ETBIS - Dah Fix
ETBIS - Dah Fix
BOGASARI
OLEH
2019
BAB I
LATAR BELAKANG
Pentingnya etika bagi tiap individu tidak saja sebatas pada kehidupan sosial
keseharian. Di didalamnya ada etika berbicara, etika makan, etika berpakaian, etika
berolahraga, etika politik, dsb. Di bidang bisnis juga terdapat etika yang harus di miliki
oleh setiap pelakunya dengan jangkauan relatif luas. Etika bisnis tidak terbatas hanya
pada kaidah-kaidah berbisnis yang baik dalam pengertian transaksi jual beli produk
saja. Etika juga menyangkut kaidah yang terkait dengan hubungan manajemen dan
karyawan maupun manajemen dengan stakeholder.
Wujud dari masalah etika bisnis dapat dicirikan oleh adanya faktor-faktor :
1) Berkaitan dengan hari nurani, standar moral, atau nilai terdalam manusia
2) Karena masalahnya rumit maka akan timbul perbedaan persepsi tentang
sesuatu yang buruk atau tidak buruk, menyenangkan atau menjengkelkan
3) Menghadapi pilihan yang serba salah
4) Kemajemukan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan
Ketika suatu perusahaan yang terdaftar di pasar modal maka etika lain yang
harus dimiliki adalah keadilan terhadap pemegang saham minoritas di bursa. Sebagai
contoh kasus akuisisi Internal Perusahaan Salim Group yaitu akuisisi Indocement
terhadap Bogasari yang di tenggarai trjadi karena adanya niat-niat yang menyimpang
Emiten. Dalam kasus ini tentu yang di rugikan adalah pemelik saham minoritas karena
adanya pengurangan deviden karena peningkatan aktiva dan peningkatan penyusutan,
selain itu dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pemilik saham minoritas tidak
punya hak untuk menolak akuisis ini. Pemerintah pun tak luput dirugikan dalam hal
ini dalam hal sektor penerimaan pajak akibat peningkatan penyusustan dan pelarian
dana keluar negeri (Dana hasil akuisisi di investasikan ke china)
RUMUSAN MASALAH
1) Apakah dengan adanya akuisisi PT. Bogasari oleh PT. Indocemen sudah
memenuhi peraturan atau hukum yang berlaku?
2) Apakah keputusan akuisisi PT. Bogasari oleh PT. Indocemen ada yang
dirugikan?
3) Bagaimana perasaan si pembuat keputusan pada saat akuisisi ?
BAB II
KAJIAN TEORI
Secara teoritis isu etika dapat dilihat dari berbagai macam aspek dan sudut
pandang yang mampu melihat suatu masalah secara komprehensif. Beberapa peneliti
telah memberikan pandangan dan pendapat mengenai konsep dasar etika dan
keterkaitannya dengan penerapan di lingkungan bisnis.
Lima Isu Utama Konsep pemahaman etika berlandaskan lima isu umum
(Velasquesz, Manuel G., 2002). sebagai berikut:
5. Unfair discrimination adalah perlakuan yang tidak adil atau tidak normal atau
hak yang tidak normal pada seseorang karena ras, umur, jenis kelamin,
kebangsaan atau agama, kegagalan memperlakukan orang secara sama ketika
tidak ada perbedaan yang beralasan dapat ditemukan antara menolong dan tidak
menolong.
Prinsip dasar etika meliputi empat aspek utama yang terdiri dari egoism,
utilitarianism, kant dan deontology (Velasquesz, Manuel G., 2002). Secara singkat ke
lima prinsip tersebut di jabarkan sebagai berikut:
1. Egoism.
2. Utilitarianism.
Berdasarkan prinsip ini keputusan adalah etis jika memberikan benefit paling
besar daripada keputusan alternatif yang lain. Perbedaan egoism dan
utilitarianism adalah egoism berfokus pada kepentingan diri sendiri dari
individual, perusahaan, komunitas, dan lain‐ lain, tetapi utilitarianism berfokus
pada kepentingan sendiri dari seluruh stakeholder.
3. Kant dan Deontology.
Pada konsep utilitarianism kehilangan tuntutan dari teori karena gagal untuk
menilai karakteristik tindakan moral, motif moral. Menurut pandangan Kant,
manusia mempunyai kehendak untuk melakukan tindakan apa yang diinginkan.
Yang membedakan manusia dengan binatang adalah kemampuan untuk
memilih antar arti alternatif atau cara untuk mencapai tujuan yang diinginkan,
dan kebebasan menentukan tujuan atau kehendak dan bertindak dengan motif
yang lebih tinggi.
Pengertian Akuisisi
Akuisisi berasal dari kata “acquisition” (Latin) dan “acquisition” (Inggris),
makna harfiah akuisisi adalah membeli atau mendapatkan sesuatu / obyek untuk
ditambahkan pada sesuatu yang telah dimiliki sebelumnya. Akuisisi dalam teminologi
bisnis diartikan sebagai pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas saham
atau asset suatu perusahaan oleh perusaahaan lain, dan dalam peristiwa baik
perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum
yang terpisah (Moin, 2003).
Cara penggabungan usaha lainnya adalah dengan cara akuisisi. Melalui akuisisi
perusahaan dapat menjadikan perusahaan targetnya sebagai anak perusahaannya jadi
dengan kata lain perusahaan baik pengakuisisi ataupun perusahaan target tetap berdiri
semua ( Agus Sartono, 2001). Dalam proses akuisisi kebanyakan pemegang saham
perusahaan target akan mendapatkan banyak manfaaat dibandingkan dengan
pemegang saham perusahaan pengakuisisi. Hal ini dapat terjadi bila dalam tender
pengambilalihan banyak perusahaan berpartisipasi sehingga penawaran saham
perusahaan menjadi lebih tinggi.
ANALISIS KASUS
a. Is It Legal?
Pertanyaan pertama mensyaratkan bahwa semua variabel yang dipakai dalam suatu
pengambilan keputusan harus legal, tidak ada satu pun yang melanggar hukum dan
hasil keputusannya pun tidak boleh melanggar peraturan perundangan-undangan yang
ada. Namun, legalitas keputusan diperikasa bukan berdasarkan perspektif hukum
perdata saja namun juga harus berdasarkan kebijakan perusahaan, standar umum, dan
etika berbisnis.
Dalam kasus indosemen jika ditinjau dari segi hukum hak ini adalah legal sebab
pada dasarnya, hal-hal mengenai akuisisi sudah diatur dalam UU Pajak Penghasilan
(PPh) tahun 1984 serta Peraturan Pemerintah (PP) nomor 42 tahun 1985. Dalam UU
PPh tersebut, ada tiga pasal yang mengatur soal akuisisi yaitu Pasal 4, 10, dan 11.
Sedangkan dalam PP 42, akuisisi diatur dalam Pasal 3. Dalam Pasal 4 UU PPh 1984,
dengan jelas disebutkan bahwa keuntungan yang timbul akibat pengalihan harta
terkena pemotongan pajak.
Setali tiga uang pemilik saham minoritas juga akan di rugikan dalam kasus
ini. Kelompok minoritas yang dimaksudnya adalah mereka yang telah membeli saham
di bursa dan tidak terlibat dalam manajemen. Hal ini mengingat ini di bursa banyak
saham perusahaan yang masih didominasi keluarga. Selain itu karena beban
penyusutan yang lebih besar akan mengurangi jumlah dividen yang bakal diterima
mereka.
Pihak lain yang dirugikan atas legalitas ini adalah perusahaan publik (Bursa)
karena tidak adanya transparansian akibat hal ini citra pasar modal Indonesia yang bisa
dibilang belum seperti perusahaan publik lainnya.
b. Is It Balanced?
Pertanyaan kedua mengingatkan kita apakah keputusan yang diambil akan sangat
menguntungkan salah satu pihak dengan mengorbankan pihak lainnya, baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang? Artinya keputusan yang diambil bukanlah
keputusan yang sifatnya win-lose karena kondisi ini biasanya akan berujung pada
kondisi lose-lose bagi para pihak (pembalasan dari pihak yang dirugikan). Memeang
tidak mungkin membuat keputusan yang adil bagi semua orang, namun seorang
pemimpin harus berusaha untuk menghindari ketidak seimbangan.
Dalam kasus akuisisi ini, terjadi ketidak seimbangan pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh pihak manajemen Salim Group karena berdasarkan beberapa analis
mengatakan akuisisi ini akan lebih menguntungkan Indosemen dengan adanya akuisisi
ini akan ada dana menganggur sebesar Rp1,71 Triliun yang dapat dimanfaatkan
Indosemen untuk investasil lain. Sementara Pemerintah sebagai pihak yang menguasai
25,93% saham Indosemen harus menanggung rugi akibat pajak yang semakin kecil,
karena laba perusahaan paska akuisisi akan seolah-olah kecil. Memang pada dasarnya
seperti yang dijelaskan diatas tidak ada pihak yang akan benar benar sama-sama
diuntungkan, namun setidaknya keputusan ini tidak terlalu berdampak buruk kepada
Stakeholder misalnya pemegang saham minoritas.
Pada dasarnya PT Indosemen dan PT Bogasari sudah terdaftar pada Bursa Efek
sehingga tidak heran jika masalah akusisi kedua perusahaan tersebut pasti akan
terdengar oleh publik/ pers. Secara emosional, sebagai pengambil keputusan terhadap
akuisisi ini kedua belah pihak perusahaan tersebut akan merasa terusik karena publik/
pers dapat berpikiran negatif kepada kedua perusahaan tersebut. Pers beranggapan
bahwa kedua perusahaan tersebut melakukan akuisisi hanya untuk membayar pajak
lebih rendah dan pemegang saham minoritas tidak diberikan kesempatan untuk
memberikan hak suara mereka dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Pada kasus akuisisi ini kedua pihak perusahaan sebagai pengambil keputusan dapat
merasa bangga karena dengan melakukan akuisisi tersebut dapat menaikan harga
saham pada kedua perusahaan. Di pihak lain, para pengambil keputusan juga dapat
merasa tidak bangga karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa mereka
akan merasa terusik secara emosional karena adanya perbincangan yang kurang baik
mengenai proses akuisisi yang mereka lakukan tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari kasus “Masalah Etika Pada Kasus Akuisisi PT. Bogasari oleh PT. Indosemen
Tahun 90’an” kelompok dapat menarik kesimpulan bahwa Akuisisi PT. Bogasari oleh
PT. Indosemen ini tidak memenuhi ketiga ethic check atau bisa disebut keputusan
akuisisi PT. Bogasari oleh PT. Indosemen tidak etis. Mengapa demikian? Karena bisa
dilihat dari analisis kasus diatas bahwa keputusan bisnis dapat dikatakan etis bila
memenuhi ketiga cek diatas dan kasus ini tidak memenuhi ketiga cek tersebut. Cek
pertama pada pertanyaan “is it legal?”, jawaban dari pertanyaan ini adalah tidak legal
karena dengan adanya akuisisi antara dua perusahaan ini beban yang ditanggung akan
terlihat semakin besar, adanya pembengkakan aktiva yang akan mengakibatkan
penyusutan besar yang dapat mengakibatkan laba terlihat lebih rendah dari yang
dihasilkan sehingga dengan demikian perusahaan akan membayar pajaknya lebih
rendah dari seharusnya. Cek kedua adalah pertanyaan “is it balance?”, jawaban dari
pertanyaan ini adalah tidak seimbang karena PT. Indosemen akan sangat untung
sebesar 1,71 Triliun dan pihak pemerintah akan merugi karena pajak perusahaan akan
kecil akibat akuisisi. Cek terakhir adalah pertanyaan “how will it make me feel about
my self?”, jawaban Dari pertanyaan ini adalah bangga karena menaikkan harga saham
perusahaan namun rasa terusik secara emosinalnya lebih besar karena masyarakat atau
publik menilai proses akuisisi tersebut tidak baik sehingga merusak citra perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Moin. 2007. Merger, Akuisisi dan Divestasi. Jilid 2. Yogyakarta: Ekonosia