Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID


dan LIQUID
“FORMULASI”

DOSEN PEMBIMBING : ADHISTY KJ, M. Sc,Apt


Disusun oleh
KELOMPOK 6

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK


2015
Anggota kelompok :
1. Ronald Diaz
2. Rizki Utari
3. Safarina
4. Setri Hapiana Ningsih
5. Siti Nurjanah
6. Sumiati
7. Syahbrani
8. Yenni Dwi Nurshanty
9. Yohanes Abang
10.Yuliani
SALEP

(UNGUENTA)

I. DEFINISI

Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian

topikal pada kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang digunakan sebagai

pembawa dibagi dalam empat kelompok yaitu dasar salep senyawa

hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air

dan dasar salep larut dalam air. Salep obat menggunakan salah satu dari

dasar salep tersebut (Farmakope Indonesia Edisi IV).

Salep adalah sedian setengan padat yang mudah dioleskan dan

digunakan sebagai obat Luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi

homogen kedalam dasar salep yang cocok (Farmakope Indonesia Edisi

III).

Salap-salap adalah obat-obatan yang diperuntukan pemakaian di

luar, sering kali dipakai pada kulit dan mempunyai kensentrasi men-tega

(Ilmu Resep Van Duin).

Salep adalah sediaan beupa massa lembek, mudah dioleskan,

umumnya berlemak dan mengandung obat, digunakan sebagai obat luar

untuk melindungi atau melemaskan kulit, tidak berbau tengik

(Formularium Nasional Edisi II).

Suatu dasar salep yang ideal mempunyai sifat reaksi netral, pH

mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7 (Jurnal Penelitian Salep : Andi Nur

Izzati).
II. FORMULA UMUM

A. Formula Umum/ Standar

Formula umum salep :

 R/ Zat aktif

Basis

Zat tambahan

B. Formula Menurut Buku-Buku Standar

1. Ilmu Meracik Obat, 2000 (hlm. 52-53)

a. Dasar salep hidrokarbon

contoh :

 Vaselin putih

 Vaselin kuning

 Campuran vaselin dengan malam putih, malam kuning

 Parafin encer

 Parafin padat

 Jelene

 Minyak tumbuh-tumbuhan

b. Dasar salep serap (dapat menyerap air)

Contoh :

 Adeps Lanae, Lanolin

 Unguentum simplex : campuran 30 bagian malam kuning

dan 70 bagian minyak wijen.

 Hydrophilic petrolatum:

R/ Vaselin album 86
Cera alba 8

Stearyl alcoholi 3

Cholesteroli 3

c. Dasar salep dapat dicuci dengan air :

1. Dasar salep emulsi tipe M/A (Vanishing Cream) :

R/ Lanolini 2

Cetylalcoholi 1

Paraffini Liquidi 5

Acidi Stearinici 9

Kalii Hydroxidi 0,5

Propylene gylcoli 5

Aquadest 77,5

2. Emulsifying ointment B.P

R/ Emulsifying wax 300

Vaselini albi 500

Paraffini Liquidi 200

Emulsifying wax :

R/ Cetostearylalcoholi 90

Natriilaurysulfat 10

Aquadest 4 ml

3. Hydrophilic ointment, dibuat dari minyak mineral,

Stearylalkohol, Myrj 52 (emulgator tipe m/a), Aquadest.

d. Dasar salep yang dapat larut dalam air, terdiri dari antara

lain PEG atau campuran PEG.


i. PEG ointment USP

R/ PEG 4000 40%

PEG 400 60%

Dibuat dengan peleburan

ii. Tragakan

iii. PGA

2. Fornas 1978, hlm. 334

a. Salep dasar I

Campuran : Malam Putih 50 bagian

Vaselin Putih 950 bagian

Campuran : Malam Kuning 50 bagian

Vaselin Kuning 950 bagian

Dapat juga digunakan salep dasar lemak lain seperti

lemak nabati, lemak hewan atau campuran keduanya, atau

digunakan campuran parafin cair dan padat.

Salep dasar I sangat lengket, sukar dicuci, agar mudah

dicuci ditambahkan surfaktan dalam jumlah yang sesuai.

b. Salep Dasar II

Zat utama : lemak bulu domba terutama kolesterol.

Campuran :Kolesterol 30 Bagian

Stearilalkohol 30 Bagian

Malam putih 80 Bagian

Vaselin putih 860 Bagian


Dapat juga diganti salep dasar lain yang cocok. Salep dasar II

menyerap air.

c. Salep Dasar III

Campuran :Metil paraben

Propil paraben

Na Laurilsulfat

Propilenglikol

Stearilalkohol 250 bg

Vaselin putih 250 bg

Air ad 1000

Air dapat diganti salep dasar emulsi lain. Salep dasar III mudah

dicuci.

d. Salep Dasar IV

Campuran :Poliglikol 1500 25 bg

Poliglikol 4000 40 bg

Propilenglikol/gliserol ad 100

Propilenglikol dapat diganti salep dasar larut lain.

Dibuat dengan cara teknik aseptik, disterilkan dengan sterilisasi

D.

Keterangan : Cara Sterilisasi D ( F o r m u l a r i u m

Indonesais Edisi I , Hal 18), pemanasan kering.

Sediaan yang akan disterilkan dimasukkan ke dalam wadah

kemudian ditutup kedap atau penutupan ini dapat bersifat

sementara untuk mencegah cemaran. Jika volume tiap wadah


tidak lebih dari 30 ml, panaskan pada suhu 150 0C selama 1

jam. Jika volume tiap wadah mencapai suhu 1500, wadah yang

tertutup sementara, kemudian ditutup kedap menurut teknik

aseptik.

3. British Pharmacophoeia, (Tahun 2001, Hal. )

a. Emulsifying Ointment

R/ Emulsifying wax 300

White soft parafin 500

Liquid parafin 200

b. Hydrous Ointment/Oily Cream

R/ Wool alcohols ointment 500

Phenoxyethanol 10

Dried magnesium sulfat 5

Purified water ad 1000

Untuk membuat salep putih, gunakan wool alcohol O.

yang dibuat dengan white soft parafin, dan untuk membuat

salep kuning, gunakan wool alcohol O. yang dibuat dengan

yellow soft parafin.

Cara pembuatan : larutkan phenoxyethanol dan Mg sulfat

kering dalam air hangat hingga membentuk masa 500g.

Lelehkan wool alcohol ointment dan panaskan 60°C, sambil

diaduk hingga diperoleh krim yang halus. Aduk terus hingga

dingin, campurkan dengan campuran phenoxehanol dan Mg

sulfat, tambahkan air hingga diperoleh massa 1000 g.


c. Simple Ointment

R/ Wool fat 50

Hard paraffin 50

Cetostearilalcohol 50

White/yellow soft paraffin 850

Campurkan bahan, panaskan sambil diaduk hingga homogen,

kemudian angkat dan aduk hingga dingin.

C. Penjelasan dari Formula Umum

1. Zat Aktif

Contoh-contoh zat aktif yang sering digunakan dalam sediaan salep

(yang beredar di pasaran ) dapat dilihat pada tabel berikut :

Ansel, Howard. C., Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, hal 516-

518 (tapi tidak ditulis semua)

Persentase
Preparat Produk komersial Keterangan
lazim zat
Steroid adrenokortikoid
Salep Betametason Valerat Vasoline Ointment 0,1% Preparat ini diindikasikan
untuk mengurangi
Salep Fluosinolon Asetonid Synalar Ointment 0,025% inflamasi
Salep Flurandrenolid Cordan ointment 0,025% dan sebagai manifestasi dari

Salep Hidrokortison Asetat Cortef Acetate 1% dan 2,5% respon kulit terhadap

Salep Hidrokortison Cortril ointment 1% kortikosteroid. Biasanya

(Pfizer); eldecort dipakai pada permukaan


kulit .
Salep Triamsinolon Aristocort ointment 0,1% dan
Asetonid
(lederler) 0,5%
Antibakteri /antiinfeksi
Salep Basitrasin Baciguent ointment 500 unit /g

Salep Eritromisin Ilotycin Ointment 1%


Salep Gentamisin Sulfat Garamycin 0,17%

Salep Neomisin Sulfat Myciguent 0,5%

Salep Neomisin dan Neo-polycin Polimiksin B


Polimiksin B Sulfat dan ointment (Merrel Sulfat 8000 Preparat antibiotic ini
Zink
uniy/ g; digunakan pada
pengobatan
Neomisin
infeksi yang disebabkan
Sulfat
Salep Vioform ointment 3% oleh
Digunakan untuk eksim,
Iodoklorhidroksikuinolon (ciba) dermatosin, impetigo,
seboreik dermatitis dan
kondisi lain
Salep Metilbenzetonium Diaperene ointment 0,1% Untuk merah-merah
karena
Salep Nitrofurazon Furasin ( Norwich 0,2% Untuk antibakteri
eaton) diindikasikan untuk terapi
pembantu pada pasien
Antienzimatik/antipsoriatik yang
Salep Antralin Anthra-derm 0,25;0,5 dan Antralin menghambat
(dermik) 1,0% metabolisme enzim.
Digunakan pada
Antifungal pengobatan
Salep Nistatin Salep Mikostatin 100.000 unit Antibiotik antifungi untuk
(squibb) /g infeksi jamur pada kulit
Salep campuran Asam Desenex ointment 5% Asam dan
Undeselinat (pharmacraft) Undeselinat Digunakan terutama

dan 20% untukkutu air, kurap


Anestetik
Salep Siklometikain Sulfat Surfacaine ointment 1% Dipakai pada kulit untuk

Salep Dibukain Nupercainal 1% mengurangi sakit dan


gatal
ointment (ciba)
karena sengatan, gigitan
serangga dan lain lain
Astringent/protektan
Salep Seng Oksida Banyak 20% 20% senk oksida
dilevigasi
dengan minyak mineral
dan
campuran dan
dicampurkan ke
Zat penghilang pigmen
Salep Monobenzon Benequin ointment 20% Digunakan dalam pemutih
(elder) sementara dari
hiperpigmentasi kulit
cacat
2. Basis

Pemilihan dasar salep tergantung pada faktor-faktor seperti

khasiat yang diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan,

ketersediaan hayati, stabilitas dan ketahanan sediaan jadi.

Dalam hal-hal tertentu perlu menggunakan dasar salep yang

kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan.

Misalnya : obat-obat yang mudah terhidrolisis lebih stabil dalam

dasar hidrokarbon daripada yang mengandung air meskipun obat

tersebut lebih efektif dalam dasar yang mengandung air.

Basis Salep digolongkan dalam 4 kelompok besar (Pengantar

Bentuk Sediaan Farmasi, Howard c. Ansel, hal 502-506)

a. Dasar salep hidrokarbon

Dasar salep hidrokarbon ini dikenal sebagai dasar salep

berlemak, bebas air, dimana preparat berair mungkin dapat

dicampurkan hanya dalam jumlah sedikit saja. Bila lebih, akan

susah bercampur. Salep ini dimaksudkan untuk

memperpanjang kontak obat dengan kulit dan bertindak


sebagai pembalut/penutup. Dasar salep ini digunakan sebagai

emolien dan sifatnya sukar dicuci, tidak mengering dan tidak

tampak berubah dalam waktu lama. Contoh : vaselin kuning

dan putih, salep kuning dan putih, paraffin dan minyak

mineral. Vaselin kuning boleh digunakan untuk mata,

sedangkan yang putih tidak boleh karena masih mengandung

H2SO4.

b. Dasar salep absorpsi

Dibagi dalam 2 kelompok, antara lain :

1. Yang memungkinkan bercampur dengan air dan

membentuk emulsi air dalam minyak. Contoh : paraffin

hidrofilik dan lanolin anhidrat.

2. Yang sudah menjadi emulsi air-minyak (dasar emulsi),

memungkinkan bercampurnya sedikit penambahan jumlah

larutan berair. Contoh : lanolin dan cold cream.

c. Dasar salep yang dapat dicuci air

Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air (sering

disebut krim) dan dinyatakan “dapat dicuci dengan air” karena

mudah dicuci dengan air dari kulit dan pakaian sehingga lebih

dapat diterima sebagai dasar kosmetik. Beberapa bahan obat

lebih efektif menggunakan dasar salep ini dibandingkan dasar

salep yang lain. Keuntungan: dapat diencerkan dengan air dan

mudah menyerap cairan jika terjadi pada kelainan

dermatologis. Contoh : salep hidrofilik.


d. Dasar salep yang larut dalam air

Kelompok ini disebut `Dasar Salep Tidak Berlemak` dan

terdiri dari konstituen yang larut dalam air. Karena dasar salep

ini mudah melunak dengan penambahan air, maka larutan air

tidak efektif dicampurkan ke dalam bahan dasar ini. Dasar

salep ini baik dicampurkan dengan bahan tidak berair

(paraffin, lanolin anhidrat, atau malam) atau bahan padat.

Dasar salep ini lebih tepat disebut gel. Contoh : salep

polietilenglikol.

3. Bahan Tambahan

Bahan Pengawet

Pengawetan salep (Ansel, 510)

Preparat setengah padat seperti salep sering memerlukan

penambahan pengawet kimia sebagai antimikroba. Pengawet ini

termasuk hidroksibenzoat, fenol-fenol, asam benzoat, asam sorbat,

garam amonium kuartener dan campuran lainnya.

Preparat setengah padat harus dilindungi melalui kemasan

dan penyimpanan yang sesuai dari pengaruh pengrusakan oleh

udara, cahaya, uap air (lembab) dan panas, serta kemungkinan

terjadinya reaksi kimia antara preparat dengan wadah (The art of

compounding, hal 357).

III. STUDI FORMULASI

A. Formula
R/ Oleum Olive 10 %

Propil paraben 0,1%

Adeps Lanae qs

Vaselinum Flavum ad 10 gram

m f Unguenta

sue

B. Penimbangan

Oleum olive = 10/100x25 = 2,5 gram

Propilparaben = 0,1/100x25 = 0,025 gram

adeps Lanae = Vaselin  1 : 2

Veselin album dan Adeps = 25 gram - (2,5+0,025) gram

= 25 gram – 2,525 gram

= 22,475 gram

Adeps Lanae = 22,475/3 = 7,49 gram

Vaselin Album = 25 gram - (2,5+0,025+7,49) gram

= 25 gram - 10,015 gram

= 14,985 gram

C. Alat dan Bahan

1. Mortir dan Stamper

2. Kaca Arloji

3. Cawan penguap

4. Spatula/sendok stenlis

5. Sendok tanduk

6. Perkamen
7. Pot salep

8. Vaselin Album

9. Oleum Olive/Minyak Zaitun

10. Adeps Lanae

11. Metil Paraben

12. Propil paraben

D. Cara Kerja

1. Setarakan timbangan

2. Timbang masing- masing bahan

3. masukan adeps lanae dan vaselin album kedalam cawan penguap

leburkan diatas penangas air hingga lebur, sisihkan.

4. masukan propilparaben ke dalam lumpang tetesi etanol (95%) P

gerus hingga larut.

5. Masukan oleum olive dan gerus hingga homogen.

6. Tambahkan hasil leburan sedikit demi sedikit gerus hingga

homogen.

7. Masukan seluruh sediaan ke dalam pot salep.

8. Kemas dan diberi etiket biru.


E. MONOGRAFI FORMULA

1. Oleum Olive

a. Pemerian : cairiran, berwarna kuning pucat, Bau lemah,tidak

tengik,rasa khas pada suhu rendah sebagian atau seluruhnya

membeku.

b. Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%) p mudah larut dalam

kloroform p dalam eter p dan dalam eter minyak tanah p.

c. Penyimpanan : Wadah tertutup.

d. Khasiat /penggunaan : Membuat sabun menjadi tahan lama,

lembut dan mencegah kulit kering. Mengandung vitamin, mineral

dan protein yang berfungsi mencegah hilangnya kelembapan alami

kulit.

e. Inkompatibilitas : Minyak zaitun dapat disaponifikasi oleh

hidroksidaalkali. Karena mengandung proporsi yang tinggi dari

asam lemak tak jenuh, minyak zaitun rawan terhadap oksidasi dan

tidak kompatibel dengan agen oksidasi.

Sumber : Handbook of pharmaceutical excipient.

f. Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung

obat keras atau obat narkotik, kadar bahan obat adalah 10%

(Menurut Farmakope Edisi III).

2. PROPYLIS PARABENUM (Propil Paraben/Nipasol)

a. Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau,tidak berasa.

b. Kelarutan : sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian

etanol(95), dalam 3 bagian aseton, dalam 140 bagian gliserol dan


dalam40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali

hidroksida.

c. Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

d. Khasiat dan penggunaan : zat pengawet.

e. OTT : aktivitas antimikroba berkurang dengan adanya surfaktan

nonionis.

f. Titik Lebur : 95○ – 98○.

g. Khasiat : zat pengawet.

h. Stabilitas : propil paraben pH 3-6 dapat disterilkan dengan otoklaf

tanpa mengalami peruraian, stabil pada suhu kamar selama empat

tahun lebih.

i. Konsentrasi : 0,1% - 0,6%

j. Sterilisasi : otoklaf.

Sumber : Handbook of pharmaceutical excipient.

3. ADEPS LANAE

a. Nama Resmi : ADEPS LANAE

b. Sinonim : Lemak Bulu Domba

c. Pemerian : Zat serupa lemak, liat, kuning muda atau

kuning pucat,agak tembus cahaya bau lemah dank has.

d. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar air

dalam etanol (95%)P mudah larut dalam kloroform P; dan dalam

eter P.

e. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

f. Penggunaan : Zat tambahan dan Basis Salep.


g. Konsentrasi : 10% - 15 %

Sumber : Handbook of pharmaceutical excipient.

h. Kadar : Perbandingan Adeps Lanae dan Vaselin adalah 1 : 2 (Ilmu

Resep : Drs. H. A. Syamsuni, Apt.).

4. VASELINUM ALBUM (PETROLATUM)

a. Pemerian : Putih atau kekuningan, massa berminyak, transparan

dalam lapisan tipis setelah didinginkan pada suhu 0oC.

b. Kelarutan : tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dingin,

atau panas dan dalam etanol mutlak dingin, mudah larut dalam

benzene, karbon disulfit, dalam kloroform, larut dalam heksan

dalam sebagian besar minyak lemak dan minyak atsiri.

c. Sinonim : Merkur; mineral jelly; petroleum jelly; Silkolene; Snow

White; Soft White; vaselinum flavum; yellow petrolatum; yellow

petroleum Jelly

d. Stabilitas : Petrolatum merupakan bahan inheren stabil karena

untuk tidak reaktif sifat komponen hidrokarbon tersebut; sebagian

besar masalah stabilitas terjadi karena adanya sejumlah kecil

kotoran. Pada Tanggal paparan cahaya, kotoran tersebut dapat

dioksidasi untuk menghitamkan petrolatum dan menghasilkan bau

yang tidak diinginkan. Luasnya oksidasi bervariasi tergantung

pada sumber petrolatum dan tingkat perbaikan. Oksidasi dapat

dihambat oleh dimasukkannya antioksidan yang sesuai seperti

butylated hydroxyanisole, hydroxytoluene butylated, atau alpha

tocopherol. Petrolatum tidak boleh dipanaskan untuk waktu yang


lama di atas Suhu yang diperlukan untuk mencapai fluiditas

lengkap (sekitar 708C). Lihat juga Bagian 18. Petrolatum dapat

disterilkan dengan panas kering. Meskipun petrolatum juga dapat

disterilkan dengan iradiasi gamma, proses ini mempengaruhi sifat

fisik dari petrolatum seperti pembengkakan, perubahan warna,

bau, dan perilaku rheologi. (6,7).

e. Petrolatum harus disimpan dalam wadah yang tertutup, dilindungi

dari cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.

f. Inkompabilitas : Petrolatum merupakan bahan inert dengan

beberapa yang tidak kompatibel.

g. Toksistas : Petrolatum terutama digunakan dalam formulasi

farmasi topikal dan umumnya dianggap sebagai nonirritant dan

tidak beracun materi. Penelitian pada hewan, pada tikus, telah

menunjukkan petrolatum menjadi beracun dan Nonkarsinogenik

administrasi dari subkutan tunggal berikut 100 dosis mg.

Demikian pula, tidak ada efek samping yang diamati dalam Studi

makan 2 tahun dengan tikus yang diberi diet yang mengandung

5% dari petrolatum campuran. Panjang gelombang / nm Meskipun

petrolatum umumnya nonirritant pada manusia berikut aplikasi

topikal, kasus langka dari hipersensitivitas alergi Reaksi telah

dilaporkan, Residu ini sebagai memiliki kasus jerawat, diindividu

yang rentan berikut diulang digunakan ada kulit wajah. Namun,

mengingat meluasnya penggunaan petrolatum di topikal produk,

ada beberapa laporan dari reaksi iritasi. Alergi komponen


petrolatum tampak polisiklik aromatik hidrokarbon hadir sebagai

kotoran. Kuantitas ini bahan yang ditemukan di petrolatum

bervariasi tergantung pada sumber dan tingkat penyulingan.

Hipersensitivitas tampaknya terjadi kurang dengan Oleh karena itu

petrolatum putih dan itu adalah bahan pilihan untuk digunakan

dalam kosmetik dan obat-obatan. Petrolatum juga telah tentatif

terlibat dalam formasi dari spherulosis dari saluran pernapasan

bagian atas setelah penggunaan petrolatum berbasis salep kemasan

setelah operasi, dan lipoid pneumonia setelah penggunaan yang

berlebihan di daerah perinasal.Yang Lainnya reaksi negatif

terhadap petrolatum termasuk granuloma (paraffinomas) Berikut

injeksi ke jaringan lunak. Juga, ketika diambil secara lisan,

petrolatum bertindak sebagai pencahar ringan dan dapat

menghambat penyerapan lipid dan nutrisi larut lemak. Petrolatum

banyak digunakan dalam aplikasi makanan langsung dan tidak

langsung. Di Amerika Serikat, harian paparan diet untuk

petrolatum adalah diperkirakan 0,404 mg / kg berat badan.

h. Konsentrasi : 10-30%.

i. Kegunaan : emolien dan basis salep.

j. PH : 6-7

Sumber : Handbook of pharmaceutical excipient.

IV. EVALUASI SEDIAAN

Evaluasi salep biasa dilakukan dengan beberapa pengujian sebagai berikut:


A. Organoleptis

Uji organoleptik, merupakan pengujian sediaan dengan

menggunakan pancaindra untuk mendiskripsikan bentuk atau

konsistensi (misalnya padat, serbuk, kental, cair), warna (misalnya

kuning, coklat) dan bau (misalnya aromatik, tidak berbau) (Anonim,

2000).

Dengan cara melihat warna sediaan, mencium bau dari sediaan,

dan ambil sedikit sediaan oleskan pada tangan kemudian ditentukan

bagaimana teksturnya. Alasan dilakukan uji organoleptis ini adalah

untuk mengetahui karakteristik dari salep yang telah dibuat apakah

memenuhi syarat atau tidak.

B. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

merata atau tidaknya zat aktif dalam sediaan sehingga akan

menghasilkan efek yang maksimal. Cara kerja uji homogenitas :

a. Sediaan salep diambil sedikit

b. Dioleskan pada kaca objek

c. Kaca objek diarahkan pada cahaya

d. Homogenitas sediaan salep di amati

Berdasarkan hasil pengamatan terlihat ukuran partikel pada salep

pembanding lebih kecil daripada salep oleum olivae. Salep

pembanding yang digunakan merupakan sediaan salep yang bahan


obatnya terabsorpsi sampai ke lapisan kulit bagian dalam, oleh karena

itu ukuran partikel nya harus lebih kecil agar dapat terabsorpsi.

Semakin kecil ukuran partikel suatu zat dalam sediaan salep maka

semakin cepat bahan obat masuk atau terabsorpsi ke dalam kulit

sehingga dapat menghasilkan efek yang diinginkan.

C. Uji pH

Uji pH dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sifat dari

sediaan salep. Dengan cara mengoleskan sediaan pada kertas lakmus,

kemudian dibiarkan sampai terjadi perubahan warna pada kertas

lakmus. Berdasarkan hasil pengujian diketahui pH sediaan 5, pH

tersebut memenuhi persyaratan pH sediaan topikal yaitu antara 4,5 –

6,5. Kulit yang normal memiliki pH antara 4,5 - 6,5 sehingga

sediaan topikal harus memiliki pH yang sama dengan pH normal

kulit tersebut. Kesesuaian pH kulit dengan pH sediaan topikal

mempengaruhi penerimaan kulit terhadap sediaan. Sediaan topikal

yang ideal adalah tidak mengiritasi kulit. Kemungkinan iritasi kulit

akan sangat besar apabila sediaan terlalu asam atau terlalu basa.

D. Uji Daya Sebar

Uji daya sebar dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

kemampuan sebar salep terhadap kulit. Uji ini dilakukan dengan cara :

a. Sebanyak ½ gram sediaan saelp diambil, diletakkan pada kaca

objek A.
b. Kaca objek B diletakkan di atas sediaan salep.

c. Dibiarkan selama 1 menit.

d. Diameter sebar dihitung.

e. Beban 100 gram diletakkan diatas kaca objek B.

f. Dibiarkan selama 1 menit, kemudian dimeter sebar dihitung.

V. PARAMETER SEDIAAN
1. Nama Sediaan : Salep Pelembab kulit
2. Formula Sediaan dan Fungsi
Formula Konsentrasi Fungsi
Oleum Olivae 10% Zat Aktif (Pelembab Kulit)
Propil Paraben 0,1% Pengawet
Adeps Lanae 10-15% Basis Salep
Vaselin Flavum 10-30% Basis Salep
3. Penimbangan bahan
Oleum olive = 10/100x25 = 2,5 gram
Propilparaben = 0,1/100x25 = 0,025 gram
adeps Lanae = Vaselin  1 : 2
Veselin album dan Adeps = 25 gram - (2,5+0,025) gram
= 25 gram – 2,525 gram

= 22,475 gram

Adeps Lanae = 22,475/3 = 7,49 gram

Vaselin Album = 25 gram - (2,5+0,025+7,49) gram

= 25 gram - 10,015 gram

= 14,985 gram
4. Alat-alat yang digunakan

a. Mortir dan Stemper

b. Kaca Arloji

c. Cawan penguap

d. Spatula/sendok stenlis

e. Sendok tanduk

f. Kertas perkamen

g. Pot salep

h. Jangka sorong

i. Batang pengaduk

5. Prosedur Kerja

1) Setarakan timbangan

2) Timbang masing- masing bahan

3) masukan adeps lanae dan vaselin album kedalam cawan penguap

leburkan diatas penangas air hingga lebur, sisihkan.

4) masukan propilparaben ke dalam lumpang tetesi etanol (95%) P

gerus hingga larut.

5) Masukan oleum olive dan gerus hingga homogen.

6) Tambahkan hasil leburan sedikit demi sedikit gerus hingga

homogen.

7) Masukan seluruh sediaan ke dalam pot salep.

8) Kemas dan diberi etiket biru.


6. Evaluasi yang dilakukan

1) Uji Organoleptis

2) Uji Homogenitas

3) Uji pH

4) Uji Daya Sebar

Data Hasil Evaluasi :


1) Uji Organoleptis

Replikasi Warna Bau Tekstur


Ronald Kuning Wangi minyak zaitun Lembut
Setri Kuning Wangi minyak zaitun Licin
Rizki Kuning Wangi minyak zaitun Lembut

2) Uji Homogenitas

Replikasi Kejernihan
Rizki Homogen
Yeni Homogen
Safarina Homogen

3) Uji pH

Replikasi pH
Siti pH 5
Setri pH 5
Sumiarti pH 5

4) Uji Daya Sebar

Diameter Sebar
Replikasi
Tanpa Beban Beban 100 gram
Syahbarani 7,605 cm 11,37 cm
Yuliani 10,34 cm 11,60 cm
Yohanes 9,48 cm 10,15 cm
Rata-rata 9,14cm 11,04 cm

VI. PEMBAHASAN
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan

digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispend

homogen dalam dasar salep yang cocok. Pemerian tidak boleh berbau

tengik. Kadar kecuali dinyatakan lain dan untuk salap yang mengandung

obat keras atau obat narkotik , kadar bahan obat adalah 10 %. Dasar salap,

kecuali dinyatakan sebagai bahan dasar digunakan Vaselin putih . Dengan

reaksi netral, pH mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7. Tergantung dari

sifat bahan obat dan tujuan pemakaian, dapat dipilih salah satu bahan dasar

berikut:

1) dasar salep senyawa hidrokarbon Vasellin putih, vaselin kuning atau

campurannya dengan malam putih, dengan Malam kuning atau

senyawa hidrokarbon lain yang cocok;

2) dasar salep serap lemak bulu domba : campuran 8 bagian kolesterol

3 bagian stearik alcohol 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin

putih, campuran 30 bagian Malam kuning dan 70 bagian Minyak

Wijen;

3) dasar salep yang dapat dicuci dengan air. Emulsi minyak dan air;

4) dasar salep yang dapat larut dalam air Polietilenglikola atau

campurannya. Homogenitas jika dioleskan pada sekeping kaa atau

bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang

homogen.

Agar tujuan pengobatan dapat tercapai pembuatan salep harus

mengikuti peraturan seperti yang tercantum pada FI ed. II ada 4 peraturan

dasar pembuatan salep, yaitu :


1) zat-zat yang dapat larut dalam lemak, dilarutkan dulu kedalamnya. Bila

perlu dengan pemanasan;

2) zat- zat yang larut dalam air, jika tidak dinyatakan lain , dilarutkan

dalam air asalkan jumlah air dapat diserap oleh dasar salep.jumlah air

yang dipakai dikurangi dari basis salep;

3) zat – zat yang sukar larut atau sebagian larut dalam air atau lemak,

bila tidak dinyatakan lain dilarutkan dengan etanol lalu diserbukkan,

kemudian di ayak dengan pengayak no.44 / B. 40;

4) salep yang dibuat dengan jalan mencairkan, campurannya harus

digerus sampai dingin. Pemeriannya : tidak boleh berbau tengik. Kadar

: bila tidak dinyatakan lain salep yang mengandung obat keras atau

narkotik, kadar bahan obat adalah 10%. Homogenitas : Jika di

oleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok

harus menunjukkan susunan yang homogen .

5) Berdasarkan hasil pengujian diketahui pH sediaan 5, pH tersebut

memenuhi persyaratan pH sediaan topikal yaitu antara 4,5– 6,5.

Kulit yang normal memiliki pH antara 4,5 - 6,5 sehingga

sediaan topikal harus memiliki pH yang sama dengan pH normal

kulit tersebut. Kesesuaian pH kulit dengan pH sediaan topikal

mempengaruhi penerimaan kulit terhadap sediaan. Sediaan topikal

yang ideal adalah tidak mengiritasi kulit. Kemungkinan iritasi kulit

akan sangat besar apabila sediaan terlalu asam atau terlalu basa.
Kandungan dan manfaat minyak zaitun (Olea europae)

Minyak zaitun terdiri dari zat-zat minyak yang dinamakan

glesiredat (ester) dengan persentase 97% dan zat-zat minyak lainnya.

Minyak zaitun juga mengandung berbagai vitamin (seperti vitamin A, B,

C, D, dan vitamin E), zat-zat pewarna (seperti klorofil, xanthophyll),

serta berbagai zat aromatic yang menimulkan aroma dan rasa yang

khas. Terakhir minyak zaitun mengandung sejumlah kecil mineral

(besi, magnesium, dan kalsium), koloid, resin, dan air.

Secara umum, asam-asam lemak dalam minyak zaitun dibagi menjadi dua

bagian, yaitu :

a. Asam lemak tak jenuh dengan kadar 70-80%. Asam jenis ini

memiliki keistimewaan yakni menjadi cair pada suhu normal.

Asam lemak ini dibagi menjadi asam oleat dan asam linoleat.

b. Asam lemak jenuh dengan kadar 8-10%. Asam jenis ini

memiliki kelebihan memadat pada suhu normal. Asam lemak ini

dibagi menjadi asam palmitat dan asam stearat.

Setiap 100 gram zaitun mengandung zat-zat sebagai berikut : 90

gram protein, 61 mg kalsium, 22 mg magnesium, 17 mg fosfor, 1 mg

besi, 0,22 mg tembaga, 36 mg klorin, 4,4 gram serat, 180 µg beta

karotin, 3-30 mg vitamin K.

Menurut Surtiningsih (2005) minyak zaitun selain digunakan

untuk berbagai masakan juga berkhasiat untuk perawatan

kecantikan. Minyak zaitun kaya vitamin E yang merupakan anti


penuaan dini. Minyak zaitun juga bermanfaat untuk menghaluskan

dan melembabkan permukaan kulit tanpa menyumbat pori. Minyak

zaitun merupakan pelembab yang baik untuk melembabkan

kulit wajah dan tubuh. Selain itu, minyak zaitun bermanfaat untuk

melepaskan lapisan sel-sel kulit mati.

Cara pembuatan salep minyak zaitun

Praktikum kali ini dilakukan untuk membuat suatu sediaan salep

untuk melembabkan kulit, bahan aktif yang dipilih adalah oleum olivae

10%. Oleum olivae sebagai bahan aktif yang digunakan merupakan

sediaan jadi yang telah jadi. Basis salep yang digunakan dalam

penelitian ini adalah basis salep hidrokarbon yaitu campuran vaselin

flavum dan adeps lanae. Dengan penambahan propil paraben sebagai

bahan pengawet.

Pembuatan salep dilakukan dengan peleburan dasar salep yaitu

vaselin flavum dan adeps lanae di atas penangas air, kemudian dibiarkan

sampai dingin. Propil paraben sebagai bahan pengawet di larutkan

dengan meneteskan 2-3 tetes etanol dalam lumpang. Kemudian oleum

olivae dimasukkan dalam lumpang, digerus homogen dengan propil

paraben. Propil paraben merupakan bahan pengawet yang dapat larut

dalam minyak. Lalu leburan yang telah dingin dimasukkan ke dalam

lumpang, digerus sampai homogen membentuk salep. Pada saat

pembuatan salep, bahan-bahan yang telah dilebur di atas penangas air

harus didinginkan dahulu sampai mencapai suhu kira-kira 50 oC. Hal ini
perlu agar suhu basis salep dengan zat aktif yang akan dicampurkan

tidak terlalu jauh. Perbedaan suhu yang terlalu besar (terlalu panas)

dikhawatirkan dapat merusak zat aktif oleum olivae yang tidak tahan

terhadap pemanasan. Selain itu, proses pendinginan juga dapat membuat

massa basis salep yang tadinya encer menjadi lebih kental, sehingga

proses pencampuran semua bahan nantinya tidak memakan waktu terlalu

lamadan salep dibuat sebanyak 25 gram.

Hasil salep

Berdasarkan penelitian, formulasi salep oleum olivae menghasilkan

suatu sediaan semi padat yang memiliki konsistensi yang kurang baik,

karena antara basis minyak dan basis solidnya tidak sesuai dengan yang

seharusnya dalam sediaan salep. Bahan basis minyak yang lebih banyak

daripada basis solidnya . Salep anti jerawat yang di buat dari ekstrak

rimpang temulawak menggunakan dasar salep hidrokarbon, terdiri dari

campuran vaselinum flavum dan adeps lanae dengan penambahan propil

paraben sebagai pengawet. Salep yang dihasilkan meiliki ph 5, berwarna

kuning dengan homogenitas yang baik dan memiliki aroma oleum

olivae.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan salep oleum

olivae memiliki daya sebar yang baik. Hasil uji daya sebar,

menunjukkan diameter penyebaran salep setelah ditutupi dengan kaca

adalah 9,14 cm. Setelah diberi beban 100 gram diameter 11,04 cm.

Persyaratan daya sebar untuk sediaan topikal yaitu sekitar 5-7 cm, maka
berdasarkan hasil uji daya sebar pada sediaan dapat dikatakan bahwa

sediaan sudah memenuhi syarat daya sebar yang kurang baik. Daya

sebar yang baik menyebabkan kontak antara obat dengan kulit menjadi

luas, sehingga absorpsi obat ke kulit berlangsung cepat. Viskositas

suatu sediaan berpengaruh pada luas penyebarannya. Semakin rendah

viskositas suatu sediaan maka penyebarannya akan semakin besar

sehingga kontak antara obat dengan kulit semakin luas dan absorbsi obat

ke kulit akan semakin.

VII. KESIMPULAN
1. Ada pengaruh perbandingan konsentrasi adeps lanae dan vaselin

flavum terhadap sifat fisik salep minyak zaitun (Olive oil).

2. Berdasarkan uji organoleptis sediaan salep berwarna kuning dengan

aroma minyak zaitun dan teksturnya lembut.

3. Berdasarkan uji homogenitas didapatkan hasil bahwa sediaan salep

yang dibuatmenunjukkan susunan zat aktif yang homogen.

4. Uji pH menunjukan bahwa sediaan salep memiliki pH 5.

5. Berdasarkan uji daya sebar dengan tanpa beban dengan diameter 9,14

cm dan dengan beban 100 gram dengan diameter sebar 11,04 cm.
Daftar Pustaka

Anonim. 1978. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI,

Jakarta.

Anief, Moh, (2004), Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Depkes R.I. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia : Jakarta.

Syamsuni, H.A. (2005). Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Penerbit

Kedokteran : Jakarta.

Duin , C F Van . 1954. Ilmu resep dalam praktek dan teori. Soeroengan ; Jakarta

Ansel, H.C, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi ke-4. UI-Press,

Jakarta.

Sulaiman, T.N.S. dan Rina K., 2008, Teknologi dan Formulasi

Sediaan Semipadat, Pustaka Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas

Farmasi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Rowe, R.C., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Pharmaceutical Press

and American Pharmacists Association, USA.

Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta

Depkes, 1979, Formularium Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta.

Depkes, 1995, Formularium Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia,Jakarta.
LAMPIRAN GAMBAR

Anda mungkin juga menyukai