LANDASAN TEORI
1
Sukaria Sinulingga, Pengantar Teknik Industri, (Yogyakarta: Graha Ilmu), 2008. hlm. 158–165.
pengarahan, pengendalian dan penjaminan bahwa para manajer harus melakukan
fungsi-fungsi tersebut untuk menghasilkan produk atau jasa, memenuhi
persyaratan mutu yang ditentukan, tepat waktu dan biaya yang wajar (reasonable /
the best possible cost).
1. Perencanaan meliputi penetapan komponen-komponen mutu dan alat-alat
yang dibutuhkan untuk melakukannya. Kegiatan perencanaan mencakup
identifikasi mitra internal sepanjang aliran proses produksi, pengguna akhir
produk, menemukenali kebutuhan dan harapan mereka serta merumuskan apa
yang harus dilakukan untuk memenuhi harapan tersebut.
2. Pengorganisasian meliputi penetapan struktur administrasi dan alokasi
sumber daya untuk setiap produk dan jasa yang akan dihasilkan serta
penyusunan sistem dan metode yang dibutuhkan untuk mendapatkan mutu
yang telah ditetapkan pada fase perencanaan.
3. Pengarahan berkaitan dengan semua aspek manusia dalam manajemen yaitu
memotivasi dan memobilisasi personil, memberikan dukungan, membangun
leadership, menggunakan gaya manajemen yang kondusif (management
style) untuk mencapai tujuan mutu, mengatasi konflik yang timbul di tempat
kerja dan lain-lain.
4. Pengendalian berkenaan dengan pendeteksian penyimpangan serta melakukan
tindakan perbaikan.
5. Penjaminan mutu meliputi semua langkah dan kegiatan pencegahan untuk
menjamin bahwa mutu yang diinginkan dapat dihasilkan.
Masalah yang
Tentukan Tema
Masih Ada
Tentukan
Standarisasi
Problema
Cari Penyebab
Teliti Hasil
Rencanakan
Penanggulangan
Laksanakan
Plan mencakup:
1. Tentukan Objektif / Tema
Objektif / tema diambil sesuai dengan prioritas masalah problema yang ada di
perusahaan dan yang akan diselesaikan. Pengajuan usul ataupun saran tema
2
Rosnani Ginting, Sistem Produksi, (Yogyakarta :Graha Ilmu), 2012. hlm. 302-326.
dapat berasal dari atas, unit kerja lain, dari unit kerja atau kelompok itu
sendiri.
2. Tentukan Problemanya
Analisa yang dapat dilakukan adalah:
a. Ukuran apa yang dapat dipakai untuk menunjukkan adanya problema dan
kumpulkan data yang diperlukan
b. Stratifikasi data yang ada dari berbagai segi dan buat diagram, grafik
sehingga dapat memberi gambaran yang jelas
c. Tentukan problema pada data yang sudah distratifikasikan
d. Kelompokkan problema ke dalam 2 kelompok yaitu:
1) Problema yang sudah diketahui penyebabnya
2) Problema yang belum diketahui penyebabnya yang merupakan analisis
sebab akibat.
3. Cari Penyebabnya
a. Daftarkan semua sebab yang mungkin
b. Teliti dan pastikan sebab yang paling mungkin dan paling berpengaruh
4. Rencanakan Penanggulangannya
a. Bagaimana cara penanggulangan yang mungkin
b. Pelajari dan pilih cara penanggulangan yang paling efektif terhadap
penyebab utama
Untuk meneliti kelengkapan rencana penanggulangan yang akan
dilaksanakan, ajukan pertanyan-pertanyaan di bawah ini:
1) Mengapa penanggulangan itu perlu
2) Apa tujuan penanggulangan itu dilaksanakan
3) Dimana penanggulangan akan dilaksanakan
4) Kapan penaggulangan akan dilaksanakan
5) Siapa yang akan melaksanakannya
6) Bagaimana pelaksanaannnya
Siapkan rencana pelaksanaannya dan beritahu mereka yang ada kaitannya
rencana ini.
Do mencakup:
5. Laksanakan
Pelaksanaan penanggulangan harus sesuai dengan keadaan semula, sesuai
dengan data yang ada
Check mencakup:
6. Teliti Hasilnya
a. Teliti hasil yang diperoleh, bandingkan dengan data semula, sesuaikan
dengan data yang ada
b. Teliti apakah ada akibat lain
c. Kembali ke langkah 3 bila tidak terlihat pengaruhnya
Act mencakup:
7. Standarisasi
Digunakan untuk mencegah timbulnya persoalan yang sama. Setelah hasil
yang telah dicapai haruslah dibuat standar masing-masing.
8. Masalah yang Masih Ada
Bila masih terdapat masalah, kembalilah kepada langkah yang pertama lagi
untuk menyelesaikan masalah tersebut, dan disamping itu pikirkan perbaikan
yang masih dapat dilakukan terhadap kegiatan yang sudah dilakukan.
3
Duncan Haughey, Pareto Analysis Step by Step.
d. 20% dari penjualan-kekuatan Anda menghasilkan 80% dari pendapatan
perusahaan Anda.
e. 20% dari cacat sistem menyebabkan 80% dari masalah.
Prinsip Pareto memiliki banyak aplikasi dalam kontrol kualitas. Ini adalah
dasar untuk diagram Pareto, salah satu alat utama yang digunakan dalam
kontrol kualitas total dan Six Sigma.
Sumber: www.google.com
Gambar 2.2. Diagram Pareto
4
Rosnani Ginting, Op.Cit, hlm. 307-326.
Sumber: www.google.com
Gambar 2.3. Cause and Effect Diagram
Sumber: www.google.com
Gambar 2.4. Histogram
np
k
CL p i 1 i 1
n
k
i 1 i
p (1 p ) p (1 p)
UCL p 3 dan LCL p 3
n n
b. np Chart
Peta ini menggambarkan banyaknya unit yang ditolak dalam sampel
yang berukuran konstan. Untuk membuat peta np ini dapat digunakan
rumus-rumus sebagai berikut:
k
p1
CL n po i 1
kn
c. c Chart
Peta ini menggambarkan banyaknya ketidaksesuaian atau kecacatan
dalam sampel berukuran konstan. Satu benda yang cacat memuat
paling sedikit satu ketidaksesuaian, tetapi sangat mungkin satu unit
sampel memiliki beberapa ketidaksesuaian, tergantung sifat dasar
keandalannya. Untuk membuat peta c ini dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
k
p1
CL c i 1
k
p1
CL u i 1
k
i 1
ni
u u
UCL u 3 dan LCL u 3
n n
2.6. New Seven Tools
New seven tools digunakan apabila tidak semua data yang dibutuhkan
tersedia. New seven tools bermanfaat dalam quality improvement atau cost
reduction dan lain-lain. Relation diagram merupakan new seven tools yang
digunakan untuk mengklarifikasi hubungan pada situasi yang kompleks, yang
meliputi banyak faktor interelasi dan untuk memperjelas cause and effect diantara
faktor. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan desain, yaitu suatu
pendekatan komprehensif dalam memecahkan masalah yang menaruh perhatian
besar pada setiap aspek detail dan melibatkan setiap orang yang memiliki latar
belakang berbeda. Oleh karena itu pendekatan ini sangat efektif untuk
memecahkan masalah antar departemen atau fungsional silang. Keenam alat baru
tersebut akan dijelaskan di bawwah ini sebagai berikut.
1. Diagram Hubungan (Relation Diagram)
Diagram ini menerangkan hubungan (interrelation) dalam situasi kompleks,
melibatkan berbagai faktor interrelasi dan membantu menjelaskan hubungan
sebab akibat antara berbagai faktor.
2. Diagram Afinitas
Diagram afinitas merupakan suatu metode brainstorming yang digunakan
untuk mendorong pemikiran yang kreatif. Alat ini sangat bermanfaat dalam
membantu mengatasi segala rintangan yang timbul karena kegagalan di masa
lalu. Selain itu juga dapat membantu orang untuk meninggalkan paradigma
lama yang dapat menghambat penemuan setiap pendekatan baru yang
berbeda. Diagram tersebut merupakan hasil kerja sekelompok orang yang
bekerja sama secara kreatif untuk menganalisis data, terutama dalam situasi
data yang berjumlah besar yang masih campur aduk dan belum tertata. Situasi
ini dapat terjadi apabila sekelompok orang dengan pengalaman yang sangat
beragam membentuk suatu tim, atau apabila orang tersebut mempunyai
pengetahuan yang tidak lengkap mengenai bidang yang akan dianalisis. Hal
ini merupakan unsur penting dalam rangka perbaikan berkesinambungan.
Proses kreatif dalam diagram afinitas tersusun dalam struktur tertentu dimana
semua peserta mendiskusikan, memperbaiki, dan mempengaruhi ide-ide yang
diajukan.
Digaram afinitas paling sesuai digunakan dalam kondisi:
Bila isu yang dihadapi sangat kompleks dan fakta-fakta yang diketahui tidak
terorganisasi.
a. Bila diperlukan usaha untuk membangkitkan proses pemikiran, mengatasi
paradigma masa lalu yang telah mendarah daging, dan melupakan
kenangan mental yang tidak menyenangkan karena kegagalan solusi yang
lalu.
b. Bila dibutuhkan konsensus atas solusi yang diajukan.
3. Diagram Pohon (Tree Diagram)
Alat ini merupakan lanjutan konsep nilai rekayasa analisis fungsional. Alat
ini digunakan untuk menunjukkan interrelasi antara sasaran dan ukuran. Tree
diagram berbentuk seperti bagan organisasi yang digulingkan. Diagram
tersebut merupakan piranti yang berguna bagi manajer puncak dan manajer
menengah untuk membuat perbaikan proses berdasarkan input dari customer.
Tree diagram sangat berguna untuk menterjemahkan hasil diagram atau
cause effect diagram ke dalam tugas-tugas yang spesifik.
4. Diagram Matriks
Diagram matriks merupakan suatu alat perencanaan yang dapat membantu
mengunpulkan sejumlah tugas dan tanggung jawab. Diagram matriks ini
digunakan untuk:
a. Mencocokkan tugas dengan individu, departemen dan fungsi yang akan
menyelesaikannya.
b. Menunjukkan hubungan antarasuatu tuugas dengan orang, departemen
atau fungsi yang bertanggungjawab.
c. Mengatur kekuatan hubungan tersebut.
d. Mentapkan siapa yang bertanggungjawab dan merencanakan tindakan.
Langkah-langkah dalam membuat suatu diagram matriks adalah sebagai
berikut:
a. mempersiapkan sesi digaram matriks.
b. Menyepakati tugas.
c. Mencatat pihak yang bertanggungjawab
d. Menilai setia persilangan.
5. Process Decision Program Chart (PDPC)
PDPC merupakan implikasi dari operasi riset. Karena program implementasi
mencapai sasaran khusus tidak selalu berjalan dengan rencana dan karena
perkembangan tidak terduga akan mengakibatkan konsekuensi serius,
pengembangan PDPC bukan saja ditujukan untuk memperoleh kesimpulan
optimal tetapi juga untuk mencegah kejutan.
6. Diagram Panah (Arrow Diagram)
Alat ini sering digunakan dalam PERT (Program Evaluation and Review
Technique) dan CPM (Critical Path Method). Dalam alat ini digunakan suatu
jaringan gambar untuk menunjukkan langkah yang diperlukan dalam
melaksanakan suatu rencana.
5
Nikolaos Limnios, Fault Tree, (London Newport Beach), 2007, hlm. 47-51.
Analisis pohon kesalahan (Fault Tree Analysis) merupakan salah satu
metode yang dapat digunakan untuk menganalisa akar penyebab akar kecelakaan
kerja.
Simbol-simbol yang digunakan dalam pembuatan FTA:
: Peristiwa pengaruh keadaan
: Peristiwa belum berkembang
: Peristiwa eksternal
: Kotak kesalahan
: Dan
: Atau
: Eklusif atau
Sumber: www.slideshare.net
Gambar 2.6. Contoh FTA
2.8. FMEA (Fault Mode and Effect Analysis)6
FMEA adalah metode sistematis untuk mengidentifikasi dan menganalisa
potensi kegagalan dan akibatnya yang bertujuan untuk merencanakan proses
produksi secara baik dan dapat menghindari kegagalan proses produksi dan
kerugian yang tidak diinginkan.
Awalnya, FMEA dibuat pada Aerospace Industry pada pertengahan tahun
1960 yang memfokuskan pada masalah keamanan (safety). Jauh sebelumnya,
FMEA menjadi tool untuk perbaikan keamanan, khususnya pada proses industri
kimia. Tujuan yang yang ingin dicapai dengan menerapkan safety FMEA adalah
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. FMEA mulai digunakan oleh Ford
pada tahun 1980-an. AIAG (Automotive Industry Action Group) dan American
Society for Quality Control (ASQC) menetapkannya sebagai standar pada tahun
1993. Saat ini FMEA merupakan salah satu core tools dalam ISO/TS 16949:2002.
Tujuan dari penerapan FMEA adalah mencegah masalah terjadi pada
proses dan produk. Jika digunakan dalam desain dan proses manufaktur, FMEA
dapat mengurangi atau menekan biaya dengan mengidentifikasi dan memperbaiki
produk dan proses secara cepat pada saat proses pengembangan. Pembuatannya
relatif mudah serta tidak membutuhkan biaya yang banyak. Hasilnya adalah
proses menjadi lebih baik karena telah dilakukan tindakan koreksi dan
mengurangi serta mengeliminasi kegagalan.
Berikut adalah beberapa tujuan dari penerapan FMEA:
1. Mengidentifikasi penyebab kegagalan proses dalam memenuhi kebutuhan
pelanggan.
2. Memperkirakan risiko penyebab tertentu yang menyebabkan kegagalan.
3. Mengevaluasi rencana pengendalian untuk mencegah kegagalan.
4. Melaksanakan prosedur yang diperlukan untuk memperoleh suatu proses bebas
dari kesalahan.
Penggunaan efektif FMEA dapat menghasilkan pengurangan dalam hal berikut:
1. Meningkatkan reliabilitas dan kualitas produk/proses.
2. Meningkatkan kepuasan pelanggan.
6
Robin E. McDermot, The Basic of FMEA, (Edisi 2, USA : CRC Press), hlm. 1.
3. Cepat dalam mengidentifikasi dan mengurangi kecacatan yang terjadi pada
produk/proses.
4. Memprioritaskan pada kekurangan produk/proses.
5. Mendapatkan perekayasaan atau pembelajaran keorganisasian.
6. Menekankan pada pencegahan terjadinya masalah.
7. Mempunyai sistem pengulangan jenis kecacatan komponen yang sistematik
untuk meyakinkan bahwa beberapa kegagalan minimal menghasilkan kerugian
bagi produk dan proses.
8. Mengetahui efek-efek dari kegagalan pada produk atau proses yang diteliti dan
fungsi-fungsinya.
9. Menetapkan komponen-komponen dari produk atau proses yang gagal akan
memiliki efek kritis pada produk atau proses dan kecacatan-kecacatan tersebut
akan menghasilkan efek merugikan.
7
Ibid, hlm. 19-20.
mengidentifikasi jenis-jenis kegagalan proses dengan pengurutan tingkat
kegagalan dan membantu untuk menetapkan prioritas berdasarkan dampak
yang diakibatkan baik pada pelanggan eksternal maupun internal. Penerapan
process FMEA membantu untuk mengidentifikasi penyebab-penyebab yang
potensial pada manufaktur maupun perakitan dalam rangka menetapkan
kendali untuk mengurangi dan mendeteksi kejadian.
8
Ibid, hlm. 23-38.
Tabel 2.2. Efek, Kriteria, dan Ranking Severity
Severity (S)
Efek Kriteria Ranking
Berbahaya Dapat membahayakan konsumen
tanpa ada Tidak sesuai dengan peraturan pemerintah
peringatan Tidak ada peringatan 10
10. RPN
Risk priority number (RPN) adalah suatu sistem matematis yang
menerjemahkan sekumpulan dari efek dengan tingkat keparahan (severity)
yang serius, sehingga dapat menciptakan suatu kegagalan yang berkaitan
dengan efek-efek tersebut (occurance), dan mempunyai kemampuan untuk
mendeteksi kegagalan-kegagalan (detection) tersebut sebelum sampai ke
konsumen. RPN merupakan perkalian dari rating occurance (O), severity (S)
dan detection (D).
RPN = O x S x D
Nilai RPN berkisar dari 1-1000, dengan 1 sebagai kemungkinan risiko desain
terkecil. Nilai RPN dapat digunakan sebagai panduan untuk mengetahui
masalah yang paling serius, dengan indikasi angka yang paling tinggi
memerlukan prioritas penanganan yang serius.
11. Recommended Action
Recommended Action mempunyai tujuan untuk mengurangi satu atau lebih
kriteria yang menyusun RPN. Peringkat dalam tingkat design validation akan
menghasilkan pengurangan di tingkat detection. Hanya memindahkan atau
mengontrol satu atau lebih dari penyebab/modus cacat melalui revisi desain
yang bisa berefek pada penurunan peringkat occurance. Dan hanya revisi
desain yang bisa membawa pengurangan peringkat severity.
Sumber: www.google.com
Gambar 2.7. Contoh FMEA