudayaan memeberikan pedoman arah, persetujuan,
pengingkaran, dukungan, kasih sayang dan perasaan aman kepada remaja, tetapi
remaja mempunyai keinginan untuk mandiri. Remaja membuat kebudayaan sendiri
yang berbeda dari kebudayaan masyarakat pada umunya. Kemajuan tehnologi yang
pesat memberikan wawasan yang luas serta memberikan dampak negatif, karena
hubungan antar manusia menjadi berkurang akibat manusia lebih sering
berkomunikas dengan tehnologi mesin yang berdampak pada hubungan keluarga
menjadi kurang. Remaja terkadang salah dalam memanfaatkan tehnologi informasi,
misalnya mengakses tayangan kekerasan dan kehidupan seksual. Kemajuan media
elektronik memebuat remaja berlomba untuk mengakes VCD dan internet dengan
tayangan yang kurang mendidik. Keingintahuan remaja mengenai kehidupan
11
seksual merupakan pendorong bagi remaja untuk memanfaatkan media cetak dalam
pemenuhan kebutuhannya.
12
rasa percasya dengan remaja. Perawat perlu memperhatikan dampak terhadap
perkembangan, faktor sosial budaya, pengaruh keluarga dan konflik
psikodinamiAka yang dimanifetasikan melalui perilaku remaja.
BAB III
TINJAUAN TEORITIS
13
terhadap kecemasan (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai ancaman.
(Stuart dan Sundeen, 1991). Amuk merupakan respons kemarahan yang paling
maladaptif yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai
hilangnya kontrol, yang individu dapat merusak diri sendiri, orang lain, atau lingkungan
(Keliat, 1991).
Adaptif Maladaptif
Keterangan :
Adaptif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan, tidak realitas/terhambat.
Pasif : Respons lanjutan yang pasien tidak mampu mengungkapkan perasaan.
Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol.
Amuk : Perilaku destruktif yang tidak terkontrol.
1. Emosi 4. Spiritual
a. Tidak adekuat a. Kemahakuasaan
b. Tidak aman b. Kebijakan/kebenaran diri
c. Rasa terganggu c. Keraguan
d. Marah (dendam) d. Tidak bermoral
e. Jengkel e. Kebejatan
2. Intelektual f. Kreativitas terlambat
a. Mendominasi 5. Sosial
b. Bawel a. Menarik diri
c. Sarkasme b. Pengasingan
d. Berdebat c. Penolakan
e. Meremehkan d. Kekerasan
3. Fisik e. Ejekan
a. Muka merah f. Humor
b. Pandangan tajam
c. Napas pendek
d. Keringat
e. Sakit fisik
f. Penyalahgunaan zat
g. Tekanan darah meningkat
14
3.4 Proses Terjadinya Marah
Stress
Marah
Marah pada diri sendiri Marah pada orang lain atau lingkungan
15
Depresi psikosomatik Agresif mengamuk
Faktor predisposisi dan faktor presipitasi dari perilaku kekerasan (Yosep, 2014: 251)
yaitu:
1. Faktor Predisposisi
a. Teori Biologis
1) Neurologic factor yaitu beragam komonen dari system syaraf seperti sinap,
neurotransmitter, dendrit,ekson terminalis mempunyai peran mempasilitasi atau
menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang mempengaruhi sifat agresif.
System limbic sangat terlibat dalam menstimulasi timbunya perilaku
bermusuhan dan respon agresif
2) Genetic factor yaitu adanya factor gen yang di turunkan melalui orang tua,
menjadi potensi perilaku agresif
16
5) Brain area disorder yaitu gangguan pada system limbic dan lobus temporal
sindrom otak organik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensepatis , epilepsy di
temukan sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan
b. Teori psikologis
2) Imitation, modeling, and information prosessing teori yaitu menurut teori ini
perilaku kekerasan bisa berkembaang dalam lingkungan yang mentollitir
kekerasan, adanya contoh model dan perilaku yang ditiru dari media atau
lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru perilaku tersebut. Dalam
suatu penelitian beberapa anak di kumpulkan untuk menonton tayangan
pemukulaan akan di beri coklat.
4) Teori sosiokultural, dalam budaya tertentu seperti rebutan berkah, rebutan uang
receh, sesaji atau kotoran kerbau di keraton, serta ritual-ritual yang cenderung
mengarah kepada kemusyrikan secara tidak langsung turut memupuk sikap
agresif dan ingin menang sendiri. Kontrol masyarakat yang rendah dan
kecenderungan menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelasaian
masalah dalam masyarakat merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku
kekerasan. Hal ini dipicu juga dengan maraknya demonstrasi, film-film
kekerasan, mistik, tahayul, dan perdukunan (santet, teluh) dalam tayangan
televisi.
17
5) Aspek religiusitas, dalam tinjauan religiusitas, kemarahan dan agresivitas
merupakan dorongan dan bisikan syetan yang sangat menyukai kerusakan agar
manusia menyesal (devil support). Semua bentuk kekerasan adalah bisikan
syetan melalui pembuluh darah ke jantung, otak dan organ vital manusia lain
yang dituruti manusia sebagai bentuk kompensasi bahwa kebutuhan dirinya
terancam dan harus segera dipenuhi tetapi tanpa melibatkan akal dan norma
agama.
2. Faktor Presipitasi
a. Ekspansi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti
dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian massal dan
sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog dalam menyelesaikan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalm merawat anaknya dan ketidakmampuan
menempatkan dirinya sebagai seorang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku antisosial meliputi penyalah gunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa
frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
18
4) Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat dan
alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa frustasi.
5) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga
1. Tujuan keperawatan
2. Tindakan keperawatan
Dalam membina hubungan saling percaya, pasien harus merasa aman dan nyaman saat
berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang harus perawat lakukan dalam rangka membina
hubungan saling percaya adalah :
2) Berjabat tangan
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien
19
b) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku perilaku kekerasan sekarang dan yang lalu
c) Diskusikan perasaan, tanda, dan gejala yang dirasakan pasien jika terjadi penyebab perilaku
kekerasan
d) Diskusikan bersama pasien tentang perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah :
1) Verbal
4) Terhadap lingkungan
f) Diskusikan bersama pasien cara mengendalikan perilaku kekerasan, yaitu dengan cara berikut
2) Obat
1) Bantu mengungkapkan rasa marah secara verbal: Menolak dan meminta dengan baik,
mengungkapkan perasaaan dengan baik
20
2) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
1) Bantu pasien mengendalikan marah secara spiritual: Kegiatan ibadah yang biasa
dilakukan
1) Bantu pasien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar (benar nama pasien,
benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat)
disertai penjelasan mengenai kegunaan obat dan akibat berhenti minum obat
k) Ikut sertakan pasien dalam TAK stimulasi persepsi untuk mengendalikan perilaku kekerasan
1) Tujuan keperawatan
2) Tindakan keperawatan
b) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan ( penyebab, tanda dan gejala,
perilaku yang muncul, dan akibat dari perilaku tersebut )
c) Diskusikan bersama keluarga tentang kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan
kepada perawat, sperti melempar atau memukul benda / orang lain
1) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan
oleh perawat
2) Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien jika pasien dapat
melakukan kegiatan tersebut secara tepat
21
3) Diskusikan bersama keluarga tindakan yag harus dilakukan jikan pasien menunjukan
gejala-gejala perilaku kekerasan
Strategi Pelaksanaan :
22
1. Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku
kekerasan secara spiritual ( Diskusikan hasil
latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara
fisik dan sosil/verbal )
2. Latihan beribadah dan berdoa
3. Buat jadwal latihan ibadah/berdoa
BAB IV
23
ANALISA KASUS
I. IDENTITAS KLIEN
24
Nama : Nn. RA
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 19 tahun
Alamat : Jl. Lontar RT.07 RW.14 No. 101
Agama : Islam
Informan : Ayah px
No. RM : 67890
Saat di kaji keluarga klien mengatakan sejak 4 hari masuk rs jiwa klien sering marah-marah,
mudah tersinggung, sulit tidur, mengamuk, merusak alat rumah tangga, tawa sendiri, malas
sekolah
Keluhan utama (saat dikaji) :
Saat dikaji mulut klien terlihat ngomel sendiri. Kontak mata kurang dan mudah tersinggung
MASALAH KEPERAWATAN : Resiko Perilaku Kekerasan
Ayah px mengatakan bahwa px pernah masuk rumah sakit jiwa sebanyak 3 kali.
Pertama kali masuk pada tahun 2013 di usia 14 tahun, dan terakhir kali masuk RS pada
bulan Febuari 2016.
MASALAH KEPERAWATAN : Regimen Terapi Inefektif
Ayah px mengatakan sejak 2 tahun terakhir, px tidak mau meminum obat dengan teratur
3. Aniaya fisik
25
Ayah px mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa seperti
yang dialami px.
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak Ada
Px mengatakan hal yang paling tidak menyenangkan adalah pernah putus cinta dan
ditinggal tanpa alasan oleh kekasihnya begitu saja saat cinta-cintanya.
IV. FISIK
1. Tanda-tanda Vital
TD : 110/80 mmHg
N : 72x/ menit
S : 37º C
RR : 20x/ menit
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
26
Keterangan :
: Meninggal
: Pasien
: Cerai
2. Konsep diri :
a. Citra Tubuh
b. Identitas Diri
c. Peran
27
Sesekali sering membantu mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci
piring, mencuci baju, memasak.
d. Ideal Diri
Px mengatakan ingin segera menikah dan dapat membuka lembaran baru dengan
orang lain.
e. Harga Diri
3. Hubungan Sosial
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan yang dipegang oleh px adalah nilai-nilai islam dan px
mengatakan sholat itu wajib
b. Kegiatan beribadah
28
Kegiatan ibadah px adalah sholat, dan tidak pernah lalai untuk sholat saat kondisi
kejiwaan px sedang baik.
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak Ada
1. Penampilan
Penampilan px tampak bersih, rambut panjang lurus, kemudian menggunakan baju yang
seharusnya, dan mandi 2x dalam sehari.
2. Pembicaraan
3. Aktivitas Motorik
4. Alam perasaan
5. Afek
7. Persepsi
Px mengatakan tidak pernah mendengar bisikan – bisikan aneh atapun bayangan aneh.
8. Proses pikir
29
Proses pikir px pada saat berbicara px dapat berbicara sesuai dengan topik sehingga
dapat mencapai tujuan pembicaraan.
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak Ada
9. Tingkat kesadaran
10. Px tidak mengalami gangguan daya ingat karena px mampu menjelaskan kegiatan
sehari hari dan juga menceritakan pengalaman – pengalaman sebelum masuk rumah
sakit
1. Makan
2. BAK BAB
Px dapat defekasi atau berkemih tanpa bantuan dengan frekuensi kurang lebih 4x sehari
3. Mandi
Px bisa mandi 2x sehari mandi pagi dan sore hari tanpa bantuan.
30
4. Berpakaian / berhias
Px sedikit mengalami gangguan tidur. Tidur siang 2 jam dan untuk tidur malam 4 jam.
Aktivitas sebelum tidur Biasanya px tanpa berdiam diri.
6. Penggunaan obat
Untuk penggunaan obat px mampu untuk meminum obat sendiri tanpa bantuan orang
lain.
Mekanisme koping Maladaptif karena px jika mempunyai masalah lebih senang berdiam diri
dan marah- marah jika tidak tahan lagi px menjadi mengamuk dan merusak barang yang
ada.
MASALAH KEPERAWATAN : Koping Maladaptif
31
4. Masalah dalam pekerjaan
5. Masalah ekonomi
32
XIII. POHON MASALAH
Isolasi Sosial
Koping Inefektif
33
1 DS :
Px mengatakan mudah tersinggung, ingin
mengamuk, pernah memukul orang lain
serta mengungkapkan keinginan memukul
orang – orang yang mengejeknya Resiko Tinggi Perilaku
Kekerasan
DO :
Px berbicara keras, kacau, mudah
tersinggung, emosi labil, kontak mata
tajam
Perawat
(....................................)
34
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
RM : 67890
35
pertemuan dengan
pasien)
Pasien dapat Setelah dilakukan 2. Mendiskusikan penyebab
mengungkapkan tindakan keperawatan perilaku kekerasan :
perasaan, tanda, selama 24 jam Bantu pasien
dan gejala yang diharapkan pasien mengungkapkan
dirasakan dari mampu penyebab perilaku
penyebab mengungkapkan kekerasan
perilaku perasaan, tanda, dan
kekerasan gejala yang dirasakan
dari perilaku
kekerasan dengan
Kriteria Hasil :
Pasien mampu
mengungkapka
n perasaannya,
dan gejala
yang dirasakan
Pasien mampu
mengontrol
perasaanya,
dan gejala
yang sedang
dirasakan
Pasien mampu
memngetahui
penyebab
perilaku
kekerasan
Membantu Setelah dilakukan 3. Bantu pasien ketika
pasien untuk tindakan keperawatan mengungkapkan rasa marah
bisa mengontrol sealma 24 jam pasien Rasional : Dengan adanya
36
perilaku mampu mengontrol pengungkapan rasa marah
kekerasan saat perilaku kekerasan pasien bisa dikondusif kan
marah secara saat marah secara
verbal verbal dengan Kriteria
Hasil ;
Pasien mampu
mengontrol
perilaku
kekerasan saat
marah secara
sosial / verbal
Membantu Setelah dialkukan 4. Bantu pasien dalam
pasien tindakan keperawatan melaksanakan ibadah sholat
mengendalikan selama 24 jam dan berdzikir
perilaku diharapkan pasien Rasional : Menebalkan iman
kekerasan secara dapat mengendalikan dan taqwa
spiritual perilaku kekerasan
secara spiritual
dengan Kriteria
Hasil :
Pasien dapat
melaksanakan
kegiatn ibadah
sesuai dengan
jadwal dan
sesuai waktu
yang sudah
ditentukan
Pasien dapat
mengendalikan
perilaku
kekerasan
37
secara spiritual
Membantu Setelah dilakukan 5. Mengajarkan dan
pasien latihan tindakan keperawatan mencontohkan mengontrol
mengendalikan selama 24 jam perilaku kekerasan secara fisik
perilaku diharapkan pasien contoh :
kekerasan secara dapat mengendalikan a. Pasien berlatih untuk nafas
fisik perilaku kekerasan dalam
a. latihan nafas secara fisik dengan Rasional :
dalam Kriteria Hasil : Agar pasien menirukan dalam
b. latihan pukul Pasien dapat pengontrolan perilaku
kasur / bantal mengendalikan kekerasan
perilaku b. Pasien berlatih untuk
kekerasan melakukan pukul kasur / bantal
secara fisik Rasional :
Pasien dapat
Agar merilekskan tubuh
menirukan dan
memperagakan
yang telah di
instrusikan
oleh perawat
Membantu Setelah dilakukan 6. Bantu pasien minum obat
pasien tindakan keperawatan secara teratur dengan prinsip 5
mengendalikan selama 24 jam benar : (benar nama pasien,
perilaku diharapkan pasien benar nama obat, benar cara
kekerasan dapat mengendalikan minum obat, benar waktu
dengan patuh perilaku kekerasan minum obat, dan benar dosis
minum obat dengan patuh minum obat)
obat dengan Kriteria Rasional : Agar pasien mampu
Hasil : mengetahui informasi yang
Pasien mampu benar dan tidak salah dalam
mengenali pengkomsumsian obat dalam
obat dengan jangka panjang
38
benar
Pasien mampu
7. Susun jadwal minum obat
menggunakan
secara teratur
dan meminum
Rasional : Dengan
obat dengan
pengkomsumsian obat secara
tepat
benar dan secara teratur akan
Pasien mampu
mempercepat pemulihan pasien
meminum obat
secara perlahan
sesuai jadwal
dan waktu
yang sudah
dijelaskan oleh
perawat
39
CATATAN PERKEMBANGAN KESEHATAN KEPERAWATAN JIWA DI
RSJ / RSU
40
P :Melanjutkan SP 2 (Latihan
mengendalikan perilaku
kekerasan dengan cara fisik)
2. Resiko Tinggi SP 2 : S:
Perilaku 1. Membantu pasien latihan mengendalikan 1. Pasien mengatakan mampu
Kekerasan perilaku kekerasan dengan cara fisik kedua melakukan latihan fisik
(evaluasi latihan nafas dalam, latihan O:
mengendalikan perilaku kekerasan dengan 1. Pasien mampu melakukan
cara fisik kedua (pukul kasur dan bantal) dan mencontohkan peragaan
2. Memberi pujian ketika pasien berhasil memukul kasur dan bantal
melakukan (ketika marah pasien mampu
3. Membuat jadwal harian untuk pasien mengontrol marah degan cara
tarik nafas dalam dan pukul
kasur, bantal)
A : SP 2 tercapai
P : Lanjut SP 3 (Latihan
marah dengan cara verbal)
3. Resiko Tinggi SP 3 : S:
Perilaku 1. Membantu pasien latihan mengendalikan 1. Pasien mampu melakukan
Kekerasan perilaku kekerasan secara sosial / verbal rasa marah dengan cara sosial
2. Membantu pasien latihan mengungkapkan / verbal
rasa marah secara verbal (menolak dengan O:
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan 1. Pasien mampu meminta
perasaan dengan baik) makan atau minuman dengan
3. Susun jadwal latihan mengungkapkan temannya dengan baik dan
marah secara verbal dengan cara yang halus dan
sopan
Pasien minuman
dengan teman
sekamar dengan baik
41
dan tidak menunjukan
sikap marah
Ketika ditawari
temannya buah pasien
bisa menolak dengan
baik dan sopan
A : SP 3 teratasi
P : Lanjut SP 4 (Latihan
dengan cara spiritual)
4. Resiko Tinggi SP 4 : S:
Perilaku 1. Membantu pasien latihan mengendalikan 1. Pasien mengatakan
Kekerasan perilaku kekerasan dengan cara spiritual melakukan dan mengontrol
Membantu pasien latihan beribadah marahnya dengan cara
dan berdoa beribadah dan dengan cara
2. Buat jadwal latihan ibadah dan berdoa berdoa
O:
1. Pasien mampu melakukan
beribadah dan berdoa dengan
cara yang baik
2. Pasien tampak tenang
A : SP 4 teratasi
P : Lanjut SP 5 (Pengontrolan
pasien dengan patuh minum
obat)
5. Resiko Tinggi SP 5 : S:
Perilaku 1. Membantu pasien latihan mengendalikan 1. Pasien mengatakan mampu
Kekerasan perilaku kekerasan dengan cara minum obat menjelaskan minum obat
Membantu pasien minum obat secara dengan benar dan meminum
teratur dengan prinsip 5 Benar (benar obat dengan baik, teratur
nama pasien, benar nama obat , dengan penjelasan guna obat
benar cara minum obat, benar waktu dan akibat berhenti minum
minum obat, benar dosis obat) obat
42
dengan disertai penjelasan guna obat
dan akibat berhenti minum obat O:
2. Beri pujian pasien ketika berhasil 1. Pasien meminum obat
3. Susun jadwal minum obat secara teratur dengan baik dengan
menggunakan prinsip 5 Benar
A : SP 5 tercapai
43
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau
12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda (Soetjiningsih,
2007).
44
DAFTAR PUSTAKA
Ermawati, Dalami S.Kp, DKK. 2009. Asuhan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info
Media.
Marquis, BL dan Huston, CJ, (1998). Leadership Roles and Manegement funtions in
Nursing:Theory and Application. (3r ed ). Philadelphia: JB Lippincot Company.
Yusuf,Ah, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati.2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta Selatan: Salemba Medika
45