Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

CEDERA SEREBROSPINAL (CVA)/ STROKE

A. PENGERTIAN
CVA/Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesif cepat, berupa
defisit neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung dan
dapat menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan perdarahan darah
otak non traumatik (Arif Mansjoer, 2000).
CVA/Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak
tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian
reaksi biokimia yang dapat merusak atau mematikan sel-sel otak (Wikipedia Indonesia, 2008).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Stroke atau cedera
serebrovaskuler (CVA) adalah defisit neurologis yang terjadi akibat terhentinya suplai darah ke
otak yang dapat berakibat kerusakan dan kematian sel-sel otak yang menimbulkan gejala klinis
antara lain kelumpuhan wajah atau anggota badan yang lain, gangguan sensibilitas, perubahan
mendadak status mental, gangguan penglihatan dan gangguan wicara.
CVA/Stroke dibedakan menjadi dua yaitu stroke infark (non haemoragik) dan stroke
haemoragik. Pada stroke infark, aliran darah ke otak terhenti karena arterosklerotik atau bekuan
darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah, melalui proses arterosklerosis. Pada stroke
haemoragik, pembuluh darah pecah sehingga aliran darah menjadi tidak normal dan darah yang
ke luar merembes masuk ke dalam suatu daerah diotak dan merusaknya. Kurangnya aliran
darah ke otak akan menyebabkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusak atau
mematikan sel-sel otak, kematian jaringan otak ini dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang
dikendalikan oleh jaringan tersebut.

B. PATOFISIOLOGI
Menurut Sylvia A. Price (2005) dan Smeltzer C. Suzanne (2001), stroke infark disebabkan
oleh trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak) dan embolisme serebral (bekuan
darah atau material lain). Stroke infark yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan disuatu atau
lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum dapat disebabkan oleh bekuan (trombus) yang
terbentuk didalam suatu pembuluh otak atau pembuluh organ distal. Pada trombus vaskular
distal, bekuan dapat terlepas atau mungkin terbentuk dalam suatu organ seperti jantung dan
kemudian dibawa melalui sistem arteri ke otak sebagai suatu embolus. Sumbatan di arteri
karotis interna sering mengalami pembentukan plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga
terjadi penyempitan atau stenosis. Apabila stenosis mencapai suatu tingkat kritis tertentu, maka
meningkatnya turbulensi disekitar penyumbatan akan menyebabkan penurunan tajam kecepatan
aliran darah ke otak akibatnya perfusi otak akan menurun dan terjadi nekrosis jaringan otak.

Faktor risiko utama pada stroke antara lain hipertensi, penyakit kardiovaskuler, diabetes
mellitus, TIA (Transient Ischemic attack), kadar lemak dalam darah yang tinggi, dan lain-lain.
Adapun manifestasi klinis pada klien dengan stroke yaitu kelumpuhan wajah atau anggota
badan (biasanya hemiparesis) yang timbul mendadak, perubahan status mental (delirium,
stupor, atau koma), afasia (bicara tidak lancar, kurang ucapan atau kesulitan memahami
ucapan), disartia (bicara pelo atau cadel), gangguan penglihatan diplopia, mual, muntah dan
nyeri kepala.
Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral dan luasnya
area cedera yang dapat mengakibatkan perubahan pada aliran darah serebral sehingga
ketersediaan oksigen ke otak menjadi berkurang dan akan menimbulkan kematian jaringan otak.

C. PENATALAKSANAAN
Untuk mendukung pemulihan dan kesembuhan pada klien yang mengalami stroke infark
maka penatalaksanaan pada klien stroke infark terdiri dari penatalaksanan medis/farmakologi,
penatalaksanan keperawatan dan penatalaksanaan diet.
1.Penatalaksanaan medis (Arif Mansjoer, 2000)
a) Membatasi atau memulihkan infark akut yang sedang berlangsung dengan
menggunakan trombolisis dengan rt-PA (recombinant tissue – Plasminogen Activator).
b) Mencegah perburukan neurologis :
1. Edema yang progresif dan pembengkakan akibat infark yaitu terapi dengan
manitol.
2. Ekstensi teritori infark yaitu dengan pemberian heparin.
3. Konversi hemorargik yaitu jangan memberikan anti koagulan
c) Mencegah stroke berulang dini yaitu dengan heparin.

2.Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan stroke infark bertujuan untuk
mencegah keadaan yang lebih buruk dan komplikasi yang dapat ditimbulkan. Untuk itu dalam
merawat pasien stroke perlu diperhatikan faktor-faktor kritis seperti mengkaji status pernafasan,
mengobservasi tanda-tanda vital, memantau fungsi usus dan kandung kemih, melakukan
kateterisasi kandung kemih, dan mempertahankan tirah baring.
3.Penatalaksanaan Diet
Penatalaksanaan nutrisi yang dianjurkan pada klien dengan stroke infark yaitu dengan
memberikan makanan cair agar tidak terjadi aspirasi dan cairan hendaknya dibatasi dari hari
pertama setelah cedera serebrovaskuler (CVA) sebagai upaya untuk mencegah edema otak,
serta memberikan diet rendah garam dan hindari makanan tinggi lemak dan kolesterol.

D. PENGKAJIAN
Untuk mengetahui permasalahan yang ada pada klien dengan stroke infark perlu
dilakukan pengkajian yang lebih menyeluruh dan mendalam dari berbagai aspek yang ada
sehingga dapat ditemukan masalah-masalah yang ada pada klien dengan stroke infark.
Pengkajian pada klien stroke infark menurut Tuti Pharia, dkk (1996), Doenges (1999) dan
Lynda Juall (2006) adalah sebagai berikut :

1. Aktivitas / istirahat
Pada klien dengan stroke infark akan mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas /
istirahat, hal ini dapat diketahui melalui gejala dan tanda sebagai berikut :
Gejala : merasa kesulitan dalam melakukan aktifitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralisis ( hemiplegi ), merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat.
Tanda : gangguan tonus otot, paralitik (hemiplegia), kelemahan umum, gangguan penglihatan
dan gangguan tingkatan kesadaran.

2. Sirkulasi
Pada klien dengan stroke infark akan mengalami perubahan dalam sistem sirkulasi, hal
ini dapat diketahui melalui gejala dan tanda sebagai berikut :
Gejala : adanya penyakit jantung, polisitemia
Tanda : hipertensi arterial, frekuensi nadi dapat bervariasi, distrimia, perubahan EKG.

3. Integritas Ego
Pada klien dengan stroke infark akan merasakan suatu perubahan keadaan emosional
dalam dirinya, hal ini dapat diketahui melalui gejala dan tanda sebagai berikut :
Gejala : perasaan tidak berdaya dan putus asa.
Tanda : emosi yang labil, ketidaksiapan untuk marah , sedih, gembira dan kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
4. Eliminasi
Pada klien dengan stroke infark akan mengalami perubahan dalam kebutuhan
eliminasinya, baik kebutuhan bak maupun bab, hal ini dapat diketahui melalui gejala sebagai
berikut :
Gejala : perubahan pola kemih, distensi abdomen, bising usus negatif.

5. Makan / Minum
Pada klien dengan stroke infark akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
makan dan minum, hal ini dapat diketahui melalui gejala dan tanda sebagai berikut :
Gejala : nafsu makan hilang, mual muntah, kehilangan sensasi pada lidah, pipi dan tenggorokan,
disfagia, ada riwayat diabetes mellitus, peningkatan lemak dalam darah.
Tanda : kesulitan menelan, obesitas.

6. Neurosensori
Pada klien dengan stroke infark akan mengalami gangguan pada sistem
neurosensorinya, hal ini dapat diketahui melalui gejala dan tanda sebagai berikut :
Gejala : pusing, sakit kepala, kelemahan/kesemutan, kebas, penglihatan menurun, penglihatan
ganda, gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
Tanda : gangguan fungsi kognitif, kelemahan/paralisis, afasia, kehilangan kemampuan untuk
mengenali/menghayati rangsangan visual, pendengaran, kekakuan muka dan kejang.

7. Nyeri / Kenyamanan
Pada klien dengan stroke infark akan merasakan suatu keadaan ketidaknyamanan, hal
ini dapat diketahui melalui gejala dan tanda sebagai berikut :
Gejala : sakit kepala
Tanda : tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot.

8. Pernafasan
Pada klien dengan stroke infark biasanya akan mengalami masalah dalam sistem
pernafasannya, hal ini dapat diketahui melalui gejala dan tanda sebagai berikut :
Gejala : merokok
Tanda : ketidak mampuan menelan / batuk / tambatan jalan nafas, pernafasan sulit, suara nafas
terdengar ronkhi.
9. Keamanan
Pada klien dengan stroke infark akan sangat rentan terhadap faktor keamanan, hal ini
dapat diketahui melalui tanda sebagai berikut :
Tanda : masalah dengan penglihatan, tidak mampu mengenali objek, gangguan regulasi suhu
tubuh, kesulitan dalam menelan, perhatian sedikit terhadap keamanan.

10. Interaksi sosial.


Pada klien dengan stroke infark biasanya akan mengalami kesulitan dalam melakukan
sosial dengan lingkungan sekitarnya, hal ini dapat diketahui melalui tanda sebagai berikut :
Tanda : masalah bicara, ketidak mampuan untuk berkomunikasi

11. Penyuluhan / Pembelajaran


Pada klien dengan stroke infark sangat diperlukan penyuluhan / pembelajaran untuk
mencegah masalah lebih lanjut, hal ini dapat diketahui melalui gejala sebagai berikut :
Gejala : adanya riwayat hipertensi pada keluarga dan stroke.

E. KOMPLIKASI
Komplikasi stroke menurut junaidi (2011) yaitu:
1. Komplikasi dini (0-48 jam pertama)
a. Edema serebri: deficit neurologis cenderung memberat, dan ahirnya
menimbulkan kematian.
b. Peningkatan intracranial biasanya terjadi 1-4 hari setelah sroke namun dapat
terjadi secara akut dalam hitungan jam. Manifestasi klinis mencakup nyeri
kepala, penurunan kesadaran, pepiledema.
c. Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.
2. Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama)
a. Pneumonia akibat imobilisasi lama.
b. Infark miokard.

F. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko menurut sunanto (2010) dibagi menjadi dua yaitu faktor Internal
dan faktor Eksternal, adapun dijelaskan sebagai berikut:
1. Faktor resiko Internal
a. Umur: pada lansia terjadi proses klasifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh
darah otak, semakin tua usia seseorang maka resikoterkena stroke akan semakn
tinggi
b. Ras/Suku: orang yang berwatak keras terbiasa cepat atau terburu-buru lebih
sering terkena stroke karna pemicunya adalah ada tegangan pada daerah otak.
c. Obesitas: seseorang yang obesitas akan menalami hipertensi dan peningkatan
kadar kolestrol yang mengakibatkan gangguan terhadap pembuluh darah,salah
satunya adalah pembuluh darah otak.
2. Faktor reiko Ekaternal
a. Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya 140-160 mmHg dan diastiliknya 90 mmHg. Hipertensi dapat
mengakibatkan pecahnya maupun penyempitnya pembuluh darah otak.
Apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan
terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian.
b. Diabetes Melitus
Diabetes berpotensi mengalami stroke karena terjadinya peningkatan
viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah kususnya serebral dan
adanya kelainan mikrovaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan
yang terjadi pada pembuluh darah serebral.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien stroke untuk mengetahui penyebab
dan daerah yang terkena menurut Doenges (1999) adalah sebagai berikut :
a) Angiografi Serebral : membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik.
b) CT Scan : memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan infark.
c) Pungsi lumbal : menunjukan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis emboli
serebral dan TIA.
d) MRI : menunjukan adanya daerah yang mengalami infark, haemoragik, malformasi
arteriovena.
e) Ultrasonografi Doppler : mengidentifikasikan penyakit arterivena.
f) EEG : mengidentifikasi masalah yang didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
g) Sinar X tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna dan parsial dinding
aneurisma.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan menurut Muttaqin (2012) yitu berdasarkan data pengkajian yang
telah didapat atau terkaji, kemudian data dikumpulkan maka dilanjutkan dengan analisa data
untuk menentukan diagnosa keperawatan yang ada pada klien dengan stroke infark adalah
sebagai berikut :
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai darah
serebral, gangguan oklusif, haemoragik, vasospasme serebral, edema serebral.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromoskuler, kelemahan,
paralisis.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia, kesulitan
menelan dan menurunnya nafsu makan.
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sensorik, immobilisasi,
inkontinensia, perubahan status nutrisi.
5. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan
neuromuskuler, kehilangan tonus/kekuatan otot, kelemahan/kelelahan umum.
6. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi sensori, transmisi,
integritas, stress, psikologis.

I. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Setelah diagnosa keperawatan pada klien dengan stroke infark ditemukan, maka dilanjutkan
dengan menyusun perencanaan untuk masing-masing diagnosa yang meliputi prioritas diagnosa
keperawatan, penetapan tujuan dan kriteria evaluasi sebagai berikut :
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan tidak adekuatnya suplai darah
serebral, gangguan oklusif, hemoragik, vasospasme serebral, edema serebral
Tujuan : Mempertahankan perfusi jaringan serebral adekuat
Kriteria Evaluasi :
a) Mempertahankan tingkat kesadaran
b) TTV stabil
c) Tidak ada peningkatan TIK
Intervensi :
a) Pantau / catat status neuroligis
b) Pantau TTV
c) Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk, kesamaan dan reaksi terhadap cahaya
d) Letakan kepala dengan posisi agak ditinggikan
e) Pertahankan keadaan tirah baring
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromoskuler,
kelemahan, paralisis.
Tujuan : Mampu mepertahankan kekuatan otot
Kriteria Evaluasi :
a) Mempertahankan / meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian yang terkena / kompensasi.
b) Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktifitas
c) Mempertahankan integritas kulit

Intervensi :
a) Kaji kemampuan klien secara fungsional
b) Ubah posisi minimal setiap 2 jam
c) Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas
d) Tinggikan kepala dan tangan
e) Anjurkan untuk membantu pergerakan dan latihan dengan menggunakan ekstremitas yang
tidak sakit

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan disfagia, kesulitan
menelan dan menurunnya nafsu makan.
Tujuan : Klien akan mempertahankan status nutrisi, pemasukan cairan dan keseimbangan
cairan.
Kriteria evaluasi :
a) Berat badannya kurang lebih 10 % dari berat badan ideal
b) Mentoleransi terhadap nutrisi parenteral, makanan cair dengan residu minimal, tidak diare,
elektrolit seimbang
c) Menelan makanan yang lunak tanpa aspirasi
Intervensi :
a) Observasi kemampuan menelan, fungsi sensorik dan motorik
b) Monitor pemasukan dan pengeluaran serta pemasukan diet
c) Berikan makanan nasogastrik dan minum
d) Bantu makanan oral bila ada indikasi
e) Observasi makanan yang disukai dan tidak disukai
f) Ukur berat badan
g) Konsultasi ke ahli gizi

4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sensorik, immobilisasi,


inkontinensia, perubahan status nutrisi.
Tujuan : klien akan mempertahankan integritas kulit, tonus,turgor dan sirkulasi
Kriteria evaluasi :
a) Memiliki kulit yang utuh
b) Bebas dari kemerahan pada tulang yang menonjol
Intervensi :
a) Observasi keutuhan kulit klien, perubahan warna, temperatur, dan adanya edema setiap 4 jam
dan sebagaiman kebutuhan
b) Pertahankan kebersihan kulit dan kekeringan
c) Tingkatkan sirkulasi dengan sering mungkin melakukan alih posisi, massase
d) Gunakan alat-alat untuk mencegah penekanan

5. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral, kerusakan


neuromuskuler, kehilangan tonus / kekuatan otot, kelemahan / kelelahan umum
Tujuan : Mampu menciptakan metode komunikasi yang dapat dipahami
Kriteria Evaluasi :
a) Mengidentifikasi pemahaman tentang masalah komunikasi
b) Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan
c) Menggunakan sumber-sumber dengan tepat
Intervensi :
a) Kaji tipe / derajat disfungsi
b) Berikan metode komunikasi alternatif seperti menulis dan gambar
c) Bicaralah dengan normal dan hindari percakapan yang cepat

6. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi sensori, transmisi,


integritas, stress, psikologis
Tujuan : Mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi perseptual
Kriteria Evaluasi :
a) Mengakui perubahan dalam kemampuan dan adanya keterlibatan residual
b) Mendemonstrasikan perilaku untuk mengkompensasikan terhadap/defisit hasil
Intervensi :
a) Kaji keadaan klien
b) Ciptakan lingkungan yang sederhana
c) Berikan stimulus terhadap rasa sentuhan
d) Observasi respon perilaku pasien
e) Bicara dengan tenang, perlahan dan pertahankan kontak mata.

I. PELAKSANAAN
Setelah perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan
yang prioritas maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan keperawatan.
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan dan merupakan tindakan yang bermanfaat bagi klien
berhubungan dengan diagnosa keperawatan dan tujuan yang telah ditetapkan yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada
klien dapat berupa tindakan mandiri maupun tindakan kolaborasi. Terkait dengan masalah yang
ada pada pasien stroke, maka pelaksanaan tindakan keperawatan ditujukan pada klien, perawat
dan keluarga. Pelaksanaan pada klien meliputi melakukan, membantu, mengarahkan kebutuhan
dan aktivitas kehidupan sehari-hari kilen yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi
klien pada saat itu. Pada perawat ditujukan untuk memberikan arahan dalam melakukan
tindakan keperawatan yang berpusat pada klien sehingga tujuan dapat tercapai. Pada keluarga
ditujukan untuk memahami kebutuhan klien dan memotivasi klien untuk mempertahankan dan
meningkatkan status kesehatannya.
Dalam pelaksanaan tindakan, langkah yang dilakukan pertama kali adalah
mengkaji kembali keadaan klien untuk menentukan apakan tindakan keperawatan yang
direncanakan masih sesuai kondisi klien saat itu, memvalidasi rencana keperawatan untuk
menentukan apakah tindakan keperawatan yang direncanakan masih dilanjutkan atau
dimodifikasi sesuai keadaan klien saat itu, menentukan kebutuhan dan bantuan yang diberikan
pada klien baik dalam bentuk pengetahuan maupun keterampilan keperawatan serta
menetapkan strategi tindakan yang akan dilakukan dan mengkomunikasikan intervensi
keperawatan, selain itu juga dalam pelaksanaan tindakan keperawatan didokumentasikan
dalam catatan keperawatan. Dalam pendokumentasian catatan keperawatan hal yang perlu
didokumentasikan adalah waktu tindakan dilakukan, tindakan dan respon klien serta diberi
tanda tangan sebagai aspek legal dari dokumentasi yang dilakukan.

J. EVALUASI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka perlu dilakukan kaji ulang terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan apakah masalah yang muncul pada klien dapat teratasi
secara maksimal atau tidak untuk itu perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi merupakan tahap akhir
dari proses keperawatan yang mengukur seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan aspek
penting di dalam proses keperawatan, karena menghasilkan kesimpulan apakah intervensi
keperawatan diakhiri atau ditinjau kembali atau dimodifikasi. Prinsip evaluasi adalah
obyektivitas yaitu mengukur keadaan yang sebenarnya, reabilitas yaitu ketepatan hasil ukuran
dan validitas yaitu mengukur dengan tepat harus dapat dipertahankan agar keputusan yang
diambil tepat.
Adapun langkah-langkah evaluasi keperawatan terdiri dari, mengumpulkan data
keperawatan pasien, menafsirkan (mengiterprestasikan) perkembangan pasien,
membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan dengan
menggunakan kriteria pencapaian tujuan yang telah di tetapkan, mengukur dan membandingkan
perkembangan pasien dengan standar normal yang berlaku.
Evaluasi proses keperawatan terdiri dari evaluasi kwantitatif yaitu penilaian yang dilihat
dari jumblah kegiatan. Evaluasi kualitatif yaitu evaluasi mutu yang difokuskan pada tiga
dimensi yang saling terkait. Evaluasi struktur / sumber yaitu terkait dengan tenaga manusia /
bahan-bahan yang diperlukan dalam pelaksanan kegiatan. Evaluasi proses (evaluasi formatif)
yaitu pernyataan yang mencerminkan pengalaman perawatan dan analisa respon pasien segera
setelah intervensi. Evaluasi hasil (evaluasi sumatif) yaitu pernyataan yang mencerminkan suatu
observasi untuk menilai sejauh mana pencapaian tujuan berdasarkan kriteria yang ditetapkan.
Daftar Pustaka

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: Salemba Medika

Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC, 2000

Misbach, Jusuf. 2011. STROKE ASPEK DIAGNOSTIK, PATOFISIOLOGI, MANAJEMEN. Jakarta : Badan
Penerbit FKUI

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika

Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2002. BUKU AJAR Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
CEDERA CEREBROSPINAL (CVA)/ STROKE

OLEH:

1. Gilang Raka (1620033)


2. Indri Wahyuning Tias (1620037)
3. Mitha Novianti (1620053)

STIKES HANG TUAH SURABAYA


PRODI D3/2A
2017

Anda mungkin juga menyukai