Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH

ACARA VIII
KALIBRASI MOISTURE TESTER

Disusun oleh:
Nama : Mita Kathalia
NIM : 14226
Golongan : C3
Asisten : Asep Rinal Supratman

LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2017
ACARA VIII
KALIBRASI MOISTURE TESTER

Abstraksi
Praktikum Kalibrasi Mouster Tester dilakukan untuk membandingkan pengujian kadar air benih
dengan dua alat yang berbeda yaitu dengan oven (metode langsung) dan mouster tester (metode tidak
langsung) . Praktikum Kalibrasi Mouster Tester dilaksanakan pada hari Senin, 5 April 2017 di Ruang
Malika, Laboratorium Teknologi Benih, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biji kedelai (Glycine max)
dan biji jagung (Zea Mays). Sedangkan, alat-alat yang digunakan adalah electrical moisture tester tipe
Dickey john, grinder, oven, timbangan elektrik, desikator, cawan porselen dan penutupnya.Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa pengujian benih jagung tidak melakukan kalibrasi karena nilai p-
value lebih kecil dari 0,005 sehingga berbeda nyata. Sedangkan untuk pengujian pada benih kedelai
mendapatkan p-value lebih dari 0,005 sehingga tidak berbeda nyata dan perlu di lakukan kalibrasi.

Kata kunci : oven, mouster tester, kalibrasi

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengujian merupakan hal utama dalam menyiapkan benih dengan kualitas mutu yang
baik. Pengujian memperhatikan aspek-aspek lain selain terhadap benih itu sendiri. Tujuan
dari pengujian agar benih dengan kualitas yang telah di tetapkan dapat di lepas. Pengujian
benih menggunakan alat-alat khusus yang mempunyai fungsi berbeda-beda pada tiga
kelompok pengujian. Klasifikasi alat yang digunakan agar memudahkan pemulia dalam
melakukan uji mutu benih.

Salah satu pengujian yang harus di perhatikan yaitu kadar air. Kadar air akan sangat
berhubungan dengan proses penyimpanan dan pemasaran benih. setiap benih mempunyai
ketahanan yang berbeda-beda terhadap kelembaban dan suhu. Pengujian kadar air sangat
di perlukan karena mencegah terjadinya kemunduruan kualitas benih saat benih di
lakukan pengemasan.

Prinsip kerja pada pengukuran kadar air secara tidak langsung dengan menggunakan
oven adalah pengurangan antara berat basah yakni berat benih sebelum dioven dikurang
dengan berat kering. Selisih tersebut dibagi dengan berat basah dikalikan 100% sehingga
bisa diperoleh kadar air. Sedangkan pengukuran tidak langsung kadar air dapat segera
diketahui setelah benih dilakukan pengukuran kadar air melalui moiture tester.
Kelemahan alat pengukur kadar air secara tidak langsung adalah tidak berlaku untuk
semua jenis benih dan kerumitan instrumennya mengakibatkan banyak kemungkinan
tidak berfungsi secara benar, sehingga data yang dihasilkan tidak akurat. Dengan
melakukan kalibrasi, segera dapat diketahui kesalahan-kesalahan yang terjadi pada alat
tersebut. Apabila kesalahan hanya sedikit dapat dibuat tabel koreksi. Namun, apabila
kesalahan begitu besar maka alat tersbut dianggap tidak dapat dipakai. Kalibrasi ini juga
dapat digunakan untuk menemukan kartu (tabel dari tabel yang ada atau benih sejenis
yang tidak ada kartu/tabelnya).

B. Tujuan
1. Membandingkan dua metode pengujian kadar air
2. Mengetahui tingkat akurasi moisture tester digunakan
3. Membuat tabel koreksi apabila ternyata alat tersebut sudah tidak akurat.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Benih merupakan sarana produksi tanaman yang penting dalam proses produksi tanaman
dan kualitas benih yang dipakai dalam usaha produksi tanaman akan menentukan
produktivitas dan kualitas hasil tanaman. Sejalan dengan hal tersebut, maka proses produksi
dan penanganan benih perlu ditangani secara serius agar diperoleh benih yang memenuhi
kriteria mutu yang telah ditetapkan.

Kadar air merupakan persentase kandungan air suatu bahan, yang dinyatakan berdasarkan
berat basah (wet basis) atau berat kering (dry basis). Kadar air memiliki batas maksimum
teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100
persen. Kadar air menununjukkan tingkat kekeringan dan mempunyai aspek terhadap daya
simpan serta mutu hasil proses selanjutnya (Souhoka, 1983). Kadar air bahan simpan
berpengaruh terhadap hama gudang, umur biji serta kerusakan mekanik baik selama
penanganan, pemrosesan ataupun pembersihan. Kadar air merupakan salah satu factor
penting dalam memepengaruhi kemampuan benih untuk mempertahankan viabilitasnya.

Kelembaban relatif yang tinggi merupakan faktor luar sebagai penyebab utama
menurunnya bahkan hilangnya viabilitas benih selama dalam penyimpanan. Kadar air benih
merupakan suatu fungsi dari kelembaban relatif udara sekitarnya dan kadar air suatu benih
bergantung pada kelembaban relatif udara sekitarnya. Pada saat kelembaban relatif udara
sekitar benih meningkat (tinggi), maka kadar air benih akan meningkat pula sampai terjadi
nilai keseimbangan antara kadar air benih dengan kelembaban relatif udara sekitarnya.
(Kartosapuetro, 1987)

Pengeringan adalah upaya untuk menurunkan kadar air benih agar benih tahan disimpan
lama, tidak mudah terserang hama dan terkontaminasi cendawan, mempertahankan volume
dan bobot benih sehingga memudahkan penyimpanan. Kadar air yang aman untuk
penyimpanan benih tergantung pada jenis benih, lama penyimpanan (semakin lama disimpan
harus semakin kering), dan metode penyimpanan benih (penyimpanan terbuka atau
penyimpanan dalam kemasan).

Ada dua macam alat ukur kadar air yang sering digunakan dilapangan, yaitu tipe kapasitif
dan tipe resistif. Tipe kapasitif memiliki beberapa kelebihan , antara lain dalam penggunaan
tidak perlu menghancurkan bahan yang diuji (nondistruktif). Tipe ini cakupannya lebih luas
dari pada metode lain walau perbuatannya memerlukan ketelitian yang lebih tinggi. Dasar
pertimbangan ini yang mendorong dilakukannya penelitian rancang bangun alat ukur kadar
air biji-biji tipe kapasitif.

Ada 2 metode penentuan kadar air untuk perbandingan yaitu metode praktis yaitu metode
yang mudah dilaksanakan, tetapi hasilnya kurang teliti sehingga perlu dikalibrasikan terlebih
dahulu. Metode ini meliputi metode electrik moisture tester. Kemudian metode dasar yaitu
metode dengan mengukur kehilangan berat yang diakibatkan oleh pengeringan/pemanasan
pada kondisi tertentu dan dinyatakan sebagai persentase dari berat mula-mula. Yang termasuk
dalam metode ini adalah metode oven (Sutopo, 2002) .

Kalibrasi adalah memastikan hubungan antara harga-harga yang ditunjukkan oleh suatu
alat ukur dengan harga yang sebenarnya dari besaran yang diukur. Bila berbicara kalibrasi
maka kita membahas tentang rangkaian kegiatan pengukuran instrumen-instrumen ukur
secara perbandingan maupun langsung terhadap standar acuan (Renanta, 2009 ).Kalibrasi
diperlukan untuk perangkat baru, suatu perangkat setiap waktu tertentu, suatu perangkat
setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi), ketika suatu perangkat mengalami tumbukan
atau getaran yang berpotensi mengubah kalibrasi, ketika hasil pengamatan dipertanyakan
(Godfrey,2000).

Kalibrasi memberikan manfaat berupa adanya jaminan terhadap hasil produksi yang
sesuai dengan standar ISO9000 dan juga sekaligus pengakuan, hasil Produksi dijamin sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan, akurasi pembacaan alat ukur terjamin.( Morris, 2001).
Kalibrasi perangkat ukur merupakan prosedur standar untuk menjaga kondisi instrumen ukur
dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan spesifikasinya antara lain: 1). Menentukan deviasi
kebenaran konvensional nilai penunjukan suatu instrumen ukur atau deviasi dimensi nasional
yang seharusnya untuk suatu bahan ukur. 2). Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan
standar nasional maupun internasional (Pyzdek, 2003)
III. METODOLOGI
Praktikum Teknologi Benih Acara VIII yang berjudul Kalibrasi Moisture
testerdilaksanakan pada Selasa, 4 April 2017 di Laboratorium Pemuliaan Tanaman,
Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitubenih jagung (Zea mays) dan
benih kedelai (Glycine max). Sementara untuk alat-alat yang digunakan yaituelectrical
moisture testertipe Dickey John,oven, desikator, grinder, timbangan elektrik, cawan porselin,
mortar serta penumbuknya.
Cara kerjanya ada 2 tahapan, untuk metode langsung, kadar air benih diukur dengan
moisture tester, sedangkan untuk metode tidak langsung, kadar air benih diukur dengan oven.
Cara kerja untuk metode tidak langsung,pertama-tama benih sebanyak 5 gramdihaluskan
dengan menggunakan grinder, kemudian wadah dan tutupnya ditimbang, didapatkan M1
(gram). Setelah itu berat wadah, tutup, dan benih ditimbang, didapatkan M2. Kemudian
dimasukkan kedalam oven 130°C selama 2 jam, di dalam oven tutup cawan dibuka. Setelah 2
jam, tutup cawan dipasang kembali, dan benih dikeluarkan dari oven.Selanjutnya, benih
didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan terakhir, berat wadah, tutup dan benih
ditimbang dan didapatkan M3 (gram). Kadar air dengan metode tidak langsung, dihitung
dengan rumus :

𝑀2 − 𝑀3
𝑥 100 %
𝑀2 − 𝑀1

Keterangan :

M1= berat wadah + tutup (gram)

M2= berat wadah + isi + tutup sebelum di oven (gram)

M3= berat wadah + isi + tutup sesudah di oven (gram)

Adapun untuk uji kadar air benih dengan moisture tester tipe Dickey John, benih
diambil sebanyak ukuran tempat moisture tester hingga rata, diatur kadar air sesuai benih
yang akan dimasukkan dengan mengatur menu pada monitor moisture tester. Tunggu hingga
beberapa saat, secara otomatis akan muncul nilai kadar air pada monitor atau layar yang ada
di moisture tester tersebut. Kemudian data kadar air dianalisis dengan uji F dan uji T antara
metode oven dan moisture tester dengan tingkat signifikansi 5%. Jika ada beda nyata
dilanjutkan dengan uji regresi dan dibuat tabel penolongnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Kadar air benih menggunakan metode oven
Kadar
Benih Ulangan M1 M2 M3
air (%)
1 49.29 54.3 53.62 13.6
2 53.51 58.54 57.8 14.7
Kedelai
3 54.74 59.74 59.68 1.2
4 42.62 47.62 46.92 14
1 44.12 49.24 48.45 15.4
2 45.96 50.86 50.1 15.5
Jagung
3 47.89 52.91 51.41 29.9
4 43.93 48.79 48.06 15
Keterangan :

M1 : berat wadah+tutup
M2 : berat wadah+isi+tutup sebelum dioven
M3 : berat wadah+isi+tutup sesudah dioven

Tabel 2. Kadar air benih menggunakan metode oven dan moisture tester tipe Dickey John
Kadar Air (%)
Metode
Benih Ulangan
Moisture
Oven
Tester
1 12.8 13.6
2 13 14.7
Kedelai
3 13 1.2
4 13.1 14
1 16 15.4
2 16 15.5
Jagung
3 15.9 29.9
4 16.2 15
B. Pembahasan
Pada praktikum ini digunakan dua cara untuk mengkalibrasi alat penguji kadar air
suatu benih, yaitu dengan menggunakan oven dan moisture tester tipe Jucson. Oven adalah
suatu peralatan yang berfungsi untuk memanaskan ataupun mengeringkan. Biasanya
digunakan untuk mengeringkan peralatan gelas laboratorium, zat-zat kimia maupun pelarut
organik. Dapat pula digunakan untuk mengukur kadar air. Suhu oven lebih rendah
dibandingkan dengan suhu tanur yaitu berkisar antara 105ºC. Tidak semua alat gelas dapat
dikeringkan didalam oven, hanya alat gelas dengan spesifikasi tertentu saja yang dapat
dikeringkan, yaitu alat gelas dengan ketelitian rendah. Sedangkan untuk alat gelas dengan
ketelitian tinggi tidak dapat dikeringkan dengan oven.

Pada oven prinsip kerjanya adalah benih yang akan diketahui kadar airnya
dimasukkan ke dalam cawan porselen dan ditimbang terlebih dahulu sebelum Keterangan : X
= Nilai kadar air benih pada moister tester sebelum kalibrasi Y = Nilai kadar air benih pada
moister tester setelah kalibrasi dimasukkan ke dalam oven, kemudian atur waktu dan suhu
pada oven sesuai dengan yang diinginkan. Setelah selesai pengovenan benih berserta
cawannya ditimbang kembali untuk menentukan kadar air benihnya. Kelebihan dari alat ini
adalah mudah dalam pengamatan, karena terdapat kaca transparan. Adapun kekurangannya
adalah ukurannya relatif besar, sulit untuk dipindah-pindahkan dan untuk mengetahui kadar
air harus menunggu terlebih dahulu, tidak secepat moisture taster tipe Kett maupun tipe
Jucson.

Moisture tester tipe Jucson digunakan untuk menguji kadar air benih yang ukurannya
besar seperti jagung atau kedelai. Pada saat pengambilan benih jangan sampai terkena tangan
karena akan mempengaruhi nilai kadar air. Prinsip kerjanya adalah sampel benih
dimasukkan ke dalam wadah, kemudian pilih jenis benih (padi, jagung, kedelai, atau gandum)
pada tombol pengatur. Tekan tombol start, maka pada layar akan tertulis kadar air yang
terkandung dalam sampel benih. Kelebihan moisture tester tipe Jucson adalah dapat
mengetahui kadar air yang terkandung dalam benih tertentu secara cepat dan mudah dibawa-
bawa, karena menggunakan batu baterai, sehingga tidak harus mencari sambungan listrik.
Adapun kekurangannya adalah terbatas hanya untuk benih (padi, jagung, gandum, kedelai,
dan satu jenis lainnya). Namun, hasil yang didapatkan tidak selalu sesuai dengan penggunaan
alat penguji kadar air lainnya.Pengukuran kadar air benih dengan menggunakan moister tester
memang lebih mudah, cepat dan portabel, sehingga alat ini cocok kalau dibawa kelapangan
untuk mengukur kadar air benih secara langsung. Namun hasil nilai kadar air yang diperoleh
kadang-kadang tidak seakurat bila mengukur kadar air dengan oven. Hal ini mungkin
dikarenakan moisture tester telah sedikit mengalami kerusakan sehingga jika digunakan
untuk mengukur, hasilnya tidak valid lagi. Untuk itu dilakukan kalibrasi moisture tester yang
bertujuan untuk mengetahui apakah moisture tester yang dipakai masih berfungsi dengan
baik atau tidak. Kalibrasi dilakukan yaitu dengan membandingkan kadar air benih yang
diukur oven sebagai standar/pembanding, dengan hasil yang diperoleh moisture tester.
Dengan melakukan kalibrasi, maka diketahui kesalahan-kesalahan yang terjadi pada alat
tersebut. Apabila kesalahan hanya sedikit dapat dibuat tabel koreksi. Namun, apabila
kesalahan begitu besar maka alat tersebut dianggap tidak dapat digunakan.

Cara pengujian kadar air secara garis besarnya dapat digolongkan atas metode dasar
dan metode praktek. Pada metode dasar antara lain termasuk metode tungku (oven method),
metode destilasi toluene, metode karl fisher dan lain-lain (Kartasapoetra, 1986).
Pengujian kadar air yang biasa dilakukan ada 2 yaitu:
1. Metode tungku (air open method)
Metode oven, sekarang metode ini merupakan metode standar yang dianjurkan oleh
ISTA untuk menghitung kadar air benih dan merupakan metode yang banyak dipakai di
negara penghasil benih. (Kuswanto, 1997). Tungku yang biasa digunakan, dipanaskan dengan
lisrik. Udara dalam tungku pada tekanan atmosfer disirkulasikan secara mekanis. Suhu yang
umum dipergunakan 130oC dengan lama pengeringan 1 jam (Sudikno, 1987). Atau
dipanaskan sampai berat tetap. Kehilangan sebagai akibat pemanasan ini ditentukan dan
dianggap kadar air benih asal. Untuk benih-benih yang besar dan kering sebaiknya
diremukkan terlebih dahulu (jangan sampai hancur), agar panas dapat menyelinap kedalam
benih yang akan dikeringkan apabila benih besar ini kenyataanya masih dalam kondisi basah,
sebaiknya benih semacam ini dikeringkan terlebih dahulu pada panas matahari
(Kartasapoetra, 1989 ).

2. Metode moisture tester


Dengan alat ini ditentukan kadar air benih berdasarkan atas sifat konduktifitas dan
dielektrik benih, yang keduanya tergantung dari kadar air dan tempratur benih
(Kartasapoetra, 1989 ). Dengan mengunakan moisture tester, kadar air benih ditentukan
berdasarkan atas sifat konduktivitas dan dielektrik benih, yang keduanya tergantung dari
kadar air dan temperatur benih (Kartasapoetro, 1989). Benih yang akan diuji kadar airnya
terlebih dahulu dimasukan ke dalam penakar benih sampai penuh, kemudaian dimasukan ke
dalam corong moisture tester. Setelah power dihidupkan, ditekan tombol sesuai dengan benih
yang diuji dan nilai dari kadar air benih tersebut secara otomatis akan tertera pada layar
(Sutopo, 1985). Menentukan kadar air benih dengan alat ini berjalan sangat cepat hanya
beberapa menit saja tetapi kelemahannya nilai yang diperoleh pada alat lain kecuali itu
moisture tester tidak dapat digunakan untuk menguji kadar air semua kadar benih untuk
mengatasi kurang tepatnya hasil yang dipeoleh, sebaiknya moisture tester dikalibrasi terlebih
dahulu (Sudikno, 1987).
Hasil uji test di dapat hasil p-value pada pengujian kedelai sebesar 0,5623.
Berdasarkan nilai p-value yang lebih besar dari nilai alfa maka tidak berbeda nyata, sehingga
tidak berbeda nyata pengaruh antara pengujian dengan oven dan dengan moisture tester.
Maka tidak perlu di cari kalibrasi pada pengujian benih kedelai. Begitu juga pada pengujian
jagung didapat hasil p-value sebesar 0,4817. Nilai p-value yang lebih besar dari nilai alfa
maka tidak berbeda nyata, sehingga tidak berbeda nyata pengaruh antara pengujian dengan
oven dan dengan moisture tester.
Metode oven memiliki kelebihan yaitu suhu dan kecepatan proses pengeringan dapat
diatur sesuai keinginan, tidak terpengaruh cuaca, sanitasi dan higienitas dapat dikendalikan.
Akan tetapi, metode ini juga memiliki kekurangan yaitu memerlukan keterampilan dan
peralatan khusus, serta biayalebih tinggi dibanding pengeringan alami.Selain itu, bahan lain
di samping air yang dapat ikut hilang bersama dengan uap misalnya alkohol, asam
asetat,minyak atsiri, dan lain-lain atau terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan
air atau zat mudah menguap lain, sehingga dapat mengganggu penghitungan kadar air.
Kelebihan penggunaan alat moisture tester yakni dapat mengetahui kadar air secara cepat
karena angka langsung tertera pada layar, portable, mudah untuk dioperasikan, sehingga alat
ini cocok untuk dibawa kelapangan untuk mengukur kadar air benih secara langsung.
Kekurangan alat ini adalah hanya dapat digunakan pada kelima jenis benih (gabah, jagung,
gandum, kedelai, dan kacang hijau) sehingga terbatas untuk mengukur benih-benih tersebut
dan tidak dapat digunakan untuk mengukur jenis benih yang lain. Selain itu, hasil yang
didapat terkadang berbeda dengan hasil yang didapat bila menggunakan alat yang lain. Hal
ini diduga terjadi karenamoisture tester sedikit mengalami kerusakan sehingga hasil
pengukurannya tidak valid lagi.
V. KESIMPULAN

1. Pengujian kadar air dengan menggunakan oven dan moisture tester pada benih
jagung dan kedelai tidak berbeda nyata sehingga tidak dilakukan kalibrasi.
2. Tingkat akurasi yang diperoleh dari pengujian dengan metode oven dan moisture
tester tidak berbeda jauh, sehingga tidak perlu dikalibrasikan.
3. Untuk mengatasi ketidak akuratan alat maka perlu mengkalibrasikan hasil yang
diperoleh menggunakan analisis uji T dan tabel koreksi.
DAFTAR PUSTAKA

Godfrey, A.2000. Juran's Quality Handbook. Oxford University Press. New York.

Kartasapoetra, A. G., 1987. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Edisi Pertama. Rineka
Cipta.Jakarta.

Kartasapoetra, A. G. 1989. Teknologi Benih.Bina Aksara, Jakarta.

Morris, Alan. 2001. Measurement and Instrumentation Principles. Mc Graw Hill..New York.

Pyzdek, T. 2003.Quality Engineering Handbook. John Wiley & Sons. New York.

Renanta, Hayu. 2009. Analisis ketidak pastian kalibrasi timbangan non-otomatis dengan
metoda perbandingan langsung terhadap standar masa acuan. Jurnal Standardisasi
12(1) : 64 – 68.

Saenong, S., Azrai, M., Arief, R., dan Rahmawati. 1997. Pengelolaan Benih Jagung.
Litbangdeptan:145-174

Schmidt. L., 2000. Pedoman Penanganan Benih Hutan Tropis dan Sub Tropis. Direktorat
Jendral Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Sudikno, T. S. 1987. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta.

Sutopo, L. 2004. Teknologi Benih (edisi revisi). Raja Grapindo Persada. Jakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai