Anda di halaman 1dari 47

EVALUASI KINERJA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES)

PERCONTOHAN (Studi pada 2 Desa di Kabupaten Dompu dan 1 Desa di


Kabupaten Lombok Timur)

Sofiah1
Biana Adha Inapty2
Bambang3
1)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) kinerja BUMDes


percontohan dalam perspektif perencanaan, (2) kinerja BUMDes percontohan
dalam perspektif administrasi (3) kinerja BUMDes percontohan dalam perspektif
pembukuan keuangan yang ada di BUMDes Nusa Jaya, BUMDes Calabai
Mandiri, dan BUMDes Lentera. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini ialah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Responden dalam
penelitian ini ialah Kepala Bidang Ekonomi DPMPD Dukcapil Provinsi NTB,
Kepala Desa, Kepala BUMDes, Manajer unit usaha BUMDes, pengawas
BUMDes, dan masyarakat yang merasakan program BUMDes pada masing-
masing BUMDes yang berjumlah 25 responden. Data dalam penelitian ini
dikumpulkan melalui metode wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja BUMDes secara umum
sudah berjalan dengan baik. Hal inidapat dilihat berdasarkan berjalannya
program-program BUMDes secara baik.Meski ada beberapa hal dalam BUMDes
belum terkelola denganbaik sehingga program BUMDes belum sepenuhnya
berjalan optimal karena adabeberapa yang harus diperbaiki seperti kurangnya
sumberdaya manusia danfinansial serta lemahnya sosialisasi dan minimnya
koordinasi. Saran yang dapatdiberikan yaitu agar tidak terjadi keterlambatan
dalam membuat payung hukum, tertib administrasi, meningkatkan kualitas dan
kuantitas sumberdaya manusia, meningkatkansumberdaya finansial, sosialisasi
lebih merata dan meningkatkan koordinasisehingga pemberdayaan dan peran aktif
masyarakat dapat ditingkatkan.

Kata Kunci : Perencanaan, Administrasi, Pembukuan Keuangan


1. Pendahuluan
Bangsa Indonesia mempunyai cita-cita yang besar dalam mewujudkan
keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh warga negara Indonesia.Agar dapat
mewujudkan cita-cita tersebut, maka pemerintah melakukan pembangunan
nasional di seluruh penjuru negeri (Nugroho, 2015).Pembangunan nasional
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata dan
spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
1945. Perwujudan dari tujuan tersebut, pemerintah memprioritaskan
pembangunan daerah dari Desa, hal ini tercermin pada aturan tentang otonomi
daerah yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 juncto
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Implementasi dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
serta Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pemerintah
telah mengalokasikan Dana Desa sebesar Rp.116 triliun sejak tahun 2015 sampai
dengan tahun 2017, yaitu Rp.20 triliun pada tahun 2015, Rp.47 triliun pada tahun
2016, dan Rp.60 triliun pada tahun 2017 (Kemenkeu RI 2015, Kemenkeu RI
2016, Kemenkeu RI 2017). Pelaksanaan dana Desa merupakan program Nawacita
ketiga yang berbunyi “Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat
Daerah-daerah dan Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan (Putra, 2015: 8).
Dalam rangka pelaksanaan dana Desa, pemerintah Desa dapat membuat
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai pembangunan kegiatan ekonomi
masyarakat. Melalui BUMDes, diharapkan terdapat pola interaksi antar
pelakuekonomi sehingga masyarakat dapat melakukan kegiatan transaksi.
Kemudian berkonsentrasi untuk menciptakan efisiensi ekonomi berdasarkan
struktur kekuasaan ekonomi, politik dan sosial antarpelakunya (Yustika, 2008:
35).
Dalam rangka memperkuat BUMDes, maka dilakukan serangkaian
evaluasi terhadap kinerja BUMDes.Rahadi (2010: 94) menjelaskan evaluasi
kinerja merupakan sarana untuk memperbaiki mereka yang tidak melakukan
tugasnya dengan baik di dalam organisasi.Adapun hal–hal yang dinilai kinerjanya
adalah perspektif perencanaan, perspektif administrasi dan perspektif pembukuan
keuangan.
Peneliti berharap penelitian ini mampu memberikan kontribusi berupa
saran perbaikan bagi pengelola BUMDes, pemerintah daerah, maupun pemerintah
pusa, terutama dalam hal meningkatkan kinerja BUMDes. Selain itu, peneliti juga
berharap hasil studi ini mampu memberikan kontribusi secara akademis berupa
faktor apa saja yang menjadi kendala pengoperasional BUMDes. Terakhir,
peneliti berharap hasil studi ini mampu menjadi landasan bagi penelitian
berikutnya yang mampu mengawal proses kinerja BUMDes agar kualitasnya terus
meningkat.
2. Kajian Literatur
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Kelembagaan
Pertama, bila berkaitan dengan proses, maka kelembagaan merujuk kepada
upaya untuk mendesain pola interaksi antarpelaku ekonomi sehingga mereka bisa
melakukan kegiatan transaksi. Kedua, jika berhubungan dengan tujuan, maka
kelembagaan berkonsentrasi untuk menciptakan efisiensi ekonomi berdasarkan
struktur kekuasaan ekonomi, politik dan sosial antarpelakunya (Yustika, 2008:
35).
Kelembagaan Desa yang dimaksud adalah lembaga, pihak, atau institusi
yang berada di Desa yang berasal dari unsur eksekutif, legislatif, dan masyarakat
yang terlibat dalam penyusunan, pelaksanaan, dan pengawasan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) (Ramadana dkk, 2013). Kelembagaan
Desa yang dimaksud dalam penulisan ini adalah mengenai kelembagaan
perencanaan.
2.1.2. Pembangunan Desa Mandiri
Agunggunanto (2016) menjelaskan Desa mandiri adalah Desa yang
mampu memenuhi kebutuhannya dan apabila terdapat bantuan dari Pemerintah,
bantuan tersebut hanya bersifat perangsang. Pembangunan Desa mandiri meliputi
kegiatan-kegiatan rencana pembangunan yang bersifat partisipatif, transparan,
akuntabel dan mendetail. Kegiatan-kegiatan tersebut melalui serangkaian tahapan
yaitu perencanaan dan persiapan, identifikasi umum Desa, analisis aset Desa serta
musyawarah rencana pembangunan Desa (musrenbangdes).
2.1.3. Badan Usaha Milik Desa
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa memberikan definisi
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa
pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat
desa. Sebagai sebuah organisasi BUMDes tentunya memiliki tujuan yang menjadi
acuan dalam menjalankan kebijakan strategis maupun operasionalnya. Melalui
tujuan itulah BUMDes diadakan untuk menggapai suatu cita-cita pembangunan
dilevel desa yang lebih baik.
2.1.4. Pihak yang Terkait mengenai Pengelola BUMDes
Menurut Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015, susunan
kepengurusan organisasi pengelola BUMDes terdiri dari:
1. Penasihat;
2. Pelaksana Operasional; dan
3. Pengawas.
2.1.5. Evaluasi
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, evaluasi adalah
rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output),
dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar.
2.1.6. Kinerja
Secara sederhana oleh Ulum (2009:19) dalam Widyatmoko (2016) kinerja
memiliki pengertian sebagai proses aktifitas mengubah input menjadi output
kemudian menjadi outcame. Penjelasan lebih lanjut tentang kinerja juga
disampaikan oleh Moeheriono (2010:960) dalam Widyatmoko (2016) kinerja
merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program
kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi
organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi.
2.1.7. Evaluasi Kinerja
Rahadi (2010: 94) menjelaskan evaluasi kinerja merupakan sarana untuk
memperbaiki mereka yang tidak melakukan tugasnya dengan baik di dalam
organisasi. Banyak organisasi berusaha mencapai sasaran suatu kedudukan yang
terbaik dan terpercaya dalam bidangnya. Untuk itu sangat tergantung dari para
pelaksanaannya, yaitu para karyawannya agar mereka mencapai sasaran yang
telah ditetapkan oleh organisasi dalam corporate planning. Untuk itu pula,
perhatian hendaknya ditujukan kepada kinerja, suatu konsepsi atau wawasan
bagaimana kita bekerja agar mencapai yang terbaik. Hal ini berarti bahwa kita
harus dapat memimpin orang-orang dalam melaksanakan kegiatan dan membina
mereka sama pentingnya dan sama berharganya dengan kegiatan organisasi. Jadi,
fokusnya adalah kepada kegiatan bagaimana usaha untuk selalu memperbaiki dan
meningkatkan kinerja dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Untuk mencapai
itu perlu diubah cara bekerja sama dan bagaimana melihat atau meninjau kinerja
itu sendiri. Dengan demikian, pimpinan dan karyawan yang bertanggung jawab
langsung dalam pelaksanaan evaluasi kinerja harus pula dievaluasi secara
periodik.
2.1.8. Perencanaan
PKDSP (2007: 43) memaparkan perencanaan usaha/bisnis adalah
dokumen tertulis yang menguraikan gagasan usaha yang akan
dioperasionalisasikan. Sehingga pengelola maupun pihak-pihak yang
berkepentingan dengan usaha tersebut dapat memahami prospek usaha yang akan
dijalankan dan kemungkinan risiko yang akan ditanggung. Penyusunan rencana
usaha BUMDes penting dibuat sebagai dasar panduan guna menentukan aktivitas
usaha kedepan yang menguntungkan.
 Pandangan Perusahaan (BUMDes)
Menjelaskan dasar pendirian,strukur organisasi, tujuan perusahaan
(BUMDes), nama perusahaan (BUMDes), lokasi usaha, produk yang
dihasilkan (barang atau jasa), dan badan hukum perusahaan.
 Perencanaan Barang dan Jasa
Menjelaskan tentang keunggulan produk (barang atau jasa) yang dihasilkan,
pasar yang dibidik, dan alasan mengapa konsumen menginginkan produk
tersebut atau terdapat permintaan di pasar.
 Perencanaan Pemasaran
Menggambarkan siapa saja yang menjadi konsumen dari produk – produk
yang dihasilkan dan kondisi persaingan yang dihadapi, strategi yang akan
dilakukan (strategi harga, produk, distribusi, promosi).
 Perencanaan Manajemen
Menjelaskan kompetensi yang dimiliki pengelola BUMDes dan sistem
manajemen yang dijalankan.
 Perencanaan Pengoperasian
Menjelaskan sistem produksi dan operasi yang digunakan, fasilitas yang
dimiliki, ketersediaan bahan baku atau keterjaminan pemenuhan bahan baku.
 Perencanaan Keuangan
Menggambarkan kebutuhan keuangan dan sumber keuangan yang mungkin
dapat digali, memproyeksikan pendapatan, biaya dan laba (analisis titik impas
dan arus kas).
2.1.9. Administrasi
Administrasi berdasarkan etimologis (asal kata) bersumber dari bahasa
latin, yang terdiri dari ad + ministrare, yang secara operasional berarti melayani,
membantu dan memenuhi. Administrasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengendalikan suatu usaha (pemerintah) agar tujuan tercapai. Karissa (2011)
menyimpulkan pengertian dari administrasi sebagai berikut:
1. Administrasi merupakan kegiatan manusia dan berlangsung berupa proses
pengendalian interaksi antara dua orang atau lebih dalam bentuk kerja sama.
2. Administrasi merupakan proses pengendalian yang sadar tujuan.
3. Administrasi berlangsung untuk mempersatukan gerak langkah sejumlah
manusia.
2.1.10. Pembukuan Keuangan
PKDSP (2007: 31) menyatakan BUMDes harus melakukan pencatatan
atau pembukuan yang ditulis secara sistematis dari transaksi yang terjadi setiap
hari.Pencatatan transaksi itu umumnya menggunakan sistem akuntansi.Fungsi dari
akuntansi adalah untuk menyajikan informasi keuangan kepada pihak internal dan
eksternal dan sebagai dasar membuat keputusan. Pihak internal BUMDes adalah
pengelola dan Dewan Komisaris, sedangkan pihak eksternal adalah Pemerintah
Kabupaten, Perbankan, masyarakat yang memberikan penyertaan modal, dan
petugas pajak.
3. Desain Penelitian
3.1. Pendekatan Penelitian
Cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data
mendalam yang diperlukan, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di 2 Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat
yaitu Kabupaten Dompu dan Kabupaten Lombok Timur. Pemilihan Kabupaten
Dompu sebagai lokasi penelitian dikarenakan terdapat 2 BUMDes yang menjadi
BUMDes percontohan yaitu BUMDes Nusa Jaya Kecamatan Manggelewa dan
BUMDes Calabai Mandiri Kecamatan Pekat. Desa Calabai mendapat juara tingkat
Provinsi hasil penilaian lomba Desa di NTB tahun 2017 dan BUMDes merupakan
salah satu item penilaian untuk inovasi serta keberhasilan pembangunan di Desa.
Sedangkan pemilihan Kabupaten Lombok Timur dikarenakan adanya 1 BUMDes
percontohan yang merupakan BUMDes terbaik se-Indonesia dalam kategori
BUMDes inovatif pada tahun 2016 oleh Kemendes PDTT, sehingga diperlukan
adanya evaluasi kinerja mengapa 3 BUMDes ini dijadikan BUMDes percontohan
oleh DPMPD Dukcapil Provinsi NTB meliputi aspek perencanaan, administrasi,
dan pembukuan keuangan.
3.3. Metode Penentuan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode purposive sample. Kriteria-kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini
terdiri dari:
1. BUMDes merupakan BUMDes percontohan di Kabupaten Dompu
yang mendapat predikat Desa terbaik se-NTB dan BUMDes
Kabupaten Lombok Timur yang mendapat predikat terbaik se-
Indonesia.
2. BUMDes percontohan yang mempunyai unit usaha PAMDes, Simpan
Pinjam, BRI Link, Pengadaaan Beras, Pengadaan Sanitasi, Saprodi,
Pengelolaan Sampah, dan Penyewaan Hand Tractor.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara dan dokumentasi.
3.5. Sumber Data
Sumber data yang digunakan peneliti adalah menggunakan data primer
dan data sekunder.
3.6. Populasi, Sampel dan Responden
3.6.1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2012:115). Populasi dalam penelitian ini adalah BUMDes Kabupaten Dompu dan
BUMDes Kabupaten Lombok Timur.
3.6.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2012:116). Berikut sampel yang digunakan:
Tabel 3.1
BUMDes percontohan di Kabupaten Dompu
Nama Tahun
No Unit Usaha Desa Kecamatan Kabupaten
BUMDes Berdiri

PAMDes, Simpan

Pinjam, BRI Link, Manggele


1 Nusa Jaya 2014 Nusa Jaya Dompu
Pengadaan Beras, wa

Pengadaan Sanitasi

Calabai PAMDes, Simpan


1 2015 Calabai Pekat Dompu
Mandiri Pinjam, Saprodi

Lentera PAMDes, Simpan

(Lendang Pinjam, Pengelolaan Lendang Lombok


3 2012 Masbagik
Nangka Sampah, dan Penyewaan Nangka Timur

Sejahtera) Hand Tractor

(Sumber: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa


Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi NTB Tahun 2017
3.6.3. Responden
Responden yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah aparatur
Desa yang terkait dengan BUMDes seperti Kepala Bidang Ekonomi DPMPD
Dukcapil Provinsi NTB, Kepala Desa, Kepala BUMDes, Manajer unit usaha
BUMDes, pengawas BUMDes, dan masyarakat yang merasakan program
BUMDes.
3.7. Identifikasi Variabel
Variabel – variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kesesuaian tahapan kinerja BUMDes
a. Perencanaan
b. Administrasi
c. Pembukuan Keuangan
3.8. Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel tersebut perlu diberikan definisi secara operasional
untuk menjelaskan arah penelitian yang akan dilakukan:
1. Perencanaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Pemerintah Desa
menyusun perencanaan pembangunan BUMDes sesuai dengan
kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan
Kabupaten/Kota. Perencanaan Pembangunan BUMDes meliputi;
- Pandangan Perusahaan (BUMDes)
- Perencanaan Barang dan Jasa
- Perencanaan Pemasaran
- Perencanaan Manajemen
- Perencanaan Pengoperasian
- Perencanaan Keuangan
2. Administrasi di BUMDes dapat menggunakan sistem manual atau
komputerisasi, selain itu demi keakuratan data dan administrasi maka
BUMDes juga membuat arsip data yang sifatnya autentik seperti
(Windarnovi, 2014):
- Administrasi dibidang tata usaha umum, meliputi: a. Berita acara seluruh
kegiatan musyawarah ataupun rapat yang dilakukan BUMDes; b. Buku
tamu; c. Agenda surat masuk dan surat keluar
- Administrasi dibidang unit usaha PAMDes, simpan pinjam, dan Saprodi.
3. Pembukuan keuangan. Adapun indikator pada variabel pembukuan adalah
modal awal, perkembangan modal, bantuan modal dari pihak lain, dan sistem
pembukuan. Sedangkan kinerja keuangan dilihat dari kontribusi BUMDes
terhadap desa berupa peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD).
3.9. Analisis Data
Miles dan Huberman (Sugiyono, 2014: 430), mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas
dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification.
3.10. Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
pembanding terhadap data itu (Moleong, 2009: 330). Triangulasi sebagai
gabungan atau kombinasi berbagai metode yang dipakai untuk mengkaji
fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber
data.
4. Temuan Data Lapangan
4.1. Deksripsi Wilayah Penelitian dan Gambaran Umum Responden
4.1.1. Deskripsi Wilayah Penelitian
Kondisi suatu wilayah mempunyai peran yang penting, karena kondisi
wilayah dapat mengetahui faktor-faktor natural untuk mengetahui keadaan dan
potensi yang ada di suatu kawasan sehingga dapat diketahui aktivitas yang sesuai
di kawasan tersebut. Fisik yang natural di suatu wilayah berfungsi sebagai wadah
atau tempat aktivitas penduduk, sebagai sumber daya alam yang cukup
mempengaruhi perkembangan kawasan dan sebagai pembentuk pola aktivitas
penduduk.
1. Batas-batas wilayah Desa Nusa Jaya Kecamatan Manggelewa Kabupaten
Dompu adalah sebagai berikut :
a) Sebelah Utara : Desa Kampasi Meci
b) Sebelah Timur : Desa Tanju
c) Sebelah Selatan : Desa Lanci Jaya
d) Sebelah Barat : Desa Sukadamai
2. Batas-batas wilayah Desa Calabai Kecamatan Pekat Kabupaten Dompu
adalah sebagai berikut:
a) Sebelah Utara : Desa Karombo
b) Sebelah Timur : Desa Kadindi Barat
c) Sebelah Selatan : Desa Pekat
d) Sebelah Barat : Laut
3. Batas-batas wilayah Desa Lendang Nangka Kecamatan Masbagik
Kabupaten Lombok Timur adalah sebagai berikut:
a) Sebelah Utara : Desa Lendang Nangka Utara
b) Sebelah Timur : Desa Jurit
c) Sebelah Selatan : Desa Kumbang dan Desa Danger
d) Sebelah Barat : Desa Kumbang
4.1.2. Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini adalah Kepala Bidang Ekonomi DPMPD
Dukcapil Provinsi NTB, Kepala Desa, Ketua Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes), Manajer Unit Usaha BUMDes, Pengawas BUMDes, dan masyarakat
yang merasakan program BUMDes. Responden tersebut dipilih karna mempunyai
tugas dan tanggungjawab secara langsung atas kinerja BUMDes dibandingkan
perangkat Desa yang lain.
Tabel 4.1

Rincian Responden Berdasarkan BUMDes

No. Desa Nama Responden

BUMD DPMPD Kepala Ketua Manajer Unit Usaha Peng Masya Juml

es Dukcapi Desa BUMDe PAMDes Simpan BRI Pengadaa Pengadaan Sapro Pengelol Penyewa awas rakat ah

l Prov. s Pinjam Link n Beras Sanitasi di aan an Hand

NTB Sampah Tractor

 1

1 Nusa Nusa
         9
Jaya Jaya

2 Calabai Calabai

Mandir        7

3 Lendang Lentera
        8
Nangka

Jumlah 1 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 3 25

Sumber : data diolah, 2018


4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1. Kinerja BUMDes Percontohan di 3 Desa
BUMDes memiliki tolak ukur kinerja yang dapat dilihat dari Kepala Desa
yang memiliki komimen kuat mendukung BUMDes tersebut,
pengelola/pengurusnya yang juga memiliki komitmen untuk memajukan
BUMDes, kemudian masyarakat yang menerima kehadiran BUMDes. Contohnya
di Provinsi NTB sendiri, berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Chairy selaku
mantan kepala bidang ekonomi DPMPD Dukcapil Provinsi NTB, menjelaskan
sebagai berikut.
“Yang pertama yang menjadi tolak ukur kinerja sebuah BUMDes itu
adalah kalau melihat adalah pertama Kepala Desa nya, kemudian kedua
pengelola BUMDes nya, kenapa Kepala Desa, BUMDes ini adalah milik
Desa, penanggungjawabnya adalah Kepala Desa, komisarisnya Kepala
Desa, nah kalau Kepala Desanya punya komitmen kuat, dia akan
mensupport BUMDes ini, kenapa, karna BUMDes ini modal awalnya dari
Pemerintah Desa, kalau Kepala Desa tidak punya komitmen yang kuat
maka dia tidak akan peduli dengan pengembangan BUMDes, itu dulu
komitmen yang kuat. Kemudian yang kedua, pengelolanya pengurusnya,
Kepala Desanya senang ngasi penyertaan modalnya tapi kalau
pengurusnya kayak kerupuk layu ndak bisa dia, maka ini dulu yang harus
dilakukan. Kemudian baru yang terakhir ada dukungan dari masyarakat
karna nanti yang manfaatkan BUMDes ini adalah masyarakat,
masyarakat menerima keberadaan sebuah BUMDes, itu yang penting.
Sehingga kinerja BUMDes itu akan maju dengan 3 komponen disini.”
(Hasil Wawancara dengan Mantan Kepala Bidang Ekonomi, pada tanggal
22 Maret 2018)
4.2.2. Evaluasi Kinerja BUMDes Perconohan di 3 Desa
4.2.2.1. Perspektif Perencanaan
PKDSP (2007: 43) memaparkan perencanaan usaha/bisnis adalah
dokumen tertulis yang menguraikan gagasan usaha yang akan
dioperasionalisasikan. Sehingga pengelola maupun pihak-pihak yang
berkepentingan dengan usaha tersebut dapat memahami prospek usaha yang akan
dijalankan dan kemungkinan risiko yang akan ditanggung. Penyusunan rencana
usaha BUMDes meliputi pandangan perusahaan, perencanaan barang dan jasa,
perencanaan pemasaran, perencanaan manajemen, perencanaan pengoperasian,
perencanaan keuangan.
4.2.2.1.1. Evaluasi Kinerja BUMDes Nusa Jaya dalam Perspektif Perencanaan
a. Dasar Pendirian
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Pasal 4
menjelaskan “(1) Desa dapat mendirikan BUM Desa berdasarkan Peraturan Desa
tentang Pendirian BUM Desa (2) Desa dapat mendirikan BUM Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan mempertimbangkan: a. inisiatif Pemerintah Desa
dan/atau masyarakat Desa; b. potensi usaha ekonomi Desa; c. sumberdaya alam di
Desa; d. sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUM Desa; dan e.
penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan dan kekayaan
Desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUM Desa”.
Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan wawancara berikut ini.
“Latar belakang berdirinya BUMDes ini berawal dari lumbung pangan
sebenarnya ya, pendirian lumbung pangan dulu. Pertama, masyarakat
mengumpulkan padi masing-masing 100 kg, setelah terkumpul padi
diuangkan 32.000.000,00 awalnya dulu, itu awal berdirinya dulu tahun
2006 dulu kalau gak salah tanggal 6 Agustus 2006 ya berdirinya.
Kemudian setelah adanya lumbung pangan, berdirilah yang namanya
BUMDes, kita yang mencetuskan pertama kali yang namanya BUMDes
itu, belum ada wacana dari pemerintah di tahun 2006. Kemudian dari
hasil yang 32.000.000,00 itu kita kembangkan menjadi simpan pinjam,
tapi sebelum simpan pinjam itu ada mbak, terlebih dahulu kita
memberikan pelatihan, yang kemarin yang tidak-tidak ada usahanya itu
kita berikan pelatihan bagaimana caranya membuat kerupuk, pokoknya
bagaimana caranya membangun usaha sudah, bukan semata-mata karna
kita siapkan modal, tidak, awalnya itu kita kasi dulu pelatihan
memberikan pekerjaan untuk masyarakat.”
(Hasil wawancara dengan Kepala Desa Nusa Jaya, pada tanggal 28
Februari 2018)
b. Struktur Organisasi Melalui Musyawarah Desa
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa
menjelaskan pada Pasal 5 Ayat (1) adalah “Pendirian BUM Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 disepakati melalui Musyawarah Desa, sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertingggal, dan
Transmigrasi tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan
Keputusan Musyawarah Desa”. Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan
wawancara responden berikut ini :
“Betul, memang ya termasuk alot kalo pengurusnya itu kan. Jadi harus
melalui musyawarah Desa, supaya jangan dianggap melegalkan.”
(Hasil wawancara dengan Kepala Desa Nusa Jaya, pada tanggal 28
Februari 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Semua kegiatan yang dilakukan oleh BUMDes dan keputusan itu melalui
musyawarah, kalau misalnya intern paling sekedar pengurusnya tapi
kalau menyangkut masalah iuran segala macam mungkin pembayarannya
itu, memang semua masyarakat kita undang. Kita tidak berani
memutuskan sepihak ya.”
(Hasil Wawancara dengan Manajer Unit Usaha PAMDes, pada tanggal 28
Februari 2018)
c. Tujuan Perusahaan
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Pasal 3
menjelaskan “Pendirian BUMDes bertujuan a. meningkatkan perekonomian Desa;
b. mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa; c.
meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa; d.
mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak
ketiga; e. menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan
layanan umum warga; f. membuka lapangan kerja; g. meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi Desa; dan h. meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan
Asli Desa”. Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan wawancara berikut ini.
Awalnya dulu memang ada Kepala Desa pertama dulu, itulah yang punya
sebenarnya dulu, punya ide awal BUMDes sehingga sekarang kan diikuti
juga oleh termasuk juga Kabupaten juga kan mengikuti juga. Nah
BUMDes ini sebenarnya karna dia melihat bahwa potensi Desa kita,
potensi masyarakat juga sebenarnya sangat potensial sebenarnya. Tetapi
waktu itu belum di anu oleh pemerintah maupun masyarakat belum ada
tanggapan serius, memang dipandang sebelah mata sebelumnya, tapi
sekarang sudah sampai nasional dia sekarang. Jadi sebenarnya itu tujuan
dari kepala Desa yang dulu itu karna melihat potensi.
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Nusa Jaya, pada tanggal 28
Februari 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut :


“Ya untuk menurunkan angka kemiskinan sebenarnya, kalau kemarin itu
kan Nusa Jaya termasuk Desa miskin jadi kita waktu itu kepala Desa pada
jaman itu mengupayakan, jadi untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakatnya, dia memberikan arahan seperti itu, membentuk suatu
badan usaha.”
(Hasil Wawancara dengan Ketua BUMDes Nusa Jaya, pada tanggal 28
Februari 2018)

d. Produk yang Dihasilkan (Barang atau Jasa)


Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Pasal 1
menjelaskan “Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang
dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat Desa” kemudian Pasal 8 menjelaskan “BUM
Desa dapat membentuk unit usaha meliputi: a. Perseroan Terbatas sebagai
persekutuan modal, dibentuk berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan
usaha dengan modal yang sebagian besar dimiliki oleh BUM Desa, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan tentang Perseroan Terbatas; dan b. Lembaga
Keuangan Mikro dengan andil BUM Desa sebesar 60 (enam puluh) persen, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan tentang lembaga keuangan mikro”. Hal ini
didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:
“Untuk sekarang ada beras ini, penjualan beras, kemudian ada BRI Link
itu, itu usahanya dan rencananya kemungkinan air minum, PAMDes
istilahnya, itu yang mau dikelola mungkin tahun ini, kalau gak awal tahun
ini bisa pertengahan tahun karna potensi air ini lumayan juga. Pihak
Desa belum menyerahkan, tapi mungkin pertengahan tahun ini mau
diserahkan ke BUMDes.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Nusa Jaya, pada tanggal 28
Februari 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Kalau untuk sampai sekarang ini simpan pinjam, itu awalnya yang
pertama simpan pinjam, kemudian ada ternak sapi, kemudian disitu ada
saprodi (sarana produksi), kemudian pengelolaan air bersih tapi untuk
rencananya kita, itu yang menjadi rencana kita pengadaan meteran untuk
PAM itu, karna selama ini kan masih ngambang diratakan mereka untuk
pembayarannya, yang pemakaian juga besar sama-sama membayar 30,
yang sedikit juga penggunaannya 30, jadi untuk supaya mereka itu tidak
ada kecemburuan kita akan mengadakan meteran besok. Kemudian ada
unit usaha lain termasuk BRI Link, kemudian yang terakhir kemarin itu
pengadaan packing beras. Kemudian sekarang kan ijinnya lagi proses
juga sambil menunggu apa namanya itu akte notarisnya, sambil untuk ijin
packing-an itu. Tapi untuk sementara kan pemasarannya hanya skup Desa
saja sama diluar, belum kita ke pasaran yang luas.”
(Hasil Wawancara dengan Ketua BUMDes Nusa Jaya, pada tanggal 28
Februari 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Kalau yang itu sebenarnya awalnya dulu, sebenarnya ini bukan milik
Desa. Dipegang dulu sama PDAM, nah tetapi PDAM pengelolaannya
tidak jelas pada saat itu akhirnya masyarakat mengambil alih, istilahnya
Pemerintah Desa lah yang mengambil alih, ndak pernah dia ndak aktif
gitu, pada dasarnya iurannya tetap dilakukan oleh masyarakat. Airnya
macet itu kendalanya, akhirnya diambil alih oleh Pemerintah Desa
komunikasi dengan pemerintah kabupaten.”
(Hasil Wawancara dengan Manajer Unit Usaha PAMDes, pada tanggal 28
Februari 2018)

e. Badan Hukum BUMDes


Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Pasal 7
Ayat (1) adalah “BUM Desa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan
hukum. (2) Unit usaha yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari BUM
Desa dan masyarakat. (3) Dalam hal BUM Desa tidak mempunyai unit-unit usaha
yang berbadan hukum, bentuk organisasi BUM Desa didasarkan pada Peraturan
Desa tentang Pendirian BUM Desa, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(3)”. Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan wawancara responden berikut ini :
“Sementara ini sudah memang diajukan melalui DPMPD tapi ceritanya
sekarang mau diuruskan badan hukumnya, tapi sekarang belum keluar dia
kebetulan BUMDes juga sudah keluarkan uang biayanya kemarin, sampai
sekarang belum ada yang keluar.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Nusa Jaya, pada tanggal 28
Februari 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Masih proses sebenarnya, kemarin kita sudah usulkan ke notaris. Jadi


kita tinggal menunggu waktu saja ini legalitasnya, sekarang masukin
Perdes aja.”
(Hasil Wawancara dengan Ketua BUMDes Nusa Jaya, pada tanggal 28
Februari 2018)
f. Perencanaan Usaha (Bisnis Plan)
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Pasal
25D menjelaskan “Analisis kelayakan usaha BUM Desa yang berorientasi pada
usaha perantara (brokering), usaha bersama (holding), bisnis sosial (social
business), bisnis keuangan (financial business) dan perdagangan (trading), bisnis
penyewaan (renting) mencakup aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan
sumberdaya manusia, aspek keuangan, aspek sosial budaya, ekonomi, politik,
lingkungan usaha dan lingkungan hidup, aspek badan hukum, dan aspek
perencanaan usaha”. Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan wawancara
responden berikut ini mengenai aspek perencanaan usaha:
“Kalau untuk perencanaannya memang saya kira masing-masing unit ini
akan terus meningkatkan jenis usahanya masing-masing, misalnya untuk
tahun ini mungkin lebih besar lagi beli gabahnya karna kemarin masih uji
coba kan. Karna terasa pembelian gabah itu menguntungkan, mungkin
akan ditingkatkan lagi pembeliannya. Kemudian BRI Link, ya kalau BRI
Link namanya orang ngambil, orang ngirim paling ndak terlalu besar
juga kan, jadi ada saja tiap hari ada orang diluar yang ngirim.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Nusa Jaya, pada tanggal 28
Februari 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Kalau untuk sampai sekarang ini simpan pinjam, itu awalnya yang
pertama simpan pinjam, kemudian ada ternak sapi, kemudian disitu ada
saprodi (sarana produksi), kemudian pengelolaan air bersih tapi untuk
rencananya kita, itu yang menjadi rencana kita pengadaan meteran untuk
PAM itu, karna selama ini kan masih ngambang diratakan mereka untuk
pembayarannya, yang pemakaian juga besar sama-sama membayar 30,
yang sedikit juga penggunaannya 30, jadi untuk supaya mereka itu tidak
ada kecemburuan kita akan mengadakan meteran besok. Kemudian ada
unit usaha lain termasuk BRI Link, kemudian yang terakhir kemarin itu
pengadaan packing beras. Kemudian sekarang kan ijinnya lagi proses
juga sambil menunggu apa namanya itu akte notarisnya, sambil untuk ijin
packing-an itu. Tapi untuk sementara kan pemasarannya hanya skup Desa
saja sama diluar, belum kita ke pasaran yang luas.”
(Hasil Wawancara dengan Ketua BUMDes Nusa Jaya, pada tanggal 28
Februari 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Mungkin sistemnya nanti kita pakai meteran atau dia buat dulu bak
penampungan dulu, karna kalau kita pakai meteran, tidak kita punya
penampungan yang besar sama halnya dengan bohong juga, kenapa kita
bilang begitu karna beban ini yang banyak gitu, maksudnya kita nanti dari
Pemerintah Desa mungkin buat penampungan yang besar, kita masukan
dulu di penampungannya baru full setelah itu kita matikan, baru
disalurkan ke pelanggan itu sendiri. Dia bayar Rp100.000,00 saja
pelanggan itu dia bilang sanggup, yang penting air ini tetap jalan, saking
dibutuhkan nanti makanya gak ada yang komplain lah besaran pemakaian
debit air segala macam.”
(Hasil Wawancara dengan Manajer Unit Usaha PAMDes, pada tanggal 28
Februari 2018)
4.2.2.1.2. Evaluasi Kinerja BUMDes Calabai Mandiri dalam Perspektif
Perencanaan
a. Dasar Pendirian
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Pasal 4
menjelaskan “(1) Desa dapat mendirikan BUM Desa berdasarkan Peraturan Desa
tentang Pendirian BUM Desa (2) Desa dapat mendirikan BUM Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan mempertimbangkan: a. inisiatif Pemerintah Desa
dan/atau masyarakat Desa; b. potensi usaha ekonomi Desa; c. sumberdaya alam di
Desa; d. sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUM Desa; dan e.
penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan dan kekayaan
Desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUM Desa”.
Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan wawancara berikut ini.
“Terbentuknya badan usaha yang namanya bumdes yaitu berdasarkan
pada dimana kebutuhan. Kebutuhan yang pertama, para petani, yang
kedua, kebutuhan ibu-ibu dipasar dalam rangka melaksanakan transaksi
perekonomian dibakulan. Yang kedua, bagaimana Pemerintah Desa
calabai melihat satu potensi yang ada dipinggir pantai atau potensi di laut
yang juga pengelolaan air bersih sehingga dengan maksud dan tujuan
tersebut, pada tahun 2015 pertengahan baru pemerintah Calabai
mendirikan yang namanya BUMDes yaitu diberi nama dan saya sendiri
memberi nama Calabai Mandiri tahun 2015 sehingga pada saat terbentuk
itu saya dirapatkan dengan seluruh elemen masyarakat pada tahun 2015
itu. Nah, akhirnya diberikan keluasan terhadap Pemerintah Desa Calabai
sesuai dengan amanat daripada Undang-Undang juga bahwa BUMDes
itu diberikan untuk rencana pengembangan usaha dalam bentuk
pembiayaan yang Alhamdulillah tahun 2016 jadi pencairan pertama untuk
pembiayaan BUMDes sebesar Rp10.000.000,00 dan Rp50.000.000,00 itu
seperti apa rencananya, seperti yang saya sampaikan tadi.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Calabai, pada tanggal 26 Februari
2018)
b. Struktur Organisasi Melalui Musyawarah Desa
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa
menjelaskan pada Pasal 5 Ayat (1) adalah “Pendirian BUM Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 disepakati melalui Musyawarah Desa, sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertingggal, dan
Transmigrasi tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan
Keputusan Musyawarah Desa”. Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan
wawancara responden berikut ini :
“Kalau untuk pengurusnya kita rapatkan sampai 2 kali. Di Desa, melalui
musyawarah Desa dan alhamdulillah para pengurusnya dipilih oleh
perwakilan masyarakat dan didasarkan dari hasil aspirasi masyarakat.
Memang kepala Desa dan juga kita juga selaku pemerintahan Desa tidak
ingin BUMDes ini dia mengelola seperti BUMDes-BUMDes yang tahun-
tahun yang lalu. Ketika dia mendapatkan modal selesai, selesai. Karna
kenapa, karna yang kita evaluasi ini terjadi karna sumber daya
pengelolanya yang kurang faham. Sehingga pilihan masyarakat sekarang
alhamdulillah. Jadi ketuanya sekarang sarjana ekonomi, sekretaris
sarjana kehutanan dan alhamdulillah bendaharanya juga mantan
bendahara veneer. Jadi, kita tidak ragu-ragu lagi, jadi orang-orang
berkompeten. Sehingga pilihan masyarakat ya alhamdulillah. Bahkan
sudah ada SHU nya kemarin. Dia mengelola berapa bulan kemarin, kalau
gak salah Rp2.000.000,00 lebih kemarin. Dan yang lebih mungkin adek-
adek juga merasa kaget, jadi orang-orang yang bekerja ini belum kita
berikan gaji, masih kerja sukarela untuk pengurusnya, sampai sekarang.”
(Hasil wawancara dengan Kepala Desa Calabai, pada tanggal 26 Februari
2018)
c. Tujuan Perusahaan
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Pasal 3
menjelaskan “Pendirian BUMDes bertujuan a. meningkatkan perekonomian Desa;
b. mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa; c.
meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa; d.
mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak
ketiga; e. menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan
layanan umum warga; f. membuka lapangan kerja; g. meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi Desa; dan h. meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan
Asli Desa”. Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan wawancara berikut ini.
“Yang pertama, maksud dan tujuan BUMDes itu perputaran roda
perekonomian, sehingga yang pertama sekali dibiayai pada anggaran
Rp50.000.000,00 itu yang pertama di SPP nya (Simpan Pinjam) dan yang
kedua untuk pengadaan Saprodi. Itu dibagi 2, SPP nya Rp15.000.000,00
ya kalo gak salah ya, yang sisanya untuk pengadaan saprodi. Sehingga,
alhamdulillah mulai dari tahun 2016 itu baru para petani dan ibu-ibu
yang berusaha dipasar itu menikmati daripada kehadiran BUMDes ini.
Jadi secara otomatis kehadiran BUMDes menjawab berbagai persoalan
yang selama ini ada suatu bentuk kebuntuan dalam rangka perpuratan
semua itu sehingga menyusulnya SPP walaupun tidak banyak yang kita
anggarkan sekedar Rp15.000.000,00 yang Alhamdulillah perputaran itu
kemajuan dari para ibu-ibu yang bakulan itu dirasakan ibu-ibu dan sistem
pengembaliannya dia memakai sistem perminggu dia, dia langsung
membayar ke kepala unitnya. Jadi dari pasar itu langsung, kebetulan
kantornya dekat dengan pasar, langsung mereka. Sehingga yang kedua
bagi untuk unit usaha saprodi nya, yang selama ini seperti yang saya
ceritakan tadi bahwa kebutuhan pupuk sangat mendesak sekali.
Kebutuhan pupuknya yang selama ini dirasakan oleh para petani sangat
langka sehingga yang seharusnya RDKK yang dimiliki oleh Desa Calabai
itu tidak bias diakses dan dimanfaatkan oleh pihak ketiga seperti yang
disampaikan tadi. Sehingga dengan dasar itu tujuan kami.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Calabai, pada tanggal 26 Februari
2018)
d. Produk yang Dihasilkan (Barang atau Jasa)
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Pasal 1
menjelaskan “Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang
dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat Desa” kemudian Pasal 8 menjelaskan “BUM
Desa dapat membentuk unit usaha meliputi: a. Perseroan Terbatas sebagai
persekutuan modal, dibentuk berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan
usaha dengan modal yang sebagian besar dimiliki oleh BUM Desa, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan tentang Perseroan Terbatas; dan b. Lembaga
Keuangan Mikro dengan andil BUM Desa sebesar 60 (enam puluh) persen, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan tentang lembaga keuangan mikro”. Hal ini
didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:
“Unit usaha, dia sebenarnya kita tidak berikan dalam bentuk modal,
dalam bentuk uang. Kalau untuk unit usaha wisata, kita berikan bantuan
dia, yang pertama kemarin kita berikan bantuan Rp20.000.000,00 untuk
pembelian banana boat-nya dipengelolaan wisata. Yang kedua, kemarin
kita anggarkan lebih dari Rp40.000.000,00 untuk beli mesin speednya itu
agar bisa menarik banana boatnya. Makanya lewat-lewat itulah kita
berikan dukungan, lewat ADD, Dana Desa itu. Sehingga, dengan modal
itu, jadi anak-anak muda yang mengelola unit usaha ini bisa mengelola
sendiri bisa mandiri dia dan alhamdulillah sekarang dia mulai berjalan.
Cuman banana boatnya belum dipake sekarang, masih kita buat body
speednya. Kemarin kan kita uji coba itu kita pake punya angkatan laut,
jadi dia gak bisa berani tarik sekencang-kencangnya untuk bermanuver.
Jadi kita harus buat khususkan, lagi dibuat sama kepala unit. Mudah-
mudahan mulai tahun ini bisa income untuk Desanya.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Calabai, pada tanggal 26 Februari
2018)
e. Badan Hukum BUMDes
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Pasal 7
Ayat (1) adalah “BUM Desa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan
hukum. (2) Unit usaha yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari BUM
Desa dan masyarakat. (3) Dalam hal BUM Desa tidak mempunyai unit-unit usaha
yang berbadan hukum, bentuk organisasi BUM Desa didasarkan pada Peraturan
Desa tentang Pendirian BUM Desa, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(3)”. Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan wawancara responden berikut ini :
“Iya, kalau untuk semua itu kita sudah pikirkan dari awal, lengkap, ADRT
nya kita lengkap dan SK nya juga lengkap. Bahkan BUMDes Calabai
Mandiri ini satu-satunya yang sudah memiliki yang namanya akte notaris.
Mungkin dengan dasar itulah pilihan-pilihan orang kabupaten/provinsi
memilih BUMDes Calabai Mandiri.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Calabai, pada tanggal 26 Februari
2018)
f. Perencanaan Usaha (Bisnis Plan)
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Pasal
25D menjelaskan “Analisis kelayakan usaha BUM Desa yang berorientasi pada
usaha perantara (brokering), usaha bersama (holding), bisnis sosial (social
business), bisnis keuangan (financial business) dan perdagangan (trading), bisnis
penyewaan (renting) mencakup aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan
sumberdaya manusia, aspek keuangan, aspek sosial budaya, ekonomi, politik,
lingkungan usaha dan lingkungan hidup, aspek badan hukum, dan aspek
perencanaan usaha”. Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan wawancara
responden berikut ini mengenai aspek perencanaan usaha:
“Perencanaannya masing-masing semua unit ini. Jadi untuk wisatanya,
jadi sudah mendapatkan bayangan mereka, tehnik penarikan itu jadi
mereka inginkan itu ada semacam ada perdes khususnya untuk mereka.
Sehingga berapa untuk operasionalnya mereka, berapa untuk
BUMDesnya, dan berapa untuk Desanya. Kalau untuk jasa atau
transportasinya, kita kan sebenarnya orang kabupaten juga, kita ke
perhubungan kemarin, mereka agak ragu akan mobil itu karna mobil itu
cukup lumayan mahal sekitar Rp400.000.000,00 lebih. Mungkin adek-
adek juga sudah liat di kodim itu. Cuman pengalamannya bupati ditahun
kemarin ada BUMDes yang semacam truk itu waktu jaman Pak Saiful, itu
mobil-mobil itu dipergunakan untuk bisnis perorangan, atas nama
BUMDes tapi pengelolaannya atas nama pribadi, itu yang salah.
Sehingga dari dasar itu pak Bupati tidak berani menyerahkannya. Jadi,
mobil itu masih berada di Dompu tapi pengelolaannya dibawah naungan
BUMDes sekarang. Jadi, ketika ada yang mau keluar kota
mempergunakan itu, perhubungannya kontak kepala BUMDesnya untuk
menyerahkan supirnya dan supirnya disediakan oleh BUMDes sendiri.
Makanya planning sebenarnya, planning usaha jasa transportasi,
sebenarnya kita sudah rencanakan sediakan transportasi karna kunjungan
orang-orang ini persiapan untuk Tambora Menyapa Dunia. Sering kita
menjemput tamu-tamu juga di bandara, baik itu tamu-tamu wisata
mancanegara dan tamu-tamu yang ini, para pemilik saham, disini kan
banyak industri. Tamu-tamu PT. SMS, tamu-tamu yang bergerak dibidang
pertambangan, disuruh jemput kadang-kadang. Makanya rencana kita
sangat pasti sekali untuk jasa transportasinya itu. Rencananya tunggu
siap dulu BUMDes nya baru mau diserahkan, gak tau sampai kapan,
apakah benar-benar murni ragu-ragu atau memang mobilnya gak mau
diserahkan..”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Calabai, pada tanggal 26 Februari
2018)
4.2.2.1.3. Evaluasi Kinerja BUMDes Lentera (Lendang Nangka Sejahtera) dalam
Perspektif Perencanaan
a. Dasar Pendirian
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Pasal 4
menjelaskan “(1) Desa dapat mendirikan BUM Desa berdasarkan Peraturan Desa
tentang Pendirian BUM Desa (2) Desa dapat mendirikan BUM Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan mempertimbangkan: a. inisiatif Pemerintah Desa
dan/atau masyarakat Desa; b. potensi usaha ekonomi Desa; c. sumberdaya alam di
Desa; d. sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUM Desa; dan e.
penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan dan kekayaan
Desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUM Desa”.
Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan wawancara berikut ini.
“BUMDes ini kan tahun 2015 setelah adanya Undang-Undang Desa
Nomor 6 tahun 2014 itu, dari semua Desa yang ada di seluruh Indonesia
lah dan di Lombok Timur 239 Desa dan di NTB ini 995 Desa, dengan
terbitnya Undang-Undang Desa ini, Desa itu dapat membentuk yang
namanya Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes. Nah, sehingga dengan
turunnya ini maka kita tahun 2015 itu membentuklah BUMDes yang
namanya BUMDes Lentera (Lendang Nangka Sejahtera) karna
terbentuknya BUMDes ini tentu kita berangkat dari cikalnya sebenarnya,
sebelumnya sudah ada cikalnya mulai dari kita mengelola namanya
BPAMDes, BPAMDes ini adalah Badan Pengelola Air Minum Desa
disamping juga ada USP dulu Unit Simpan Pinjam, tentu dengan adanya
BUMDes ini terutama mengangkat potensi-potensi Desa yang mana itu
kembangkan dan itu kita angkat gitu sehingga potensi Desa ini bisa
terutama dimunculkan dan itu menjadi sebuah aset bagi Desa yang
dikelola oleh BUMDes yang dimana BUMDes ini sebenarnya dihajatkan
untuk mengangkat perekonomian dalam upaya kemakmuran masyarakat
itu.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Lendang Nangka, pada tanggal 9
Maret 2018)
b. Struktur Organisasi Melalui Musyawarah Desa
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa
menjelaskan pada Pasal 5 Ayat (1) adalah “Pendirian BUM Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 disepakati melalui Musyawarah Desa, sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertingggal, dan
Transmigrasi tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan
Keputusan Musyawarah Desa”. Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan
wawancara responden berikut ini :
“Iya tentu, pembentukan BUMDes ini tentu lewat musyawarah warga-
warga Desa seperti DPD, LKMD, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
pemuda, dan elemen-elemen yang memiliki potensi besar membangun
Desa ini.”
(Hasil wawancara dengan Kepala Desa Lendang Nangka, pada tanggal 9
Maret 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Ya, jadi pengurus itu begitu dia musyawarah Desa tentang rencana
pembentukan BUMDes ini, dia sudah langsung terformasi, Kepala Desa
bersama jajarannya, BPD, LKMD bersama tokoh masyarakat, tokoh
agama kumpul jadi satu.”
(Hasil Wawancara dengan Ketua BUMDes Lentera, pada tanggal 9 Maret
2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Ya, itu secara musyawarah dulu di Desa.”


(Hasil Wawancara dengan Manajer Unit Usaha PAMDes, pada tanggal 9
Maret 2018)
c. Tujuan Perusahaan
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Pasal 3
menjelaskan “Pendirian BUMDes bertujuan a. meningkatkan perekonomian Desa;
b. mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa; c.
meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa; d.
mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak
ketiga; e. menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan
layanan umum warga; f. membuka lapangan kerja; g. meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi Desa; dan h. meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan
Asli Desa”. Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan wawancara berikut ini.
“BUMDes ini sebagai salah satu untuk mengangkat PAD sebenarnya
(Pendapatan Asli Desa) dan alhamdulillah dari sejak tahun 2015
terbentuknya itu banyak kontribusi dan memiliki nilai yang sangat bagi
pendapatan asli Desa kita.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Lendang Nangka, pada tanggal 9
Maret 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut :

“Tujuannya ya seperti yang tadi itu, sama-sama apa namanya


memberikan keringanan atau kemudahan kepada masyarakat itu, gimana
ya misalkan kalau dikasi minjam bisa berusaha berarti mengurangi
penganggurannya itu lah ya.”
(Hasil Wawancara dengan Ketua BUMDes Lentera, pada tanggal 9 Maret
2018)
d. Produk yang Dihasilkan (Barang atau Jasa)
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Pasal 1
menjelaskan “Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang
dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat Desa” kemudian Pasal 8 menjelaskan “BUM
Desa dapat membentuk unit usaha meliputi: a. Perseroan Terbatas sebagai
persekutuan modal, dibentuk berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan
usaha dengan modal yang sebagian besar dimiliki oleh BUM Desa, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan tentang Perseroan Terbatas; dan b. Lembaga
Keuangan Mikro dengan andil BUM Desa sebesar 60 (enam puluh) persen, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan tentang lembaga keuangan mikro”. Hal ini
didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:
“Unit usaha pada awalnya itu kan ada 2 yaitu dari unit simpan pinjam,
USP ini, kedua ada BPAMDes yang sekarang ini PAMDes, disamping itu
ada yang ketiga itu ada jasa penyewaan hand tractor, terus misalnya
bayar listrik dan ada juga yang lain yaitu pengelolaan sampah. Jadi ada 4
unit, namun yang sudah berjalan bagus alhamdulillah yaitu PAMDes ini,
unit simpan pinjam, nah terus mengenai penyertaan modal dari anggaran
Dana Desa, itu yang kita alokasikan kesana, tahun 2017 itu kita
alokasikan sekitar Rp250.000.000,00, itu untuk pengelolaan air minum
Desa dan untuk tahun 2018 ini kita alokasikan itu Rp40.000.000,00, dan
untuk pengelolan sampah ini tahun 2016 kita mendapatkan bantuan dari
pemerintah dalam hal ini dari Dinas PU yaitu berupa bangunan tempat
pengelolaan sampah ini yaitu anggarannya diberikan Rp500.000.000,00
dan kita yang menyediakan lahan yaitu 5 are dan pengolahan sampah ini
tahun 2018 ini kita akan mengalokasikan rencananya anggaran itu untuk
pembuatan tungku pembakaran sampah, kalau yang Rp500.000.000,00 itu
bangunan dan operasional dan peralatan-peralatan yang ada. Untuk yang
USP unit simpan pinjam ini kemarin tahun 2017 itu kita alokasikan sekitar
Rp120.000.000,00 karna pemberdayaan masyarakat itu sebenarnya
melalui BUMDes untuk pelatihan-pelatihan tetapi kemarin itu
dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan, kita alokasikan sekitar
Rp25.000.000,00 kalau ndak salah kepada BUMDes ini. Sedangkan untuk
jasa karna dapat bantuan itu dari Dinas Pertanian yaitu hand tractor
tetapi untuk penambahan modal itu belum kita berikan, hanya yang kita
tambahkan modal itu adalah pada kebutuhan dasar seperti kesehatan
yaitu penyediaan air bersih ini.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Lendang Nangka, pada tanggal 9
Maret 2018)
e. Badan Hukum BUMDes
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Pasal 7
Ayat (1) adalah “BUM Desa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan
hukum. (2) Unit usaha yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari BUM
Desa dan masyarakat. (3) Dalam hal BUM Desa tidak mempunyai unit-unit usaha
yang berbadan hukum, bentuk organisasi BUM Desa didasarkan pada Peraturan
Desa tentang Pendirian BUM Desa, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(3)”. Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan wawancara responden berikut ini :
“Sebelum BUMDes itu sudah ada dia disamping AD/ART nya sebenarnya
tapi ini untuk BUMDes yang legalitas dari notaris mungkin yang belum,
tapi kalau Perdes tentang ini dan AD/ART nya itu sudah ada
legalitasnya.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Lendang Nangka, pada tanggal 9
Maret 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Kalau ke notaris kita belum, karna kita kemarin di Undang-Undang itu


tidak disebutkan legalitas BUMDes langsung lewat notaris jadi cukup
berdirinya lewat Peraturan Desa. Nah lambat laun berkembang ada surat
edaran bahwa setiap unit itu yang harus dinotariskan, harus di badan
hukumkan. Tapi yang pertama itu kita sudah sah kan yang tahun 2008,
hanya BPAMDes, hanya yang untuk air Desa, itu sudah ada akte
notarisnya lewat notaris kemarin. Kalau yang BUMDes yang 2015 ini
masih pakai Perdes.”
((Hasil Wawancara dengan Ketua BUMDes Lentera, pada tanggal 9 Maret
2018)

f. Perencanaan Usaha (Bisnis Plan)


Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Pasal
25D menjelaskan “Analisis kelayakan usaha BUM Desa yang berorientasi pada
usaha perantara (brokering), usaha bersama (holding), bisnis sosial (social
business), bisnis keuangan (financial business) dan perdagangan (trading), bisnis
penyewaan (renting) mencakup aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan
sumberdaya manusia, aspek keuangan, aspek sosial budaya, ekonomi, politik,
lingkungan usaha dan lingkungan hidup, aspek badan hukum, dan aspek
perencanaan usaha”. Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan wawancara
responden berikut ini mengenai aspek perencanaan usaha:
“Perencanaan masing-masing unit ini kalau diliat dari program kerja
karna dari unit ini dalam arti koordinasi yang sangat itu adalah ketua
BUMDes apa yang menjadi program jangka menengah maupun pendek,
itu seperti sampah, seperti air, seperti USP maupun juga seperti jasa.
Kalau air kita sudah menormalisasi jaringan-jaringan penyediaan air
minum ini atau air bersih ini, makanya kemarin sudah kita anggarkan
sudah merata air ini walaupun masih tetapi 90 sekian persen itu sudah
bisa dirasakan dengan perencanaan yang matang”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Lendang Nangka, pada tanggal 9
Maret 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Jadi kalau perencanaan kami bebaskan ke masing-masing unit, kita di


BUMDes itu dulu waktu BPAMDes banyak sekali pengurus, nah sekarang
di BUMDes itu pengurusnya kita hilangkan, hanya cukup ketua sekretaris
bendahara, hanya 3. Kemudian yang bekerja itu sebenarnya unit, contoh
di PAMDes itu banyak sekali tenaganya kan, disana ada manajernya di
PAMDes, dia ada tehnisi-tehnisi nya gitu, belum tukang catatnya, catat
meter ini kan kita pake kader. Jadi mereka mempunyai perencanaan
sendiri, itu masuk ke usulan BUMDes nanti kita diskusikan, nah kalau itu
terkait masalah biaya nanti kita komunikasikan lagi ke Desa.”
(Hasil Wawancara dengan Ketua BUMDes Lentera, pada tanggal 9 Maret
2018)
4.2.2.2. Perspektif Administrasi
4.2.2.2.1. Evaluasi Kinerja BUMDes Nusa Jaya dalam Perspektif Administrasi
PKDSP (2007: 16) menjelaskan bentuk administrasi dan pembukuan
keuangan harus dibuat dalam format yang mudah, tetapi mampu menggambarkan
aktivitas yang dijalankan BUMDes. Hakekat dari sistem administrasi dan
pembukuan adalah pendokumentasian informasi tertulis berkenaan dengan
aktivitas BUMDes yang dapat dipertanggungjawabkan. Dan secara mudah dapat
ditemukan, disediakan ketika diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
“Sekarang dua-duanya, ada yang manual ada yang komputer.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Nusa Jaya, pada tanggal 28
Februari 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Kalau sekarang komputer, dulu manual. Kalau sekarang kita sudah


mulai punya aplikasi sendiri. Kalau bendaharanya manual dulu, nanti
baru di komputernya. Tetap itu dokumen kita.”
(Hasil Wawancara dengan Ketua BUMDes Nusa Jaya, pada tanggal 28
Februari 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Administrasinya ada, tetap ada dia tergantung dari nilai pinjamannya


administrasinya. Biasanya Rp500,00 itukan biaya materainya cuman
Rp3.000,00 jadi sedikit administrasinya, kalau di atas Rp1.000.000,00 kan
Rp6.000,00 jadi agak lebih tinggi administrasinya. Ini kan suku bunganya
1 tahun itu 20% jadi kalau minjamnya 1 juta, kembalinya 1 juta 200,
itukan diangsur dia perbulan, gitu.”
(Hasil Wawancara dengan Manajer Unit Usaha Simpan Pinjam Nusa Jaya,
pada tanggal 28 Februari 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Kita pendapatan perharinya itu yang kita hitung misalnya dalam 1 hari
ini sekian transaksi itu berapa pendapatannya.”
(Hasil Wawancara dengan Manajer Unit Usaha PAMDes Nusa Jaya, pada
tanggal 28 Februari 2018)

4.2.2.2.2. Evaluasi Kinerja BUMDes Calabai Mandiri dalam Perspektif


Administrasi
PKDSP (2007: 16) menjelaskan bentuk administrasi dan pembukuan
keuangan harus dibuat dalam format yang mudah, tetapi mampu menggambarkan
aktivitas yang dijalankan BUMDes. Hakekat dari sistem administrasi dan
pembukuan adalah pendokumentasian informasi tertulis berkenaan dengan
aktivitas BUMDes yang dapat dipertanggungjawabkan. Dan secara mudah dapat
ditemukan, disediakan ketika diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
“Masih manual, mungkin sekretaris sudah pake komputer dia, saya belum
masuk kesana. Kalau bendaharanya saya liat masih pake manual,
kendalanya dia tidak bisa IT dia, karna orangtua.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Calabai, pada tanggal 28 Februari
2018)
Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Masih manual, laporan bulanan kita tetap pake komputer nih laporan
bulanannya.”
(Hasil Wawancara dengan Ketua BUMDes Calabai Mandiri, pada tanggal
28 Februari 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Kalau menurut saya ya, karna terus terang, saya juga kalau mengatakan
diri benar juga, ketika diaudit oleh inspekorat juga masih ada salah-salah
juga, yang namanya adminsitrasi, benar menurut kita, ya menurut orang
yang lebih dari kita salah, kalau sejauh yang saya pantau, dan dipadukan
dengan pengalaman mereka diperusahaan juga, ya menurut saya lumayan
lah, lumayan baik walaupun ada sgei-egi yang perlu kita perbaiki, tapi
yang pasti, yang apa ya, yang jelas, tingkat transparansi pengelolaan itu
yang kita harapkan, akuntabelnya itu, jadi uangnya sudah berapa, kalau
dari segi kebenaran administrasinya nanti ada pengelolaan lebih
lanjutnya.”
(Hasil Wawancara dengan Pengawas BUMDes Calabai Mandiri, pada
tanggal 28 Februari 2018)

4.2.2.2.3. Evaluasi Kinerja BUMDes Lentera dalam Perspektif Administrasi


PKDSP (2007: 16) menjelaskan bentuk administrasi dan pembukuan
keuangan harus dibuat dalam format yang mudah, tetapi mampu menggambarkan
aktivitas yang dijalankan BUMDes. Hakekat dari sistem administrasi dan
pembukuan adalah pendokumentasian informasi tertulis berkenaan dengan
aktivitas BUMDes yang dapat dipertanggungjawabkan. Dan secara mudah dapat
ditemukan, disediakan ketika diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
“Sistem manual, komputer ya.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Lendang Nangka, pada tanggal 9
Maret 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Ya, jadi kita terapkan ini dari awal semua komputer bahkan semua harus
punya software, kemarin SP nya juga kita pakai software tapi kembali lagi
kepada sumber dayanya. Tapi tetap di tulis manual, walaupun dia di
computer tetap ada manualnya gitu.”
(Hasil Wawancara dengan Ketua BUMDes Lentera, pada tanggal 9 Maret
2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:


“Ya kebetulan proses administrasi yang dilakukan oleh masing-masing
unit kita tidak pernah lepas ya untuk proses kontrolnya, karna
bagaimanapun proses pengawasan yang kami lakukan ini kan kami
melibatkan juga jasa akuntan publik gitu ya terutama sekali dalam hal
financial report (laporan keuangannya). Jadi ya adik-adik kita yang
mengelola langsung, dia mendapakan bimbingan-bimbingan, ketika ada
hal-hal yang keliru proses pengerjaannya, sifatnya partisipan aja.”
(Hasil Wawancara dengan Pengawas BUMDes Lendang Nangka, pada
tanggal 9 Maret 2018)

4.2.2.3. Perspektif Pembukuan Keuangan


4.2.2.3.1. Evaluasi Kinerja BUMDes Nusa Jaya dalam Perspektif Pembukuan
Keuangan
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Pasal 17
yaitu “(1) Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa. (2) Modal BUM
Desa terdiri atas: a. penyertaan modal Desa; dan b. penyertaan modal masyarakat
Desa”. Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:
“Untuk sementara kan ada ADD itu saja dari Desa itu disamping modal-
modalnya yang sudah ada itu.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Nusa Jaya, pada tanggal 28
Februari 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Dari lumbung pangan itu mbak, dari simpanan masyarakat yang 100
kilo beras itu.”
(Hasil Wawancara dengan Manajer Unit Usaha Simpan Pinjam Nusa Jaya,
pada tanggal 28 Februari 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Dari BUMDes langsung. Dari penjualan sapi awalnya ya 22 juta terus


ditambah dari Dana Desa itu, cuman penambahan dari Dana Desa itu 28
juta.”
(Hasil Wawancara dengan Manajer Unit Usaha BRI Link Nusa Jaya, pada
tanggal 28 Februari 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Dari dana BUMDesnya sendiri, dari Dana Desa yang sudah ada.”
Sedangkan penyertaan modal dari masyarakat Desa belum ada. Hal ini didukung
oleh pernyataan informan sebagai berikut:
“Belum ada cuman yang dari Desa itu saja.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Nusa Jaya, pada tanggal 28
Februari 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Belum ya, kalau yang selama ini kita kelola yang kemarin dari Qatar,
P2M (Pengabdian Pada Masyarakat), kemudian DD sudah 2 tahun
berjalan dari Desa, Gerbangmas (Gerakan Membangun Masyarakat) nya
itu kan, itu kan yang punya itu dulu ya, LSM itu dulu.”
(Hasil Wawancara dengan Ketua BUMDes Nusa Jaya, pada tanggal 28
Februari 2018)

4.2.2.3.2. Evaluasi Kinerja BUMDes Calabai Mandiri dalam Perspektif


Pembukuan Keuangan
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Pasal 17
yaitu “(1) Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa. (2) Modal BUM
Desa terdiri atas: a. penyertaan modal Desa; dan b. penyertaan modal masyarakat
Desa”. Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:
“Unit usaha, dia sebenarnya kita tidak berikan dalam bentuk modal,
dalam bentuk uang.”
Sedangkan terkait penyertaan modal masyarakat Desa adalah sebagai
berikut:
“Belum ada sampai sekarang, real dari Dana Desa. Memang ada yang
sempat menawarkan menanam modal kerjasama dengan pengusaha,
karna mereka menilai BUMDes calabai ini sudah berjalan terutama di
Saprodi, bahkan ada pengusaha dari Sila, karna dilihat dokumennya yang
lengkap, dari AD/ART nya lengkap, Peraturan Desanya ada, SKny jelas,
akte notarisnya jelas, sehingga mungkin pengusahanya tidak ragu tapi
pengurus BUMDesnya belum mau menerima, mungkin masih dalam tahap
percobaan dulu.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Calabai, pada tanggal 28 Februari
2018)

4.2.2.3.3. Evaluasi Kinerja BUMDes Lentera dalam Perspektif Pembukuan


Keuangan
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Pasal 17
yaitu “(1) Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa. (2) Modal BUM
Desa terdiri atas: a. penyertaan modal Desa; dan b. penyertaan modal masyarakat
Desa”. Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:
“Mengenai penyertaan modal dari anggaran Dana Desa, itu yang kita
alokasikan kesana, tahun 2017 itu kita alokasikan sekitar 250 juta, itu
untuk pengelolaan air minum Desa dan untuk tahun 2018 ini kita
alokasikan itu 40 juta, dan untuk pengelolan sampah ini tahun 2016 kita
mendapatkan bantuan dari pemerintah dalam hal ini dari Dinas PU yaitu
berupa bangunan tempat pengelolaan sampah ini yaitu anggarannya
diberikan 500 juta dan kita yang menyediakan lahan yaitu 5 are dan
pengolahan sampah ini tahun 2018 ini kita akan mengalokasikan
rencananya anggaran itu untuk pembuatan tungku pembakaran sampah,
kalau yang 500 itu bangunan dan operasional dan peralatan-peralatan
yang ada. Untuk yang USP unit simpan pinjam ini kemarin tahun 2017 itu
kita alokasikan sekitar 120 karna pemberdayaan masyarakat itu
sebenarnya melalui BUMDes untuk pelatihan-pelatihan tetapi kemarin itu
dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan, kita alokasikan sekitar 25 juta
kalau ndak salah kepada BUMDes ini. Sedangkan untuk jasa karna dapat
bantuan itu dari Dinas Pertanian yaitu hand tractor tetapi untuk
penambahan modal itu belum kita berikan, hanya yang kita tambahkan
modal itu adalah pada kebutuhan dasar seperti kesehatan yaitu
penyediaan air bersih ini.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Lendang Nangka, pada tanggal 9
Maret 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Kita tidak pernah berpikir tentang modal, pada pertama kita bentuk itu
kita tidak pernah pikir modal, kita hanya berpikir potensi. Nah kalau kita
berpikir modal, pada saat kita rapat diskusi dengan masyarakat maka
modal itu asumsinya nanti, apalagi membentuk USP itu hilang apalagi
nah ini uang Desa selesai kan.”
(Hasil Wawancara dengan Ketua BUMDes Lentera, pada tanggal 9 Maret
2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Sebenarnya dulu modal kita kan tahun 77, dari hadiah lomba Desa tahun
77 itu kita dibangunkan Broncap terus langsung dialirkan ke reservoir,
langsung dialirkan ke masing-masing kampong dibuatkan bak dulu
masing-masing kampung, tetapi yang namanya memang dikampung itu
orang ambil air ke bak tetapi yang namanya masyarakat ada yang kaya,
selalu melubangi. Nah akhirnya kampung antar kampung saling sumbat
saling sabotase, dengan kejadian itu bak ini sudah tidak digunakan lagi,
dibuatkanlah kran tonggak masing-masing rumah, bayarnya cuman 1000
per bulan waktu itu tetapi masyarakat agak tinggi tidak dapat
menggunakan waktu itu karna dibuka terus kan. Akhirnya masih tidak
efisien, waktu itu kita dapat bantuan water meter dari PU 125, ya 125 itu
dibagi 4 kadus. Nah dari sanalah mulai muncul, akhirnya yang agak
tinggi dapat dia.”
(Hasil Wawancara dengan Manajer Unit Usaha PAMDes, pada tanggal 9
Maret 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:


“Modal awalnya itu dari pemerintahan Desa, ADD Desa.”
(Hasil Wawancara dengan Manajer Unit Usaha Simpan Pinjam, pada
tanggal 9 Maret 2018)

Hal ini didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:

“Kalau ini kan modal awalnya dikasi 500 juta dari Kementrian PU pusat.
Nah kemarin ini terima uang 20 juta dari BUMDes untuk mulai kerjalah
sekarang ini.”
(Hasil Wawancara dengan Manajer Unit Usaha Pengelolaan Sampah, pada
tanggal 9 Maret 2018)

4.3. Perbandingan Ringkasan Wawancara Per BUMDes


Tabel 4.3
Ringkasan Wawancara dalam Tahap Evaluasi Kinerja Perencanaan
BUMDes
Lentera
No. Item Wawancara Nusa Calabai (Lendang
Jaya Mandiri Nangka
Sejahtera)
Dasar Pendirian BUMDes dengan
mempertimbangkan:
a. inisiatif Pemerintah Desa dan/atau
  
masyarakat Desa;
1. b. potensi usaha ekonomi Desa;   
c. sumberdaya alam di Desa;   
d. sumberdaya manusia yang mampu
  
mengelola BUM Desa;
e. penyertaan modal dari Pemerintah Desa   
Struktur organisasi BUMDes yang dibentuk
2.   
melalui musyawarah desa
Tujuan BUMDes adalah sebagai berikut:
a. meningkatkan perekonomian Desa;   
b. mengoptimalkan aset Desa agar
  
bermanfaat untuk kesejahteraan Desa;
c. meningkatkan usaha masyarakat dalam
  
pengelolaan potensi ekonomi Desa;
3. d. mengembangkan rencana kerja sama
usaha antar desa dan/atau dengan pihak - - -
ketiga;
e. menciptakan peluang dan jaringan pasar
yang mendukung kebutuhan layanan   
umum warga;
- PAMDes   
- Simpan Pinjam   
- BRI Link  - -
- Pengadaan Beras  - -
- Saprodi -  -
f. membuka lapangan kerja bagi
masyarakat untuk setiap unit BUMDes;
- PAMDes   
- Pengadaan Beras  - -
- Saprodi -  -
g. meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui perbaikan pelayanan umum,
  
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi
Desa;
h. meningkatkan pendapatan masyarakat
 - 
Desa dan Pendapatan Asli Desa.
Produk yang Dihasilkan (Barang atau Jasa)
4.
melalui pembentukan beberapa unit usaha
- PAMDes   
- Simpan Pinjam   
- BRI Link  - -
- Pengadaan Beras  - -
- Pengadaan Sanitasi  - -
- Saprodi -  -
- Pengelolaan Sampah - - 
- Penyewaan Hand Tractor - - 
5. Badan hukum BUMDes, meliputi;
- Peraturan Desa   
- AD/ART   
- Akte Notaris -  -
Perencanaan usaha masing-masing unit
6.   
usaha yang dimiliki BUMDes
Perencanaan barang dan jasa yaitu tentang
keunggulan produk (barang atau jasa) yang
7. dihasilkan, pasar yang dibidik, dan alasan   
mengapa konsumen menginginkan produk
tersebut atau terdapat permintaan di pasar.
Perencanaan pemasaran yaitu
menggambarkan siapa saja yang menjadi
konsumen dari produk-produk yang
8.   
dihasilkan dan kondisi persaingan yang
dihadapi, strategi yang akan dilakukan
(strategi harga, produk, distribusi, promosi).
Perencanaan manajemen yaitu menjelaskan
9. kompetensi yang dimiliki pengelola   
BUMDes dan sistem manajemen yang
dijalankan.
Perencanaan pengoperasian yaitu
menjelaskan sistem produksi dan operasi
10. yang digunakan, fasilitas yang dimiliki,   
ketersediaan bahan baku atau keterjaminan
pemenuhan bahan baku.
Perencanaan keuangan BUMDes yaitu
Menggambarkan kebutuhan keuangan dan
11. sumber keuangan yang mungkin dapat   
digali, memproyeksikan pendapatan, biaya
dan laba
Sumber: data diolah, 2018
Keterangan:
 = Ada
Berdasarkan tabel diatas, hasil wawancara menunjukkan bahwa dalam
perencanaan Badan Usaha Milik Desa pada tahap perencanaan telah berjalan
dengan baik. Hal ini didukung dari awal penyusunan dasar pendirian yang
melibatkan seluruh unsur Pemerintah Desa, BUMDes dan masyarakat yang mana
diharapkan dapat menyumbangkan aspirasi dan saran dalam hal kegiatan
pembangunan BUMDes hingga dievaluasi oleh pengawas BUMDes yang meliputi
BPD sebagai pengawas langsung, tokoh-tokoh masyarakat, LPM, dan relawan
yang ikut mengaudit dan mengawasi langsung terkait dengan perkembangan
pengelolaan keuangan BUMDes.
Tabel 4.4
Ringkasan Wawancara dalam Tahap Evaluasi Kinerja Administrasi
BUMDes
Lentera
No. Item Wawancara Nusa Calabai (Lendang
Jaya Mandiri Nangka
Sejahtera)
Pencatatan administrasi harus dibuat
dalam format yang mudah, tetapi
1.   
mampu menggambarkan aktivitas yang
dijalankan BUMDes
Berita acara seluruh kegiatan
2. musyawarah ataupun rapat yang - - 
dilakukan BUMDes
4. Buku tamu - - 
5. Agenda surat masuk dan surat keluar - - 
6. Administrasi masing-masing unit usaha   
Sumber: data diolah, 2018
Keterangan:
 = Ada
- = Tidak ada
Berdasarkan tabel diatas, hasil wawancara menunjukkan bahwa dalam
pengelolaan administrasi BUMDes maupun administrasi di masing-masing unit
usaha cukup baik, hal ini didukung dengan adanya pencatatan administrasi yang
dibuat dalam format yang mudah. BUMDes yang melakukan pengelolaan
administrasi dengan sangat baik adalah BUMDes Lentera yang dapat
menunjukkan dokumen yang dibutuhkan peneliti dan telah sesuai dengan
peraturan yang berlaku, sedangkan untuk BUMDes Nusa Jaya dan BUMDes
Calabai Mandiri masuk dalam kategori sangat tidak baik dikarenakan sebagian
dokumen yang dibutuhkan peneliti tidak dapat diperlihatkan kepada peneliti dan
peneliti kembali ke Desa-Desa tersebut sebanyak dua kali namun tetap tidak
ditemukannya dokumen yang dibutuhkan. Tidak ditemukan dokumen yang
dibutuhkan oleh peneliti juga dipengaruhi oleh batas waktu penelitian yang
digunakan.
Tabel 4.7
Ringkasan Wawancara dalam Tahap Evaluasi Kinerja Pembukuan Keuangan

BUMDes
Lentera
No. Item Wawancara Nusa Calabai (Lendang
Jaya Mandiri Nangka
Sejahtera)
1. Modal awal   
2. Perkembangan modal   
3. Bantuan modal dari pihak lain   
Sistem pembukuan baik dalam sistem
4.   
manual dan komputer
5. Peningkatan Pendapatan Asli Desa  - 
Sumber: data diolah, 2018
Keterangan:
 = Ada
- = Tidak Ada

Berdasarkan tabel diatas, hasil wawancara menunjukkan bahwa dalam


pembukuan keuangan Desa BUMDes telah berjalan dengan sangat baik. Hal ini
didukung dengan fakta dilapangan bahwa BUMDes telah
mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran baik kepada Pemerintah Desa,
BPD maupun kepada masyarakat.
Untuk hasil BUMDes yang sudah menunjukkan keadaan yang sangat baik
adalah BUMDes Nusa Jaya dan BUMDes Lentera, dapat menunjukkan dokumen
yang dibutuhkan oleh peneliti dan telah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan
memberikan kontribusi Pendapatan Asli Desa (PADes) untuk Pemerintah Desa,
sedangkan untuk BUMDes Calabai Mandiri masuk ke dalam kategori tidak baik
dikarenakan tidak memberikan kontribusi Pendapatan Asli Desa kepada
Pemerintah Desa.
4.4. Pembahasan
4.4.1. Evaluasi Kinerja dalam Perspektif Perencanaan
4.4.1.1.BUMDes Nusa Jaya
Pertama, pandangan perusahaan. Desa Nusa Jaya telah memiliki
pandangan perusahaan yang mencakup struktur organisasi, tujuan perusahaan
(BUMDes), nama perusahaan yaitu BUMDes Nusa Jaya, lokasi usaha, produk
yang dihasilkan (barang atau jasa) yaitu PAMDes (Pengelolaan Air Minum Desa),
simpan pinjam, BRI Link, pengadaan beras, pengadaan kredit jamban. Desa Nusa
Jaya merupakan Desa miskin di Kabupaten Dompu sehingga Pemerintah Desa
mengupayakan terbentuknya suatu badan usaha. BUMDes Nusa Jaya sendiri
berdiri sejak tahun 2006 yang pada tahun tersebut pemerintah Kabupaten Dompu
baru saja mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2006 tentang
Pembentukan dan Pengelolaan BUMDes. Dalam membentuk BUMDes, Desa
harus membuat peraturan Desanya yaitu Peraturan Desa Nusa Jaya Tahun 2006.
Namun sampai saat ini BUMDes Nusa Jaya masih menunggu legalitas badan
hukum yang sudah diajukan dan sekarang masih dalam tahap penyelesaian.
Kedua, perencanaan barang dan jasa. BUMDes Nusa Jaya telah memiliki
keunggulan produk (barang atau jasa) yang dihasilkang, pasar yang dituju, dan
alasan mengapa konsumen menginginkan produk tersebut atau terdapat
permintaan pasar. Unit usaha yang dihasilkan memiliki keunggulan masing-
masing yang tujuan akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat
serta memudahkan masyarakat. Dimulai dari unit usaha yang dibentuk pertama
kali yaitu simpan pinjam, kemudian unit usaha saprodi (sarana produksi) dalam
hal pengadaan beras, kemudian unit usaha PAMDes yang masih dalam tahap
percobaan yaitu belum diadakannya water meter sehingga tarif yang diberikan
dari masyarakat kepada BUMDes masih merata belum berdasarkan penggunaan
masing-masing rumah. Kemudian unit usaha BRI Link yang memudahkan
masyarakat untuk bertransaksi secara cepat dan terjangkau. Kemudian unit usaha
saprodi dalam hal pengadaan beras, mengingat masyarakat Nusa Jaya sebagian
besar adalah petani jagung, maka BUMDes memasok beras untuk dijual ke
masyarakatnya. Kemudian pengadaan kredit jamban yang merupakan unit usaha
yang dibuat karena di Desa Nusa Jaya hampir 40% masyarakatnya dari jumlah
KK yang ada tidak memiliki jamban, maka BUMDes berinisiatif membuat unit
usaha ini.
Ketiga, perencanaan pemasaran. BUMDes Nusa Jaya telah
mempromosikan produknya di dalam Desa Nusa Jaya sendiri maupun Desa lain.
Contoh unit usaha yang hanya terdapat di dalam Desa adalah PAMDes, simpan
pinjam, BRI Link, dan pengadaan kredit jamban. Sedangkan unit usaha yang
memasarkan produknya tidak hanya didalam Desa adalah saprodi yaitu pengadaan
beras. Strategi distribusi Nusa Jaya telah mampu memasarkan produknya
(pengadaan beras) ke kecamatan lain jika kebutuhan masyarakat Desa sendiri
sudah terpenuhi, karna beras sangat dibutuhkan yang dimana masyarakat Desa
tersebut sebagian besar menggunakan lahan dengan menanam jagung. Kemudian
dalam hal strategi promosi, adanya unit usaha ini sangat membantu dan
memudahkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya, jadi tanpa strategi
promosi di BUMDes inipun masyarakat Desa sudah tahu dengan keberadaan
masing-masing unit usaha BUMDes.
Keempat, perencaan manajemen. BUMDes Nusa Jaya telah memiliki
perencanaan manajemen yaitu adanya kompetensi pengelola BUMDes yang
ditingkatkan melalui pelatihan dan sistem manajemen yang dijalankan telah sesuai
dengan Peraturan Menteri Desa. Walaupun latar belakang pendidikan pengelola
BUMDes Nusa Jaya rata-rata SMA, namun kompetensi sumber daya manusianya
sudah memadai, dilandasi oleh pengalaman sejak mereka membangun BUMDes
pada tahun 2006 adalah guru terbesar untuk mengelola BUMDes, selain itu
pengelola mendapatkan bimbingan dari FORPAS (Forum Pengusaha Sanitasi)
terutama dalam hal administrasi dan keuangan.
Kelima, perencanaan pengoperasian. BUMDes Nusa Jaya telah memenuhi
perencanaan pengoperasian. Dalam unit usaha ini BUMDes harus memastikan
kualitas mutu bahan baku, operasi yang digunakan dan fasilitas yang dimiliki
untuk mengolah bahan baku. Bagi unit usaha pengadaan beras, kegiatan operasi
yang dilakukan pertama adalah mencari gabah untuk dibeli kepada petani dan
dilakukan pengeringan, kemudian disimpan untuk beberapa bulan kedepan adalah
musim panas sehingga beras akan langka. Kemudian jika sudah mencapai musim
panas, pengelola BUMDes akan menggiling dan hasilnya dipasarkan kepada
masyarakat.
Keenam, perencanaan keuangan. BUMDes Nusa Jaya telah merencanakan
keuangan dengan baik yang dibuktikan dengan adanya kontribusi Pendapatan Asli
Desa (PAD) soleh BUMDes. Kendati demikian, keuangan yang dibutuhkan untuk
menjalankan unit usahapun masing-masing jumlahnya berbeda, meskipun
kebutuhan keuangan sudah dialokasikan oleh Pemerintah Desa, tetapi BUMDes
tetap merasa kekurangan karna masih banyak program yang direncanakan dan
masih banyak peluang-peluang sumber daya yang belum terkelola secara penuh
serta kebutuhan masyarakat yang bermacam-macam.
4.4.1.2.BUMDes Calabai Mandiri
Pertama, pandangan perusahaan. BUMDes Calabai Mandiri telah memiliki
pandangan perusahaan yaitu adanya nama BUMDes, struktur organisasi, lokasi
usaha, produk yang dihasilkan (barang atau jasa), badan hukum perusahaan, serta
tujuan perusahaan. Terbentuknya BUMDes yang bernama Calabai Mandiri di
Desa Calabai ini karna didasarkan pada kebutuhan masyarakat Desa Calabai yang
sebagian besar adalah petani yang sangat membutuhkan pupuk, benih, dan obat-
obat lainnya sehingga BUMDes membentuk unit usaha saprodi (sarana produksi)
pertanian. Selain itu, beberapa unit usaha lainnya dibentuk oleh BUMDes seperti
PAMDes, simpan pinjam, dan sedangkan dikembangkan saat ini adalah wisata
Desa, penginapan terapung, dan pasar Desa. BUMDes juga harus mempunyai
badan hukum perusahaan, BUMDes Calabai Mandiri ini sudah mempunyai badan
hukum berupa akte notaris, SK pengurus, AD/ART dan Peraturan Desa Nomor 6
Tahun 2015.
Kedua, perencanaan barang dan jasa. BUMDes Calabai Mandiri telah
memiliki perencanaan barang dan jasa yang ditandai dengan adanya produk yang
dihasilkan, adanya keunggulan produk tersebut, dan alasan mengapa konsumen
menginginkan produk tersebut. Unit usaha yang pertama adalah PAMDes dimana
unit usaha ini didirikan karna masih kurangnya air bersih yang bisa dijangkau oleh
masyarakat. PAMDes ini sendiri baru tahap percobaan sehingga masih
pemerataan tarif yang dimana besar atau kecil pemakaian debit air tidak dihitung,
kedepannya BUMDes berencana untuk mengadakan water meter untuk masing-
masing rumah agar terukur secara jelas pemakaian debit air. Kemudian yang
kedua adalah simpan pinjam yang dimana unit usaha ini awalnya direncanakan
untuk masyarakat yang tidak mempunyai usaha untuk berwirausaha dan untuk
penjual bakulan dipasar agar menambah modal mereka, walaupun dalam hal lain
unit usaha ini adalah yang rentan terhadap kerugian karna sebagian kecil
masyarakat yang meminjam kurang sadar akan pengembalian pinjaman tersebut.
Kemudian yang ketiga adalah Saprodi, unit usaha ini adalah yang paling
dibutuhkan oleh masyarakat karna sebagian besar masyarakat Desa Calabai adalah
petani, pihak BUMDes bertujuan untuk memudahkan para petani agar tidak
mencari pupuk dan obat-obatan ke pengecer dikarnakan Desa Calabai jauh dari
perkotaan sehingga jauh dari jangkauan petani, rencana BUMDes kedepan adalah
menambah modal agar semua petani bisa merasakan kemudahan mendapatkan
sarana produksi di Desa sendiri. BUMDes Calabai Mandiri sendiri masih
memiliki unit usaha lain yang masih dalam tahap perencanaan dan
pengembangan, seperti wisata Desa yang sudah ada asetnya seperti banana boat
dan mesin speed-nya, kemudian juga pihak BUMDes merencanakan unit usaha
jasa transportasi dalam bentuk bus untuk mengantar jemput wisatawan yang
berkunjung ke Desa Calabai, yang terakhir adalah BUMDes mencanangkan
penginapan terapung.
Ketiga, perencanaan pemasaran. BUMDes Calabai Mandiri melalui unit
usahanya telah memasarkan produknya ke masyarakat. Jika melihat dari
kebutuhan masyarakat akan pupuk dan obat-obatan, maka pemasaran atau strategi
harga, produk, distribusi, promosi tidaklah menjadi hal yang begitu penting untuk
BUMDes. Karna masing-masing unit usaha dibentuk melalui peluang dan potensi
yang semata-mata untuk kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat, maka
BUMDes tidak perlu melakukan penawaran terhadap masyarakat atau konsumen.
justru sebalikanya, masyarakat yang banyak melakukan permintaan kepada
BUMDes mengingat kebutuhan masyarakat yang bermacam-macam.
Keempat, perencanaan manajemen. BUMDes Calabai Mandiri telah
memenuhi perencanaan manajemen yang mencakup kompetensi pengelola
BUMDes, hal ini ditandai dengan latar belakang pendidikan pengelola BUMDes
adalah rata-rata sarjana yang berpengalaman dibidangnya.
Kelima, perencaanaan pengoperasian. BUMDes Calabai Mandiri tidak
memiliki produk yang menggunakan sistem produksi, hanya saja BUMDes
membeli pupuk dan obat-obatan (Saprodi) kepada pemasok dan di stok di gudang
BUMDes.
Keenam, perencanaan keuangan. Perencanaan keuangan yang dijalankan
oleh BUMDes Calabai Mandiri sudah cukup baik, ditandai dengan adanya
beberapa unit usaha yang berjalan sesuai dengan aturan pemerintah dan juga pihak
BUMDes sudah melakukan pembelian aset untuk unit usaha yang akan dijalankan
pada saat mendatang. Sedangkan dalam hal kebutuhan keuangan dan sumber
keuangan, tentunya dari penyertaan modal Pemerintah Desa dan bantuan dana dari
pemerintah provinsi.
4.4.1.3.BUMDes Lentera (Lendang Nangka Sejahtera)
Pertama, pandangan perusahaan. BUMDes Lentera telah memiliki
pandangan perusahaan. BUMDes Lentera berdiri resmi pada tahun 2015 setelah
adanya Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015, sebelum adanya BUMDes
ini Pemerintah Desa sudah mempunyai BAPAMDes secara tidak resmi sejak
tahun 2005 (Badan Pengelolaan Air Minum Desa) yang sekarang dinamakan
PAMDes (Pengelolaan Air Minum Desa). BUMDes Lentera berdiri berdasarkan
Peraturan Desa Lendang Nangka tentang Pembentukan BUMDes beserta
AD/ART yang pembentukannya melalui musyawarah Desa dihadiri oleh DPD,
LKMD, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, dan elemen-elemen yang
memiliki potensi besar membangun Desa ini. Namun, BUMDes Lentera sampai
saat ini masih memakai Perdes untuk landasan hukumnya dan belum mempunyai
legalitas badan hukum dari notaris, hanya unit usaha PAMDes saja yang sudah
mempunyai akte notaris. Kemudian unit usaha yang dimiliki BUMDes Lentera
telah cukup membantu masyarakat yang ada yaitu PAMDes, simpan pinjam,
pengelolaan sampah, dan penyewaan hand tractor.
Kedua, perencanaan barang dan jasa. BUMDes Lentera telah
merencanakan barang dan jasa melalui pembentukan masing-masing unit usaha.
Unit usaha yang pertama adalah PAMDes yang sudah hampir 18 tahun
pengelolaannya untuk masyarakat Lendang Nangka maupun kecamatan lain.
Kemudian unit usaha simpan pinjam yang juga cukup membantu masyarakat Desa
untuk memulai dan mengembangkan usaha. Ketiga, unit usaha pengelolaan
sampah yang bertujuan untuk menjaga lingkungan Desa agar tetap bersih,
perencanaan pada tahun 2018 sekarang adalah unit usaha pengelolaan sampah ini
akan menghasilkan produk berupa pupuk organik dan kerajinan tangan untuk
sampah anorganik, tempat dan fasilitas yang akan dijadikan proses pengolahan
dan pengoperasian pun sudah ada yang didapat dari bantuan Dinas PU pada tahun
2016. Terakhir adalah penyewaan hand tractor yang berasal dari bantuan Dinas
Pertanian, mengingat banyaknya masyarakat yang berprofesi sebagai petani.
Untuk perencanaan kedepan adalah tambahan modal pada kebutuhan dasar seperti
kesehatan yaitu air bersih dengan menambah water meter agar menjangkau
seluruh masyarakat Desa.
Ketiga, perencanaan pemasaran. BUMDes Lentera telah memasarkan
produknya kepada masyarakat sendiri maupun Desa lain yang terutama
membutuhkan air bersih dan modal untuk usaha yaitu unit usaha simpan pinjam.
BUMDes memiliki unit usaha PAMDes yang airnya juga mengalir ke kecamatan
lain dari sumber mata air Tigasa dan mata air Tojang yang merupakan mata air
terbesar di Kabupaten Lombok Timur. Kemudian untuk unit usaha simpan pinjam
ditujukan kepada kelompok usaha yang dibina oleh BUMDes sebelum diberikan
pinjaman, supaya dapat diberikan pinjaman tersebut maka masyarakat tersebut
harus mempunyai usaha. Kemudian pengelolaan sampah dilakukan setiap
seminggu sekali yaitu pada hari minggu. Yang terakhir penyewaan hand tractor
diperuntukkan untuk para petani.
Keempat, perencanaan manajemen. BUMDes Lentera telah melakukan
perencanaan manajemen yaitu melakukan seleksi pengurus BUMDes melalui
tahapan tes wawancara dan tes tulis. Sedangkan untuk kompetensi pengelola
BUMDes sendiri dan sistem manajemen yang dijalankan, pengurus BUMDes
Lentera rata-rata adalah sarjana yang cukup mampu mengelola BUMDes, mulai
dari ketua sampai dengan manajer masing-masing unit usaha.
Kelima¸ perencanaan pengoperasian. BUMDes Lentera telah memiliki
fasilitas untuk pengelolaan sampah yaitu bangunan tempat pengolahan sampah
yang akan sangat memudahkan pekerjaan operasional unit usaha tersebut yang
perencaan kedepan akan diolah dan menghasilkan pupuk organik dan kerajinan
tangan dari sampah anorganik.
Keenam, perencanaan keuangan. BUMDes Lentera telah merencanakan
keuangan, karna BUMDes Lentera menerima bantuan penyertaan modal dari
Pemerintah Desa, Dinas Pertanian, maupun dari Provinsi NTB sendiri. Jika
dibandingkan dengan unit usaha yang sudah ada saat ini, pengelolaan keuangan
BUMDes Lentera sudah cukup baik dari penggunaan dana tersebut, mengingat
juga karyawan yang bekerja di BUMDes tidak diberikan gaji melainkan dari sisa
hasil usaha.
4.4.2. Evaluasi Kinerja dalam Perspektif Administrasi
4.4.2.1. BUMDes Nusa Jaya
Administrasi BUMDes Nusa Jaya dalam hal bidang tata usaha umum
belum lengkap dan terinci, karna tidak adanya koordinasi yang baik dalam hal
kepengurusan, administrasi tersebut rusak maupun hilang. Sedangkan dalam hal
administrasi unit usaha, BUMDes Nusa Jaya telah melakukan pencatatan
administrasi transaksi sehari-hari menggunakan sistem manual yang kemudian
akan disalin ke sistem komputerisasi. Contohnya unit usaha simpan pinjam sudah
menggunakan software dalam perhitungan pinjaman, sehingga minim terjadinya
kesalahan dalam menghitung pokok maupun bunga.
4.4.2.2.BUMDes Calabai Mandiri
Administrasi BUMDes Calabai Mandiri belum dilakukan dengan baik,
tidak adanya pencatatan khusus untuk administrasi dibidang tata usaha umum
maupun administrasi dibidang unit usaha yang sistem administrasi masih
dilakukan secara manual untuk aktivitas maupun transaksi setiap hari, namun
untuk laporan bulanannya menggunakan sistem komputerisasi.
4.4.2.3. BUMDes Lentera
BUMDes Lentera telah memiliki administrasi di bidang tata usaha umum yaitu
berita acara seluruh kegiatan musyawarah ataupun rapat yang dilakukan
BUMDes, buku tamu, agenda surat masuk dan surat keluar. Kemudian BUMDes
Lentera juga telah memiliki pencatatan adminitrasi di bidang unit usaha yang
dilakukan menggunakan sistem manual untuk kesehariannya, kemudian disalin ke
sistem komputerisasi untuk menghitung laporan perbulannya.
4.4.3. Evaluasi Kinerja dalam Perspektif Pembukuan Keuangan
4.4.3.1.BUMDes Nusa Jaya
Dalam pembukuan, BUMDes Nusa Jaya belum membuat pembukuan
secara akuntansi, BUMDes Nusa Jaya hanya membuat neraca lajur, neraca
komparatif, dan PHU (Pendapatan Hasil Usaha), walaupun sederhana dalam hal
akuntansi tetapi laporan tersebut sudah menjelaskan pendapatan, biaya, dan laba
dengan baik. Sedangkan untuk kinerja keuangan dalam hal ini adalah peningkatan
Pendapatan Asli Desa (PAD), BUMDes Nusa Jaya sudah memberikan kontribusi
pada PAD.
4.4.3.2.BUMDes Calabai Mandiri
Dalam hal pembukuan BUMDes Calabai Mandiri belum melakukan
pembukuan secara akuntansi, BUMDes Calabai Mandiri hanya membuat neraca
periode 31 Desember 2017. Sedangkan untuk kinerja keuangan BUMDes Calabai
Mandiri belum memberikan kontribusi untuk Pendapatan Asli Desa kepada Desa
dikarenakan pengurus BUMDes menyepakati bahwa belum adanya gaji dari
Pemerintahan Desa untuk pengurus BUMDes, jadi pengurus hanya bekerja secara
sukarela dengan tujuan agar Desa bisa berkembang melalui BUMDes. Oleh
karena itu, Pemerintah Desa dengan pengurus BUMDes membuat kesepakatan
bahwa sisa hasil usaha atau laba yang ada tidak diberikan untuk Pendapatan Asli
Desa, melainkan untuk pengembangan unit usaha yang ada di BUMDes. Selain
itu BUMDes Calabai Mandiri memiliki masalah dalam pengadaan pupuk hingga
Rp90.000.000,00 di pemasok yang belum disetorkan sampai sekarang.
4.4.3.3.BUMDes Lentera
BUMDes Lentera belum melakukan pencatatan pembukuan, hanya
membuat neraca dan laba rugi setiap tahunnya. Namun, BUMDes Lentera telah
memberikan kontribusi kepada PAD yang menunjukkan bahwa kinerja keuangan
BUMDes Lentera sudah baik, karna di BUMDes tidak mempermasalahkan
mengenai keuangan yang sama halnya dengan perusahaan-perusahaan profit,
melainkan sistem sosial dengan masyarakat Desa yang dikedepankan.
5. Penutup
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan temuan-temuan di lapangan, maka
penyimpulan akhir tentang evaluasi kinerja BUMDes Percontohan di 3 BUMDes
yaitu BUMDes Nusa Jaya Desa Nusa Jaya Kecamatan Manggelewa Kabupaten
Dompu, BUMDes Calabai Mandiri Desa Calabai Kecamatan Pekat Kabupaten
Dompu, dan BUMDes Lentera Desa Lendang Nangka Kecamatan Masbagik
Kabupaten Lombok Timur secara umum sudah berjalan dengan baik, dilihat dari
berjalannya beberapa program utama BUMDes, meskipun ada beberapa hal yang
masih perlu diperbaiki seperti hal-hal sebagai berikut.
Pertama, kinerja perencanaan masing-masing BUMDes di atas sudah
cukup baik dikarenakan proses pencapaiannya dilakukan dengan berdasarkan
kebutuhan masyarakat dan potensi Desa atau ciri khas Desa yang dikembangkan
melalui setiap unit usaha. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti,
peneliti menarik kesimpulan bahwa BUMDes Nusa Jaya adalah tergolong
BUMDes yang kinerja perencanaannya sudah cukup baik walaupun masih ada
hal-hal lain yang belum terlengkapi seperti belum adanya akte notaris yang
memiliki beberapa unit usaha, antara lain PAMDes, simpan pinjam, BRI Link,
pengadaan beras, dan pengadaan kredit jamban. Unit usaha yang unggul di
BUMDes Nusa Jaya adalah pengadaan kredit jamban yang disusul oleh
pengadaan beras, dan BRI Link. Unit usaha tersebut memiliki keunggulan
masing-masing untuk memenuhi kebutuhan dan membantu masyarakat Desa
dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Kemudian sampel yang kedua adalah
BUMDes Calabai Mandiri, BUMDes ini memiliki kinerja perencanaan yang
cukup baik, dibentuknya BUMDes berdasarkan kebutuhan yang sebagian besar
masyarakat Desa Calabai adalah petani sehingga pihak BUMDes membuat unit
usaha saprodi yang disusul dengan unit usaha simpan pinjam dan PAMDes.
Perencanaan kedepannya adalah mengembangkan unit usaha lain yaitu wisata
Desa, penginapan terapung, dan pasar Desa. Kemudian sampel yang ketiga adalah
BUMDes Lentera, dimana kinerja perencanaan BUMDes ini juga sudah cukup
baik walaupun ada beberapa hal yang belum dilengkapi seperti akte notaris
BUMDes sebagai badan hukum, hanya unit usaha PAMDes saja yang memiliki
akte notaris. BUMDes Lentera mempunyai beberapa unit usaha yang kinerja
tergolong baik, yaitu PAMDes, simpan pinjam, pengolahan sampah, dan
penyewaan jasa hand tractor. Dimana setiap unit usaha tersebut ditujukan kepada
masyarakatnya Desa Lendang Nangka dengan kepentingan yang berbeda-beda,
bahkan khusus untuk unit usaha PAMDes telah dialirkan ke kecamatan lain.
Kedua, kinerja administrasi BUMDes di atas belum terkelola dengan baik,
hal ini dikarenakan pengelola melakukan pembukuan secara manual dan tidak
cukup rutin dalam melakukan penginputan data sehingga peneliti agak kesulitan
dalam mendapatkan data harian aktivitas BUMDes. BUMDes Nusa Jaya,
BUMDes Calabai Mandiri, dan BUMDes Lentera harusnya membuat pencatatan
administrasi dengan baik dan membuat salinan administrasi manual ke komputer,
sebab untuk menghindari hal-hal diluar kendali seperti kehilangan atau rusak.
Ketiga, kinerja pembukuan keuangan. Pembukuan di BUMDes belum
memenuhi kualifikasi pencatatan akuntansi dikarenakan para pegawai BUMDes
hanya mencatat secara sederhana saja berupa neraca lajur, neraca komparatif, dan
pendapatan hasil usaha (PHU). Kemudian terkait sumberdaya finansial yang ada
masih belum memenuhi dalam pelaksanaan program BUMDes, hal ini
dikarenakan dana yang dikucurkan Pemerintah Daerah maupun Desa dalam
bentuk bantuan tidak sesuai dengan jumlah masyarakat yang membutuhkan, para
pelaksana berharap ada bantuan dana yang cukup sehingga bisa memberdayakan
masyarakat lebih banyak lagi dan menambah fasilitas yang ada. Tetapi BUMDes
Nusa Jaya dan BUMDes Lendang Nangka sudah memberikan kontribusi
keuangan terhadap Pendapatan Asli Desa, maka dari itu kinerja keuangan
BUMDes tersebut sudah cukup baik.
5.2. Keterbatasan dan Saran
5.2.1. Keterbatasan
Adapun keterbatasan penelitian ini antara lain:
a. Dalam hal perencanaan BUMDes masih ada BUMDes yang belum tertib
melakukan perencanaan.
b. Pengurus BUMDes belum mencatat secara maksimal administrasi
BUMDes baik administrasi dibidang tata usaha umum maupun
administrasi di masing-masing unit usaha secara rinci. Kemudian belum
adanya tanggungjawab penuh agar berkas tersebut sehingga menyebabkan
berkas tercecer dan hilang.
c. Masih terdapat aparatur BUMDes yang belum memaksimalkan
penggunaan teknologi seperti komputer, proses penyusunan laporan
keuangan masih menggunakan arus kas, neraca, laba rugi yang sederhana.
Selain itu, BUMDes Calabai Mandiri mempunyai kendala pada unit usaha
pengadaan pupuk sehingga belum adanya kontribusi Pendapatan Asli Desa
(PADes) untuk pemerintahan Desa.
d. Peneliti ini hanya melihat kinerja perencanaan, administrasi, dan
pembukuan keuangan dari BUMDes.
5.2.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang peneliti ajukan berupa
rekomendasi yaitu sebagai berikut.
a. Membuat perencanaan BUMDes untuk meningkatkan lagi kinerja masing-
masing unit usaha, yaitu perencanaan mengenai pandangan perusahaan
untuk melengkapi badan hukum BUMDes khusus untuk BUMDes
Lentera. Kemudian perencanaan mengenai manajemen BUMDes yang
mencakup kompetensi yang dimiliki pengelola BUMDes, karna
keberhasilan BUMDes ditunjang oleh adanya pengelola yang baik dan
sinergi antar pengelola harus lebih ditingkatkan lagi. Kemudian
perencanaan keuangan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk unit
usaha yang benar-benar bisa dikembangkan dengan lebih baik lagi.
b. Meningkatkan pengelolaan BUMDes dengan menggunakan manajemen
yang baik sehingga data yang ada tidak tercecer dan tersimpan rapi dalam
dokumen penting BUMDes. Sehingga saat data tersebut dibutuhkan akan
mudah dicari dan mudah dalam membuat laporan pertanggungjawaban.
c. Memaksimalkan penggunaan komputer sehingga dapat terinci dengan jelas
pendapatan dan pengeluaran BUMDes dan masing-masing unit usaha.
Kemudian juga diharapkan adanya peningkatan pendapatan BUMDes
khususnya BUMDes Calabai Mandiri agar ada pemasukan untuk
Pendapatan Asli Desa (PADes) sehingga peran BUMDes Calabai Mandiri
lebih terlihat sebagai badan usaha di Desa Calabai. Sedangkan BUMDes
Nusa Jaya dan BUMDes Lentera tetap mempertahankan pencapaian yang
sudah ada dan meningkatkan lagi kinerja keungannya.
d. Peneliti selanjunya dapat meneliti keselurahan BUMDes di Kabupaten
Dompu atau Kabupaten Lombok Timur untuk memberikan gambaran yang
lebih nyata mengenai kinerja perencanaan, administrasi, dan pembukuan
keuangan BUMDes di Provinsi Nusa Tenggara Barat.
5.3. Implikasi Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan beberapa implikasi teoritis, praktis
dan kebijakan.
Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan implikasi yang luas
mengenai teori kelembagaan dalam memberikan pemahaman yang luas mengenai
pola interaksi antarpelaku ekonomi dalam BUMDes melalui unit usaha yang
dimiliki BUMDes, sehingga masyarakat diberikan kemudahan dalam melakukan
kegiatan transaksi. Penelitian ini juga diharapakan mampu mendukung prinsip
akuntabilias BUMDes dalam mempertanggungjawabkan kinerja BUMDes mulai
dari perencanaan, administrasi, dan pembukuan keuangan melalui masing-masing
unit usaha yang dimiliki BUMDes, sehingga Pemerintah Desa dan masyarakat
dapat mengambil keputusan dalam hal kinerja BUMDes agar semakin
ditingkatkan dan melakukan pengembangan masing-masing unit usaha BUMDes.
Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan implikasi bagi pihak
pengurus BUMDes agar dapat mengelola dari segi perencanaan dengan lebih
matang lagi, melakukan tertib administrasi agar mempermudah pihak BUMDes
dalam bekerja, dan melakukan pembukuan keuangan dengan lebih akuntabel
sehingga mempermudah pihak BUMDes mengetahui jumlah pendapatan dan
pengeluaran yang dikelola BUMDes. Penelitian ini juga memberikan implikasi
kepada Pemerintah Desa dan masyarakat untuk lebih terlibat dalam menilai
pertanggungjawaban yang dilakukan oleh Pemerintah Desa sehingga dapat
mengambil keputusan dan menilai kinerja BUMDes dalam hal pengelolaan
perencanaan, administrasi, dan pembukuan keuangan.
Secara kebijakan, penelitian ini dapat memberikan implikasi bagi pemerintah
BUMDes dalam memberikan masukan dan pertimbangan dalam hal kinerja
BUMDes terkait dengan kinerja perencanaan, kinerja administrasi, kinerja
pembukuan keuangan. Terutama terkait dengan pengelolaan pembukuan dan
keuangan agar lebih menggunakan pelaporan secara akuntansi dan agar lebih pula
meningkatkan pendapatannya sehingga memberikan kontribusi Pendapatan Asli
Desa (PADes) kepada Pemerintah Desa, karena selama ini pihak BUMDes dalam
hal pembukuan masih menggunakan pembukuan secara sederhana untuk mencatat
masing-masing pembukuan unit usaha nya berupa catatan harian dan neraca serta
masih menggunakan sistem manual dengan format sederhana. Maka dari itu
peneliti menyarankan kepada pemerintah pusat untuk dapat lebih memberikan
sosialisasi dan pelatihan mengenai aplikasi sistem keuangan BUMDes kepada
pihak BUMDes agar mempermudah mereka dalam bekerja.
DAFTAR PUSTAKA

Admin KeuDesa. 2015. Pembukuan Keuangan Badan Usaha Milik Desa.


http://www.keuangandesa.com/2015/09/pembukuan-keuangan-badan-usah
a-milik-desa/. Diakses 4 November 2017

Afrizal, Ramadhani. 2016. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Badan Usaha


Milik Desa (BUMDes) di Kabupaten Rokan Hulu.Jurnal Ilmiah Cano
Ekonomos Vol. 5 No. 1 Januari 2016. Fakultas Ekonomi Universitas Pasir
Pengaraian.

Amri, Khairul. 2015. Evaluasi Program Badan Usahas Milik Desa


(BUMDes).Jurnal Ilmu Administrasi Negara Volume 13, Nomor 3, Juli
2015: 295-299. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau,
Kampus Bina Widya.

Aprilia, Hera. 2009. Evaluasi Pelaksanaan Program Transmigrasi Lokal Model


Ring I Pola Tani Nelayan di Bugel, Kec. Panjatan, Kab. Kulon Progo dan
Gesing, Kec. Panggang Kab. Gunung Kidul.Tesis.MPKD Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Dompu.


2017.

Desa Membangun. 2017. Daftar Rincian Dana Desa 2017 Menurut Kabupaten
Kota.http://desa-membangun.blogspot.co.id/2016/11/Daftar-Rincian-
Dana-Desa-2017-Menurut-Kabupaten-Kota.html. Diakses 20 November
2017

Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kependudukan dan


Pencatatan Sipil Provinsi Nusa Tenggara Barat. 2017.

Fajarwati, Yeni. 2016. Implementasi Program Badan Usaha Milik Desa


(BUMDes) di Desa Pagedangan Kabupaten Tangerang.Skripsi.Fakultas
Ekonomi Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Gazali, M. 2016. Perjuangan Dibalik Prestasi Juara Nasional BUMDes Lendang


Nangka.https://radarlombok.co.id/perjuangan-dibalik-prestasi-juara-
nasional-bumdes-lendang-nangka.html. Diakses 3 November 2017

Hartini, Makmur, Asrori. 2016. Analisis Kesehatan Kinerja Keuangan Pada


BUMDes Sumber Makmur.ejournalUniversitas Pasir Pengaraian.
Fakultas Ekonomi Universitas Pasir Pengaraian.
Infodes Media Edukasi dan Informasi Berdesa.2016. Inilah BUMDes Terbaik
2016, Kemendes Berikan
Apresiasi.https://risehtunong.blogspot.co.id/2016/11/inilah-bumdes-
terbaik-2016-kemendes.html. Diakses 20 November 2017.

Irawan, Prasetya. 2005. Materi Pokok Metodologi Penelitian Administrasi.


Jakarta: Universitas Terbuka

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik


Indonesia. 2015. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015
Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran
Badan Usaha Milik Desa.

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia. 2004. Undang – Undang Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

_____________________________________. 2014. Undang – Undang Nomor


23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

_____________________________________. 2014. Undang – Undang Nomor 6


Tahun 2014 Tentang Desa.

_____________________________________. 2010. Peraturan Menteri Dalam


Negeri Nomor 39 Tahun 2010 Tentang Badan Usaha Milik Desa.

_____________________________________. 2015. Peraturan Menteri Desa


Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan,
dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.

_____________________________________. 2014. Peraturan Pemerintah


Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang – Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

_____________________________________. 2014. Peraturan Pemerintah


Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Kurniawan, Ade Eka. 2016. Peranan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Dalam
Peningkatan Pendapatan Asli Desa (Desa Lanjut Kecamatan Singkep
Pesisir Kabupaten Lingga Tahun 2015).Jurnal.Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosakarya.


Bandung.
Nugroho, Dendhi Agung. 2015. Evaluasi Penerapan dan Dampak Program Badan
Usaha Milik Desa (BUMDES) Terhadap Kesejahteraan Masyarakat
Rumah Tangga Miskin (RTM) di Desa Babadan Kecamatan Karangrejo
Kabupaten Tulungagung (Periode Mei 2014-April 2015).JESP-Vol. 7, No
2 Nopember 2015 ISSN 2086-1575.Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Malang.

Nurrahmanto, Muhammad. 2016. Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa di


Kecamatan Batulayar Kabupaten Lombok Barat.Skripsi.Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Mataram.

PKDSP (Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan). 2007. Buku Panduan


Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Fakultas
Ekonomi Universitas Brawijaya.

Putra, Anom Surya. 2015. Badan Usaha Milik Desa Spirit Usaha Kolektif Desa.
Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia. Jakarta Pusat.

Rahadi, Dedi Rianto. 2010. Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia. Tunggal
Mandiri Publishing. Malang.

Ramadana, Berlian Coristya, Heru Ribawanto Suwondo. 2013. Keberadaan


Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sebagai Penguatan Ekonomi Dea
(Studi di Desa Landungsari, Kecamataran Dau, Kabupaten Malang),
Universitas Brawijaya Malang.

Riaman, Yusuf. 2016. Berkah Rinjani Bagi BUMDes Lentera.


http://mediaindonesia.com/news/read/76782/berkah-rinjani-bagi-bumdes-
lentera/2016-11-11. Diakses 20 November 2017.

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Graha


Ilmu. Yogyakarta.

Suara NTB. 2017. BUMDes Didorong Gerakkan Perekonomian Desa.


http://www.suarantb.com/news/2017/03/09/26123/bumdes.didorong.gerak
kan.perekonomian.desa. Diakses 3 November 2017.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.


Bandung.
Sekretaris Daerah Kabupaten Dompu. 2006. Peraturan Daerah Kabupaten
Dompu Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Pembentukan dan Pengelolaan
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

______________________________________.2007.Peraturan Daerah
Kabupaten Lombok Timur Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Desa.

Sukasmanto.2014. Rancang Bangun Bisnis dan Pengelolaan BUM Desa. Forum


Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD). Yogyakarta.

Syncore, Rudy. 2017. Perencanaan Strategis dan Penyusunan Rencana Kegiatan


dan Anggaran Tahunan.http://bumdes.id/blog/2017/04/16/06-
perencanaan-strategis-dan-penyusunan-rencana-kegiatan-dan-anggaran-
tahunan/. Diakses 7 November 2017.

Tama, Dantika Ovi Era dan Yanuardi.2013. Dampak Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) Bagi Kesejahteraan Masyarakat di Desa Karangrejek
Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul.Ejournal.Universitas
Negeri Yogyakarta.

Thalia. 2017. Nawacita: Kemandirian dan Kesejahteraan


Desa.http://bumdes.id/blog/2017/10/06/nawacita-kemandirian-dan-
kesejahteraa n-desa/. Diakses 15 November 2017.

Wati, Endang Ambar. 2016. Analisis Kinerja Keuangan Menggunakan Rasio


Likuiditas Pada BUMDes Makmur Sejahtera Desa Kepenuhan Raya
Tahun 2011-2015. Jurnal. Fakultas Ekonomi Universitas Pasir Pengairan

Widyatmoko, Faris. 2016. Kinerja Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Desa
Kemiri Kabupaten Jember Berdasarkan Pendekatan Balanced
Scorecard.Skripsi.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Jember.

Wijanarko, Agung Septian. 2012. Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Dalam Pemberdayaan Masyarakat.Skripsi.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Windarnovi, H. 2014. Analisis Penyaluran Kredit Usaha Kecil Pada Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) Sumber Makmur, Desa Kota Baru, Kec. Kunto
Darussalam Kab.Rokan Hulu.Skripsi.Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Yustika, Ahmad Erani. 2008. Ekonomi Kelembagaan. Erlangga.

Www.kemenkeu.go.id/apbn2015
Www.kemenkeu.go.id/apbn2016

Www.kemenkeu.go.id/apbn2017

Anda mungkin juga menyukai