Anda di halaman 1dari 21

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Operasi


(Herjanto, 2007), manajemen operasi adalah suatu kegiatan yang
berhubungan dengan pembuatan barang, jasa dan kombinasinya, melalui proses
transformasi dari sumber daya produksi menjadi keluaran yang diinginkan
(Daft, 2006) mendefinisikan manajemen operasi sebagai bidang manajemen
yang mengkhususkan pada produksi barang.Artinya kegiatan operasi hanya berfokus
pada kegiatan memproduksi barang dan memecahkan masalah-masalah yang
berkaitan dengan sektor produksi
Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa manajemen operasi merupakan
sebuah kegiatan produksi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada sehingga
menghasilkan suatu barang yang mempunyai nilai tinggi dalam bentuk barang dan
jasa.

2.2 Peramalan (Forecasting)


Metode peramalan akan membantu dalam mengadakan pendekatan analisa
terhadap tingkah laku atau pola dari data yang lalu, sehingga dapat memberikan cara
pemikiran, pengajaran dan pemecahan yang sistematis dan pramgatis, serta
memberikan tingkat keyakinan yang lebih besar atas ketepatan hasil ramalan yang
dibuat. Ada beberapa pengertian peramalan (forecasting) menurut para ahli, antara
lain :
 Menurut Jay Heizer dan Barry Render (Heizer & Render, 2014)peramalan
adalah seni atau ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan dan
melibatkan pengambilan data historis dan memproyeksikan ke masa mendatang
dengan suatu bentuk model matematis.

Jadi disini saya simpulkan bahwa metode Forecasting adalah suatu data untuk
meramalakan masa depan agar lebih terakurat dari masa lalu
2

2.2.1 Meramalkan Horizan Waktu


Menurut Jay Heizer dan Barry Render (Heizer & Render, 2014), peramalan
biasanya diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu masa depan yang dilingkupnya,
Horizon waktu terbagi menjadi beberpa katergori :
 Peramalan jangka pendek
Peramalan ini meliputi jangka waktu hingga satu tahun, tetapi umumnya kurang
dari 3 bulan. Peramalan ini digunakan untuk merancanakan pembelian,
pendjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penguasan kerja, dan tingkat produksi.

 Peramalan jangka menengah


Peramalan jangka menengah atau intermediate, umumnya mencakup hitungan
bulanan hingga 3 tahun. Peramalan ini berguna untuk merencanakan penjualan,
perencanaan dan anggaran produksi, anggaran kas, serta menganalisis bermacam
– macam rencana operasi.

 Peramalan jangka panjang


Umumnya untuk perencanaan masa 3 tahun atau lebih. Peramalan jangka panjang
digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan, modal, lokasi atau
pembangunan fasilitas, serta penilitian dan pengembangan (litbang).

2.2.2 Jenis - Jenis Peramalan


Menurut Heizer dan Render (Heizer & Render, 2014), organisasi pada
umumnya menggunakan tiga tipe peramalan yang utama dalam perencanaan
organisasi di masa depan :
1. Peramalan ekonomi (economic forecast) menjelaskan siklus bisnis dengan
memprediksi tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang dibutuhkan untuk
membangun perumahan, dan indikator perencanaan lainnya.
2. Peramalan teknologi (technological forecast) memperhatikan tingkat kemajuan
teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang menarik, yang
membutuhkan pabrik dan peralatan baru.
3. Peramalan permintaan (demand forecast) adalah proyeksi permintaan suatu
produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut juga peramalan
3

penjualan, yang mengendalikan produksi, kapasitas, serta sistem penjadwalan


dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran, dan sumber daya
manusia.

2.2.3 Model-Model Peramalan


Menurut Heizer dan Render (Heizer & Render, 2014), peramalan memiliki
dua model yang terdiri dari masing-masing metode yaitu :
a. Model deret waktu
Model deret waktu membuat prediksi dengan asumsi bahwa masa depan
merupakan fungsi dari masa lalu. Dengan kata lain, mereka melihat apa yang
terjadi selama kurun waktu tertentu dan menggunakan data masa lalu tersebut
untuk melakukan peramalan.
b. Model asosiatif
Model asosiatif (hubungan sebab akibat), seperti regresi linier, menggabungkan
banyak variabel atau faktor yang mungkin mempengaruhi kuantitas yang sedang
diramalkan.

2.2.4 Peramalan Deret Waktu


Heizer dan Render (Heizer & Render, 2014), menganalisis deret waktu
berarti membagi data masa lalu menjadi komponen-komponen, kemudian
memproyeksikannya ke masa depan. Deret waktu mempunyai empat komponen,
antara lain :
1. Tren, merupakan pergerakan data sedikit demi sedikit meningkat atau menurun.
Perubahan pendapatan, populasi, penyebaran umur, atau pandangan budaya dapat
mempengaruhi pergerakan tren.
2. Musim, adalah pola data yang berulang pada kurun waktu tertentu, seperti hari,
minggu, bulan, atau kuartal.
3. Siklus, adalah pola dalam data yang terjadi setiap beberapa tahun. Siklus ini
biasanya terkait pada siklus bisnis dan merupakan satu hal penting dalam analisis
dan perencanaan bisnis jangka pendek. Memprediksi siklus bisnis sulit dilakukan
karena adanya pengaruh kejadian politik ataupun kerusuhan internasional.
4. Variasi acak, merupakan satu titik khusus dalam data yang disebabkan oleh
peluang dan situasi yang tidak lazim. Variasi acak tidak mempunyai pola khusus
sehingga tidak dapat diprediksi.
4

2.3.5 Metode Peramalan Kuantitatif


Heizer dan Render (Heizer & Render, 2014), metode peramalan kuantitatif,
terdiri dari:
1. Pendekatan Naif (Naive Method)
Cara paling sederhana untuk meramal adalah berasumsi bahwa permintaan di
periode mendatang akan sama dengan permintaan pada periode terakhir. Untuk
beberapa jenis produk, pendekatan naif (naive method) merupakan model
peramalan objektif yang paling efektif dan efisien dari segi biaya. Paling tidak,
pendekatan naif memberikan titik awal untuk perbandingan dengan model lain
yang lebih canggih.
2. Rata-Rata Bergerak (Moving Average)
Peramalan rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual masa lalu untuk
menghasilkan peramalan. Rata-rata bergerak berguna jika kita dapat
mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan stabil sepanjang masa kita
ramalkan. Secara matematis, rata-rata bergerak sederhana (merupakan prediksi
permintaan periode mendatang) dinyatakan sebagai berikut :

Rata - rata bergerak =


 Permintaan dalam periode n sebelumnya
n
Ket: dimana n adalah jumlah periode dalam rata-rata bergerak.
3. Rata-Rata Bergerak dengan Pembobotan (Weighted Moving Average)
Saat terdapat tren atau pola yang terdeteksi, bobot dapat digunakan untuk
menempatkan penekanan yang lebih pada nilai terkini. Pemilihan bobot
merupakan hal yang tidak pasti karena tidak ada rumus untuk menetapkan
mereka. Oleh karena itu, pemutusan bobot yang digunakan membutuhkan
pengalaman. Sebagai contoh, jika bulan atau periode terakhir diberi bobot yang
terlalu berat, peramalan dapat menggambarkan perubahan yang terlalu cepat
yang tidak biasa pada permintaan atau pola penjualan.
Rata-rata bergerak dengan pembobotan akan digambarkan secara sistematis sebagai
berikut.

Pembobotan rata - rata bergerak =


 (Bobot periode n)(Permintaan dalam periode n)
 Bobot
5

4. Penghalusan Eksponential (Exponential Smoothing)


Penghalusan Eksponensial merupakan metode peramalan rata-rata bergerak
dengan pembobotan yang canggih, tetapi masih mudah digunakan. Metode ini
menggunakan pencatatan data masa lalu yang sangat sedikit. Rumus penghalusan
eksponensial dasar dapat ditunjukkan sebagai berikut :
Peramalan
Peramalan α (Permintaan sebenarnya periode
= periode +
baru terakhir – peramalan periode terakhir)
terakhir

dimana α adalah sebuah bobot atau konstanta penghalusan yang dapat dipilih
oleh peramal yang mempunyai nilai antara 0 dan 1. Persamaan rumus diatas juga
dapat ditulis secara sistematis sebagai berikut.

Ft = Ft-1 + α (At-1 – Ft-1)


dimana :
Ft = Peramalan baru
Ft-1 = Peramalan sebelumnya
α = Konstanta penghalusan (pembobotan) (0 ≤ α ≤ 1)
At-1 = Permintaan aktual periode lalu
5. Penghalusan Eksponential dengan Penyesuaian Trend (Exponential Smoothing
with Trend)
Model penghalusan eksponensial yang lebih rumit dan dapat menyesuaikan diri
pada tren yang ada. Idenya adalah menghitung tren rata-rata data penghalusan
eksponensial, kemudian menyesuaikan untuk kelambatan positif atau negatif
pada tren. Dengan penghalusan eksponensial dengan penyesuaian tren, estimasi
rata-rata dan tren dihaluskan. Prosedur ini membutuhkan dua konstanta
penghalusan, α untuk rata-rata dan β untuk tren. Kemudian, kita menghitung rata-
rata dan tren untuk setiap periode. Rumus Penghalusan Eksponential dengan
Penyesuaian Trend adalah sebagai berikut.
Ft = α (At-1) + (1-α) (Ft-1 + Tt-1) , Tt = β (Ft-Ft-1) + (1-β) Tt-1
6

dimana :
Ft = peramalan dengan eksponensial yang dihaluskan dari data berseri pada
periode t
Tt = tren dengan eksponensial yang dihaluskan pada periode t
At = permintaan aktual periode t
a = konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 ≤ α ≤ 1)
β = konstanta penghalusan untuk rata-rata (0 ≤ β ≤ 1)

6. Proyeksi Trend (Linear Regression)


Proyeksi Tren merupakan suatu metode peramalan yang mencocokan garis tren
pada serangkaian data masa lalu, kemudian memproyeksikan garis pada masa
mendatang untuk peramalan jangka menengah atau jangka panjang.

Rumus untuk menentukan perhitungan Linear Regression adalah sebagai


berikut.
y = a + bx
dimana :
y = nilai terhitung dari variabel yang akan diprediksi
a = persilangan sumbu y
b= kemiringan garis regresi (atau tingkat perubahan pada y untuk perubahan
yang terjadi di x
x = variable bebas (dalam kasus ini adalah waktu).

Untuk menentukan nilai a dan b, akan di jelaskan pada rumus dibawah ini.

dimana :
b = kemiringan garis regresi
∑ = tanda penjumlahan total
X = nilai variabel bebas yang diketahui
y = nilai variabel terkait yang diketahui
a = ȳ - bxx
7

dimana :
ȳ = rata-rata nilai y
xx = rata-rata nilai x.

2.2.6 Menghitung Kesalahan Peramalan


Menurut Heizer dan Render (Heizer & Render, 2014), ada beberapa
perhitungan yang biasa digunakan untuk menghitung kesalahan peramalan total.
Perhitungan ini dapat digunakan untuk membandingkan model peramalan yang
berbeda, mengawasi peramalan, dan untuk memastikan peramalan berjalan baik.Tiga
dari perhitungan yang paling terkenal adalah deviasi mutlak rerata (Mean Absolute
Deviation – MAD), kesalahan kuadrat rerata (Mean Squared Error – MSE), dan
kesalahan persen mutlak rerata (Mean Absolute Percent Error – MAPE).
1. Deviasi Rata-Rata Absolut (Mean Absolute Deviation)
MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan untuk sebuah
model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut dari tiap kesalahan
peramalan dibagi dengan jumlah periode data n. Rumus untuk menghitung MAD adalah
sebagai berikut.

MAD =
 | aktual - peramalan |
n

2. Kesalahan Rata-Rata Kuardrat (Mean Square Error)


MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan keseluruhan.
MSE merupakan rata-rata selisih kuadrat antara nilai yang diramalkan dan yang
diamati. Kekurangan penggunaan MSE adalah bahwa ia cenderung menonjolkan
deviasi yang besar karena adanya pengkuadratan. Rumus untuk menghitung MSE
adalah sebagai berikut.

MSE =
 | kesalahan peramalan | 2

2.3 Persediaan
2.3.1 Pengertian Persediaan
(Herjanto, 2007), menjelaskan persediaan adalah bahan atau barang yang
disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk
digunakan dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali, atau untuk
suku cadang dari suatu peralatan atau mesin. Bagi banyak perusahaan, persediaan
8

mencerminkan sebuah investasi, dan investasi ini sering lebih besar dari pada yang
seharusnya karena perusahaan lebih mudah untuk memiliki persediaan just in case
(berjaga – jaga kalau ada apa – apa) dari pada persediaan just-in-time (persediaan
seperlunya).Perusahaan dapat mengurangi biayadengan mengurangi tingkat
persediaan ditangan, sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas bila suatu produk
stocknya habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara
investasi persediaan dan tingkat layanan konsumen. Setiap manager operasi
menyadari bahwa manajemen persediaan yang baik sangat penting. Menurut
Zulfikarijah (2005:4), persediaan adalah stok bahan baku yang digunakan untuk
memfasilitasi produksi atau untuk memuaskan permintaan konsumen. Jenis
persediaan meliputi : bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Sedangkan
Assauri (2006:196) menyatakan bahwa persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi
barang-barang milik perusahaan yang dimaksud untuk dijual dalam satu periode
usaha yang normal atau persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya
dalam suatu proses produksi. Persediaan yang diadakan mulai dari yang bentuk
bahan mentah sampai dengan barang jadi antara lain berguna untuk :
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang
dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan.
3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat
digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus
produksi.
5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
6. Memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya
dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi adalah
memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut.
7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau
penjualannya.
Sehingga dapat disimpulkan, Persediaan (Inventory) adalah sumber daya
yang disimpan untuk memenuhi penjualan dan permintaan ataupun untuk menunggu
bahan proses sebelum menjadi barang jadi pada satu periode penjualan.
9

2.3.2 Jenis - Jenis Persediaan


Heizer dan Render (Heizer & Render, 2014), menjelaskan untuk
mengakomodasi fungsi – fungsi persediaan, perusahaan harus memelihara empat
jenis persediaan. Persediaan tersebut antara lain :
 Persediaan bahan mentah (raw material inventory)
Merupakan bahan – bahan yang biasanya dibeli, tetapi belum memasuki proses
manufaktur.
 Persediaan barang setengah jadi (work in process – WIP)
Merupakan produk atau komponen yang tidak lagi merupakan bahan mentah,
tetapi belum menjadi barang jadi.
 Persediaan pasokan pemeliharaan / perbaikan / operasi (maintenance, repair,
operating – MRO)
Merupakan persediaan yang disediakan untuk pemeliharaan, perbaikan, operasi
yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin – mesin dan proses – proses tetap
produktif.
 Persediaan barang jadi
Merupakan produk yang telah selesai dan tinggal menunggu pengiriman.Barang
jadi dapat dimasukkan ke persediaan karena permintaan pelanggan di masa
mendatang tidak diketahui.
Sedangkan Herjanto (2007:238), mengungkapkan persediaan
dapatdikelompokkan ke dalam empat jenis yaitu :
 Fluctuation Stock
Merupakan persediaan yang dimaksudkan untuk menjaga terjadinya fluktuasi
permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya, dan untuk mengatasi bila terjadi
kesalahan atau penyimpangan dalam prakiraan penjualan, waktu produksi, atau
pengiriman barang.

 Anticipation Stock
Merupakan persediaan untuk menghadapi permintaan yang dapat diramalkan,
misalnya pada musim permintaan tinggi, tetapi kapasitas produksi pada saat itu
tidak mampu memenuhi permintaan. Persediaan ini juga dimaksudkan untuk
menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan baku sehingga tidak
mengakibatkan terhentinya produksi.
10

 Lot-size Inventory
Merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih besar daripada
kebutuhan pada saat itu.Persediaan dilakukan untuk mendapatkan keuntungan
dari harga barang (berupa diskon) karena membeli dalam jumlah besar, atau
untuk mendapatkan penghematan dari biaya pengangkutan per unit yang lebih
rendah.
 Pipeline Inventory
Merupakan persediaan yang dalam proses pengiriman dari tempat asal ke tempat
dimana barang itu akan digunakan. Misalnya, barang yang dikirim dari pabrik
menuju tempat penjualan, yang dapat memakan waktu beberapa hari atau
minggu.

2.3.3 Fungsi Persediaan


Deitiana (Deitiana, 2011), berpendapat bahwa, persediaan berfungsi untuk
melayani beberapa kepentingan dalam perusahaan agar operasi perusahaan dapat
berjalan dengan fleksibel. Ada tiga fungsi utama dari manajemen persediaan ini,
yaitu:
1. Penyelarasan antara produksi dan distribusi
2. Antisipasi terhadap perubahan harga dan inflasi
3. Pemanfaatan potongan harga karena kuantitas pembelian
Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting
yang dihadapi oleh perusahaan. Pendekatan-pendekatan kuantitatif akan sangat
membantu dalam memecahkan masalah ini. Alasan utama yang menyebabkan
perhatian terhadap masalah pengendalian persediaan demikian besar adalah karena
pada kebanyakan perusahaan persediaan merupakan bagian atau porsi yang besar
yang tercantum dalam neraca. Persediaan yang terlalu besar maupun terlalu kecil
dapat menimbulkan masalah-masalah yang belik. Kekurangan persediaan bahan
mentah akan mengakibatkan adanya hambatan-hambatan pada proses produksi.
kekurangan persediaan barang dagangan akan menimbulkan kekecewaan pada
langganan dan akan mengakibatkann perusahaan kehilangan mereka sementara
kelebihan persediaan akan menyebabkan biaya ekstra.
Persediaan mempunyai beberapa fungsi penting yang menambah fleksibilitas
dari operasi suatu perusahaan, antara lain :
11

1. Untuk member stok agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan
terjadi.
2. Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi.
3. Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas karena membeli dalam
jumlah banyak biasanya ada diskon.
4. Untuk hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.
5. Untuk menghindari kekurangan stock yang dapat terjadi karena cuaca,
kekurangan pasokan, mutu, ketidaktepatan pengiriman.
6. Untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses.

2.3.4 Macam – Macam Biaya


Berdasarkan pendapat Zulfikarijah (Zulfikarijah, 2005), biaya persediaan di
dalam perusahaan umum dibedakan menjadi 4jenis yaitu :
1. Biaya Pembelian (purchasing cost)
Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang, jumlahnya
tergantung pada yang dibelidan harga barang per unit.
2. Biaya pengadaan (procurement cost)
Merupakan biaya yang berhubungan dengan pembelian barang terdiri dari biaya
pemesanan (ordering cost) apabila barang yang dikeluarkan berasal dari luar
perusahan dan biaya persiapan (setup cost). Biaya pengadaan ini terdiri dari 2
jenis, yaitu :
- Biaya pemesanan, adalah semua pengeluaran yang disebabkan oleh adanya
kegiatan mendatangkanbarang dari luar, biaya ini meliputi biaya menentukan
pemasok, pengetikan pemesanan, pengiriman pemesanan, biaya
pengangkutan, biaya penerimaan.
- Biaya persiapan adalah semua pengeluaran yang disebabkan oleh kegiatan
memproduksi suatu barang, biaya ini berasal dari pabrik yang meliputi : biaya
menyusun peralatan produksi, menyetel mesin, mempersiapkan gambar
kerja.
3. Biaya penyimpanan (carrying cost / holding cost)
Semua pengeluaran yang disebabkan oleh adanya kegiatan menyimpan barang
dalam periode waktu tertentu, biaya ini diwujudkan dalam bentuk persentase nilai
rupiah per unit waktu. Biaya ini meliputi :
- Biaya modal (cost of capital) merupakan adanya penumpukan barang dalam
12

proses persediaan sama artinya dengan biaya penumpukan modal yang


menyebabkan peluang untuk investasi lainnya berkurang. Modal ini dapat
diukur dengan besarnya suku bunga bank, oleh karena itu biaya yang
disebabkan oleh karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam
biaya sistem persediaan biaya modal diukur sebagai persentasi nilai
persediaan untuk periode waktu tertentu.
- Biaya penyimpanan (cost of storage) adalah biaya gudang yang dikeluarkan
untuk tempat atau gudang penyimpanan barang, apabila gudang yang
digunakan adalah sewa, maka biaya dapat berupa biaya sewa dana pabila
gudang milik sendiri, maka biayanya merupakan biaya depresiasi. Adapun
masukan dalam biaya gudang adalah biaya tempat,asuransi, dan pajak.
- Biaya keusangana tau kadar luarsa (obsolence cost) adalah biaya keusangan
atau penyimpanan barang–barang dalam waktu yang relatif lama dapat
berakibat menurun atau merosotnya nilai barang, hal ini dapat disebabkan
oleh adanya perubahan teknologi, model dan trend konsumen. Biaya
keuangan ini diukur dalam persentase berdasarkan pengalaman yang terjadi
selama ini.
- Biaya kehilangan (losscost) dan biaya kerusakan (deterioration ) adalah
penyimpanan barang yang dapat mengakibatkan dan penyusutan beratnya
dapat berkurang atau jumlahnya berkurang karena kehilangan. Biaya
kehilangan ini diukur dalam persentase berdasarkan pengalaman yang
selama ini terjadi.
- Biaya asuransi (insurancecost) adalah akibat lain dalam penyimpangan
persediaan adalah adanya bahaya yang tidak dapat dikendalikan seperti
bencana alam, kebakaran, dan lain –lain. Beberapa perusahaan besar
mengasuransikan persediaannya untuk mengantisipasi kerugian tersebut. Ada
pun jumlahnya sesuai dengan nilai, jenis persediaan dan kesepakatan dengan
pihak asuransi.
- Biaya administrasi dan pemindahan merupakan biaya yang dikeluarkan
untuk administrasi persediaan barang yang ada,baik pada saat pemesanan,
penerimaan barang, maupun penyimpanannya dan untuk memindah kandari
dan ketempat penyimpanan termasuk biaya tenaga kerja dan material
handling.
4. Biaya kekurangan persediaan (stockout cost)
13

Mereferensikan konsekuensi ekonomis yang disebabkan oleh adanya


kehabisan persediaan. Kondisi ini sangat merugikan perusahaan karena proses
produksi akan terganggu dan kesempatan untuk memperoleh peluang atau
keuntungan akan hilang atau konsumen yang akan dapat pindah ke perusahaan
lain karena permintaanya tidak terpenuhi yang pada akhirnya dapat berpengaruh
pada citra perusahaan.
Adapun yang termasuk dalam biaya stock out adalah :
- Jumlah barang yang tidak terpenuhi. Adanya kehabisan barang yang
menyebabkan kegiatan proses produksi terhenti dan sejumlah permintaan
tidak terpenuhi sehingga perusahaan akan kehilangan peluang untuk
memperoleh pendapatan dan keuntungan. Pengukuran biaya ini
didasarkanpada peluang yang hilang tersebut yang disebut juga dengan biaya
penalti dengan satuan rupiah per unit.
- Waktu pemenuhan. Kekurangan persediaan dapat juga berakibat pada
lambatnya waktu penyelesaian barang karena adanya waktu menganggur
pada saat perusahaan harus memesan persediaan, waktu menganggur ini
merupakan biaya kehilangan pendapatan. Pengukuran biaya ini didasarkan
waktu yang diperlukan untuk mengisi gudangn dengan satuan rupiah per
satuan waktu.
- Biaya pengadaan darurat. Biaya darurat ini sering kali diperlukan sebagai
upaya untuk memenuhi permintaan konsumen dalam kondisi kehabisan
biaya persediaan, sehingga biaya yang akan dikeluarkan lebih besar
dibandingkan kondisi normal. Biasanya biaya ini dikarenakan pemesanan
yang mendadak dimana perusahaan tidak mempunyai kesempatan untuk
berpikir lebih jauh untuk menentukan pilihannya, baik harga, pemasok, atau
biaya – biaya yang mengikutinya. Pengukurannya didasarkan pada
pemesanan setiap kali kehabisan persediaan.

Sedangkan, Heizer dan Render (2010:91) mengungkapkan jenis-jenis biaya


persediaan, antara lain :
 Biaya penyimpanan (holding cost) : biaya yang terkait dengan menyimpan
persediaan selama waktu tertentu.
 Biaya pemesanan (ordering cost) : mencakup biaya dari persediaan, formulir,
proses pesanan, pembelian, dukungan administrasi, dan lainnya.
14

 Biaya penyetelan (setup cost) : biaya untuk mempersiapkan sebuah mesin atau
proses untuk membuat sebuah pesanan. Ini menyertakan waktu dan tenaga kerja
untuk membersihkan serta mengganti peralatan atau alat penahan.

2.4 Model Kuantitas Pesanan Ekonomis (Economic Order Quantiy - EOQ)


Menurut Deitiana (Deitiana, 2011), inventory model yang paling sederhana
mengandung ciri – ciri sebagai berikut :
1. Barang / bahan mentah yang dipesan dan disimpan hanya satu macam.
2. Kebutuhan / permintaanya per periode diketahui.
3. Barang / bahan mentah yang dipesan segera dapat tersedia dan tidak ada back
order.

Heizer dan Render (Heizer & Render, 2014), menjelaskan model kuantitas
pesanan ekonomis (economic order quantity) adalah sebuah teknik kontrol
persediaan yang meminimalkan biaya total dari pemesanan dan penyimpanan. Model
kuantitas pesanan ekonomis ini memiliki beberapa asumsi yaitu :
1. Jumlah permintaan diketahui, konstan, dan independen.
2. Waktu tunggu – yakni waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan
diketahui dan konstan.
3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain,
persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada suatu waktu.
4. Tidak tersedia diskon kuantitas.
5. Biaya variable hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan (biaya
penyetelan) dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu (biaya
penyimpanan).
6. Kehabisan persediaan (kekurangan persediaan) dapat sepenuhnya dihindari jika
pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.

Adapun Herjanto (2007:245), berpendapat bahwa EOQ merupakan salah satu


model klasik, tetapi paling banyak dalam teknik pengendalian dan paling banyak
dipergunakan sampai saat ini karena
mudah penggunaannya.

Gambar 1.1 Model Kuantitas Pesanan Ekonomi


15

Sumber : Eddy Herjanto (2007:246)

Perhitungan EOQ dapat dihitung dengan rumus :

2.D.S
EOQ =
H

dimana,
EOQ = Jumlah optimal barang per pemesanan (Q*)
D = Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit
S = Biaya pemasangan atau pemesanan setiap pesanan
H = Biaya penahan atau penyimpanan per unit per tahun

Selain rumus EOQ, terdapat beberapa rumus untuk mendukung perhitungan biaya
persediaan, antara lain :
Q*
Persediaan rata - rata yang tersedia =
1. 2

D
Jumlah pesanan yang diperkirakan 
2. Q*

D
Biaya pemesanan tahunan = .S
3. Q*

Q*
Biaya penyimpanan tahunan = .H
4. 2

5. Total harga per unit = Harga per unit x D

6. Total Harga Keseluruhan = Total harga per unit + Biaya pemesanan tahunan
+ Biaya penyimpanan tahunan
16

Menurut Assauri (2006:182) penentuan jumlah pesanan ekonomis(EOQ)


ada 3 cara yaitu:
1. TabularApproach
Penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dengan Tabular approach dilakukan
dengan cara menyusun suatu daftar atau tabel jumlah pesanan dan jumlah biaya
pertahun.
2. GraphicalAproach
Penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan cara Graphical approach
dilakukan dengan cara menggambar grafik-grafik carying cost dan total cost
dalam satu gambar,dimana sumbu horizontal jumlah pesanan (order) per tahun,
sumbu vertikal besarnya biaya dari ordering cost, carrying cost, dan total cost.
3. Dengan menggunakan rumus (Formula Approach)
Cara penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan menurunkan didalam rumus-
rumus matematika dapat dilakukan dengan cara memperhatikan jumlah biaya
persediaan yang minimum terdapat, jika ordering costs sama dengan Carying
costs.
(Assauri, 2008)

2.4.1 Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point – ROP)


Heizer dan Render (2010:99), menjelaskan bahwa titik pemesanan ulang
adalah tingkat persediaan di mana ketika persediaan telah mencapai tingkat tersebut,
pemesanan harus dilakukan.Rumus untuk menentukan ROP adalah sebagai berikut :

ROP = d x L
dimana,
d = Permintaan per hari
L = Waktu tunggu pesanan baru dalam hari

Persamaan untuk ROP ini mengasumsikan permintaan selama waktu tunggu dan
waktu tunggu itu sendiri adalah konstan.
Permintaan per hari (d) dihitung dengan membagi permintaan tahunannya (D)
dengan jumlah hari kerja dalam satu tahun :
17

D
Permintaan per hari =
Jumlah hari kerja per tahun

Titik pemesanan ulang (Reorder Point–ROP), yakni tingkat persediaan


dimana harus dilakukan pemesanan kembali. Agar pembelian bahan yang sudah
ditetapkan dalamEOQ tidak mengganggu kelancaran kegiatan produksi, maka
diperlukan waktu pemesanan kembali bahan baku. Faktor-faktor yang
mempengaruhi titik pemesanan kembali adalah:
1. Lead time adalah waktu yang dibutuhkan antara bahan baku dipesan hingga
sampai diperusahaan. Lead time ini akan mempengaruhi besarnya bahan baku
yang digunakan selama masa lead time, semakin lama lead time maka akan
semakin besar bahan yang diperlukan selama masa lead time.
2. Tingkat pemakaian bahan baku rata – rata persatuan waktu tertentu.
3. Persediaan Pengaman (Safety Stock), yaitu jumlah persediaan bahan minimum
yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga kemungkinan
keterlambatan datangnya bahan baku, sehingga tidak terjadi stagnasi.

2.4.2 Persediaan Pengaman(Safety Stock – SS)


Menurut Assauri (2006:187), safety stock adalah persediaan tambahan yang
diadakan untuk melindungi dan untuk menjaga kemungkinan terjadinya
kekurangan bahan (stock out). Kemungkinan terjadinya stockout disebabkan karena
penggunaan bahan baku yang lebih besar dari pada perkiraan semula, atau
keterlambatan dalam pengiriman bahan baku yang dipesan. Akibat pengadaan
persediaan penyelamat terhadap biaya perusahaan adalah mengurangi kerugian yang
ditimbulkan karena terjadinya stock out, akan tetapi sebaliknya akan menambah
besarnya carrying cost. Oleh karena itu, pengadaan persediaan penyelamat oleh
perusahaan dimaksudkan untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena
terjadinya stockout, tetapi juga pada saat itu diusahakan agar carrying cost menjadi
serendah mungkin.
Faktor–faktoryangmenentukan besarnya persediaan penyelamat adalah:
1. Penggunaan bahan baku rata-rata
Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama periode
-periode tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah rata–rata
penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya. Hal ini perlu diperhatikan
18

karena setelah kita mengadakan pesanan atau order penggantian, maka


pemenuhan kebutuhan atau permintaan dari pelanggan sebelum barang yang
dipesan datang harus dapat dipenuhi dari persediaan yang ada.
2. Faktor Lead Time
Lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan -
bahan sampai dengan kedatangan bahan–bahan yang dipesan tersebut dan
diterima di gudang persediaan. Dengan ditemukannya EOQ, masih ada
kemungkinan adanya kekurangan persediaan (out of stock) didalam proses
produksi. Kemungkinan kekurangan persediaan itu akan timbul apabila :
 Penggunaan bahan dasar didalam proses produksi lebih besar dari pada yang
diperkirakan sebelumnya. Hal ini akan berakibat persediaan akan habis
diproduksi sebelum pembelian / pesanan yang berikutnya datang, sehingga
terjadilah kekurangan persediaan.
 Pesanan / pembelian bahan dasar itu tidak dapat datang tepat pada waktunya.
Dari dua keadaan tersebut diatas, maka perusahaan perlu menetapkan
adanya proses persediaan cadangan (safety stock) untuk menjamin kelancaran
proses produksi akibat kemungkinan adanya kekurangan persediaan tersebut.
Untuk menaksir besarnya safety stock, dapat dipakai cara yang relatif
lebih teliti yaitu dengan metode sebagai berikut :
1. Metode perbedaan pemakaian maksimum dan rata – rata
Metode ini dilakukan dengan menghitung selisih antara pemakaian
maksimum dengan pemakaian rata-rata dalam jangka waktu tertentu
misalnya perminggu, kemudian selisih tersebut dikalikan dengan lead time.

Safety Stock= (Pemakaian Maksimum– PemakaianRata-Rata) Lead Time

2. Metode statistika untuk menentukan besarnya safety stock dengan metode ini,
maka dapat digunakan program komputer kuadrat terkecil (least square).

2.4.3 Lead Time


Pengertian lead time yang dinyatakan Zulfikarijah (2005:96)
merupakan waktu yang dibutuhkan antara pemesanan dengan barang sampai
diperusahaan, sehingga lead time berhubungan dengan reoder point dan saat
19

penerimaan barang. Lead Time muncul karena setiap pesanan membutuhkan


waktu dan tidak semua pesanan bisa dipenuhi seketika, sehingga selalu ada
Jeda waktu. Lead time sangat berguna bagi perusahaan yaitu pada saat
persediaan mencapai nol, pesanan akan segera tiba diperusahaan. Dalam EOQ,
lead time diasumsikan konstan artinya dari waktu ke waktu selalu tetap misal
lead time 5 hari, maka akan berulang dalam setiap periode. Akan tetapi dalam
prakteknya lead time banyak berubah-ubah, untuk mengantisipasinya
perusahaan sering menyediakan safetyStock. Dari pembahasan diatas faktor
waktu sangatlah penting dalam pengisian kembali persediaan karena terdapat
perbedaan waktu yang kadang cukup lama saat mengadakan pesanan untuk
menggantikan atau pengisian kembali persediaan.

2.5 Kerangka Pemikiran

PT.KARYA ADIKITA
GALVANIZE
20

Observasi Permasalahan

Problem Solving

Forecasting

Moving Weighted Exponential Exponential Linear


Average Moving Smoothing Smoothing Regression
Average WithTrend

Perencanaan Persediaan Bahan


Baku

Metode Persediaan Metode persediaan


Metode persediaan
(EOQ) (EOQ Discount)
(POQ)

Perbandingan data aktual


perusahaan dengan EOQ

Implikasi hasil penelitian

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Anda mungkin juga menyukai