Kepemimpinan
Kepemimpinan
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kepemimpinan adalah bagian kunci kegiatan manajer. Kegiatan ini memainkan peranan
penting, terutama bila manajer melaksanakan kegiatan manajemen. Kepemimpinan menyangkut
keberhasilan suatu organisasi. Dalam proses kepemimpinan, manajer mengacu pada tujuan-tujuan
organisasi yang akan di capai, sumber daya yang akan digunakan, dan siapa yang akan
melaksanakan setiap tugas yang dibutuhkan. Kualitas keputusan-keputusan manajer akan
menentukan efektifitas rencana yang disusun.
Manajer atau pemimpin bertugas untuk membuat keputusan dan dapat menghasilkan sebuah
keputusan yang baik, agar tujuan perusahaan tercapai yaitu mendapatkan keuntungan. Karena
manajer disini berperan sangat penting untuk majunya sebuah perusahaan itu. Dan dalam makalah
akan membahas tentang bagaimana kepemimpinan yang baik.
1
BAB II
2
2.2 Pendekatan-Pendekatan Studi Kepemimpinan
Penelitian-penelitian dan teori-teori kepemimpinan dapat diklasifikasikan sebagai
pendekatan-pendekatan kesifatan, perilaku, dan situasional (“contingency”) dalam studi tentang
kepemimpinan.
3
4. Ketegasan (decisiveness), atau kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan
dan memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat.
5. Kepercayaan diri, atau pandangan terhadap dirinya sebagai kemampuan untuk
menghadapi masalah.
6. Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung, mengembangkan
serangkaian kegiatan dan menemukan cara-cara baru atau inovasi.
4
a. Fungsi – Fungsi Kepemimpinan
Pendekatan perilaku membahas orientasi atau identifikasi pemimpin. Aspek
pertama pendekatan perilaku kepemimpinan menekankan pada fungsi –fungsi yang
dilakukan pemimpinan dalam kelompoknya. Agar kelompok berjalan dengan
efektif, seseorang harus melaksanakan dua fungsi utama : (1) fungsi –fungsi yang
berhubungan dengan tugas (‘task related”) atau pemecahan masalah, dan (2) fungsi
– fungsi pemeliharaan kelompok (“group – maintance”) atau sosial. Fungsi
menyangkut pemberian saran penyelesaian, informasi dan pendapat. Fungsi kedua
mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar –
persetujuan dengan kelompok lain, penengahan perbedaan pendapat, dan
sebagainya.
b. Gaya – gaya Kepemimpinan
Pandangan kedua tentang perilaku kepemimpinan memusatkan pada gaya
pemimpinan dalam hubungannya dengan bawahan. Para peneliti telah
mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan : gaya dengan orientasi tugas (task –
oriented) dan gaya dengan orientasi karyawan (employee – oriented). Manajer
berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk
menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkannya. Manajer dengan
gaya kepemimpinan ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan daripada
pengembangan dan pertumbuhan karyawan. Manajer berorientasi karyawan
mencoba untuk lebih memotivasi bawahan disbanding mengawasi mereka. Mereka
mendorong para anggota kelompok untuk melaksanakan tugas – tugas dengan
memberikan kesempatan bawahan untuk berpatipasi dalam pembuatan keputusan,
menciptakan suasana persahabatan serta hubungan – hubungan saling mempercayai
dan menghormati dengan para anggota kelompok.
5
adalah bergantung pada faktor-faktor seperti situasi, karyawan, tugas, organisasi dan
variable-variabel lingkungan lainnya. Teori-teori situasional yang terkenal dan akan
dibahas adalah (1) rangkaian kesatuan kepimpinan dari Tannembaum dan Schmidt, (2)
teori “contingency” dari Fiedler, dan (3)o teori siklus-kehidupan dari Hersey dan
Blanchard.
Mary Parker Follett, yang mengembangkan hokum situasi, mengatakan bahwa
ada tiga variabel kritis yang mempengaruhi gaya pemimpin, yaitu 1) pemimpin, 2)
pengikut atau bawahan, dan 3) situasi. Ketiganya saling berhubungan dan berinteraksi.
Follet juga menyatakan bahwa para pemimpin seharusnya berorientasi pada kelompok
dan bukan berorientasi pada kekuasaan.
6
biasanya memiliki banyak kemampuan dan pengetahuan yang luas. Selain itu,
kemampuannya dalam beradaptasi dengan baik di lingkungan baru membuat ia
menjadi pribadi yang supel dimata banyak orang.
5. Optimis dan selalu memotivasi diri. Seorang karyawan yang baik, tidak pernah ragu
mengambil tanggung jawab atau posisi yang lebih tinggi. Dia juga siap bekerja
diluar tugasnya sehari-hari yang berkaitan dengan pemecahan masalah perusahaan
atau pencapaian tujuan perusahaan. Karyawan ini selalu bersikap optimis dan
percaya diri, selalu memotivasi dirinya untuk menjadi lebih baik agar bisa
memberikan yang terbaik untuk perusahaannya.
6. Membantu orang lain. Setiap karyawan akan menghargai uluran tangan karyawan
lainnya jika ia sedang membutuhkan bantuan. Jadi, jangan ragu memberikan
bantuan kepada orang lain. Hal ini akan menjalin hubungan persahabatan dengan
rekan kerja dan menjaga kondisi kantor yang nyaman dan baik. Sikap karyawan
yang helpful pada waktunya akan dihargai oleh pimpinan dan rekan kerja.
7. Jujur. Seorang karyawan yang baik adalah yang jujur terhadap pekerjaannya dan
kepada sesamanya. Mereka cukup kritis dan bersedia menerima saran dan kritikan
karena menganggap bahwa hal itu sangat penting untuk menjadi pembelajaran yang
baik. Karyawan yang jujur sangat jarang dan banyak sekali dicari oleh perusahaan.
Jadi, tanamkan kejujuran pada diri agar setiap apapun yang dilakukan menjadi
berkah.
8. Sopan dan Beretika. Menjadi ramah dan sopan tidak akan merugikan. Karyawan
yang baik tentu akan menyambut rekan kerja mereka dengan sebuah sapaan hangat,
‘selamat pagi’, mengatakan hal-hal yang sopan seperti, ‘terima kasih’ dan
‘silahkan’, diikuti dengan senyum bersahabat. Hal tersebut mungkin tampak sepele,
namun membuat karyawan justru merasa lebih dihargai. Seorang karyawan yang
baik juga mengikuti kebijakan perusahaan dan bisa mengilhami orang lain untuk
melakukan hal yang sama. Ada aturan kerja yang dibuat dan harus diikuti. Ada
sopan santun di setiap tempat yang harus dijaga.
9. Displin dan tepat waktu. Setiap atasan menyukai karyawan yang disiplin dan tepat
waktu. Waktu adalah uang. Datang terlambat ke kantor, mengambil jam istrahat
untuk sesuatu yang tidak perlu, menunda nunda pekerjaan dan meninggalkan kantor
7
lebih awal dari jam kerja akan membuat perusahaan membuang-buang biaya karena
mempekerjakan karyawan semacam itu. Atasan akan kurang menghargai karyawan
yang tidak mampu berdisiplin.
10. Menghormati privasi Karyawan lain. Seorang karyawan harus selalu ingat bahwa
dia datang ke kantor untuk bekerja dan menciptakan karir. Bukan untuk
menyebarkan gosip kantor atau rumor. Seorang karyawan yang baik akan
menghormati privasi rekan kerjanya, menjaga dan melindungi hal yang bersifat
rahasia perusahaan atau bisnis perusahaan. Ketika seseorang menghormati orang
lain, maka ia pun akan dihormati orang lain.
8
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
kepemimpinan (leadership) telah didefinisikan dengan berbagai cara yang berbeda oleh
berbagai orang yang berbeda pula. Menurut Stoner, kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan
sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok
anggota yang saling berhubungan tugasnya. Terdapat beberapa pendekatan kepemimpinan yaitu :
pendekatan sifat, pendekatan tingkah laku, pendekatan situasional “contigency”.
9
Daftar Pustaka
10