PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu untuk memahami penyakit osteoporosis yang terjadi
pada lansia.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan
porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang
yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya
rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan
kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang (Tandra,
2009).
2.2 Epidemiologi
Osteoporosis dapat dijumpai tersebar diseluruh dunia dan sampai saat ini
masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama dinegara
berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1
diantara 2-3 wanita post- menopause dan lebih dari 50% penduduk diatas umur
75-80 tahun. Dari pasien-pasien tersebut, 1,5 juta mengalami fraktur setiap
tahunnya, yang antara lain mengenai tulang femur bagian proksimal sebanyak
250.000 pasien dan fraktur vertebra menyerang 500.000 pasien. Fraktur panggul,
merupakan keadaan yang paling berat pada pasien osteoporosis dan akan
mengakibatkan kematian pada sebanyak 10-15% setiap tahunnya. Lebih dari 50%
pasien fraktur panggul terancam mengalami ketergantungan (tidak dapat
melakukan sesuatu) sehingga 25% diantaranya memerlukan bantuan perawat
terlatih. Di Amerika Serikat biaya yang dikeluarkan untuk pasien-pasien fraktur
2.3 Etiologi
2.4 Patogenesis
1. Osteoporosis primer
Osteoporosis primer terbagi atas 2 tipe, yaitu:
Tipe 1 : adalah tipe yang timbul pada wanita pasca menopause.
Tipe 2 : terjadi pada orang lanjut baik pada pria maupun
wanita.
1. Nyeri tulang
Nyeri terutama terasa pada tulang belakang yang intensistas serangannya
meningkat pada malam hari.
2. Deformitas tulang
Dapat terjadi fraktur traumatik pada vertebrae dan menyebabkan kifosis
aguler yang dapat menyebabkan medula spinalis tertekan sehingga dapat
terjadi paraperesis.
10 | T u g a s P e n g e n a l a n P r o f e s i B l o k I X
4. Pemeriksaan kadar kalsium, fosfor, serta alkali fosfatase serum.
Mengukur kenaikan kadar kalsium, fosfor, serta alkali fosfatase serum.
Kemudian dapat pula mengukur kenaikan kadar hormon paratiroid.
5. Biopsi tulang
Memperlihatkan tulang yang tipis dan porous, tetapi bisa juga jaringan
tulang tersebut masih terlihat normal.
2.9 Komplikasi
2.10 Penatalaksanaan
Menurut Helmi (2012), tata laksana yang dapat diberikan pada pasien
osteoporosis adalah:
A. Konservatif
Pengobatan osteoporosis difokuskan pada usaha memperlambat
atau menghentikan kehilangan mineral, meningkatkan kepadatan
tulang, dan mengontrol nyeri sesuai dengan penyakitnya.
Kebanyakan 40% dari perempuan akan mengalami patah tulang
akibat dari osteoporosis selama hidupnya. Dengan demikian tujuan
dari pengobatan ini adalah mencegah terjadinya fraktur (patah
tulang).Intervensi tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.
11 | T u g a s P e n g e n a l a n P r o f e s i B l o k I X
1. Diet: dewasa muda harus mencapai kepadatan tulang yang
normal dengan mendapatkan cukup kalsium (1.000 mg/hari)
dalam dietnya (minum susu atau makan makanan tinggi
kalsium seperti salmon), berolahraga jalan kaki atau aerobik
dan menjaga berat badan normal.
2. Spesialis: orang dengan fraktur tulang belakang, pinggang,
atau pergelangan tangan harus dirujuk ke spesialis orthopedi
untuk manajemen selanjutnya.
3. Olahraga: modifikasi gaya hidup harus menjadi salah satu
pengobatan. Olahraga yang teratur akan mengurangi patah
tulang akibat osteoporosis. Olahraga yang direkomendasikan
di antaranya adalah jalan kaki, bersepeda, dan joging.
B. Medikamentosa
Selain dari tata laksana diatas, obat-obatan juga dapat diberikan
seperti di bawah ini.
1. Estrogen: untuk perempuan yang baru menopause,
penggantian estrogen merupakan salah satu cara untuk
mencegah osteoporosis. Estrogen dapat mengurangi atau
menghentikan kehilangan jaringa tulang. Apabila
pengobatan estrogen dimulai pada saat menopause, maka
akan mengurangi kejadian fraktur pinggang sampai 55%.
Estrogen dapat diberikan melalui oral (diminum) atau
ditempel pada kulit.
2. Kalsium: kalsium dan vitamin D diperlukan untuk
meningkatkan kepadatan tulang.
3. Konsumsi perhari sebanyak 1.200-1.500 mg (melalui
makanan dan suplemen).
4. Konsumsi vitamin D sebanyak 600-800 IU diperlukan untuk
meningkatkan kepadatan tulang.
5. Bifosfonat: pengobatan lain selain estrogen yang ada:
alendronate, risedonate, dan etidronate. Obat-obatan ini
memperlambat kehilangan jaringan tulang dan beberapa
12 | T u g a s P e n g e n a l a n P r o f e s i B l o k I X
kasus menigkatkan kepadatan tulang. Pengobatan ini
dipantau dengan memeriksa DXAs setiap 1 sampai 2 tahun.
Sebelum mengonsumsi obat ini, dokter akan memeriksa
kadar kalsium dan fungsi ginjal.
6. Hormon lain: hormon-hormon ini akan membantu
meregulasi kalsium dan fosfat dalam tubuh dan mencegah
kehilangan jaringan tulang.
7. Kalsitonin.
8. Teriparatide.
C. Intervensi Bedah
Intervensi bedah dilakukan untuk penatalaksanaan osteoporosis
dengan fraktur melalui imobilisasi ketat dan pengembalian fungsi
aktivitas tulang (Helmi, 2012).
2.11 Pencegahan
13 | T u g a s P e n g e n a l a n P r o f e s i B l o k I X
sesudah jam 4. Sinar matahari membantu tubuh menghasilkan vitamin D
yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang.
3. Melakukan olahraga dengan beban.
Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat
berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan
tulang.Olahraga beban misalnya senam aerobik, berjalan dan menaiki
tangga.
4. Hindari rokok dan minuman beralkohol.
Menghentikan kebiasaan merokok merupakan upaya penting dalam
mengurangi faktor risiko terjadinya osteoporosis (Santoso, 2009).
14 | T u g a s P e n g e n a l a n P r o f e s i B l o k I X
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Subjek tugas mandiri pada pelaksanaan TPP ini adalah lansia yang
menderita osteoporosis pada masyarakat.
1. Alat tulis.
2. Daftar pertanyaan wawancara.
3. Kamera..
15 | T u g a s P e n g e n a l a n P r o f e s i B l o k I X
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Nama : Ny. S
Usia : 70 tahun
Pekerjaan : Perawat
Alamat : Jl Sukatani 2 No. 2240 A kota Palembang.
16 | T u g a s P e n g e n a l a n P r o f e s i B l o k I X
4.2 Pembahasan
Dari hasil yang kami dapatkan, pada Ny. S yang berusia 70 tahun
penderita osteoporosis. Dari hasil wawancara yang dilakukan didapatkan
keluhan utama Ny. S sering merasakan nyeri seperti ditusuk-tusuk pada kaki,
tangan serta tulang belakang dan sangat terasa saat bergerak ataupun duduk
dalam waktu yang lama. Menurut Rasjad (2008), gambaran klinis yang dapat
ditemukan pada penderita osteoporosis adalah nyeri terutama terasa pada
tulang belakang yang intensitas serangannya meningkat pada malam hari,
kemudian ditemukan deformitas tulang yang dapat mengakibatkan terjadi
fraktur traumatik pada vertebrae dan menyebabkan kifosis anguler yang dapat
menyebabkan medula spinalis tertekan sehingga dapat terjadi paraperesis.
Keadaan yang dialami Ny. S sesuai dengan teori, tetapi pada Ny. S tidak
ditemukan fraktur traumatik pada vertebrae.
17 | T u g a s P e n g e n a l a n P r o f e s i B l o k I X
tulang. Penurunan ini disebabkan oleh terjadinya demineralisasi yaitu tubuh
yang kekurangan kalsium akan mengambil simpanan kalsium yang ada pada
tulang dan gigi. Pada masa pertumbuhan, kekurangan kalsium dapat
menyebabkan pengurangan pada masa dan kekerasan tulang yang sedang
dibentuk.
18 | T u g a s P e n g e n a l a n P r o f e s i B l o k I X
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Dari tugas pengenalan profesi (TPP) yang kami lakukan, kami
mendapatkan kesimpulan:
1. Terdapat beberapa faktor risiko osteoporosis pada Ny. S berupa usia,
olahraga yang kurang, gaya hidup yang tidak suka minum susu serta jenis
kelamin.
2. Manifestasi klinis osteoporosis pada Ny. S berupa nyeri pada tulang
terutama tulang belakang.
3. Pentalaksanaan osteoporosis dengan cara konservatif berupa diet, dan
serta olahraga dan juga medikamentosa berupa kalsium yang berfungsi
membantu dalam proses mineralisasi tulang sehingga dapat meningkatkan
pemadatan tulang, vitamin D yang berfungsi untuk meningkatkan
absorpsi kalsium di usus, dan obat anti-inflamasi nonsteroid yang
berfungsi untuk meredakan rasa nyeri.
5.2 Saran
Adapun saran yang kami berikan pada pelaksanaan Tugas Pengenalan
Profesi kali ini adalah:
19 | T u g a s P e n g e n a l a n P r o f e s i B l o k I X
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2015. Data dan Kondisi Penyakit Osteorporosis di Indonesia. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Lane NE. 2003. Lebih Lengkap Tentang : Osteoporosis Petunjuk untuk Penderita
dan Langkah – Langkah Penggunaan Bagi Keluarga dalam Eri D. Nasution.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Setiyohadi, Bambang. 2014. Struktur dan Metabolisme Tulang dalam Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit
EGC
Tandra, Hans. 2009. Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui Tentang
Osteoporosis Mengenal, Mengatasi, dan Mencegah Tulang Keropos.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
20 | T u g a s P e n g e n a l a n P r o f e s i B l o k I X
Lampiran
21 | T u g a s P e n g e n a l a n P r o f e s i B l o k I X
Gambar 2. Hasil pemeriksaan rontgen Ny. S di lihat dari sisi lateral
22 | T u g a s P e n g e n a l a n P r o f e s i B l o k I X
Gambar 4. Hasil pemeriksaan laboratorium Ny. S
23 | T u g a s P e n g e n a l a n P r o f e s i B l o k I X
Gambar 5. Mahasiswa dengan Ny. S
24 | T u g a s P e n g e n a l a n P r o f e s i B l o k I X