Anda di halaman 1dari 6

IJMS - Indonsian Journal on Medical Science – Volume 1 No 2 – 2014 - ijmsbm.

org

 
Analisa Pengadaan Obat Dengan Metode Analisa Abc Di Apotek Yudhistira
Periode 1 September 2013 – 28 Februari 2014
Agil Wijayanti1, Cipto Priyono2
Program Sudi DIII Farmasi Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo

ABSTRACT: Background: Yudishthira Pharmacy is one of pharmacy established has been


supported from clinic medhis Yudishthira and responsible for providing service to patients in the clinic
medhis, therefore procurement of drugs in pharmacies Yuhistira should be analyzed completely.
Objective: The research aimed to analyze the process of procurement of drugs in Yudhishthira
pharmacy with ABC analysis method started from : period September 2013 - February 2014.
Methods: The research were one type of non-experimental studied with a descriptive analysis used
quantitative data. How processing data began with the collection of drug consumption for the period
1 September 2013 - 28 February 2014 from all kinds of recipes.
Results: The results were obtained 203 kinds of medicinal items, group A total of 14 items with a
value of 69.30% and absorb investment budget of Rp 63,327,681, group B were 24 items with an
investment of 20.37% and absorb a budget of Rp 18 617. 414 and group C as many as 165 items with
an investment of 10.33% and absorb budget of Rp 9,441,644.
Conclusion: A drug’s group had been consuming the bigest budget, therefore a group of drugs
should be strictly controlled, then B drug’s group not tightly controlled drugs to than group A, while for
group C would be easier controled. The Medications needed to be reduced if the budget was not
sufficient funds with the aim to conserve and facilitate drug control budget.
Keywords: Drug Procurement, ABC Analysis, Pharmacy Yudhishthira

ABSTRAKSI: Latar Belakang: Apotek Yudhistira merupakan apotek yang didirikan sebagai sarana
penunjang dari klinik medhis Yudhistira yang bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan resep
terhadap pasien di klinik medhis, oleh karena itu pengadaan obat di Apotek Yuhistira harus benar-
benar dianalisa.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa proses pengadaan obat di Apotek Yudhistira
dengan metode analisa ABC periode 1 September 2013 – 28 Februari 2014
Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian non-eksperimental dengan analisa secara deskriptif
dengan menggunakan data kuantitatif. Pemrosesan data dimulai dengan pengumpulan data konsumsi
obat selama periode 1 September 2013 - 28 Februari 2014 dari semua jenis resep.
Hasil: Dari hasil penelitian diperoleh 203 macam item obat, kelompok A sebanyak 14 item dengan
nilai investasi 69,30% dan menyerap anggaran Rp 63.327.681, kelompok B sebanyak 24 item dengan
nilai investasi 20,37% dan menyerap anggaran sebesar Rp 18.617.414 dan kelompok C sebanyak
165 item dengan nilai investasi sebesar 10,33% dan menyerap anggaran Rp 9.441.644.
Kesimpulan: Obat kelompok A memakan anggaran paling besar oleh karena itu obat kelompok A
harus dikendalikan dengan ketat, obat kelompok B tetap dikendalikan tapi tidak seketat obat kelompok
A dan untuk obat Kelompok C lebih longgar pengendaliannya. Obat-obat yang perlu dikurangi jika
anggaran dana tidak mencukupi dengan tujuan untuk menghemat anggaran dan mempermudah
pengendalian obat.
Kata Kunci: Pengadaan Obat, Analisa ABC, Apotek Yudhistira

1.1. PENDAHULUAN Namun kedua fungsi tersebut bisa


Secara umum apotek mempunyai dua dijalankan dengan baik jika apotek memiliki
fungsi, yaitu memberikan layanan kepada pengelolaan manajemen yang baik, ini
masyarakat sekaligus sebagai tempat usaha memiliki hubungan erat dengan kemajuan erat
yang menerapkan prinsip laba. Dengan kata dengan berkembangnya sebuah organisasi
lain, apotek merupakan perwujudan dari atau badan usaha seperti apotek. Apotek yang
praktek kefarmasian yang berfungsi melayani mampu berkembang dan maju tidak lepas dari
kesehatan masyarakat sambil mengambil pengelolaan manajemen yang baik.
keuntungan secara finansial dari transaksi Manajemen pengelolan memang menjadi
kesehatan tersebut. Kedua fungsi tersebut bisa kunci bagi perkembangan sebuah usaha dan
dijalankan secara beriringan tanpa organisasi (Bogadenta, 2013).
meninggalkan satu sama lain. Meskipun Dunia farmasi, khususnya apotek
sesungguhnya mencari laba, namun apotek merupakan lahan bisnis yang amat
tidak boleh mengesampingkan peran menggiurkan dan membuat orang tertarik
utamanya dalam melayani kesehatan untuk melakukan investasi didalamnya. Hal ini
masyarakat (Bogadenta, 2013). wajar, mengingat dunia kesehatan sepertinya
ISSN : 2355-1313 17
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science – Volume 1 No 2 – 2014 - ijmsbm.org

 
tidak pernah mati karena merupakan salah Apotek Yudhistira merupakan apotek yang
satu kebutuhan masyarakat yang penting. Hal didirikan sebagai sarana penunjang dari klinik
tersebut juga ditunjang dengan adanya medhis Yudhistira. Apotek Yudhistira
kenyataan bahwa permintaan obat dari tahun memberikan pelayanan resep dari semua
ke tahun semakin meningkat seiring kesadaran dokter-dokter di klinik medhis Yudhistira, oleh
masyarakat akan pentingnya kesehatan. karena itu, untuk dapat menjalankan dan
Realitas ini kemudian membuat banyak memenuhi kebutuhan pelayanan obat, Apotek
investor menanamkan modalnya ke apotek. Yudhistira harus melakukan pengadaan
Akan tetapi tidak sedikit diantara mereka yang perbekalan farmasi. Sebelum melakukan
kemudian gulung tikar lantaran menajemennya pengadaan, Apotek Yudhistira membuat
buruk, oleh karena itu manajemen pengelolan perencanaan pengadaan perbekalan farmasi
apotek harus benar – benar diperhatikan mulai untuk menentukan jenis dan jumlah sediaan
dari perencanaan sampai dengan pengadaan yang akan diadakan. Proses perencanaan ini
(Bogadenta, 2013). perlu dilakukan analisa dan evaluasi lebih
Perencanaan merupakan kegiatan dalam lanjut untuk mengetahui apakah perencanaan
pemilihan jenis, jumlah, dan harga dalam yang telah dibuat sudah sesuai dengan
rangka pengadaan dengan tujuan kebutuhan dan anggaran dana yang tersedia.
mendapatkan jenis dan jumlah yang sesuai Data yang digunakan adalah data konsumsi
dengan kebutuhan dan anggaran, serta obat dari bulan September 2013 sampai
menghindari kekosongan obat. Kendala yang dengan Februari 2014.
sering terjadi pada tahapan perencanaan Penelitian ini bertujuan untuk melakukan
adalah merencanakan obat lebih banyak dan analisa pengadaan obat dengan
memilih jenis item obat yang kurang tepat, menggunakan analisa ABC , untuk mengetahui
sehingga sering terjadi duplikasi. Selain itu jumlah dan jenis obat apa saja yang
juga pemilihan obat-obat yang harganya mempunyai nilai pemakaian dan investasi
mahal, padahal tersedia obat-obat yang lebih yang besar, dan selanjutnya dapat digunakan
murah. Hal ini menyebabkan beberapa obat dalam perencanaan pengadaan obat sebagai
terlalu banyak direncanakan pembeliannya pertimbangan untuk pengadaan kedepannya.
dan beberapa obat terlalu sedikit direncanakan
pembeliannya (Quick, 1997). 1.2. Tujuan Penelitian
Obat yang sering keluar (fast moving) 1. Menganalisa proses perencanaan
harus selalu disediakan di Apotek, dan obat pengadaan obat di Apotek Yudhistira
yang jarang keluar (slow moving) perlu dengan analisa ABC periode bulan 1
dipertimbangkan untuk perencanaan September 2013 – 28 Februari 2014.
pengadaannya supaya tidak terjadi 2. Mengetahui obat-obat yang mempunyai
pemborosan obat rusak atau obat ED karena nilai pemakaian dan investasi besar,
terlalu lama disimpan di gudang. Selain itu tim supaya obat-obat tersebut harus tersedia
perencanaan pengadaan obat juga harus di Apotek Yudhistira Surakarta.
menyeimbangkan antara dana apotek dengan
pembelian. Supaya apotek tidak merugi 1.3. METODOLOGI PENELITIAN
karena pembelian lebih besar dari pada dana Penelitian dilaksanakan di Apotek
yang dipunyai apotek (Permatasari, 2013). Yudhistira, Jl. Yudhistira no.25 Serengan
Salah satu metode yang dapat digunakan Surakarta, pada bulan Januari - Februari 2014
untuk menganalisa perencanaan obat yaitu dengan mengambil data konsumsi obat
dengan menggunakan metode Analisa ABC. periode September 2013 - Februari 2014.
Analisa ABC dapat digunakan untuk Penelitian ini merupakan jenis penelitian non-
mengevaluasi aspek ekonomi dari eksperimental dimana data-data yang
perencanaan pengadaan obat. Dengan dibutuhkan sudah tersedia tanpa proses
Analisa ABC dapat diidentifikasi obat-obat manipulasi perlakuan. Data yang dibutuhkan
yang memakan biaya besar karena dalam penelitian ini berupa data kuantitaif.
penggunaannya banyak atau harganya mahal,
untuk selanjutnya dievaluasi lebih lanjut. Populasi Dan Sampel
Dengan menggunakan Analisa ABC, Dalam penelitian ini populasi yang digunakan
manajemen pengadaan obat dapat adalah semua resep yang terlayani di Apotek
berkonsentrasi mengadakan obat yang fast Yudhistira tanpa mengambil sampel.
moving (pengeluarannya cepat) dan
disesuaikan dengan anggaran dana yang Variabel Penelitian
dimiliki supaya semua berjalan dengan efektif Dalam penelitian ini ada 2 variabel yang
dan efisien (Quick, 1997). terlibat yaitu :

ISSN : 2355-1313 18
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science – Volume 1 No 2 – 2014 - ijmsbm.org

 
1. variabel tercoba yang digunakan adalah dana paling besar hingga item obat yang
jenis item obat. membutuhkan dana paling kecil. Anggaran per
2. variabel teramati yang digunakan adalah item obat dibandingkan dengan anggaran total
klasifikasi yang diamati, yaitu golongan pembelian lalu dihitung nilai persentasenya.
obat kelas A, B atau C. Selanjutnya dihitung persentase kumulatif dan
dilakukan analisa ABC. Dari nilai persentase
Teknik Analisis Data kumulatif tersebut kemudian dilakukan analisa
Data utama yakni data konsumsi obat data dengan mengelompokkan obat menjadi
pasien klinik medhis Yudhistira yang diperoleh kategori A, B dan C. Obat kelompok A
dari data entry resep pasien yang dilayani menyerap dana sekitar 70% dari jumlah dana
oleh Apotek Yudhistira selama bulan obat keseluruhan, obat kelompok B menyerap
September 2013 - Februari 2014. Sedangkan dana sekitar 20%, dan obat kelompok C
data harga pembelian obat diperoleh dari menyerap dana sekitar 10% dari jumlah dana
Kepmenkes No 092/ Menkes/SK/II/ 2012 obat keseluruhan.
tentang Harga Eceran Tertinggi Obat Generik
Tahun 2012 dan harga obat yang diperoleh 2.1. HASIL DAN PEMBAHASAN
dari ISO 2011/2012. Data mengenai proses Hasil
perencanaan pengadaan diperoleh dari Dari hasil penelitian, pengelompokan obat
pengalaman dan pengetahuan selama penulis untuk pelayanan resep di Apotek Yudhistira
bekerja diklinik medhis Yudhistira. dengan Analisa ABC berdasarkan nilai
investasi dan persentase serapan dana
% %
Klasifikasi
Banyak Nilai
Serapa Kumulati periode 1 September 2013 – 28 Februari 2014
Item Investasi adalah sebagai berikut:
n Dana f
Pembahasan
A 14 Rp 69,30 < 69,30
Pengadaan bertujuan untuk
63.327.681
menetapkan jumlah obat dan jenis obat yang
sesuai dengan kebutuhan untuk pelayanan
apotek, agar tidak terjadi kekosongan obat
B 24 Rp 20,37 89,67 atau kelebihan obat. Apabila tidak dilakukan
18.617.414 pengadaan dengan baik maka akan terjadi
kekosongan obat yang akan mempengaruhi
pelayanan juga pendapatan apotek dan
apabila terjadi kelebihan obat dapat
C 97 Rp 10,33 100 menyebabkan kerusakan obat maupun obat
9.441.644 ED karena terlalu lama di simpan dalam
gudang.
Jumlah 135 Rp 100 100 Pada penelitian ini analisa pengadaan
91.386.739 obat dilakukan dengan metode ABC. Analisa
ABC adalah analisa yang digunakan untuk
mengevaluasi aspek ekonomi dan untuk
mengetahui obat-obat yang mempunyai
serapan dana dari yang terendah sampai yang
Pengelompokan jumlah item obat tertinggi, ditinjau dari jumlah pemakaian dan
antara yang diresepkan dan tidak diresepkan harga obat. Peneliti tidak menggunakan
berdasarkan jumlah item obat: analisa VEN dikarenakan dengan analisa VEN
hanya untuk memprioritaskan kebutuhan.
Obat Banyak Item Dengan menggunakan analisa ABC ini dapat
diketahui jumlah dan jenis obat yang
Diresepkan 135 digunakan sebagai acuan untuk perencanaan
Tidak diresepkan 68 pengadaan obat, sehingga pelayanan apotek
dapat berjalan nyaman karena obat-obat yang
Total Item 203 memang dibutuhkan tersedia di apotek , dan
obat-obat yang slow moving (keluarnya
lambat) dapat terkontrol dengan baik karena
Dari data tersebut selanjutnya dilakukan dalam pengadaannya menyesuaikan
proses pengolahan data dengan mengkalikan kebutuhan dan jumlah pengeluaran bulan
jumlah konsumsi obat dengan harga beli obat sebelumnya. Sehingga stok obat tidak terlalu
dan diperoleh anggaran total pembelian berlebihan karena disesuaikan dengan
seluruh item obat. Kemudian setiap item obat kebutuhan.
diurutkan dari item obat yang membutuhkan
ISSN : 2355-1313 19
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science – Volume 1 No 2 – 2014 - ijmsbm.org

 
Pengadaan dengan metode analisa obat dan oabt kelompok C menyerap dana
ABC mempunyai kekurangan dan kelebihan, sekitar 10% dari total dana konsumsi obat.
yaitu diantaranya: Dari data hasil penelitian dengan
Kekurangan dari analisa ABC yaitu: analisa ABC di Apotek Yudhistira dapat
1. Analisa ABC hanya mengevaluasi obat diketahui bahwa Apotek Yuhistira
dari sisi pemakaian dan nilai investasi, menyediakan 203 item obat dengan perincian
serta sisi ekonomi untuk apotek saja. sebanyak 135 item obat diresepkan dan 68
2. Analisa ABC tidak bisa menyaring atau item obat tidak diresepkan, dalam
menyeleksi semua obat karena pengadaannya selama enam bulan
penyeleksian berdasarkan pemakaian dikeluarkan biaya anggaran dana sebesar Rp
saja, jika obat tidak pernah keluar maka 91.386.739 dan untuk obat kelompok A
obat tidak muncul dalam hasil akhir. memakan biaya sebesar Rp 63.327.681
3. Tidak bisa menganalisa perencanaan dengan persentase 69,30% dari total biaya
obat-obat yang jarang keluar atau jarang keseluruhan, namun dengan jumlah item obat
dipakai meskipun obat tersebut bersifat life yang paling sedikit jika dibandingkan dengan
saving atau emergency. kelompok obat B dan C. Hal ini berarti obat-
obat kelompok A memakan anggaran paling
Kelebihan analisa ABC yaitu sebagai berikut : banyak dalam pengadaannya bukan karena
1. Membantu mempermudah dalam harganya yang mahal saja namun juga karena
menyeleksi obat, dan sebagai bahan jumah pemakaiannya cukup banyak dan dapat
pertimbangan dalam perencanaan disimpulkan bahwa obat-obat kelompok A
pengadaan obat benar-benar dibutuhkan dalam pelayanan obat
2. Memberikan perhatian pada item obat untuk pasien di klinik medhis Yudhistira,
yang dapat memberikan investasi yang sehingga persediaannya harus tetap ada.
besar untuk apotek Obat kelompok B memakan anggaran
3. Dapat memanfaatkan anggaran dana biaya pengadaan Rp 18.617.414 dengan
apotek, sehingga dapat mengembangkan persentase 20,37% dari total biaya
apotek menjadi semakin lebih berkembang keseluruhan. Jumlah item obat yang masuk
dan maju dalam kelompok B, nilainya lebih besar
4. Pelayanan apotek semakin baik dengan dibandingkan dengan kelompok A, namun
obat-obat yang lengkap sesuai dengan lebih sedikit jika dibandingkan dengan
kebutuhan pelayanan. kelompok C.
Obat kelompok C memakan anggaran
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi biaya pengadaan Rp 9.441.644 dengan
perencanaan pengadaan obat di Apotek persentase 10,33% dari total biaya
Yudhistira, untuk mempermudah pengadaan keseluruhan, paling sedikit jika dibandingkan
obat dan untuk mempermudah menyeleksi dengan kelompok obat A dan B namum jumlah
jumlah dan jenis obat yang harus disediakan di item obat yang masuk dalam kelompok C
apotek. Jenis penelitian ini adalah penelitian paling besar jika dibandingkan dengan
non eksperimental dengan analisa secara kelompok A dan B.
diskriptif. Penelitian ini diawali dengan Dari hasil analisa juga didapatkan
pengumpulan data berupa jumlah konsumsi banyak item obat yang tidak keluar atau tidak
obat yang digunakan untuk pelayanan obat diresepkan oleh dokter-dokter di klinik medhis
diklinik medhis Yudhistira selama periode yudhistira yang sebagian besar adalah obat
Septembar 2013 – Februari 2014. Selanjutnya dari dokter umum dikarenakan dokter umum
data konsumsi obat ini dikalikan dengan harga jarang memberikan obat tersebut kepasien
beli obat. Data ini kemudian diolah dengan atau untuk kasus penyakit tertentu yang
menggunakan Microsoft Excel 2007 hingga mungkin jarang ditemui di klinik. Obat-obat
diperoleh nilai persentase kumulatifnya. Dari yang tidak diresepkan itu kesemuanya
nilai persentase kumulatif ini kemudian termasuk obat kelompok C dan pengadaan
dilakukan analisa ABC untuk mengevaluasi untuk obat-obat tersebut bisa dihentikan dulu
proses perencanaan pengadaan obat untuk menghemat anggaran yang tersedia.
berdasarkan aspek ekonominya
denganmengelompokkan obat-obat tersebut 3.1. kesimpulan
ke dalam kategori A, B dan C. Obat kelompok 1. Gambaran Pengadaan obat di Apotek
A menyerap dana sekitar 70% dari total dana Yudhistira
konsumsi obat. Obat kelompok B menyerap a. Pengadaan obat di Apotek Yudhistira
dana sekitar 20% dari total dana konsumsi menggunakan metode konsumsi yang
dilakukan dengan tetap

ISSN : 2355-1313 20
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science – Volume 1 No 2 – 2014 - ijmsbm.org

 
mempertimbangkan pola penyakit dan [2] Anief, M. 2008b. Manajemen Farmasi.
sisa stok yang ada. Gadjah Mada University Press:
b. Pengadaan di Apotek Yudhistira Yogyakarta.
dilakukan dari kebutuhan yang sudah [3] Anief, M. 2008c. Ilmu Meracik Obat.
direncanakan melalui Analisa ABC. Gadjah Mada University Press:
2. Hasil evaluasi pengadaan obat di Apotek Yogyakarta
Yudhistira berdasarkan analisa ABC [4] Bogadenta, Aryo. Manajemen
periode 1 September 2013 – 28 Februari Pengelolaan Apotek. D-Medika:
2014 adalah sebagai berikut: Yogyakarta.
a. Obat kelompok A terdiri dari 14 item [5] Hidayati, Nurilla. 2009. Pengendalian
dengan nilai investasi 69,30%. Obat Persediaan Obat. Fakultas Kesehatan
kelompok B terdiri dari 24 item dengan Masyarakat Universitas Indonesia:
nilai investasi 20,37%. Obat kelompok Jakarta
C terdiri dari 165 item dengan nilai
investasi 10,33%. [6] Quick, J.D., 1997, Managing Drug
b. Total anggaran dana untuk pengadaan Suplly, Jonathan. D., (Eds), Second
di Apotek Yudhistira periode Edition, Reursod and Expanded,
september 2013 – februari 2014 Kumarin Press, USA
adalah Rp 91.386.739 dan untuk obat
kelompok A memakan anggaran dana [7] Yustina dan Sulasmono, 2008. Apotek.
sebesar Rp 63.327.681, obat Universitas Sanata Dharma:
kelompok B memakan anggaran dana Yogyakarta.
sebesar Rp 18.617.414, dan untuk
obat kelompok C memakan anggaran [8] Departemen Kesehatan RI, 1993.
dana sebesar Rp Peraturan Menteri Kesehatan No.
9.441.644. 922/Menkes/Per/X/1993; Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
3.2. Saran Jakarta : Direktorat Jendral Pelayanan
1. Perlu adanya penelitian untuk Kefarmasian dan Alat Kesehatan
menganalisa pengadaan obat di Apotek Departemen Kesehatan RI.
Yudhistira dengan analisa kombinasi ABC
dan VEN sehingga dapat mengevaluasi [9] Departemen Kesehatan RI, 2003.
dari aspek ekonomi dan kekritisan suatu Keputusan Presiden No. 80 Tahun
obat dalam pengobatan suatu penyakit. 2003; Pedoman Pelaksanaan Barang
2. Perlu adanya standar terapi pengobatan dan Jasa Pemerintah. Jakarta: Depkes
yang pasti sebagai panduan pengobatan RI
yang rasional, serta sebagai pertimbangan
pengadaan obat. [10] Departemen Kesehatan RI. 2008.
3. Perlu adanya kendali biaya dan kendali Informatorium Obat Nasional
mutu dalam pangadaan obat di Apotek Indonesia. Jakarta: Depkes RI
Yudhistira.
4. Obat-obat kelompok A harus dikendalikan [11] Departemen Kesehatan RI. 2009.
dengan ketat karena harganya mahal. Undang-Undang Kesehatan No. 36
Sedangkan obat kelompok B tetap perlu Tahun 2009. tentang Kesehatan.
dikendalikan namun tidak seketat obat BPOM. Jakarta: Depkes RI.
kelompok B dan obat kelompok C bisa
lebih longgar pengendaliannya. [12] Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia,
5. Obat-obat yang perlu dikurangi jika 2008. Informasi Spesialite Obat
anggaran dana tidak mencukupi yakni Indonesia . Jakarta: ISFI
obat-obat paten yang produk generiknya
juga tersedia baik itu pada kelompok A, B, [13] Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia.
atau C dengan tujuan untuk menghemat 2003. Standar Kompetensi Farmasis
anggaran dan mempermudah Indonesia. Jakarta: ISFI
pengendalian obat
[14] Maimun, Ali. 2008. Perencanaan Obat
REFERENSI Antibiotik Berdasarkan Kombinasi
[1] Anief, M. 2007a. Farmasetika. Gadjah Metode Konsumsi dengan Analisis
Mada University Press: Yogyakarta. ABC dan Reorder point terhadap Nilai
Persediaan dan Turn Over Ratio di
ISSN : 2355-1313 21
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science – Volume 1 No 2 – 2014 - ijmsbm.org

 
Instalasi Farmasi RS Darul Istiqomah
Kaliwungu Kendal, Tesis. Universitas
Diponegoro. Semarang.

[15] Permatasari, A. A. 2013. Analisa


Perencanaan Pengadaan Obat
Berdasarkan Analisa ABC di Apotek
Jati Medika Grogol Sukoharjo Bulan
Juli – Desember 2012. Karya Tulis
Ilmiah. Program Studi DIII Farmasi
Poltekkes Bhakti Mulia: Sukoharjo

[16] Riolita, M. 2013. Analisa Perencanaan


Obat untuk Program Jamkesmas
Berdasarkan Analisa ABC di Instalasi
Farmasi RSUD Sukoharjo Periode Juli
– Desember 2012. Karya Tulis Ilmiah.
Program Studi DIII Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sebelas Maret:
Surakarta

[17] Indriawati, Cut Safrina. 2001. Analisis


Pengelolaan Obat di Rumah Sakit
Umum Daerah Wates. Tesis.
Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta

[18] Parasuraman, A., V.A. Zeithml, dan


L.L. Berry. 1985. A Conceptual Model
Of Service Quality and Its Implication
for Future Research. Journal of
Marketing, vol. 49.

[19] Ridwan.
2007. Http://Ridwanamiruddin.Com/20
07/04/26/Strategi-Perencanaan-
Kesehatan/ (Diambil pada tanggal 23
Juni 2013).

[20] Yessi.2011.MetodeKombinasi.http://ye
ssykh.blogspot.com/2011/12/spesialite
-alat-kesehatan.html.Diakses 21 Maret
2012

ISSN : 2355-1313 22

Anda mungkin juga menyukai