Sofiah1
Biana Adha Inapty2
Bambang3
1)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram
ABSTRAK
PAMDes, Simpan
Pengadaan Sanitasi
BUMD DPMPD Kepala Ketua Manajer Unit Usaha Peng Masya Juml
es Dukcapi Desa BUMDe PAMDes Simpan BRI Pengadaa Pengadaan Sapro Pengelol Penyewa awas rakat ah
1
1 Nusa Nusa
9
Jaya Jaya
2 Calabai Calabai
Mandir 7
3 Lendang Lentera
8
Nangka
Jumlah 1 3 3 3 3 1 1 1 1 1 1 3 3 25
“Semua kegiatan yang dilakukan oleh BUMDes dan keputusan itu melalui
musyawarah, kalau misalnya intern paling sekedar pengurusnya tapi
kalau menyangkut masalah iuran segala macam mungkin pembayarannya
itu, memang semua masyarakat kita undang. Kita tidak berani
memutuskan sepihak ya.”
(Hasil Wawancara dengan Manajer Unit Usaha PAMDes, pada tanggal 28
Februari 2018)
c. Tujuan Perusahaan
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Pasal 3
menjelaskan “Pendirian BUMDes bertujuan a. meningkatkan perekonomian Desa;
b. mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa; c.
meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa; d.
mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak
ketiga; e. menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan
layanan umum warga; f. membuka lapangan kerja; g. meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi Desa; dan h. meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan
Asli Desa”. Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan wawancara berikut ini.
Awalnya dulu memang ada Kepala Desa pertama dulu, itulah yang punya
sebenarnya dulu, punya ide awal BUMDes sehingga sekarang kan diikuti
juga oleh termasuk juga Kabupaten juga kan mengikuti juga. Nah
BUMDes ini sebenarnya karna dia melihat bahwa potensi Desa kita,
potensi masyarakat juga sebenarnya sangat potensial sebenarnya. Tetapi
waktu itu belum di anu oleh pemerintah maupun masyarakat belum ada
tanggapan serius, memang dipandang sebelah mata sebelumnya, tapi
sekarang sudah sampai nasional dia sekarang. Jadi sebenarnya itu tujuan
dari kepala Desa yang dulu itu karna melihat potensi.
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Nusa Jaya, pada tanggal 28
Februari 2018)
“Kalau untuk sampai sekarang ini simpan pinjam, itu awalnya yang
pertama simpan pinjam, kemudian ada ternak sapi, kemudian disitu ada
saprodi (sarana produksi), kemudian pengelolaan air bersih tapi untuk
rencananya kita, itu yang menjadi rencana kita pengadaan meteran untuk
PAM itu, karna selama ini kan masih ngambang diratakan mereka untuk
pembayarannya, yang pemakaian juga besar sama-sama membayar 30,
yang sedikit juga penggunaannya 30, jadi untuk supaya mereka itu tidak
ada kecemburuan kita akan mengadakan meteran besok. Kemudian ada
unit usaha lain termasuk BRI Link, kemudian yang terakhir kemarin itu
pengadaan packing beras. Kemudian sekarang kan ijinnya lagi proses
juga sambil menunggu apa namanya itu akte notarisnya, sambil untuk ijin
packing-an itu. Tapi untuk sementara kan pemasarannya hanya skup Desa
saja sama diluar, belum kita ke pasaran yang luas.”
(Hasil Wawancara dengan Ketua BUMDes Nusa Jaya, pada tanggal 28
Februari 2018)
“Kalau yang itu sebenarnya awalnya dulu, sebenarnya ini bukan milik
Desa. Dipegang dulu sama PDAM, nah tetapi PDAM pengelolaannya
tidak jelas pada saat itu akhirnya masyarakat mengambil alih, istilahnya
Pemerintah Desa lah yang mengambil alih, ndak pernah dia ndak aktif
gitu, pada dasarnya iurannya tetap dilakukan oleh masyarakat. Airnya
macet itu kendalanya, akhirnya diambil alih oleh Pemerintah Desa
komunikasi dengan pemerintah kabupaten.”
(Hasil Wawancara dengan Manajer Unit Usaha PAMDes, pada tanggal 28
Februari 2018)
“Kalau untuk sampai sekarang ini simpan pinjam, itu awalnya yang
pertama simpan pinjam, kemudian ada ternak sapi, kemudian disitu ada
saprodi (sarana produksi), kemudian pengelolaan air bersih tapi untuk
rencananya kita, itu yang menjadi rencana kita pengadaan meteran untuk
PAM itu, karna selama ini kan masih ngambang diratakan mereka untuk
pembayarannya, yang pemakaian juga besar sama-sama membayar 30,
yang sedikit juga penggunaannya 30, jadi untuk supaya mereka itu tidak
ada kecemburuan kita akan mengadakan meteran besok. Kemudian ada
unit usaha lain termasuk BRI Link, kemudian yang terakhir kemarin itu
pengadaan packing beras. Kemudian sekarang kan ijinnya lagi proses
juga sambil menunggu apa namanya itu akte notarisnya, sambil untuk ijin
packing-an itu. Tapi untuk sementara kan pemasarannya hanya skup Desa
saja sama diluar, belum kita ke pasaran yang luas.”
(Hasil Wawancara dengan Ketua BUMDes Nusa Jaya, pada tanggal 28
Februari 2018)
“Mungkin sistemnya nanti kita pakai meteran atau dia buat dulu bak
penampungan dulu, karna kalau kita pakai meteran, tidak kita punya
penampungan yang besar sama halnya dengan bohong juga, kenapa kita
bilang begitu karna beban ini yang banyak gitu, maksudnya kita nanti dari
Pemerintah Desa mungkin buat penampungan yang besar, kita masukan
dulu di penampungannya baru full setelah itu kita matikan, baru
disalurkan ke pelanggan itu sendiri. Dia bayar Rp100.000,00 saja
pelanggan itu dia bilang sanggup, yang penting air ini tetap jalan, saking
dibutuhkan nanti makanya gak ada yang komplain lah besaran pemakaian
debit air segala macam.”
(Hasil Wawancara dengan Manajer Unit Usaha PAMDes, pada tanggal 28
Februari 2018)
4.2.2.1.2. Evaluasi Kinerja BUMDes Calabai Mandiri dalam Perspektif
Perencanaan
a. Dasar Pendirian
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Pasal 4
menjelaskan “(1) Desa dapat mendirikan BUM Desa berdasarkan Peraturan Desa
tentang Pendirian BUM Desa (2) Desa dapat mendirikan BUM Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan mempertimbangkan: a. inisiatif Pemerintah Desa
dan/atau masyarakat Desa; b. potensi usaha ekonomi Desa; c. sumberdaya alam di
Desa; d. sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUM Desa; dan e.
penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan dan kekayaan
Desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUM Desa”.
Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan wawancara berikut ini.
“Terbentuknya badan usaha yang namanya bumdes yaitu berdasarkan
pada dimana kebutuhan. Kebutuhan yang pertama, para petani, yang
kedua, kebutuhan ibu-ibu dipasar dalam rangka melaksanakan transaksi
perekonomian dibakulan. Yang kedua, bagaimana Pemerintah Desa
calabai melihat satu potensi yang ada dipinggir pantai atau potensi di laut
yang juga pengelolaan air bersih sehingga dengan maksud dan tujuan
tersebut, pada tahun 2015 pertengahan baru pemerintah Calabai
mendirikan yang namanya BUMDes yaitu diberi nama dan saya sendiri
memberi nama Calabai Mandiri tahun 2015 sehingga pada saat terbentuk
itu saya dirapatkan dengan seluruh elemen masyarakat pada tahun 2015
itu. Nah, akhirnya diberikan keluasan terhadap Pemerintah Desa Calabai
sesuai dengan amanat daripada Undang-Undang juga bahwa BUMDes
itu diberikan untuk rencana pengembangan usaha dalam bentuk
pembiayaan yang Alhamdulillah tahun 2016 jadi pencairan pertama untuk
pembiayaan BUMDes sebesar Rp10.000.000,00 dan Rp50.000.000,00 itu
seperti apa rencananya, seperti yang saya sampaikan tadi.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Calabai, pada tanggal 26 Februari
2018)
b. Struktur Organisasi Melalui Musyawarah Desa
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa
menjelaskan pada Pasal 5 Ayat (1) adalah “Pendirian BUM Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 disepakati melalui Musyawarah Desa, sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertingggal, dan
Transmigrasi tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan
Keputusan Musyawarah Desa”. Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan
wawancara responden berikut ini :
“Kalau untuk pengurusnya kita rapatkan sampai 2 kali. Di Desa, melalui
musyawarah Desa dan alhamdulillah para pengurusnya dipilih oleh
perwakilan masyarakat dan didasarkan dari hasil aspirasi masyarakat.
Memang kepala Desa dan juga kita juga selaku pemerintahan Desa tidak
ingin BUMDes ini dia mengelola seperti BUMDes-BUMDes yang tahun-
tahun yang lalu. Ketika dia mendapatkan modal selesai, selesai. Karna
kenapa, karna yang kita evaluasi ini terjadi karna sumber daya
pengelolanya yang kurang faham. Sehingga pilihan masyarakat sekarang
alhamdulillah. Jadi ketuanya sekarang sarjana ekonomi, sekretaris
sarjana kehutanan dan alhamdulillah bendaharanya juga mantan
bendahara veneer. Jadi, kita tidak ragu-ragu lagi, jadi orang-orang
berkompeten. Sehingga pilihan masyarakat ya alhamdulillah. Bahkan
sudah ada SHU nya kemarin. Dia mengelola berapa bulan kemarin, kalau
gak salah Rp2.000.000,00 lebih kemarin. Dan yang lebih mungkin adek-
adek juga merasa kaget, jadi orang-orang yang bekerja ini belum kita
berikan gaji, masih kerja sukarela untuk pengurusnya, sampai sekarang.”
(Hasil wawancara dengan Kepala Desa Calabai, pada tanggal 26 Februari
2018)
c. Tujuan Perusahaan
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Pasal 3
menjelaskan “Pendirian BUMDes bertujuan a. meningkatkan perekonomian Desa;
b. mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa; c.
meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa; d.
mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak
ketiga; e. menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan
layanan umum warga; f. membuka lapangan kerja; g. meningkatkan kesejahteraan
masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum, pertumbuhan dan pemerataan
ekonomi Desa; dan h. meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan
Asli Desa”. Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan wawancara berikut ini.
“Yang pertama, maksud dan tujuan BUMDes itu perputaran roda
perekonomian, sehingga yang pertama sekali dibiayai pada anggaran
Rp50.000.000,00 itu yang pertama di SPP nya (Simpan Pinjam) dan yang
kedua untuk pengadaan Saprodi. Itu dibagi 2, SPP nya Rp15.000.000,00
ya kalo gak salah ya, yang sisanya untuk pengadaan saprodi. Sehingga,
alhamdulillah mulai dari tahun 2016 itu baru para petani dan ibu-ibu
yang berusaha dipasar itu menikmati daripada kehadiran BUMDes ini.
Jadi secara otomatis kehadiran BUMDes menjawab berbagai persoalan
yang selama ini ada suatu bentuk kebuntuan dalam rangka perpuratan
semua itu sehingga menyusulnya SPP walaupun tidak banyak yang kita
anggarkan sekedar Rp15.000.000,00 yang Alhamdulillah perputaran itu
kemajuan dari para ibu-ibu yang bakulan itu dirasakan ibu-ibu dan sistem
pengembaliannya dia memakai sistem perminggu dia, dia langsung
membayar ke kepala unitnya. Jadi dari pasar itu langsung, kebetulan
kantornya dekat dengan pasar, langsung mereka. Sehingga yang kedua
bagi untuk unit usaha saprodi nya, yang selama ini seperti yang saya
ceritakan tadi bahwa kebutuhan pupuk sangat mendesak sekali.
Kebutuhan pupuknya yang selama ini dirasakan oleh para petani sangat
langka sehingga yang seharusnya RDKK yang dimiliki oleh Desa Calabai
itu tidak bias diakses dan dimanfaatkan oleh pihak ketiga seperti yang
disampaikan tadi. Sehingga dengan dasar itu tujuan kami.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Calabai, pada tanggal 26 Februari
2018)
d. Produk yang Dihasilkan (Barang atau Jasa)
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Pasal 1
menjelaskan “Badan Usaha Milik Desa, selanjutnya disebut BUM Desa, adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang
dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat Desa” kemudian Pasal 8 menjelaskan “BUM
Desa dapat membentuk unit usaha meliputi: a. Perseroan Terbatas sebagai
persekutuan modal, dibentuk berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan
usaha dengan modal yang sebagian besar dimiliki oleh BUM Desa, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan tentang Perseroan Terbatas; dan b. Lembaga
Keuangan Mikro dengan andil BUM Desa sebesar 60 (enam puluh) persen, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan tentang lembaga keuangan mikro”. Hal ini
didukung oleh pernyataan informan sebagai berikut:
“Unit usaha, dia sebenarnya kita tidak berikan dalam bentuk modal,
dalam bentuk uang. Kalau untuk unit usaha wisata, kita berikan bantuan
dia, yang pertama kemarin kita berikan bantuan Rp20.000.000,00 untuk
pembelian banana boat-nya dipengelolaan wisata. Yang kedua, kemarin
kita anggarkan lebih dari Rp40.000.000,00 untuk beli mesin speednya itu
agar bisa menarik banana boatnya. Makanya lewat-lewat itulah kita
berikan dukungan, lewat ADD, Dana Desa itu. Sehingga, dengan modal
itu, jadi anak-anak muda yang mengelola unit usaha ini bisa mengelola
sendiri bisa mandiri dia dan alhamdulillah sekarang dia mulai berjalan.
Cuman banana boatnya belum dipake sekarang, masih kita buat body
speednya. Kemarin kan kita uji coba itu kita pake punya angkatan laut,
jadi dia gak bisa berani tarik sekencang-kencangnya untuk bermanuver.
Jadi kita harus buat khususkan, lagi dibuat sama kepala unit. Mudah-
mudahan mulai tahun ini bisa income untuk Desanya.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Calabai, pada tanggal 26 Februari
2018)
e. Badan Hukum BUMDes
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Pasal 7
Ayat (1) adalah “BUM Desa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan
hukum. (2) Unit usaha yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat berupa lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari BUM
Desa dan masyarakat. (3) Dalam hal BUM Desa tidak mempunyai unit-unit usaha
yang berbadan hukum, bentuk organisasi BUM Desa didasarkan pada Peraturan
Desa tentang Pendirian BUM Desa, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(3)”. Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan wawancara responden berikut ini :
“Iya, kalau untuk semua itu kita sudah pikirkan dari awal, lengkap, ADRT
nya kita lengkap dan SK nya juga lengkap. Bahkan BUMDes Calabai
Mandiri ini satu-satunya yang sudah memiliki yang namanya akte notaris.
Mungkin dengan dasar itulah pilihan-pilihan orang kabupaten/provinsi
memilih BUMDes Calabai Mandiri.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Calabai, pada tanggal 26 Februari
2018)
f. Perencanaan Usaha (Bisnis Plan)
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Pasal
25D menjelaskan “Analisis kelayakan usaha BUM Desa yang berorientasi pada
usaha perantara (brokering), usaha bersama (holding), bisnis sosial (social
business), bisnis keuangan (financial business) dan perdagangan (trading), bisnis
penyewaan (renting) mencakup aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan
sumberdaya manusia, aspek keuangan, aspek sosial budaya, ekonomi, politik,
lingkungan usaha dan lingkungan hidup, aspek badan hukum, dan aspek
perencanaan usaha”. Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan wawancara
responden berikut ini mengenai aspek perencanaan usaha:
“Perencanaannya masing-masing semua unit ini. Jadi untuk wisatanya,
jadi sudah mendapatkan bayangan mereka, tehnik penarikan itu jadi
mereka inginkan itu ada semacam ada perdes khususnya untuk mereka.
Sehingga berapa untuk operasionalnya mereka, berapa untuk
BUMDesnya, dan berapa untuk Desanya. Kalau untuk jasa atau
transportasinya, kita kan sebenarnya orang kabupaten juga, kita ke
perhubungan kemarin, mereka agak ragu akan mobil itu karna mobil itu
cukup lumayan mahal sekitar Rp400.000.000,00 lebih. Mungkin adek-
adek juga sudah liat di kodim itu. Cuman pengalamannya bupati ditahun
kemarin ada BUMDes yang semacam truk itu waktu jaman Pak Saiful, itu
mobil-mobil itu dipergunakan untuk bisnis perorangan, atas nama
BUMDes tapi pengelolaannya atas nama pribadi, itu yang salah.
Sehingga dari dasar itu pak Bupati tidak berani menyerahkannya. Jadi,
mobil itu masih berada di Dompu tapi pengelolaannya dibawah naungan
BUMDes sekarang. Jadi, ketika ada yang mau keluar kota
mempergunakan itu, perhubungannya kontak kepala BUMDesnya untuk
menyerahkan supirnya dan supirnya disediakan oleh BUMDes sendiri.
Makanya planning sebenarnya, planning usaha jasa transportasi,
sebenarnya kita sudah rencanakan sediakan transportasi karna kunjungan
orang-orang ini persiapan untuk Tambora Menyapa Dunia. Sering kita
menjemput tamu-tamu juga di bandara, baik itu tamu-tamu wisata
mancanegara dan tamu-tamu yang ini, para pemilik saham, disini kan
banyak industri. Tamu-tamu PT. SMS, tamu-tamu yang bergerak dibidang
pertambangan, disuruh jemput kadang-kadang. Makanya rencana kita
sangat pasti sekali untuk jasa transportasinya itu. Rencananya tunggu
siap dulu BUMDes nya baru mau diserahkan, gak tau sampai kapan,
apakah benar-benar murni ragu-ragu atau memang mobilnya gak mau
diserahkan..”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Calabai, pada tanggal 26 Februari
2018)
4.2.2.1.3. Evaluasi Kinerja BUMDes Lentera (Lendang Nangka Sejahtera) dalam
Perspektif Perencanaan
a. Dasar Pendirian
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Pasal 4
menjelaskan “(1) Desa dapat mendirikan BUM Desa berdasarkan Peraturan Desa
tentang Pendirian BUM Desa (2) Desa dapat mendirikan BUM Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dengan mempertimbangkan: a. inisiatif Pemerintah Desa
dan/atau masyarakat Desa; b. potensi usaha ekonomi Desa; c. sumberdaya alam di
Desa; d. sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUM Desa; dan e.
penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan dan kekayaan
Desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari usaha BUM Desa”.
Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan wawancara berikut ini.
“BUMDes ini kan tahun 2015 setelah adanya Undang-Undang Desa
Nomor 6 tahun 2014 itu, dari semua Desa yang ada di seluruh Indonesia
lah dan di Lombok Timur 239 Desa dan di NTB ini 995 Desa, dengan
terbitnya Undang-Undang Desa ini, Desa itu dapat membentuk yang
namanya Badan Usaha Milik Desa atau BUMDes. Nah, sehingga dengan
turunnya ini maka kita tahun 2015 itu membentuklah BUMDes yang
namanya BUMDes Lentera (Lendang Nangka Sejahtera) karna
terbentuknya BUMDes ini tentu kita berangkat dari cikalnya sebenarnya,
sebelumnya sudah ada cikalnya mulai dari kita mengelola namanya
BPAMDes, BPAMDes ini adalah Badan Pengelola Air Minum Desa
disamping juga ada USP dulu Unit Simpan Pinjam, tentu dengan adanya
BUMDes ini terutama mengangkat potensi-potensi Desa yang mana itu
kembangkan dan itu kita angkat gitu sehingga potensi Desa ini bisa
terutama dimunculkan dan itu menjadi sebuah aset bagi Desa yang
dikelola oleh BUMDes yang dimana BUMDes ini sebenarnya dihajatkan
untuk mengangkat perekonomian dalam upaya kemakmuran masyarakat
itu.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Lendang Nangka, pada tanggal 9
Maret 2018)
b. Struktur Organisasi Melalui Musyawarah Desa
Pada Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian,
Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa
menjelaskan pada Pasal 5 Ayat (1) adalah “Pendirian BUM Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 disepakati melalui Musyawarah Desa, sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertingggal, dan
Transmigrasi tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan
Keputusan Musyawarah Desa”. Pernyataan ini dipertegas dengan kutipan
wawancara responden berikut ini :
“Iya tentu, pembentukan BUMDes ini tentu lewat musyawarah warga-
warga Desa seperti DPD, LKMD, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh
pemuda, dan elemen-elemen yang memiliki potensi besar membangun
Desa ini.”
(Hasil wawancara dengan Kepala Desa Lendang Nangka, pada tanggal 9
Maret 2018)
“Ya, jadi pengurus itu begitu dia musyawarah Desa tentang rencana
pembentukan BUMDes ini, dia sudah langsung terformasi, Kepala Desa
bersama jajarannya, BPD, LKMD bersama tokoh masyarakat, tokoh
agama kumpul jadi satu.”
(Hasil Wawancara dengan Ketua BUMDes Lentera, pada tanggal 9 Maret
2018)
“Kita pendapatan perharinya itu yang kita hitung misalnya dalam 1 hari
ini sekian transaksi itu berapa pendapatannya.”
(Hasil Wawancara dengan Manajer Unit Usaha PAMDes Nusa Jaya, pada
tanggal 28 Februari 2018)
“Masih manual, laporan bulanan kita tetap pake komputer nih laporan
bulanannya.”
(Hasil Wawancara dengan Ketua BUMDes Calabai Mandiri, pada tanggal
28 Februari 2018)
“Kalau menurut saya ya, karna terus terang, saya juga kalau mengatakan
diri benar juga, ketika diaudit oleh inspekorat juga masih ada salah-salah
juga, yang namanya adminsitrasi, benar menurut kita, ya menurut orang
yang lebih dari kita salah, kalau sejauh yang saya pantau, dan dipadukan
dengan pengalaman mereka diperusahaan juga, ya menurut saya lumayan
lah, lumayan baik walaupun ada sgei-egi yang perlu kita perbaiki, tapi
yang pasti, yang apa ya, yang jelas, tingkat transparansi pengelolaan itu
yang kita harapkan, akuntabelnya itu, jadi uangnya sudah berapa, kalau
dari segi kebenaran administrasinya nanti ada pengelolaan lebih
lanjutnya.”
(Hasil Wawancara dengan Pengawas BUMDes Calabai Mandiri, pada
tanggal 28 Februari 2018)
“Ya, jadi kita terapkan ini dari awal semua komputer bahkan semua harus
punya software, kemarin SP nya juga kita pakai software tapi kembali lagi
kepada sumber dayanya. Tapi tetap di tulis manual, walaupun dia di
computer tetap ada manualnya gitu.”
(Hasil Wawancara dengan Ketua BUMDes Lentera, pada tanggal 9 Maret
2018)
“Dari lumbung pangan itu mbak, dari simpanan masyarakat yang 100
kilo beras itu.”
(Hasil Wawancara dengan Manajer Unit Usaha Simpan Pinjam Nusa Jaya,
pada tanggal 28 Februari 2018)
“Dari dana BUMDesnya sendiri, dari Dana Desa yang sudah ada.”
Sedangkan penyertaan modal dari masyarakat Desa belum ada. Hal ini didukung
oleh pernyataan informan sebagai berikut:
“Belum ada cuman yang dari Desa itu saja.”
(Hasil Wawancara dengan Kepala Desa Nusa Jaya, pada tanggal 28
Februari 2018)
“Belum ya, kalau yang selama ini kita kelola yang kemarin dari Qatar,
P2M (Pengabdian Pada Masyarakat), kemudian DD sudah 2 tahun
berjalan dari Desa, Gerbangmas (Gerakan Membangun Masyarakat) nya
itu kan, itu kan yang punya itu dulu ya, LSM itu dulu.”
(Hasil Wawancara dengan Ketua BUMDes Nusa Jaya, pada tanggal 28
Februari 2018)
“Kita tidak pernah berpikir tentang modal, pada pertama kita bentuk itu
kita tidak pernah pikir modal, kita hanya berpikir potensi. Nah kalau kita
berpikir modal, pada saat kita rapat diskusi dengan masyarakat maka
modal itu asumsinya nanti, apalagi membentuk USP itu hilang apalagi
nah ini uang Desa selesai kan.”
(Hasil Wawancara dengan Ketua BUMDes Lentera, pada tanggal 9 Maret
2018)
“Sebenarnya dulu modal kita kan tahun 77, dari hadiah lomba Desa tahun
77 itu kita dibangunkan Broncap terus langsung dialirkan ke reservoir,
langsung dialirkan ke masing-masing kampong dibuatkan bak dulu
masing-masing kampung, tetapi yang namanya memang dikampung itu
orang ambil air ke bak tetapi yang namanya masyarakat ada yang kaya,
selalu melubangi. Nah akhirnya kampung antar kampung saling sumbat
saling sabotase, dengan kejadian itu bak ini sudah tidak digunakan lagi,
dibuatkanlah kran tonggak masing-masing rumah, bayarnya cuman 1000
per bulan waktu itu tetapi masyarakat agak tinggi tidak dapat
menggunakan waktu itu karna dibuka terus kan. Akhirnya masih tidak
efisien, waktu itu kita dapat bantuan water meter dari PU 125, ya 125 itu
dibagi 4 kadus. Nah dari sanalah mulai muncul, akhirnya yang agak
tinggi dapat dia.”
(Hasil Wawancara dengan Manajer Unit Usaha PAMDes, pada tanggal 9
Maret 2018)
“Kalau ini kan modal awalnya dikasi 500 juta dari Kementrian PU pusat.
Nah kemarin ini terima uang 20 juta dari BUMDes untuk mulai kerjalah
sekarang ini.”
(Hasil Wawancara dengan Manajer Unit Usaha Pengelolaan Sampah, pada
tanggal 9 Maret 2018)
BUMDes
Lentera
No. Item Wawancara Nusa Calabai (Lendang
Jaya Mandiri Nangka
Sejahtera)
1. Modal awal
2. Perkembangan modal
3. Bantuan modal dari pihak lain
Sistem pembukuan baik dalam sistem
4.
manual dan komputer
5. Peningkatan Pendapatan Asli Desa -
Sumber: data diolah, 2018
Keterangan:
= Ada
- = Tidak Ada
Desa Membangun. 2017. Daftar Rincian Dana Desa 2017 Menurut Kabupaten
Kota.http://desa-membangun.blogspot.co.id/2016/11/Daftar-Rincian-
Dana-Desa-2017-Menurut-Kabupaten-Kota.html. Diakses 20 November
2017
Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia. 2004. Undang – Undang Nomor 32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Putra, Anom Surya. 2015. Badan Usaha Milik Desa Spirit Usaha Kolektif Desa.
Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia. Jakarta Pusat.
Rahadi, Dedi Rianto. 2010. Manajemen Kinerja Sumber Daya Manusia. Tunggal
Mandiri Publishing. Malang.
______________________________________.2007.Peraturan Daerah
Kabupaten Lombok Timur Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Desa.
Tama, Dantika Ovi Era dan Yanuardi.2013. Dampak Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) Bagi Kesejahteraan Masyarakat di Desa Karangrejek
Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul.Ejournal.Universitas
Negeri Yogyakarta.
Widyatmoko, Faris. 2016. Kinerja Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Desa
Kemiri Kabupaten Jember Berdasarkan Pendekatan Balanced
Scorecard.Skripsi.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Jember.
Wijanarko, Agung Septian. 2012. Peran Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Dalam Pemberdayaan Masyarakat.Skripsi.Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Windarnovi, H. 2014. Analisis Penyaluran Kredit Usaha Kecil Pada Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) Sumber Makmur, Desa Kota Baru, Kec. Kunto
Darussalam Kab.Rokan Hulu.Skripsi.Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Www.kemenkeu.go.id/apbn2015
Www.kemenkeu.go.id/apbn2016
Www.kemenkeu.go.id/apbn2017