Oleh
THRISIA FEBRIANTI
NIM. 0105515056
Halaman
COVER ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
PRAKATA ................................................................................................. iii
A. Rasional ................................................................................................ 1
B. Visi dan Misi ........................................................................................ 7
C. Tujuan Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling)....................... 8
D. Sasaran Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) ..................... 9
E. Manfaat Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling)..................... 10
F. Prinsip Dasar Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling)
Berbasis Life Skills .............................................................................. 11
G. Isi Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) ................... 13
1. Bidang Pribadi ................................................................................. 13
2. Bidang Sosial .................................................................................. 14
3. Bidang Belajar ................................................................................. 14
4. Bidang Karir .................................................................................... 15
H. Dukungan Sistem ................................................................................ 15
1. Pengembangan Program.................................................................. 16
2. Pengembangan Personel.................................................................. 17
3. Penataan Kebijakan, Prosedur, dan Petunjuk Teknis ...................... 22
I. Tahap Pelaksanaan Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling).. 25
1. Tahap Seleksi Calon Konselor Teman Sebaya (Peer Counselor) .. 25
2. Tahap Pelatihan Calon Konselor Teman Sebaya (Peer Counselor) 27
3. Tahap Pelaksanaan (Aplikasi) Konseling Teman Sebaya (Peer
Counseling) ..................................................................................... 30
4. Tahap Supervisi (Evaluasi dan Indikator Keberhasilan) Konseling
Teman Sebaya (Peer Counseling)................................................... 33
J. Evaluasi dan Tindak lanjut ................................................................ 34
1. Evaluasi ........................................................................................... 34
2. Tindak Lanjut .................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 39
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat,
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Model
Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) berbasis Life Skills untuk
Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa SMK.
Pendekatan yang digunakan dalam model ini adalah berbasis life skills.
Fokus rancangan pada model ini mengkaji kecakapan personal dan sosial, jika
diintegrasikan ke dalam program layanan konseling teman sebaya (peer
counseling) dimungkinkan bisa mengakomodasi siswa dalam menyelesaikan
permasalahannya. Konseling teman sebaya (peer counseling) merupakan kegiatan
saling bantu dan saling dukung antar teman sebaya dengan menggunakan
keterampilan konseling.
Model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills ini
juga dilengkapi panduan pelaksanaan konseling teman sebaya (peer counseling)
berbasis life skills sehingga guru BK atau konselor dapat memahami lebih detail
tentang proses konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills.
Model ini diharapkan dapat menjadi salah satu pegangan guru BK atau
konselor dalam melaksanakan konseling teman sebaya (peer counseling). Penulis
berharap semoga model ini dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan
perilaku prososial siswa.
Penulis
A. Rasional
tumbuh dan berkembang secara optimal seperti secara fisik, sosial, emosional,
Menurut Baron dan Byrne (2006) perilaku prososial adalah segala bentuk perilaku
yang memberikan konsekuensi positif bagi si penerima, baik dalam bentuk materi,
fisik, ataupun psikologis tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi
pemiliknya. Perilaku prososial dipengaruhi oleh tipe relasi antar individu, baik
karena suka, merasa berkewajiban, memiliki pamrih, dan empati (Myres, 2012).
Seseorang biasanya lebih sering membantu orang yang dikenal ketimbang orang
berharga. Perasaan yang baik dapat menjelaskan mengapa orang akan melakukan
tersebut secara nyata dapat mengurangi resiko kenakalan remaja, putus sekolah,
masyarakat yang terlibat secara aktif. Twenge (2007) juga menjelaskan bahwa
perilaku prososialnya.
penting dari harmoni sosial dan hubungan baik. Menurut Crisp dan Turner (2007)
menurunnya perilaku prososial didukung oleh fenomena perilaku acuh dan pasif
pada remaja, dapat dilihat dalam perilaku yang ditunjukkan remaja yang terjadi
dan terekam saat dua orang siswa dan siswi, mulai menjambak dan memukuli
siswi berseragam putih disekitaran Thamrin City Jakarta. Kejadian ini bermula
dari seorang siswi yang menjambak rambut dengan kasar hingga siswi berseragam
Fenomena lain yang terjadi dan sangat disayangkan yaitu kali ini menimpa
viral setelah beredarnya video bully tersebut di media sosial. Unggahan sebuah
bertindak untuk mencegah hal tersebut terjadi (viva.co.id diakses tanggal 16 Juli
2017).
lingkungan sosial yang disebabkan oleh lemahnya kontrol diri (Taylor, Peplau,
dan Sears: 2009). Merupakan kasus yang paling banyak terjadi pada anak-anak
dan remaja. Oleh sebab itu siswa perlu dipersiapkan agar memiliki pemahaman
semakin baik. Salah satu strategi atau intervensi yang dapat dilakukan adalah
siswa.
bantu dan saling dukung diantara sesama teman sebaya dalam menghadapi
berbagai persoalan hidup dan atau dalam mengembangkan potensi diri disebut
sebagai suatu ragam tingkah laku membantu secara interpersonal yang dilakukan
Tindall & Gray (1985), konseling teman sebaya mencakup hubungan membantu
Osodo, J.M., Osodo, J., Mito, J.W (2016) menunjukkan bahwa konseling teman
konsep dasar peer helping yang dimulai pada tahun 1939 untuk membantu para
mengatasi kecanduan tersebut akan lebih efektif dalam membantu individu lain
teman sebaya merupakan suatu cara bagi siswa belajar bagaimana memperhatikan
1981).
dikembangkan (Carr, 1981): (1) hanya sebagian kecil dari siswa yang bersedia
sederhana yang dapat efektif untuk membantu siswa, (3) teman sebaya
faktor psikologis, (5) siswa perlu memiliki kompetensi untuk saling memahami
dan bertanggung-jawab tentang peran mereka bagi orang lain, (6) siswa ingin
meraih kebebasan melalui sudut pandang budaya teman sebaya, (7) hasil
kepercayaan diri siswa, (8) teman sebaya sebagai tempat untuk berbagi dan
memiliki perhatian yang sama dalam memecahkan masalah, (9) teman sebaya
lingkungan teman sebaya yang positif merupakan cara efektif yang dapat
remaja. Selain itu kelompok teman sebaya yang positif dapat memberikan
menggunakan basis life skiils. Life skills (kecakapan hidup) diintegrasikan dalam
layanan konseling teman sebaya (peer counseling) yang mengacu pada berbagai
pengetahuan sebagai unsur penting untuk hidup lebih mandiri. Life skills ini
pada sikap dan perilaku yang baik sesuai dengan norma-norma. Kecakapan yang
dimiliki seseorang atau remaja selain sesuai dengan norma juga diharapkan
Fokus rancangan pada model ini hanya mengkaji kecakapan personal dan
saling bantu dan saling dukung antar teman sebaya dengan menggunakan
konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills (kecakapan hidup)
yang dapat teruji secara empirik sehingga dapat menjadi salah satu alternatif
perilaku prososial.
model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills untuk
1. Visi
konseling yang memuat unsur-unsur life skills (kecakapan personal dan sosial)
2. Misi
Misi konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills adalah:
teman sebaya.
sebayanya.
Berdasarkan visi dan misi yang telah diuraikan di atas konseling teman
sebaya (peer counseling) berbasis life skills dikembangkan sebagai salah satu
meningkatkan perilaku prososial siswa. Adapun tujuan umum dan khusus model
1. Tujuan Umum
Berdasarkan visi dan misi tujuan umum konseling teman sebaya (peer
prososial.
c. Siswa dapat mengelola diri agar terhindar dari berbagai perilaku antisosial.
sebayanya.
dan konseling.
lain.
dengan normal.
masalahnya.
Berikut ini prinsip dasar dalam model konseling teman sebaya (peer
counseling) berbasis life skills untuk meningkatkan perilaku prososial siswa SMK:
skills untuk meningkatkan perilaku prososial siswa SMK ini difokuskan pada
life skills ini lebih difokuskan pada fungsi pencegahan dan pengembangan
individu siswa SMK. Dalam fungsi pencegahan ini layanan yang diberikan
berupa bantuan bagi siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat
kehidupannya.
bersangkutan.
menumbuhkan cara berfikir dan bertingkah laku yang dapat membantu anak
disesuaikan dengan berbagai kemungkinan yang ada pada diri siswa serta
lingkungannya.
Model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills ini
pada dasarnya dapat diaplikasikan oleh guru BK atau konselor yang telah
Isi model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills
bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir. Pengembangan potensi siswa diarahkan
1. Bidang Pribadi
Model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills dalam
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, serta
sehat jasmani dan rohani. Aspek-aspek pribadi dalam konseling teman sebaya
➢ Kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang
Maha Esa.
dan pengembangannya.
2. Bidang Sosial
Model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills dalam
➢ Dapat menjalin hubungan sosial yang baik dengan teman sebaya baik di
3. Bidang Belajar
Model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills dalam
diri, sikap, dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan
➢ Kegiatan dan disiplin belajar serta berlatih secara efektif dan efisien.
efektif.
4. Bidang Karir
Model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills dalam
bidang karir membantu siswa untuk mengenal dan menerima potensi diri,
pengembangan karir.
H. Dukungan Sistem
bimbingan dan konseling yang dimaksud adalah program konseling teman sebaya
(peer counseling) berbasis life skills untuk meningkatkan perilaku prososial siswa.
1. Pengembangan Program
komponen yang ada di sekolah. Program ini secara khusus memiliki fokus
ruangan, peralatan, dan dana), tujuan yang ideal dan realistis, serta
counselor).
dua evaluasi yang dilakukan yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil.
2. Pengembangan Personel
counseling) berbasis life skills dapat terlaksana dengan baik dan tepat. Dalam
berbasis life skills ini, setidaknya terdapat kualifikasi dan peran yang harus
dipenuhi oleh setiap personel yang terlibat. Personel yang terlibat dalam
pelaksanaannya dibagi menjadi dua jenis, yaitu guru BK atau konselor dan siswa
sebagai tenaga non-profesional yang sudah dilatih menjadi konselor teman sebaya
(peer counselor). Berikut adalah penjabaran mengenai kualifikasi dan peran pada
masing-masing personel:
berikut:
baik.
prososial.
10) Mampu bersifat luwes dan terbuka pada segala macam kemungkinan
(peer counseling).
model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills yaitu
diantaranya:
permasalahannya.
bersangkutan.
dan hukum.
teman sebaya (peer counselor) juga perlu memahami peran yang akan
kepada siswa.
konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills untuk meningkatkan
a. Penataan Kebijakan
seperti kepala sekolah, wakil kesiswaan, koodinator BK, wali kelas, guru
bidang studi, guna merumuskan tujuan, waktu, sarana dan prasarana serta
b. Prosedur Konseling
secara kelompok.
dilakukan kapan saja dan dimana saja sesuai dengan kesepakatan konselor
guru bidang studi, wali kelas, dan kepala sekolah dan pihak lain yang
prososial siswa.
dan tindak lanjut dengan melihat hasi observasi yang dilaksanakan selama
c. Petunjuk Pelaksanaan
berikut:
secara langsung dan tatap muka dengan format kelompok. Layanan ini
dalam model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills
(peer counselor).
harus diisi pada saat kegiatan berlangsung pada saat itu juga. Akan ada
bagian dalam sesi yang meminta anggota kelompok untuk mengisi lembar
tugas. Untuk itu anggota kelompok diminta untuk membawa alat tulis saat
mengikuti kegiatan.
Counseling)
adalah program layanan yang dilakukan oleh guru BK atau konselor dengan
menggunakan bentuk intervensi melalui teman sebaya (peer) berbasis life skills
konselor teman sebaya (peer counselor). Konselor teman sebaya (peer counselor)
berbasis life skills, guru BK atau konselor menyeleksi calon konselor teman
menghadapi masalah.
normal.
beretika.
menjelaskan tentang pelatihan apa saja yang akan dilakukan. Guru BK atau
pelatihan.
counseling) adalah untuk menambah wawasan siswa tentang life skills perilaku
teman sebaya (peer counselor) dilatih untuk mampu mendengarkan dengan baik
yang sedang mereka hadapi. Selain itu konselor teman sebaya (peer counselor)
juga dilatih untuk dapat menyampaikan informasi baik secara individual maupun
yang dibutuhkan.
dan positif.
dimiliki.
lingkungannya.
• Kecakapan bekerjasama
sebaya dibangun atas dasar kesetaraan dan dapat terjadi kapan saja sesuai
pengalaman dan saling memberi umpan balik diantara sesama konselor teman
bantuan kepada teman sebaya. Dalam diskusi nama konseli sebaya tetap
dirahasiakan dan lebih difokuskan pada persepsi konselor teman sebaya (peer
mengatasi suatu situasi tertentu, dan berbagai keterampilan yang mereka gunakan.
Dengan demikian penguatan, koreksi, serta penambahan wawasan juga dapat guru
konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills untuk meningkatkan
Tahapan Deskripsi
ke-
Tahap 1 Menentukan sasaran layanan dalam hal ini konseli teman
sebaya diutamakan yang direkomendasikan oleh guru BK
atau konselor berdasarkan hasil pengukuran perilaku
prososial. Selain itu konselor teman sebaya (peer
counselor) dapat menetapkan sendiri konseli teman sebaya
berdasarkan pengamatan dan pengetahuannya tentang
masalaha teman-teman sekelasnya.
Tahap 2 Konselor teman sebaya (peer counselor) merencanakan
pertemuan dengan konseli teman sebaya menyangkut
kesediaan, tempat waktu, dan lamanya sesi setiap
pertemuan, serta menyampaikan tujuan pertemuan.
Tahap 3 Konselor teman sebaya (peer counselor) membantu konseli
teman sebaya mengidentifikasi masalah-masalah yang
dihadapi konseli teman sebaya berkaitan dengan perilaku
prososial siswa yang rendah.
Tahap 4 Konseli teman sebaya mengungkapkan masalah, konselor
teman sebaya mendengarkan, bertanya untuk
mengeksplorasi, memahami, dan mendefinisikan masalah.
Dalam hal ini konselor teman sebaya (peer counselor)
mempraktekkan keterampilan keterampilan bertanya,
empati, menyimpulkan pembicaraan dan
mengkonfrontasikan ungkapan-ungkapan yang saling
bertentangan.
Tahap 5 Konselor teman sebaya (peer counselor) dan konseli
sebaya mendiskusikan kecakapan mengenal diri (self
awareness) dan kecakapan berpikir rasional (thinking
skills) terkait kondisi perilaku prososial siswa yang rendah.
Serta konselor teman sebaya (peer counselor) dan konseli
sebaya mendiskusikan kecakapan komunikasi dengan
empati dan kecakapan bekerjasama terkait kondisi perilaku
prososial siswa yang rendah.
Tahap 6 Konselor teman sebaya (peer counselor) bersama konseli
sebaya mengidentifikasi langkah apa saja yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan perilaku prososial.
Tahap 7 Konselor teman sebaya (peer counselor) dan konseli
sebaya membuat rencana dan komitmen untuk melakukan
langkah-langkah untuk meningkatkan perilaku prososial.
Tahap 8 Konselor teman sebaya (peer counselor) dan konseli
sebaya mengembangkan rencana aksi. Rencana aksi harus
bersifat spesifik, konkrit, terukur, dan dapat diobservasi.
Tahap 9 Konseli sebaya melaksanakan rencana aksi.
Tahap 10 Konselor teman sebaya (peer counselor) dan konseli
Model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills untuk
pelayanan kepada siswa. Oleh sebab itu aktivitas konselor sebaya dalam
mengikuti pelatihan dan membantu teman sebaya dalam konseling menjadi bagian
konferensi kasus. Evaluasi terhadap proses dan hasil pelatihan konseling teman
sebaya (peer counseling) berbasis life skills dilakukan pada saat kegiatan pelatihan
berlangsung dan pada akhir pertemuan yang membahas keterampilan atau materi
tertentu, dan diakhir pembahasan tentang tugas-tugas yang diberikan oleh guru
BK atau konselor.
konselor teman sebaya (peer counselor) terhadap teman sebayanya baik melalui
penggunaan laiseg yang terdiri dari understanding, comfortable, dan action yang
yang akan diambil, dan menolong tanpa memikirkan akibat yang akan diterima.
program konseling teman sebaya (peer counseling) dapat mencapai tujuan yang
sebaya (peer counseling) lebih lanjut. Evaluasi dilakukan terhadap proses dan
hasil dari dua kegiatan yaitu pelatihan konseling teman sebaya (peer counseling)
1. Evaluasi
a. Evaluasi Proses
konselor.
atau konselor.
anak beraktivitas.
konseling teman sebaya (peer counseling) pada setiap kegiatan yang ada
pada model ini telah memenuhi harapan dan tujuan yang diinginkan.
teman sebaya (peer counseling) dari topik yang dibahas; (2) perasaan
laporan.
Adapun salah satu bentuk tindak lanjut yang dapat dilakukan yaitu
Tabel 3.
Format follow up konseling teman sebaya (peer counseling)
Identitas
Nama Peserta Didik : .....................................
Kelas : .....................................
Petunjuk :
Beri tanda centang (√) pada kolom skor sesuai dengan hasil penilaian Anda.
Skor
No Pernyataan
1 2 3 4
1 Siswa terlibat aktif.
2 Siswa antusias dalam mengikuti kegiatan.
3 Siswa kreatif.
4 Siswa saling menghargai.
5 Siswa saling mengeluarkan pendapat.
6 Siswa berargumentasi mempertahankan
pendapat masing-masing.
7 Layanan terselenggara dengan menyenangkan.
8 Layanan sesuai alokasi waktu.
Total Skor
Keterangan :
1. Skor 4 : sangat baik
2. Skor 3 : baik
3. Skor 2 : cukup baik
4. skor 1 : kurang baik
Catatan:
1. Skor minimal yang dicapai adalah 1 x 8 = 8, dan skor tertinggi adalah 4 x 8
= 32
2. Kategori hasil
Sangat baik : 28 – 32
Baik : 23 – 27
Cukup : 22 – 26
Kurang : ≤ 21
Carr, R.A. (1981). Theory and Practice of Peer Counseling. Ottawa: Canada
Employment and Immigration Commission.
Carter, T. D. Jr. (2005). Peer counseling roles, function, boundaries. Retrieved
from http://www.bcm.edu/ilru/htm/publication/readinginIL boundaries.htm.
Crisp R.J. & Turner R.N. 2007. Essential Social Psychology. London: Sage
Publications.
Tindall, J.D. and Gray, H.D. 1985. Peer Counseling: In-Depth Look at Training
Peer Helpers. Muncie: Accelerated Development Inc.
Twenge, Jean M., et., al. 2007. Social Exclusion Decreases Prosocial Behavior.
Journal of American Psychological Association. Vol. 92, No. 1: 56–66.