Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Setiap individu memiliki karakter yang berbeda karena pada dasarnya

manusia adalah makhluk yang unik, tiap individu akan mengalami fase kehidupan,

mulai dari fase perinatal, bayi, toddles, preschool, sekolah, remaja, hingga fase

dewasa muda menengah dan tua. Dalam fase kehidupannya tiap individu pasti akan

menghadapi suatu tantangan/masalah dalam hidupnya dan tergantung bagaimana

cara untuk menghadapi masalah tersebut. Sebagian orang ada yang mampu

menghadapi masalahnya sendiri, sebagian lagi ada yang menceritakan ke

keluarga/orang terdekat untuk mendapatkan dukungan, ada juga yang bahkan tidak

mampu menghadapi masalah bahkan cenderung tertutup. Hal ini sangat

mempengaruhi kondisi kesehatan jiwa tiap individu yang mana akan menimbulkan

perasaan cemas, gelisah, bahkan depresi. Kesehatan jiwa bagi manusia berarti

terwujudnya keharmonisan fungsi jiwa dan sanggup menghadapi problem, merasa

bahagia, dan mampu diri (Azizah, Zainuri & Akbar 2016). Keluarga adalah dua

orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta

yang mengidentifikasi dirinya sebagai anggota keluarga (Friedman, 2010). Fungsi

keluarga yang utama yaitu mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan

anggota keluarga berhubungan dengan orang lain, fungsi ini dibutuhkan untuk

perkembangan individu dan psikososial keluarga, maka, sangat dianjurkan untuk

meceritakan ke keluarga/orang terdekat atas masalah yang dihadapi.

1
Ketika individu mendapatkan stressor dimana dirinya tidak dapat

menerima/menghadapi masalahnya lalu ditambah dengan pribadi yang tertutup dan

enggan untuk menceritakan permasalahannya pada orang lain, maka akan

menimbulkan perasaan cemas, gelisah dalam dirinya bahkan kesehatan jiwanya

terganggu/depresi. Orang dengan gangguan jiwa tidak memiliki kemampuan untuk

menyeseuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan.

Karakteristik gangguan jiwa sangat beragam, salah satunya gangguan jiwa yang

sering ditemukan dan dirawat yaitu skizofrenia. Menurut Azizah et al (2016)

Skizofrenia adalah sautu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada

proses pikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir,

afek/emosi, kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena

waham dan halusinasi; asosiasi terbagi-bagi sehingga timbul inkoherensi, afek dan

emosi perilaku bizar. Halusinasi adala salah satu gejala gangguan jiwa di mana

klien mengalami perubahan persepsi sensori, merasakan sensasi palsu berupa suara,

penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus

yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti, 2008).

Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi,

60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 terkena

dimensia. Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi gangguan mental

emosional yang menunjukkan dengan gejala-gejala depesi dan kecemasan untuk

usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk

Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, sepeti skizofrenia mencapai

400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1000 penduduk. Berdasarkan data dari Dinas

Sosial Jawa Timur, penderita gangguan jiwa di Jatim pada tahun 2016 mencapai

2
2369 orang. Jumlah itu naik sebesar 750 orang dibandingkan tahun 2015 lalu yang

hanya 1619 penderita. Fakta empiris yang didapatkan di ruang jiwa VI Rumkital

Dr. Ramelan Surabaya mulai bulan Januari sampai bulan Mei 2018, terdapat 96

pasien dengan skizofrenia, dan untuk pasien dengan halusinasi pendengaran

sebanyak 60 pasien diantaranya 28 pasien laki – laki dan 32 pasien perempuan,

dengan persentase pasien halusinasi pendengaran di Rumkital Dr. Ramelan

Surabaya sebanyak 67,6%.

Halusinasi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu : faktor predisposisi dan faktor

presipitasi. Faktor predisposisi adalah faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah

sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Faktor

predisposisi dapat meliputi faktor perkembangan, sosiokultural, biologis,

psikologis dan genetik. Faktor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh

individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi ekstra

untuk menghadapinya. Faktor presipitasi ini menimbulkan respons klien berupa

curiga, ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku menarik diri,

kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat

membedakan keadaan nyata dan tidak nyata (Yosep, 2010).

Penanganan klien dengan halusinasi perawat bisa memberikan strategi

keperawatan yaitu dengan membantu klien mengenal halusinasinya berupa isi

halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang

menyebabkan halusinasi muncul serta respon klien jika halusinasinya muncul,

mengontrol halusinasinya dengan cara menghardik selain itu bisa juga dengan

bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktifitas yang terjadwal bisa juga

mengurangi resiko halusinasi muncul lagi, minum obat secara teratur dapat

3
mengontrol halusinya selain cara yang telah disebutkan diatas dukungan keluarga

untuk klien yang mengalami halusinasi sangatlah penting karena dengan dukungan

keluarga kepercayaan diri klien bisa kembali dan klien bisa termotivasi untuk

sembuh serta keluarga juga bisa mempertahankan program pengobatan secara

optimal (Keliat, 2010).

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini, maka penulis

akan melakukan kajian lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan jiwa dengan

membuat rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimanakah asuhan keperawatan

jiwa dengan masalah utama Halusinasi Tn.Y dengan diagnosa medis Skizofrenia di

Ruang Jiwa VI A Rumkital Dr. Ramelan Surabaya?”

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan jiwa dengan

masalah utama Halusinasi pada Tn.Y dengan diagnosa medis Skizofrenia di ruang

jiwa VI A Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengkaji klien dengan masalah utama Halusinasi pada Tn.Y dengan

diagnosa medis Skizofrenia di ruang jiwa VI A Rumkital Dr. Ramelan

Surabaya.

4
2. Merumuskan diagnosa keperawatan jiwa pada klien dengan masalah utama

Halusinasi pada Tn.Y dengan diagnosa medis Skizofrenia di ruang jiwa VI

A Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

3. Merencanakan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan masalah utama

Halusinasi pada Tn.Y dengan diagnosa medis Skizofrenia di ruang jiwa VI

A Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

4. Melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada klien masalah utama

Halusinasi pada Tn.Y dengan diagnosa medis Skizofrenia di ruang jiwa VI

A rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

5. Mengevaluasi asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan masalah utama

Halusinasi pada Tn.Y dengan diagnosa medis Skizofrenia di ruang jiwa VI

A Rumkital Dr. Ramelan Surrabaya.

6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan masalah

utama Halusinasi pada Tn.Y dengan diagnosa medis Skizofrenia di ruang

jiwa VI A Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

1.4 Manfaat

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini diharapkan dapat memberi

manfaat :

1.4.1 Akademis

Hasil studi kasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan

khususnya dalam asuhan keperawatan jiwa dengan masalah utama

Halusinasi

5
1.4.2 Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi :

1. Pelayanan keperawatan di rumah sakit

Hasil karya tulis ilmiah ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di rumah

sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien halusinasi

pendengaran dengan baik.

2. Bagi penulis

Hasil karya tulis ilmiah ini dapat menjadi salah satu rujukkan bagi penulis

berikutnya, yang akan melakukan studi kasus asuhan keperawatan pada

klien dengan Halusinasi pendengaran.

3. Bagi profesi kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan

pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawatan jiwa pada klien

dengan Halusinasi pendengaran.

1.5 Metode penulisan

1.5.1 Metode

Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa

atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi kepustakaan yang

mempelajari, mengumpulkan membahas data dengan studi pendekatan proses

keperawatan dengan langkah-langkah pengkajian, diagnosis, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

6
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Data diambil diperoleh melalui percakapan baik dengan klien, keluarga, file

rekam medis klien, maupun tim kesehatan lain.

2. Observasi

Data yang diambil melalui percakapan baik dengan klien, keluarga maupun

tim kesehatan lain.

1.5.3 Sumber Data

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari klien.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga, orang terdekat

klien, catatan medik perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan

lain.

1.5.4 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu mempelajari sumber buku yang berhubungan

dengan judul studi kasus dan masalah yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami

studi kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Bagian awal, memuat halaman judul, persetujuan komisi pembimbing,

pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi.

7
2. Bagian inti terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub

bab berikut ini:

BAB 1 : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, tujuan,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan studi kasus.

BAB 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis

dan asuhan keperawatan dengan diagnosa utama Halusinasi, serta

kerangka masalah.

BAB 3 : Tinjauan kasus, berisi tentang deskripsi data, hasil diagnosa,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

BAB 4 : Pembahasan, berisi tentang perbandingan antar teori dengan

kenyataan yang ada di lapangan.

BAB 5 : Penutup, berisi tentang simpulan dan saran.

3. Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

Anda mungkin juga menyukai