DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
DIV KEPERAWATAN
POLTEKKES PALEMBANG
2018-2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan anak yang telah memberikan tugas ini
kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan
berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Wassalam...
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………………..i
Daftar isi……………………………………………………………....…….ii
Bab I Pendahuluan…………………………………………………………....1
1.3 Tujuan................................................................................................2
BAB IV . Penutup……..……………………………………………….....……34
4.1 Kesimpulan..........................................................................................34
4.2 Saran.....................................................................................................34
Daftar Pustaka..................................…………………………………………....35
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Indonesia untuk tingkat dunia penderita penyakit TBC urutan ke-3 setelah Cina
dan India. Dibandingkan dengan Provinsi lainnya di Indonesia, Jawa Barat jumlah terbesar
penderita penyakit TBC (Tuberkulosis). Data di Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar, tahun
2007 tercatat 30.000 orang penderita TBC, yang sudah datang berobat ke rumah Sakit dan
Puskesmas. Kecenderungan sekitar 16 persen penyakit yang berasal dari kuman tersebut
menyerang anak-anak, hingga tahun 2008 terus meningkat yakni mencapai 35.000
orang. Tuberculosis paru merupakan suatu gangguan pada saluran pernafasan yang
disebabkan oleh bakteri tahan asam. Mycrobacterium yang menyerang paru-paru dan
merupakan penyakit yang menular melalui droplet nuclei atau infeksi air ludah sehingga
mudah dalam proses penularan dari orang yang satu ke yang lainnya.
A. Batasan Masalah
5. Menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien TB paru pada anak
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi institusi
2. Bagi keperawatan
3. Bagi pendidikan
Untuk pendidikan keperawatan, sehingga mampu memberikan wawasan yang luas bagi
mahasiswa dalam asuhan keperawatan
D. Metodologi
Metodologi yang dipakai, yaitu dengan penelusuran kepustakaan dilakukan secara manual
dan melalui kepustakaan elektronik dan pendataan langsung dengan cara wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi pada pasien di ruangan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Tbc
Penyakit tuberkulosis pada bayi dan anak disebut juga tuberkulosis primer dan
merupakan suatu penyakit sistemik ( Ngastiyah: 1997). Menurut (Donna L.Wong, dkk:
2009), Tuberculossis (TB) adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium
tuberculosis sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan
lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. Sedangkan
menurut (Amin, M.,1999), tuberkulosis merupakan penyakit infeksi kronis dengan
karakteristik terbentuknya tuberkel granuloma pada paru. Yang biasanya disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis yang biasanya ditularkan dari
orang ke orang melalui nukley droplet melalui udara (Sandra, 2002)
B. Penyebab TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium
tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam
pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman
TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di
tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama
selama beberapa tahun.
Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC.
Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem
pertahanan mukosilierbronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap
disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara membelah
diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa
kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan ini disebut sebagai kompleks primer.
Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-
6 minggu.
Ø Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari
negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman
yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitasseluler). Pada umumnya reaksi
daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun
demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur).
Kadang-kadang daya tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya
dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC.
F. Pengobatan TBC
1. Jenis Obat
Ø Isoniasid
Ø Rifampicin
Ø Pirasinamid
Ø Streptomicin
2. Prinsip Obat
Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup
dan dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh. Dosis tahap
intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya pada saat perut
kosong. Apabila paduan obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman TB akan
berkembangmenjadi kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap yaitu:
a) Tahap intensif
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minum obat) setiap hari selama 2 - 3 bulan.
b) Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minum obat) tiga kali seminggu selama 4 – 5
bulan.
Asuhan Keperawatan
A. Asuhan Keperawatan
1. Anatomi Fisiologi
Proses metabolisme merupakan karakteristik seluruh sel hidup di dalam tubuh. Proses
ini memerlukan suplai O2 yang konstan bagi setiap selnya dan sekaligus mampu
membuang produk metaboliknya : misalnya CO2 istilah respirasi tidak hanya di tujukan
pada bernapas tetapi juga pada pertukaran gas antara atmosfer darah dan sel tubuh
1) Area konduksi yang membawa udara ke dan dari alveolus dimana pada bagian ini
tidak terjadi pertukaran gas
a) Hidung: Meliputi bagian eksternal yang menonjol dari wajah dan bagian internal
berupa rongga hidung sebagai alat penyalur udara.
b) Pharynx: Merupakan saluran yang memiliki panjang + 13 cm yang
menghubungkan nasal dan rongga mulut kepada larynx pada dasar tengkorak,
pharyx ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu : Nasopharyx, oropharix dan
laryngopharynx.
c) Larynx: Larynx terusun dari 9 kartilago 96 kartilago kecil dan 3 kartilago besar).
Larynx terletak pada bagian tengah anterior dari leher pada vertebra cervical 4
sampai 6.
e) Bronchus : Bronchus kanan kurang pendek, lebih besar dan memiliki lumen yang
besar pada saat masuk ke paru, bronchus terbagi jadi 5 percabangan ; lobus atas,
tengah dan bawah pada paru kanan dan lobus atas dan bawah pada paru kiri.
2) Area respirasi yaitu pada alveolus yang merupakan unit fungsional dimana pada area
ini terjadi pertukaran gas.
Paru-paru di dalam rongga thorax yang dipisahkan oleh jantung, setiap paru dilapis
oleh suatu membran serous yang disebut dengan pleura viceral sementara dinding
thorax dilapisi oleh pleura parietale diantara kedua lapisan tersebut terdapat rongga
yang berisi cairan surfaktan yang berfungsi untuk mencegah gesekan kedua lapisan
pleura saat proses respirasi.
Adanya mycobacterium tuberkulosa ini akan membuat suatu lesi tuberkel yang
melekat pada paru maupun pleuranya ukuran lesi ini bisa bermacam-macam ada yang
sampai 1-2 cm dan sangat khas, biasanya menyerang bagian apeks paru dan biasanya
dapat menyebar ke daerah lobus tengah ataupun bawah tergantung dari keadaan
penderitanya.
2. Etiologi
Agentuberkolosis. Mycobacterium tubercolosis, mycobakterium bovis,mycobakterium
africanum. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan Mycobacterium
tubercolosis, mycobakterium bovis. Basil tuberkulosis dapat hidup dan tetap virulen
beberapa minggu dalan keadaan kering, tetapi mati di dalam cairan yang bersuhu
60°selama 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis menyebababkan nekrosis
jaringan, sedang lemahnya menyebabkan sifat tahan asam dan merupakan faktor
penyebab untuk terjadinya fibrosis serta terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel. Basil
tuberkulosis tidak membentuk toksin.
Penularan tuberkulosis umumnya melalui udara hingga sebagian besar fokus primer
tuberkulosis terdapat dalam paru. Selain melalui udara penularan dapat peroral jika
meminum susu yang mengandung basil tuberkulosis bovis. Ada mikrobakterium lain
yakni mycobakterium atipic yang dapat menyebabkan penyakit menyerupai
tuberkulosis.
3. Patofisiologi
Kompleks primer tuberkulosis adalah infeksi lokal pada tempat masuk dan limfonodi
regional yang mengalirkan daerah tersebut. Paru-paru adalah tempat masuk pada lebih
dari 98% kasus. Basil tuberkel memperbanyak diri pada mulanya dalam alveoli dan
duktus alveolaris. Kebanyakan basil terbunuh tetapi beberapa bertahan hidup dalam
makrofag yang di nonaktifkan, yang membawanya melalui vasa limfatika ke limfonodi
regional. Bila infeksi primer ada di paru-paru limfonodi hilus biasanya dilibatkan,
walaupun fokus lobus atas dapat mengalirkannya ke dalam limfonodi paratrakea.
Reaksi jaringan dalam parenkim paru-paru dan limfonodi intensif pada 2-12 minggu
berikutnya karena terjadi hipersensitivitas jaringan. Bagian parenkim kompleks primer
sering menyembuh secara sempurna dengan fibrosis atau klasifikasi sesudah
mengalami nekrosis dan membentuk kapsul. Kadang-kadang, bagian ini terus
membesar, menimbulkan pneumonitis dan pleuritis setempat. Jika pusat lesi sudah
mencair dan mengosongkan bronkus akan meninggalkan rongga sisa (kaverna).
Waktu antara infeksi awal dan penyakit yang tampak secara klinis adalah sangat
bervariasi. Tuberkulosis tersebar ataaau meningeal adalah manifestasi awal sering
terjadi dalam dua sampai enam bulan infeksi. Tuberkulosis limfonadi atau
endobronchial yang bermakna secara klinis biasanya mucul dalam 3-9 bulan. Lesi
tulang dan sendi memerlukan beberapa tauhun untuk berkembang sementara lesi ginjal
dapat menjadi jelas beberapa dekade sesudah infeksi. Tuberkulosis paru yang terjadi
lebih dari setahun sesudah infeksi primer biasanya disebabkan pertumbuhan kembali
basili endogen yang menetap pada lesi yang sebagian berkapsul. Reaktifasi tuberkulosis
ini jarang pada anak tetapi sering pada remaja dan orang dewasa muda. Bentuk yang
paling sering adalah infiltrat atau kaverna di apeks lobus atas, dimana tensi oksigen dan
aliran darah besar. Penyebaran selama reaktiiftas tuberkolosis jarang pada hospes
berkemampuan imun tetapi lazim pada orang dewasa dengan syndrom defisiensi imun
(AIDS). Hanya 5-10% orang dewasa berkemampuan imun yang menjadi terinfeksi
dengan M. Tuberkulosis berkembang menjadi penyakit klinis. Namun, sekitar 40% bayi
dengan infeksi yang tidak diobati berkembang penyakit dalam 1-2 tahun. Resiko
menurun selama masa anak. Sekitar 25-35% anak dengan tuberkulosis berkembang
manifestasi ekstrapulmonal dibanding dengan sekitar 10% orang dewasa yang
berkemampuan imun.
4. Pathway
5. Manifestasi Klinis
a. Demam
Demam yang naik turun selama 1-2 minggu dengan atau tanpa batuk dan pilek
b. Malaise
c. Anoreksia
e. Batuk bisa ada atau tidak, berkembang secara perlahan selama berminggu-minggu
atau berbulan-bulan
Sejalan dengan perkembangan :
e. Demam naik-turun
6. Test Diagnostik
a. Uji Tuberkulin merupakan uji paling penting untuk menentukan apakah anak
sudah terinfeksi tuberkel basilus atau tidak. Prosedur yang dianjurkan adalah Uji
Mantoux, yang menggunakan derifat protein murni (PPD, Purified protein derifatif).
Dosis standar adalah 5 unit tuberkulin dalam 0,1 ml larutan, di injeksi secara
intradermal. Pembacaan uji tuberkulin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan dan
di ukur diameter melintang dari indurasi yang terjadi. Hasil dianggap positif bila
terdapat indurasi dengan 5 mm keatas, bila 4 mm negatif, 5-9 mm masih dianggap
meragukan, tetapi jika 10 mm keatas jelas positif.
b. Pemeriksaan Radiologis
Pada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan radiologis.
Secara rutin dilakukan foto rontgen paru, dan untuk diagnosis tidak cukup hanya
pemeriksaan radiologis tetapi diperlukan juga data klinis.
c. Pemeriksaan bakteriologis
1) Bilasan lambung
2) Sekret bronkus
4) Cairan pleura
d. Uji BCG
1) Untuk infant atau anak-anak kurang dari 12 bulan diberikan satu dosis vaksin
BCG sebanyak 0,05 mg.
2) Untuk anak-anak di atas 12 bulan dan dewasa diberikan satu dosis vaksin BCG
sebanyak 0,1 mg
7. Penatalaksanaan Medis
a. Farmakologi
1) Rifampisin, dengan dosis 10-15 mg/kgBB/hari, diberikan satu kali sehari per oral,
diminum dalam keadaan lambung kosong, diberikan selama 6-9 bulan
b. Non farmakologi
4) pemberian nutrisi yang adekuat, untuk menjaga daya tahan tubuh klien agar tidak
terjadi penyebaran infeksi ke organ tubuh yang lainnya
8. Komplikasi
b. Efusi pleura
c. Perikarditis
Perikarditis biasanya berasal dari infasi langsung atau aliran limfe dari
limponodi subkranial.
d. Meningitis
e. Tuberkulosis Tulang
1. Pengkajian
a. Identitas Data
Identitas Data Umum (selain identitas klien: nama tempat tanggal lahir, usia,
agama, jenis kelamin, juga identitas orangtua; nama orangtua, pendidikan, dan
pekerjaan)
b. Diagnosa Medis :
TB Paru
Keluhan Utama
2) Saat pengkajian
Keluhan utama : Keluhan yang dialami pasien saat dilakukan pengkajian meliputi
PQRST (palliative, quantitatif, region, scale, timing)
3) Keluhan penyerta
Keluhan yang dialami oleh pasien selain keluhan utama. Tanda dan gejala
klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar seperti: leher,
inguinal, axilla dan sub mandibula
1) Pre Natal
2) Intra Natal
Intranatal : Bayi terlalu lama di jalan lahir , terjepit jalan lahir, bayi menderita
caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom
3) Post Natal:
Tanyakan apakah sakit yang dialami di waktu kecil sampai membuat pasien
dirawat dirumah sakit, jika ia, apakah keadaannya parah atau seperti apa.
Obat-obatan yang pernah diberikan sangat penting untuk diketahui, agar kerja
obat serta efek samping yang timbul dapat di ketahui. Pemberian antibiotik
dalam jangka panjang perlu di identifikasi
4) Tindakan (operasi)
Apakah sebelumnya pernah melakukan tindakan operasi, pada bagian apa, atas
indikasi apa
5) Alergi
6) Kecelakaan
7) Imunisasi
b) Imunisasi pasif : disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti akan tetapi tubuh
mendapatkannya dari luar dengan cara penyuntikkan bahan atau serum yang
telah mengandung zat anti. Atau anak tersebut mendapatkannya dari ibu pada
saat dalam kandungan
1) Vaksin polio
2) Vaksin campak
f. Kebutuhan Dasar
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa
timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
3) Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas
dan hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa
timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
d. Lingkungan rumah
e)Kondisi rumah, bagaimana kondisi rumah, apakah dalam satu keluarga ada yang
menderita TB paru.
f)Merasa dikucilkan, kaji perasaan pasien atau keluarga pasien atas penyakit yang
diderita.
h)Berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama
dan biaya yang banyak.
i)Tidak bersemangat dan putus harapan karena merasa tidak akan sembuh dan
terbatas ekonomi
g. Pemeriksaam Fisik
1) Keadaan umum : pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang berobat sering
ditemukan sudah dalam keadaan lemah, pucat, kurus dan tidak bergairah
2) Tanda-tanda vital : sering demam walaupun tidak terlalu tinggi, demam dapat
lama atau naik turun, nafas cepat dan pendek, saat badan demam atau panas
biasanya tekanan nadi anak menjadi tachicardi
3) Antropometri
Mengukur lingkar kepala, lengan, dada dan panjang badan serta berat badan.
4) Pemeriksaan fisik
c. Hidung : terdapat cuping hidung atau tidak, ada penumpukkan sekret atau
tidak, simetris tidak.
d. Mulut : kaji kebersihan mulut, apakah ada stomatitis, gigi yang tumbuh
e. Telinga : kaji kebersihan telinga, bentuk sejajar dengan mata, ada cairan atau
tidak, uji pendengaran anak
g. Dada : Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/
mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk
purulen (menghasilkan sputum).
Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru.
Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura.
Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
i. Ekstermitas : kaji kekuatan ekstermitas atas dan bawah, apakah ada kelemahan
k. Genetalia : kaji apakah ada disfungsi pada alat genitalia, kaji bentuk, skrotum
sudah turun atau belum, apakah lubang ureter ditengah
Motorik kasar : sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain
2. Diagnosa Keperawatan
NO Dx DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Hypertermi
3. Gangguan nutrisi
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
e. Monitor temperature
4. Implematasi Keperawatan
5. Evalusi Keperawatan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih
tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia.
2. TBC pada anak masih merupakan penyakit mayor yang menyebabkan kesakitan.
3. Besarnya kasus TBC pada anak di Indonesia masih relatif sulit diperkirakan.
4. Diagnosis TBC tidak dapat ditegakkan hanya dari anamnesis, pemeriksaan fisik
atau pemeriksaan penunjang tunggal. Selain alur diagnostik, terdapat pedoman
diagnosis dengan menggunakan sistem skoring.
5. Gambaran klinis TBC pada anak: badan turun, Nafsu makan turun, demam tidak
tinggi dapat disertai keringat malam, pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang
tidak sakit, batuk lama lebih dari 30 hari.
6. Uji tuberkulin positif bila indurasi > 10 mm (pada gizi baik), atau > 5 mm pada gizi
buruk. Uji tuberkulin positif menunjukkan TBC.
7. Tatalaksana TBC pada anak merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
antara pemberian medikamentosa, penataaan gizi dan lingkungan sekitarnya
8. Obat TBC yang digunakan yaitu Obat TBC utama (first line) rifampisin, INH,
pirazinamid, etambutol, dan streptomisin. Obat TBC lain (second line): PAS,
viomisin, sikloserin, etionamid, kanamisin, dan kapriomisin yang digunakan jika
terjadi multi drug resistance.
B. Saran
1. Bagi perawat diharapkan dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
prosedur yang ada.
2. Bagi para orang tua diharapkan memantau pertumbuhan dan perkembangan anak
sejak dini untuk dapat mengetahui adakah gejala-gejala penyakit pada anak
teruma pengetahuan tentang penyakit TB.
DAFTAR PUSTAKA
https://imsyahrir.wordpress.com/2013/01/17/asuhan-keperawatan-pada-klien-tb-paru/
Maryunani anik. 2010. Ilmu kesehatan anak dalam kebidanan. Jakarta :CV.Trans Info Media
Tim Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 2: Cetakan Ke-
11. Jakarta : Percetakan Infomedika