Anda di halaman 1dari 43

MODEL KONSELING TEMAN SEBAYA (PEER

COUNSELING) BERBASIS LIFE SKILLS UNTUK


MENINGKATKAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA
SMK DI KOTA SEMARANG

Oleh
THRISIA FEBRIANTI

NIM. 0105515056

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 1


DAFTAR ISI

Halaman

COVER ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
PRAKATA ................................................................................................. iii
A. Rasional ................................................................................................ 1
B. Visi dan Misi ........................................................................................ 7
C. Tujuan Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling)....................... 8
D. Sasaran Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) ..................... 9
E. Manfaat Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling)..................... 10
F. Prinsip Dasar Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling)
Berbasis Life Skills .............................................................................. 11
G. Isi Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) ................... 13
1. Bidang Pribadi ................................................................................. 13
2. Bidang Sosial .................................................................................. 14
3. Bidang Belajar ................................................................................. 14
4. Bidang Karir .................................................................................... 15
H. Dukungan Sistem ................................................................................ 15
1. Pengembangan Program.................................................................. 16
2. Pengembangan Personel.................................................................. 17
3. Penataan Kebijakan, Prosedur, dan Petunjuk Teknis ...................... 22
I. Tahap Pelaksanaan Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling).. 25
1. Tahap Seleksi Calon Konselor Teman Sebaya (Peer Counselor) .. 25
2. Tahap Pelatihan Calon Konselor Teman Sebaya (Peer Counselor) 27
3. Tahap Pelaksanaan (Aplikasi) Konseling Teman Sebaya (Peer
Counseling) ..................................................................................... 30
4. Tahap Supervisi (Evaluasi dan Indikator Keberhasilan) Konseling
Teman Sebaya (Peer Counseling)................................................... 33
J. Evaluasi dan Tindak lanjut ................................................................ 34
1. Evaluasi ........................................................................................... 34
2. Tindak Lanjut .................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 39

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 2


PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat,
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Model
Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) berbasis Life Skills untuk
Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa SMK.

Pendekatan yang digunakan dalam model ini adalah berbasis life skills.
Fokus rancangan pada model ini mengkaji kecakapan personal dan sosial, jika
diintegrasikan ke dalam program layanan konseling teman sebaya (peer
counseling) dimungkinkan bisa mengakomodasi siswa dalam menyelesaikan
permasalahannya. Konseling teman sebaya (peer counseling) merupakan kegiatan
saling bantu dan saling dukung antar teman sebaya dengan menggunakan
keterampilan konseling.

Model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills ini
juga dilengkapi panduan pelaksanaan konseling teman sebaya (peer counseling)
berbasis life skills sehingga guru BK atau konselor dapat memahami lebih detail
tentang proses konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills.

Model ini diharapkan dapat menjadi salah satu pegangan guru BK atau
konselor dalam melaksanakan konseling teman sebaya (peer counseling). Penulis
berharap semoga model ini dapat memberikan manfaat untuk meningkatkan
perilaku prososial siswa.

Semarang, Agustus 2017

Penulis

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 3


MODEL KONSELING TEMAN SEBAYA (PEER
COUNSELING) BERBASIS LIFE SKILLS UNTUK
MENINGKATKAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA SMK
DI KOTA SEMARANG

A. Rasional

Siswa SMK sebagai remaja menghadapi berbagai tantangan untuk dapat

tumbuh dan berkembang secara optimal seperti secara fisik, sosial, emosional,

moral, akademik, dan spiritual. Remaja memiliki tugas perkembangan yang

berhubungan dengan penyesuaian sosial diantaranya penyesuaian diri dengan

meningkatkan pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial,

pengelompokkan sosial yang baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru

dalam dukungan, dan penolakan sosial (Hurlock, 2003).

Masa remaja sebagai salah satu tahapan dalam perkembangan manusia

juga memiliki peranan salah satunya sebagai penolong (perilaku prososial).

Menurut Baron dan Byrne (2006) perilaku prososial adalah segala bentuk perilaku

yang memberikan konsekuensi positif bagi si penerima, baik dalam bentuk materi,

fisik, ataupun psikologis tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi

pemiliknya. Perilaku prososial dipengaruhi oleh tipe relasi antar individu, baik

karena suka, merasa berkewajiban, memiliki pamrih, dan empati (Myres, 2012).

Seseorang biasanya lebih sering membantu orang yang dikenal ketimbang orang

yang tidak dikenal. Namun demikian, memberikan pertolongan kepada orang

asing bukanlah hal yang jarang terjadi.

Perilaku prososial dapat meningkatkan perasaan baik bahwa diri kita

berharga. Perasaan yang baik dapat menjelaskan mengapa orang akan melakukan

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 4


kebaikan bagi orang lain yang dapat meningkatkan penghargaan terhadap diri.

Myers (2012) menjelaskan keterlibatan anak muda dalam proyek pelayanan

masyarakat “belajar melayani” berbasis sekolah, atau mengajarkan anak-anak

mengembangkan kemampuan sosialnya dan nilai sosial yang positif. Hal-hal

tersebut secara nyata dapat mengurangi resiko kenakalan remaja, putus sekolah,

perilaku bullying, serta kemungkinan besar remaja akan menjadi anggota

masyarakat yang terlibat secara aktif. Twenge (2007) juga menjelaskan bahwa

seseorang akan termotivasi untuk mencari teman-teman baru dan meningkatkan

perilaku prososialnya.

Perilaku prososial seperti membantu dan bekerjasama merupakan sumber

penting dari harmoni sosial dan hubungan baik. Menurut Crisp dan Turner (2007)

perilaku prososial (prosocial behavior) dapat diklasifikasikan sebagai berikut

diantaranya, persahabatan (friendship), kedermawanan, pengorbanan, saling

berbagi, perilaku menolong (helping behaviour), dan sikap kooperatif

(cooperative attitude). Siswa dengan perilaku prososial yang tinggi memprediksi

kemampuan mereka mempersepsikan situasi baru dengan cara yang positif,

sehingga mereka dapat mengklasifikasi perilaku prososialnya.

Berdasarkan beberapa fakta dalam kehidupan masyarakat khususnya pada

remaja, perilaku prososial (menolong) kini semakin rendah. Gambaran

menurunnya perilaku prososial didukung oleh fenomena perilaku acuh dan pasif

pada remaja, dapat dilihat dalam perilaku yang ditunjukkan remaja yang terjadi

dan terekam saat dua orang siswa dan siswi, mulai menjambak dan memukuli

siswi berseragam putih disekitaran Thamrin City Jakarta. Kejadian ini bermula

dari seorang siswi yang menjambak rambut dengan kasar hingga siswi berseragam

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 5


putih tersebut jatuh tersungkur. Meski terjatuh, ia langsung dipukuli oleh siswa

lainnya. Sementara sejumlah siswa lain hanya mengelilingi, merekam, dan

memfoto kejadian tersebut tanpa berusaha untuk menolong siswi berseragam

putih tersebut (tribunnews.com diakses tanggal 16 Juli 2017).

Fenomena lain yang terjadi dan sangat disayangkan yaitu kali ini menimpa

seorang mahasiswa berkebutuhan khusus di sebuah kampus. Kasus ini menjadi

viral setelah beredarnya video bully tersebut di media sosial. Unggahan sebuah

video menampilkan tindakan bully yang diduga dilakukan mahasiswa di sebuah

Universitas. Dalam unggahan video itu, nampak sosok mahasiswa berkebutuhan

khusus tersebut ditarik oleh seorang mahasiswa dari belakang. Mahasiswa

lainnya ikut berkumpul dan hanya nampak menyaksikannya, namun tidak

bertindak untuk mencegah hal tersebut terjadi (viva.co.id diakses tanggal 16 Juli

2017).

Salah satu wujud dari masalah-masalah tersebut dikenal sebagai perilaku

antisosial. Perilaku antisosial adalah gangguan penyesuaian diri terhadap

lingkungan sosial yang disebabkan oleh lemahnya kontrol diri (Taylor, Peplau,

dan Sears: 2009). Merupakan kasus yang paling banyak terjadi pada anak-anak

dan remaja. Oleh sebab itu siswa perlu dipersiapkan agar memiliki pemahaman

tentang perilaku prososial sehingga kepedulian terhadap lingkungan sekitar

semakin baik. Salah satu strategi atau intervensi yang dapat dilakukan adalah

melalui penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling yang melibatkan

siswa.

Mencermati fakta tersebut, maka perlu dikembangkan layanan konseling

yang dilakukan oleh tenaga non-profesional (siswa) sebagai konselor teman

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 6


sebaya (peer counselor) di bawah pengawasan konselor profesional. Untuk hal ini

Suwarjo (2008) menyatakan bahwa dalam terminologi konseling, kegiatan saling

bantu dan saling dukung diantara sesama teman sebaya dalam menghadapi

berbagai persoalan hidup dan atau dalam mengembangkan potensi diri disebut

dengan konseling teman sebaya (peer counseling).

Tindall dan Gray (1985) juga mendefinisikan konseling teman sebaya

sebagai suatu ragam tingkah laku membantu secara interpersonal yang dilakukan

oleh individu non-profesional yang berusaha membantu orang lain. Menurut

Tindall & Gray (1985), konseling teman sebaya mencakup hubungan membantu

yang dilakukan secara individual (one-to-one helping relationship),

kepemimpinan kelompok, kepemimpinan diskusi, pemberian turorial, dan semua

aktivitas interpersonal manusia untuk membantu atau menolong. Penelitian

Osodo, J.M., Osodo, J., Mito, J.W (2016) menunjukkan bahwa konseling teman

sebaya memiliki peran penting dalam mempromosikan disiplin diantara siswa di

sekolah menengah umum. Penelitian ini merekomendasikan bahwa konselor

sebaya harus termotivasi untuk tampil maksimal.

Pada awalnya konseling teman sebaya (peer counseling) muncul dengan

konsep dasar peer helping yang dimulai pada tahun 1939 untuk membantu para

penderita alkoholik (Carter, 2005). Dalam konsep tersebut diyakini bahwa

individu yang pernah kecanduan alkohol, dan memiliki pengalaman berhasil

mengatasi kecanduan tersebut akan lebih efektif dalam membantu individu lain

yang sedang mengatasi kecanduan alkohol. Namun, pada dasarnya konseling

teman sebaya merupakan suatu cara bagi siswa belajar bagaimana memperhatikan

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 7


dan membantu anak lain, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Carr,

1981).

Terdapat sembilan kontribusi pentingnya konseling teman sebaya untuk

dikembangkan (Carr, 1981): (1) hanya sebagian kecil dari siswa yang bersedia

untuk berkonsultasi dengan konselor, (2) adanya interaksi-interaksi keterampilan

sederhana yang dapat efektif untuk membantu siswa, (3) teman sebaya

memungkinkan dalam membantu menyelesaikan permasalahan satu sama lain, (4)

konseling teman sebaya dapat memperkuat siswa dalam menghadapi kondisi

faktor psikologis, (5) siswa perlu memiliki kompetensi untuk saling memahami

dan bertanggung-jawab tentang peran mereka bagi orang lain, (6) siswa ingin

meraih kebebasan melalui sudut pandang budaya teman sebaya, (7) hasil

penelitian menunjukkan bahwa teman sebaya dapat meningkatkan prestasi dan

kepercayaan diri siswa, (8) teman sebaya sebagai tempat untuk berbagi dan

memiliki perhatian yang sama dalam memecahkan masalah, (9) teman sebaya

lebih mengetahui permasalahan yang dialami mereka sendiri dibandingkan yang

dirasakan orang dewasa.

Memperhatikan pentingnya peran teman sebaya, pengembangan

lingkungan teman sebaya yang positif merupakan cara efektif yang dapat

ditempuh untuk mendukung perkembangan remaja. Laursen (2005) menjelaskan

bahwa kelompok teman sebaya yang positif memungkinkan remaja merasa

diterima, menguji nilai-nilai baru, dan pandangan-pandangan baru pada diri

remaja. Selain itu kelompok teman sebaya yang positif dapat memberikan

kesempatan kepada remaja membantu orang lain dan mendorong remaja

mengembangkan jaringan kerja untuk saling memberikan dorongan positif.

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 8


Interaksi diantara teman sebaya dapat digunakan untuk membentuk makna dan

persepsi serta solusi-solusi baru.

Layanan konseling teman sebaya (peer counseling) pada model ini

menggunakan basis life skiils. Life skills (kecakapan hidup) diintegrasikan dalam

layanan konseling teman sebaya (peer counseling) yang mengacu pada berbagai

ragam kemampuan yang diperlukan sesorang untuk berinteraksi dan memiliki

pengetahuan sebagai unsur penting untuk hidup lebih mandiri. Life skills ini

dikembangkan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam kecakapan hidup

(kecakapan personal, sosial, akademik, dan vokasional) (Anwar, 2004).

Kecakapan personal meliputi kecakapan mengenal diri (self awareness) dan

kecakapan berpikir rasional (thinking skills). Kecakapan sosial meliputi kecakapan

komunikasi dengan empati dan kecakapan bekerjasama. Kecakapan akademik

lebih mengarah kepada kegiatan yang bersifat akademik/keilmuan dan kecakapan

vokasional dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu di masyarakat.

Rich (2008) menjelaskan bahwa individu tidak hanya membangun

kemampuan/kecakapan akademis dan vokasional, tetapi justru lebih menekankan

pada sikap dan perilaku yang baik sesuai dengan norma-norma. Kecakapan yang

dimiliki seseorang atau remaja selain sesuai dengan norma juga diharapkan

mampu berperan dalam menghadapi permasalahan kehidupan dengan wajar tanpa

merasa tertekan. Harapannya remaja secara proaktif dapat mencari dan

menemukan solusi baru sehingga mampu mengatasi permasalahannya.

Fokus rancangan pada model ini hanya mengkaji kecakapan personal dan

sosial, jika diintegrasikan ke dalam layanan konseling teman sebaya (peer

counseling) dimungkinkan bisa mengakomodasi siswa dalam menyelesaikan

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 9


permasalahannya. Konseling teman sebaya (peer counseling) merupakan kegiatan

saling bantu dan saling dukung antar teman sebaya dengan menggunakan

keterampilan konseling. Sedangkan life skills memuat unsur nilai kecakapan

personal dan sosial. Berdasarkan hal tersebut, maka dikembangkan model

konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills (kecakapan hidup)

yang dapat teruji secara empirik sehingga dapat menjadi salah satu alternatif

solusi bagi siswa dalam menyelesaikan permasalahannya yang berkaitan dengan

perilaku prososial.

B. Visi dan Misi

Berdasarkan rasional yang telah dikemukakan sebelumnya, visi dan misi

model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills untuk

meningkatkan perilaku prososial siswa dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Visi

Visi konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills

adalah pengembangan dan pencegahan yang menjunjung tinggi nilai-nilai dan

potensi kemanusiaan sehingga terwujudnya program layanan bimbingan dan

konseling yang memuat unsur-unsur life skills (kecakapan personal dan sosial)

dengan melibatkan siswa sebagai konselor teman sebaya (peer counselor)

untuk meningkatkan perilaku prososial siswa.

2. Misi

Misi konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills adalah:

a. Memberikan bantuan kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan

mengembangkan diri (personal dan sosial).

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 10


b. Membimbing siswa menjalin hubungan sosial yang baik di lingkungan

sekolah maupun lingkungan masyarakat.

c. Memberikan fungsi pemahaman dan fungsi pencegahan melalui konseling

teman sebaya.

d. Memberikan pemahaman kepada konselor sebaya akan pentingnya peran

dan dukungan mereka sebagai komponen yang saling berinteraksi.

e. Memberikan pelatihan kepada konselor sebaya untuk menguasai

keterampilan membantu diri sendiri dan orang lain.

f. Mengedukasi konselor teman sebaya untuk dapat merumuskan tujuan dan

menemukan langkah-langkah yang dapat diambil dalam membantu teman

sebayanya.

C. Tujuan Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling)

Berdasarkan visi dan misi yang telah diuraikan di atas konseling teman

sebaya (peer counseling) berbasis life skills dikembangkan sebagai salah satu

upaya konselor dalam membantu siswa melalui peer counselor untuk

meningkatkan perilaku prososial siswa. Adapun tujuan umum dan khusus model

konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills yaitu:

1. Tujuan Umum

Berdasarkan visi dan misi tujuan umum konseling teman sebaya (peer

counseling) adalah untuk meningkatkan perilaku prososial dan

mengembangkan potensi diri siswa yang berkaitan dengan bidang pribadi,

sosial, belajar, dan karir.

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 11


2. Tujuan Khusus

Secara khusus tujuan konseling teman sebaya (peer counseling)

berbasis life skills yaitu:

a. Siswa mengenali dan memahami diri terkait perkembangan yang

dialaminya (personal dan sosial).

b. Siswa dapat memahami dan memiliki pengetahuan mengenai perilaku

prososial.

c. Siswa dapat mengelola diri agar terhindar dari berbagai perilaku antisosial.

d. Meningkatkan kualitas pribadi dan kepedulian siswa terhadap teman

sebayanya.

e. Menguasai keterampilan dalam membantu teman sebaya mengatasi

permasalahan yang sedang dihadapi.

f. Menciptakan serta membangun komunitas remaja di sekolah yang siap

mendampingi teman sebaya dalam mengakses program layanan bimbingan

dan konseling.

D. Sasaran Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling)

Sasaran model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life

skills adalah sebagai berikut:

a. Subyek merupakan siswa SMK.

b. Siswa yang berminat mengikuti konseling teman sebaya (peer counseling).

c. Siswa yang memiliki permasalahan pribadi dan sosial.

d. Siswa yang memiliki perilaku prososial rendah.

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 12


E. Manfaat Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling)

Adapun manfaat dari model konseling teman sebaya (peer counseling)

berbasis life skills ini antara lain sebagai berikut:

1. Siswa dapat menggunakan layanan konseling teman sebaya (peer

counseling) berbasis life skills untuk meningkatkan perilaku prososial.

2. Siswa memiliki kemampuan melakukan pendekatan dan membina

hubungan sosial dengan baik.

3. Siswa memiliki kemampuan mendengar, memahami, dan merespon.

4. Siswa memiliki kemampuan mengamati dan menilai tingkah laku orang

lain.

5. Siswa memiliki kemampuan untuk berbicara dengan orang lain tentang

masalah dan perasan pribadi.

6. Siswa memiliki kemampuan untuk menggunakan keputusan yang dibuat

dalam konseling mengahadapi permasalahan-permasalahan pribadi.

7. Siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan keterampilan

observasi atau pengamatan agar dapat membedakan tingkah laku abnormal

dengan normal.

8. Guru BK/konselor dapat menerapkan model konseling teman sebaya (peer

counseling) berbasis life skills pada siswa untuk mengentaskan

masalahnya.

9. Sekolah diharapkan dapat membantu memberikan pedoman baru sehingga

lebih inovatif dalam mengentaskan masalah siswa.

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 13


F. Prinsip Dasar Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling)

Berbasis Life Skills

Berikut ini prinsip dasar dalam model konseling teman sebaya (peer

counseling) berbasis life skills untuk meningkatkan perilaku prososial siswa SMK:

1. Model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills

diterapkan dalam lingkup sekolah

Model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills

menitikberatkan pada 2 kecakapan hidup yaitu: (1) kecakapan personal

meliputi kecakapan mengenal diri (self awareness) dan kecakapan berpikir

rasional (thinking skills). (2) Kecakapan sosial/antar personal meliputi

kecakapan komunikasi dengan empati dan kecakapan bekerjasama.

Penggunaan konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life

skills untuk meningkatkan perilaku prososial siswa SMK ini difokuskan pada

ruang lingkup (setting) seperti sekolah, sedangkan setting di luar sekolah

memerlukan kajian dan pengembangan lebih lanjut.

2. Model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills

memiliki fungsi pencegahan dan pengembangan

Penerapan model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis

life skills ini lebih difokuskan pada fungsi pencegahan dan pengembangan

individu siswa SMK. Dalam fungsi pencegahan ini layanan yang diberikan

berupa bantuan bagi siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat

menghambat perkembangannya. Kegiatan yang berfungsi pencegahan dapat

berupa program orientasi, program bimbingan karir, inventarisasi data, dan

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 14


sebagainya. Berikut ini adalah arah upaya pencegahan yang perlu dilakukan

oleh guru BK melalui konselor teman sebaya, yaitu:

a. Mendorong perbaikan lingkungan pada siswa.

b. Mendorong perbaikan kondisi pada diri pribadi siswa.

c. Meningkatkan kemampuan siswa mempengaruhi perkembangan dan

kehidupannya.

d. Mendorong siswa untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan

resiko yang besar, dan tidak memberikan manfaat.

e. Menggalang dukungan kelompok sebaya terhadap individu yang

bersangkutan.

Sedangkan fungsi pengembangan (development), yaitu bantuan yang

diberikan konselor teman sebaya (peer counselor) kepada siswa agar ia

mampu mengembangkan diri secara optimal. Siswa menyadari akan potensi

yang dimiliki akan berusaha memanfaatkan potensi tersebut dengan sungguh-

sungguh. Pengembangan adalah usaha untuk mengembangkan serta

menumbuhkan cara berfikir dan bertingkah laku yang dapat membantu anak

didik mengembangkan dirinya secara maksimal. Pengembanagan ini

disesuaikan dengan berbagai kemungkinan yang ada pada diri siswa serta

lingkungannya.

3. Guru BK atau konselor berperan sebagai pembimbing dan pengawas

(supervisor) dalam pelaksanaan konseling teman sebaya (peer counseling)

berbasis life skills

Model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills ini

pada dasarnya dapat diaplikasikan oleh guru BK atau konselor yang telah

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 15


memiliki kewenangan / kualifikasi yang dipersyaratkan. Guru BK atau

konselor melibatkan siswa sebagai tenaga non-profesional yang dilatih untuk

menjadi konselor teman sebaya (peer counselor) selama melaksanakan

intervensi. Konselor tetap berperan sebagai pengelola utama intervensi dalam

pelaksanaan konseling teman sebaya (peer counseling).

G. Isi Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling)

Isi model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills

difokuskan pada upaya pengembangan potensi siswa yang berkaitan dengan

bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir. Pengembangan potensi siswa diarahkan

pada upaya mengembangkan aspek perilaku prososial.

1. Bidang Pribadi

Model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills dalam

bidang pribadi membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi

yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, serta

sehat jasmani dan rohani. Aspek-aspek pribadi dalam konseling teman sebaya

(peer counseling) adalah sebagai berikut:

➢ Kebiasaan dan sikap dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan yang

Maha Esa.

➢ Pengenalan dan penerimaan perubahan pertumbuhan serta perkembangan

fisik dan psikis yang terjadi dalam diri.

➢ Pengenalan tentang kekuatan diri sendiri, bakat, minat serta penyaluran

dan pengembangannya.

➢ Pengenalan tentang kelemahan diri dan usaha-usaha mengatasinya.

➢ Kemampuan mengelola stress.

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 16


➢ Memiliki kepercayaan yang tinggi.

➢ Kemampuan mengambil keputusan dan mengarahkan diri sendiri.

➢ Perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat.

2. Bidang Sosial

Model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills dalam

bidang sosial membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan

sosial yang dilandasi budi pekerti dan tanggung-jawab. Aspek-aspek konseling

teman sebaya (peer counseling) bidang sosial adalah sebagai berikut:

➢ Mampu berkomunikasi, menerima, dan menyampaikan pendapat secara

logis, efektif, dan produktif.

➢ Mampu bertingkah laku dan menjalin hubungan sosial, baik di rumah,

sekolah, maupun masyarakat dengan menjunjung tinggi nilai, norma, dan

kebiasaan yang berlaku.

➢ Dapat menjalin hubungan sosial yang baik dengan teman sebaya baik di

sekolah, luar sekolah, maupun masyarakat.

➢ Dapat mengelola emosi dengan baik.

3. Bidang Belajar

Model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills dalam

bidang belajar membantu siswa mengenal, menumbuhkan, dan mengembangkan

diri, sikap, dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan

keterampilan belajar. Aspek-aspek konseling teman sebaya (peer counseling)

bidang belajar adalah sebagai berikut:

➢ Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang baik.

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 17


➢ Memiliki motivasi dan tujuan belajar.

➢ Kegiatan dan disiplin belajar serta berlatih secara efektif dan efisien.

➢ Penguasaan materi pelajaran dan memiliki keterampilan belajar yang

efektif.

4. Bidang Karir

Model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills dalam

bidang karir membantu siswa untuk mengenal dan menerima potensi diri,

mengembangkan dan memantapkan pilihan karir, serta merencanakan dan

mengembangkan masa depan karir. Aspek-aspek konseling teman sebaya (peer

counseling) bidang karir adalah sebagai berikut:

➢ Pilihan dan latihan keterampilan karir.

➢ Orientasi dan informasi pekerjaan/karir.

➢ Pilihan, orientasi, dan informasi perguruan tingii sesuai dengan arah

pengembangan karir.

➢ Pemahaman mengenai jurusan di perguruan tinggi.

➢ Mengidentifikasi profesi sesuai dengan dirinya.

H. Dukungan Sistem

Model konseling teman sebaya (peer counseling) agar dapat berjalan

secara optimal memerlukan dukungan sistem. Dukungan sistem merupakan

komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, dan pengembangan

kemampuan profesional guru BK atau konselor secara berkelanjutan. Dukungan

sistem bertujuan memberikan dukungan kepada guru BK atau konselor dalam

memperlancar penyelenggaraan layanan serta mendukung efektivitas dan efisiensi

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 18


pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling. Program layanan

bimbingan dan konseling yang dimaksud adalah program konseling teman sebaya

(peer counseling) berbasis life skills untuk meningkatkan perilaku prososial siswa.

Kegiatan dukungan sistem pada model ini meliputi pengembangan

program, pengembangan personel, dan petunjuk teknis. Adapun penjelasan dari

dukungan sistem tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengembangan Program

Program konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills

untuk meningkatkan perilaku prososial siswa didasarkan pada kebutuhan dan

perkembangan siswa, dilaksanakan secara kolaboratif dengan seluruh

komponen yang ada di sekolah. Program ini secara khusus memiliki fokus

pada pengembangan dan pencegahan masalah yang berkaitan dengan perilaku

prososial siswa. Upaya pengembangan program meliputi perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut. Pengembangan program tersebut

dijelaskan sebagai berikut:

a. Perencanaan konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills

untuk meningkatkan perilaku prososial siswa berdasarkan beberapa

pertimbangan seperti kebutuhan siswa terkait peningkatan perilaku

prososial siswa, perkembangan siswa, dan karakteristik sekolah (tujuan

sekolah, guru, siswa dan lingkungan sekolah), fasilitas sekolah (personil,

ruangan, peralatan, dan dana), tujuan yang ideal dan realistis, serta

program pendidikan dan pengajaran di sekolah.

b. Pelaksanaan konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills

untuk meningkatkan perilaku prososial siswa dilakukan secara

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 19


berkolaborasi dengan siswa sebagi konselor teman sebaya (peer

counselor).

c. Evaluasi kegiatan diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap

keefektifan konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills

untuk meningkatkan perilaku prososial siswa yang telah dilakukan. Ada

dua evaluasi yang dilakukan yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil.

Pertama, evaluasi proses bertujuan untuk mengetahui keefektifan

pelaksanaan konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills

untuk meningkatkan perilaku prososial siswa dinilai dari segi proses.

Kedua, evaluasi hasil bertujuan untuk memperoleh informasi keefektifan

konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills untuk

meningkatkan perilaku prososial siswa dinilai dari segi hasil.

2. Pengembangan Personel

Pengembangan personel bertujuan agar konseling teman sebaya (peer

counseling) berbasis life skills dapat terlaksana dengan baik dan tepat. Dalam

pengembangan personel pada model konseling teman sebaya (peer counseling)

berbasis life skills ini, setidaknya terdapat kualifikasi dan peran yang harus

dipenuhi oleh setiap personel yang terlibat. Personel yang terlibat dalam

pelaksanaannya dibagi menjadi dua jenis, yaitu guru BK atau konselor dan siswa

sebagai tenaga non-profesional yang sudah dilatih menjadi konselor teman sebaya

(peer counselor). Berikut adalah penjabaran mengenai kualifikasi dan peran pada

masing-masing personel:

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 20


a. Kualifikasi guru BK atau konselor

Implementasi model konseling teman sebaya (peer counseling)

berbasis life skills untuk meningkatkan perilaku prososial siswa

memerlukan beberapa kompetensi dari guru BK atau konselor sebagai

berikut:

1) Minimal berpendidikan S1 bimbingan dan konseling atau sudah

mengikuti Pendidikan Profesi Konselor (PPK).

2) Memiliki sertifikat pendidik.

3) Menguasai keterampilan dasar-dasar bimbingan dan konseling secara

baik.

4) Memiliki pemahaman tentang konseling teman sebaya (peer

counseling) atau pernah melaksanakan program konseling teman

sebaya (peer counseling) dalam lingkup sekolah.

5) Memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang life skills dan perilaku

prososial.

6) Mampu menyelenggarakan pelatihan dan melatih calon konselor teman

sebaya (peer counselor).

7) Mampu bekerjasama dan membimbing siswa yang bertindak sebagai

konselor teman sebaya (peer counselor).

8) Memahami bahwa konselor teman sebaya (peer counselor) bukan

profesional yang menggantikan peran guru BK atau konselor di

sekolah namun merupakan salah satu layanan yang dilakukan dengan

cara berkolaborasi antara guru BK atau konselor dengan siswa dalam

mengentaskan masalah siswa.

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 21


9) Mampu mengorganisasikan dan mendampingi konselor teman sebaya

(peer counselor) dalam menjalankan tugasnya.

10) Mampu bersifat luwes dan terbuka pada segala macam kemungkinan

yang akan terjadi selama pelaksanaan model konseling teman sebaya

(peer counseling).

Sedangkan peran guru BK atau konselor dalam implementasi

model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills yaitu

diantaranya:

1) Menjaring calon konselor teman sebaya (peer counselor) melalui

seleksi sesuai dengan karakteristik menjadi konselor teman sebaya

(peer counselor). Guru BK atau konselor dalam melakukan seleksi

agar dapat mengapresiasi dan penguatan kepada siswa yang belum

terpilih menjadi calon konselor teman sebaya (peer counselor)

sehingga siswa tidak merasa berkecil hati.

2) Melatih calon konselor teman sebaya (peer counselor) dengan

keterampilan dasar-dasar konseling dan memberikan materi wawasan

perilaku prososial dalam pelatihan. Materi yang diberikan bukan

sekedar pengetahuan atau pemahaman namun juga menekankan pada

nilai-nilai yang terkandung dalam materi.

3) Mensosialisasikan konselor teman sebaya (peer counselor) yang telah

terlatih kepada siswa lain agar memudahkan konselor teman sebaya

(peer counselor) dalam membantu siswa lain menyelesaikan

permasalahannya.

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 22


4) Mengorganisasikan dan mendampingi konselor teman sebaya (peer

counselor) dalam menjalankan tugasnya di sekolah. Selama program

pendampingan guru BK atau konselor berperan meningkatkan

kompetensi konselor teman sebaya (peer counselor) seperti melakukan

pembahasan mengenai hambatan-hambatan atau kesulitan yang

dihadapi dalam melakukan konseling.

5) Guru BK atau konselor berkolaborasi dengan konselor teman sebaya

(peer counselor) ketika ada siswa yang membutuhkan alihtangan kasus

kepada guru BK atau konselor. Ketika proses konseling teman sebaya

(peer counseling) menemui hambatan dan tidak mengalami perubahan

setelah diberikan intervensi oleh konselor teman sebaya (peer

counselor), maka siswa yang dibantu diarahkan untuk berkonsultasi

kepada guru BK atau konselor dengan persetujuan siswa yang

bersangkutan.

6) Melakukan tindak lanjut secara berkesinambungan sebagai program

rutin konseling teman sebaya (peer counseling) setiap tahunnya. Guru

BK atau perlu mempersiapkan tindak lanjut dan kaderisasi.

b. Kualifikasi konselor teman sebaya (peer counselor)

Konselor teman sebaya (peer counselor) dapat dilibatkan dalam

implementasi model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis

life skills apabila memenuhi kualifikasi antara lain:

1) Memiliki sikap altruistik (minat, kemauan, dan perhatian untuk

membantu teman sebaya secara sukarela).

2) Memiliki prestasi akademik yang baik atau rata-rata.

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 23


3) Mampu menjaga rahasia, terbuka, berempati, dan bekerjasama.

4) Berperilaku baik dan mampu mengontrol diri.

5) Menjadi model (contoh) yang baik bagi teman-teman sebayanya.

6) Mematahui peraturan-peraturan yang ada di sekolah.

7) Memahami norma-norma yang berlaku seperti norma agama, sosial,

dan hukum.

8) Bersedia mengikuti pelatihan yang diadakan guru BK atau konselor.

9) Bersedia bekerjasama di bawah arahan guru BK atau konselor selama

dalam pelaksanaan konseling teman sebaya (peer counseling).

Selain beberapa kualifikasi yang harus dipenuhi tersebut, konselor

teman sebaya (peer counselor) juga perlu memahami peran yang akan

dibawa selama pelaksanaan model konseling teman sebaya (peer

counseling) berbasis life skills. Berikut adalah peran konselor teman

sebaya (peer counselor) dalam implementasi model konseling teman

sebaya (peer counseling) berbasis life skills antara lain:

1) Sebagai konselor teman sebaya (peer counselor) yang mengayomi dan

mengarahkan temannya (siswa-siswi) untuk terlibat dalam kegiatan

implementasi model konseling teman sebaya (peer counseling)

berbasis life skills.

2) Sebagai pendidik sebaya (peer educator) yang memberikan informasi

kepada siswa.

3) Sebagai teman, sahabat, dan rekan yang bekerja secara kolaboratif

dengan siswa yang mebutuhkan bantuan melalui konseling teman

sebaya (peer counseling).

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 24


3. Penataan kebijakan, prosedur, dan petunjuk pelaksanaan

Kegiatan penataan kebijakan, prosedur, dan petunjuk teknis pada model

konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills untuk meningkatkan

perilaku prososial adalah sebagai berikut:

a. Penataan Kebijakan

Penataan kebijakan dalam pelaksanaan konseling teman sebaya (peer

counseling) berbasis life skills untuk meningkatkan perilaku prososial siswa,

guru BK atau konselor bekerja sama dengan komponen sekolah lainnya,

seperti kepala sekolah, wakil kesiswaan, koodinator BK, wali kelas, guru

bidang studi, guna merumuskan tujuan, waktu, sarana dan prasarana serta

tempat pelaksanaan kegiatan.

b. Prosedur Konseling

Prosedur konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills

untuk meningkatkan perilaku prososial siswa yaitu:

1) Mengidentifikasi kondisi siswa, guru BK atau konselor mengidentifikasi

kondisi siswa yang berkaitan dengan perilaku prososial siswa.

2) Menentukan tujuan. Guru BK atau konselor menentukan tujuan yang akan

dicapai melalui pelaksanaan konseling teman sebaya (peer counseling)

berbasis life skills berdasarkan hasil identifikasi kondisi siswa.

3) Menentukan sasaran konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis

life skills untuk meningkatkan perilaku prososial siswa yang dilaksanakan

secara kelompok.

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 25


4) Menentukan topik. Penentuan topik pada kegiatan konseling teman sebaya

(peer counseling) berbasis life skills untuk meningkatkan perilaku

prososial siswa ini didasarkan pada hasil identifikasi kondisi siswa.

5) Merancang kegiatan konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis

life skills untuk meningkatkan perilaku prososial siswa seperti menentukan

waktu, tempat, topik dan bahan-bahan lain yang diperlukan. Program

konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills dapat

dilakukan kapan saja dan dimana saja sesuai dengan kesepakatan konselor

sebaya dan siswa.

6) Sosialisasi kegiatan. Guru BK atau konselor melakukan sosialisasi rencana

atau kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mendapatkan dukungan dari

guru bidang studi, wali kelas, dan kepala sekolah dan pihak lain yang

dipandang perlu sebelum terlaksananya program konseling teman sebaya

(peer counseling) berbasis life skills untuk meningkatkan perilaku

prososial siswa.

7) Evaluasi dan tindak lanjut. Guru BK atau konselor mengadakan evaluasi

dan tindak lanjut dengan melihat hasi observasi yang dilaksanakan selama

berlangsungnya kegiatan konseling teman sebaya (peer counseling)

berbasis life skills untuk meningkatkan perilaku prososial siswa pada

proses dan di akhir kegiatan.

c. Petunjuk Pelaksanaan

Petunjuk pelaksanaan konseling teman sebaya (peer counseling)

berbasis life skills untuk meningkatkan perilaku prososial siswa sebagai

berikut:

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 26


1) Teknis pelaksanaan konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis

life skills untuk meningkatkan perilaku prososial siswa diselenggarakan

secara langsung dan tatap muka dengan format kelompok. Layanan ini

dilaksanakan dengan memperhatikan ketersediaan waktu, tempat dan

kesiapan konselor teman sebaya dan siswa.

2) Pengaturan waktu pelaksanaan konseling teman sebaya (peer counseling)

berbasis life skills untuk meningkatkan perilaku prososial siswa sangat

perlu diperhatikan guna mencapai kegiatan yang efektif. Misalnya

ketersediaan waktu konselor teman sebaya dan siswa sesuai dengan

kesepakatan dengan durasi lebih kurang 2 x 60 menit.

3) Tempat pelaksanaan layanan konseling teman sebaya (peer counseling)

berbasis life skills untuk meningkatkan perilaku prososial siswa

memerlukan pengaturan yang baik. Pelaksanaan layanan ini dapat

dilakukan di ruang BK atau ruang khusus konseling yang disiapkan baik

di dalam ruangan maupun di luar ruangan.

4) Jumlah total tahapan pelaksananaan konseling teman sebaya (peer

counseling) berbasis life skills adalah 4 tahapan (pemilihan, pelatihan,

pelaksanaan, dan evaluasi).

5) Jumlah sesi pelatihan konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis

life skills ini adalah 7 sesi sedangkan tahapan pelaksanaan (kegiatan)

dalam model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills

ini adalah 10 tahapan sesuai dengan kebutuhan kelompok. Pelatihan dan

pelaksanaan konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 27


dilakukan sesuai dengan kesepakatan anggota dan konselor teman sebaya

(peer counselor).

6) Jika dilakukan dalam format kelompok, jumlah anggota kelompok terdiri

dari 5-7 orang.

7) Dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan, terdapat lembar tugas yang

harus diisi pada saat kegiatan berlangsung pada saat itu juga. Akan ada

bagian dalam sesi yang meminta anggota kelompok untuk mengisi lembar

tugas. Untuk itu anggota kelompok diminta untuk membawa alat tulis saat

mengikuti kegiatan.

8) Setiap anggota kelompok diminta untuk mengisi presensi tanda kehadiran

sebelum melaksanakan setiap sesi dalam setiap kegiatan pelatihan dan

pelaksanaan konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills.

I. Tahapan Pelaksanaan (Aplikasi) Konseling Teman Sebaya (Peer

Counseling)

Format layanan yang diberikan adalah berbentuk kelompok yang

beranggotakan 5 – 7 orang. Tahap-tahap penyelenggaraan konseling teman sebaya

(peer counseling) berbasis life skills adalah sebagai berikut:

1. Tahap seleksi calon konselor sebaya (peer counselor)

Model konseling teman sebaya (peer counselling) berbasis life skills

adalah program layanan yang dilakukan oleh guru BK atau konselor dengan

menggunakan bentuk intervensi melalui teman sebaya (peer) berbasis life skills

(kecakapan personal dan sosial). Siswa yang melakukan intervensi disebut

konselor teman sebaya (peer counselor). Konselor teman sebaya (peer counselor)

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 28


bukanlah seorang yang profesional di bidang konseling namun diharapkan dapat

menjadi perpanjangan tangan konselor profesional.

Konselor sebaya (peer counselor) bertujuan untuk membantu siswa lain

dalam menghadapi permasalahan dan mengembangkan potensi diri. Bantuan

diberikan baik secara individual maupun kelompok kepada teman-temannya yang

bermasalah ataupun mengalami berbagai hambatan dalam perkembangan

kepribadiannya. Adapun tujuan akhir implementasi model adalah meningkatnya

perilaku prososial siswa.

Sebelum melakukan pelatihan konseling teman sebaya (peer counseling)

berbasis life skills, guru BK atau konselor menyeleksi calon konselor teman

sebaya (peer counselor). Adapun bentuk perekrutan penyelenggaraan konseling

teman sebaya (peer counseling) yang dilakukan antara lain seperti:

a. Guru BK atau konselor melakukan sosialisasi pada tiap-tiap kelas

sehingga siswa lebih memahami maksud diselenggarakannya konseling

teman sebaya (peer counseling) di sekolah.

b. Menempel poster di mading dan berbagai tempat strategis yang mudah

diakses oleh siswa.

c. Menyebarkan brosur-brosur berupa ajakan yang menarik dan kreatif untuk

dapat bergabung menjadi konselor teman sebaya (peer counselor).

Bentuk-bentuk penyelenggaraan tersebut dapat dijadikan alternatif oleh

guru BK/konselor dalam menyelenggarakan layanan konseling teman sebaya.

Selain itu karakteristik konseling teman sebaya yang efektif meliputi:

a. Kemampuan melakukan pendekatan dan membina percakapan dengan

baik serta bermanfaat dengan orang lain.

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 29


b. Kemampuan mendengar, memahami, merespon,dan komunikasi non-

verbal (cara memandang, cara tersenyum, dan melakukan dorongan).

c. Kemampuan untuk berbicara dengan orang lain tentang masalah pribadi.

d. Kemampuan untuk mengembangkan tindakan alternatif sewaktu

menghadapi masalah.

e. Kemampuan untuk mengembangkan keterampilan observasi atau

pengamatan agar dapat membedakan tingkah laku abnormal dengan

normal.

f. Kemampuan mendemontrasikan kemampuan bertingkah laku yang

beretika.

g. Kemampuan mendemontrasikan pelaksanaan strategi konseling.

2. Tahap pelatihan calon konselor teman sebaya (peer counselor)

Agar dapat menjalankan perannya sebagai konselor teman sebaya (peer

counselor), siswa perlu dibekali pelatihan secara intensif dan berkelanjutan.

Siswa-siswi yang terpilih mengikuti pelatihan pada pertemuan-pertemuan yang

sudah dijadwalkan. Pada saat pertemuan berlangsung, guru BK atau konselor

menjelaskan tentang pelatihan apa saja yang akan dilakukan. Guru BK atau

konselor juga menanyakan kembali kesiapan siswa-siswi untuk mengikuti

pelatihan.

Tujuan utama diadakannya pelatihan konseling teman sebaya (peer

counseling) adalah untuk menambah wawasan siswa tentang life skills perilaku

prososial dan siswa dibekali keterampilan-keterampilan dalam memberikan

bantuan kepada teman sebayanya melalui kegiatan konseling. Calon konselor

teman sebaya (peer counselor) dilatih untuk mampu mendengarkan dengan baik

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 30


sehingga mampu mendorong teman sebayanya untuk dapat mengekpresikan dan

mengeksplorasi pikiran-pikiran dan perhatian mereka mengenai permasalahan

yang sedang mereka hadapi. Selain itu konselor teman sebaya (peer counselor)

juga dilatih untuk dapat menyampaikan informasi baik secara individual maupun

klasikal serta mampu memimpin focus group discussion mengenai materi-materi

yang dibutuhkan.

Materi yang disampaikan dalam pelatihan konseling teman sebaya (peer

counseling) yaitu sebagai berikut:

a. Pengantar layanan konseling teman sebaya (peer counseling)

1) Pengertian konseling teman sebaya (peer counseling).

2) Tujuan konseling teman sebaya (peer counseling).

3) Manfaat konseling teman sebaya (peer counseling).

b. Keterampilan memberikan bantuan sebagai berikut:

1) Keterampilan menjalin hubungan sosial agar dapat berinteraksi

khusunya pada siswa yang memerlukan bantuan.

2) Keterampilan mendengarkan, memahami, dan merespon secara tepat

dan positif.

3) Keterampilan dasar-dasar konseling seperti attending, empathizing

(berempati), summarizing (merangkum), questioning (bertanya),

berperilaku genuine, berperilaku asertif, confrontation (konfrontasi),

dan problem solving (pemecahan masalah).

c. Materi Life Skills: kecakapan personal dan kecakapan sosial.

➢ Kecakapan personal meliputi:

• Kecakapan mengenal diri (self awareness)

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 31


(1) Penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa,

anggota masyarakat, dan warga negara.

(2) Menyadari dan mensyukuri kekurangan dan kelebihan yang

dimiliki.

(3) Berusaha menjadi bermanfaat bagi diri sendiri dan

lingkungannya.

• Kecakapan berpikir rasional (thinking skills)

(1) Kecakapan menggali dan menemukan informasi.

(2) Kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan.

(3) Kecakapan memecahkan masalah.

➢ Kecakapan sosial/antar personal meliputi:

• Kecakapan komunikasi dengan empati

(1) Sikap penuh pengertian.

(2) Memahami perasaan / kondisi orang lain tanpa terbawa untuk

mengikuti kepentingan pihak lain.

(3) Mengabaikan kepentingan diri sendiri (bersifat objektif).

• Kecakapan bekerjasama

(1) Saling membantu jika ada kesulitan.

(2) Bekerjasama dalam memecahkan suatu masalah.

(3) Menolong teman yang membutuhkan bantuan.

d. Wawasan yang harus dimiliki konselor teman sebaya (peer counselor)

mengenai perilaku prososial, antara lain:

1) Motif-motif dasar yang melatarbelakangi perilaku prososial.

2) Kualitas personal dan perilaku prososial.

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 32


3) Situasi determinan perilaku prososial

4) Bagaimana meningkatkan perilaku prososial (menolong).

Materi dan sesi pelatihan disajikan dalam tabel berikut ini.


Tabel 1. Materi dan Sesi Pelatihan
Sesi ke Materi Pelatihan
1 Pengantar layanan konseling teman sebaya (peer counseling).
2 Keterampilan menjalin hubungan sosial.
3 Keterampilan mendengarkan, memahami, dan merespon secara
tepat dan positif.
4 Keterampilan dasar-dasar konseling seperti attending, empathizing
(berempati), summarizing (merangkum), questioning (bertanya),
berperilaku genuine, berperilaku asertif, confrontation
(konfrontasi), dan problem solving (pemecahan masalah).
5 Kecakapan personal: kecakapan mengenal diri (self awareness)
dan kecakapan berpikir rasional (thinking skills).
6 Kecakapan sosial/antar personal: kecakapan komunikasi dengan
empati dan kecakapan bekerjasama.
7 Menjelaskan (1) Motif-motif dasar yang melatarbelakangi
perilaku prososial. (2) Kualitas personal dan perilaku prososial.
(3) Situasi determinan perilaku prososial. (4) Bagaimana
meningkatkan perilaku prososial (menolong).

3. Tahap pelaksanaan (aplikasi) konseling teman sebaya (peer counseling)

berbasis life skills

Setelah proses pelatihan berakhir, konselor teman sebaya (peer counselor)

didorong untuk dapat mengaplikasikan hasil-hasil pelatihan guna membantu

teman sebaya dalam kehidupan sehari-hari. Interaksi dan komunikasi konseling

teman sebaya (peer counseling) dapat berlangsung secara individual maupun

secara kelompok. Dalam pelaksanaan konseling teman sebaya perlu diperhatikan

prinsip-prinsip kesukarelaan, kerahasiaan, dan keterbukaan. Interaksi antar teman

sebaya dibangun atas dasar kesetaraan dan dapat terjadi kapan saja sesuai

kesepakatan konselor sebaya dan konseli sebaya.

Ketika kegiatan konseling teman sebaya telah berjalan, guru BK atau

konselor perlu melakukan pendampingan, pembinaan serta peningkatan

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 33


kemampuan para konselor teman sebaya. Pertemuan secara periodik (seminggu

sekali) perlu dilakukan untuk menyelenggarakan konferensi kasus (case

conference). Konferensi kasus dapat menjadi wahana diskusi saling tukar

pengalaman dan saling memberi umpan balik diantara sesama konselor teman

sebaya (peer counselor) tentang kinerja masing-masing dalam memberikan

bantuan kepada teman sebaya. Dalam diskusi nama konseli sebaya tetap

dirahasiakan dan lebih difokuskan pada persepsi konselor teman sebaya (peer

counselor) terhadap penanganan masalah konseli sebaya, bagaimana mereka

mengatasi suatu situasi tertentu, dan berbagai keterampilan yang mereka gunakan.

Jika diperlukan, keterampilan-keterampilan tertentu perlu disegarkan kembali.

Dengan demikian penguatan, koreksi, serta penambahan wawasan juga dapat guru

BK atau konselor berikan dalam pertemuan periodik tersebut.

Tahapan pelaksanaan merupakan langkah-langkah yang harus dilalui

dalam melaksanakan model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis

life skills untuk meningkatkan perilaku prososial siswa. Tahapan pelaksanaan

konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills untuk meningkatkan

perilaku prososial siswa terdiri dari:

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 34


Tabel 2.
Tahapan pelaksanaan konseling teman sebaya (peer counseling)
berbasis life skills

Tahapan Deskripsi
ke-
Tahap 1 Menentukan sasaran layanan dalam hal ini konseli teman
sebaya diutamakan yang direkomendasikan oleh guru BK
atau konselor berdasarkan hasil pengukuran perilaku
prososial. Selain itu konselor teman sebaya (peer
counselor) dapat menetapkan sendiri konseli teman sebaya
berdasarkan pengamatan dan pengetahuannya tentang
masalaha teman-teman sekelasnya.
Tahap 2 Konselor teman sebaya (peer counselor) merencanakan
pertemuan dengan konseli teman sebaya menyangkut
kesediaan, tempat waktu, dan lamanya sesi setiap
pertemuan, serta menyampaikan tujuan pertemuan.
Tahap 3 Konselor teman sebaya (peer counselor) membantu konseli
teman sebaya mengidentifikasi masalah-masalah yang
dihadapi konseli teman sebaya berkaitan dengan perilaku
prososial siswa yang rendah.
Tahap 4 Konseli teman sebaya mengungkapkan masalah, konselor
teman sebaya mendengarkan, bertanya untuk
mengeksplorasi, memahami, dan mendefinisikan masalah.
Dalam hal ini konselor teman sebaya (peer counselor)
mempraktekkan keterampilan keterampilan bertanya,
empati, menyimpulkan pembicaraan dan
mengkonfrontasikan ungkapan-ungkapan yang saling
bertentangan.
Tahap 5 Konselor teman sebaya (peer counselor) dan konseli
sebaya mendiskusikan kecakapan mengenal diri (self
awareness) dan kecakapan berpikir rasional (thinking
skills) terkait kondisi perilaku prososial siswa yang rendah.
Serta konselor teman sebaya (peer counselor) dan konseli
sebaya mendiskusikan kecakapan komunikasi dengan
empati dan kecakapan bekerjasama terkait kondisi perilaku
prososial siswa yang rendah.
Tahap 6 Konselor teman sebaya (peer counselor) bersama konseli
sebaya mengidentifikasi langkah apa saja yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan perilaku prososial.
Tahap 7 Konselor teman sebaya (peer counselor) dan konseli
sebaya membuat rencana dan komitmen untuk melakukan
langkah-langkah untuk meningkatkan perilaku prososial.
Tahap 8 Konselor teman sebaya (peer counselor) dan konseli
sebaya mengembangkan rencana aksi. Rencana aksi harus
bersifat spesifik, konkrit, terukur, dan dapat diobservasi.
Tahap 9 Konseli sebaya melaksanakan rencana aksi.
Tahap 10 Konselor teman sebaya (peer counselor) dan konseli

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 35


sebaya melakukan evaluasi dan tindak lanjut. Pada
kegiatan ini Konselor teman sebaya (peer counselor)
memberikan kesempatan kepada konseli teman sebaya
untuk melakukan evaluasi terhadap rencana aksi yang
sudah dijalankan oleh konseli teman sebaya dan
mendiskusikan tindak lanjutnya.

4. Tahap supervisi (evaluasi dan indikator keberhasilan) konseling teman

sebaya (peer counseling)

Model konseling teman sebaya (peer counseling) berbasis life skills untuk

meningkatkan perilaku prososial pada siswa SMK menawarkan pelayanan

bantuan yang efektif dan efisien dalam membantu guru BK memberikan

pelayanan kepada siswa. Oleh sebab itu aktivitas konselor sebaya dalam

mengikuti pelatihan dan membantu teman sebaya dalam konseling menjadi bagian

evaluasi keberhasilan dalam program layanan.

Evaluasi dilakukan melalui observasi, penugasan, dan laporan dalam

konferensi kasus. Evaluasi terhadap proses dan hasil pelatihan konseling teman

sebaya (peer counseling) berbasis life skills dilakukan pada saat kegiatan pelatihan

berlangsung dan pada akhir pertemuan yang membahas keterampilan atau materi

tertentu, dan diakhir pembahasan tentang tugas-tugas yang diberikan oleh guru

BK atau konselor.

Selain itu evaluasi terhadap keberhasilan intervensi yang dilakukan

konselor teman sebaya (peer counselor) terhadap teman sebayanya baik melalui

pemberian informasi di kelas, diskusi terfokus secara kelompok (focus group

discussion), maupun konsultasi oleh konselor sebaya. Evaluasi dilakukan melalui

penggunaan laiseg yang terdiri dari understanding, comfortable, dan action yang

diberikan melalui intervensi kepada teman sebaya.

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 36


Indikator keberhasilan program intervensi secara keseluruhan adalah

meningkatnya perilaku prososial siswa seperti peka terhadap lingkungan, tidak

gegabah dalam menyimpulkan situasi, peka terhadap orang lain yang

membutuhkan bantuan, berkontribusi baik tenaga maupun pikiran dengan orang

lain, mengetahui apa yang harus dilakukan, mempertimbangkan langkah-langkah

yang akan diambil, dan menolong tanpa memikirkan akibat yang akan diterima.

I. Evaluasi dan Tindak Lanjut

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui keberhasilan konseling teman

sebaya (peer counseling) yang telah dilakukan beserta hambatan-hambatannya.

Kegiatan evaluasi merupakan usaha untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan

program konseling teman sebaya (peer counseling) dapat mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Selain itu, melalui kegiatan evaluasi diharapkan dapat

memperoleh umpan balik tentang efektivitas program layanan konseling teman

sebaya (peer counseling) berbasis life skills.

Berdasarkan informasi-informasi tersebut kemudian dapat dirancang dan

disusun perbaikan, peningkatan, serta pengembangan program konseling teman

sebaya (peer counseling) lebih lanjut. Evaluasi dilakukan terhadap proses dan

hasil dari dua kegiatan yaitu pelatihan konseling teman sebaya (peer counseling)

dan pelaksanaan konseling teman sebaya (peer counseling).

1. Evaluasi

a. Evaluasi Proses

• Pelatihan konseling teman sebaya (peer counseling)

Pelaksanaan evaluasi proses dalam pelatihan dimaksudkan untuk

mengetahui sejauh mana proses pelaksanaan pelatihan konseling teman

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 37


sebaya (peer counseling) pada setiap kegiatan yang ada pada model ini

telah memenuhi harapan dan tujuan yang diinginkan. Dalam evaluasi

proses pelatihan konseling teman sebaya (peer counseling), terdapat

beberapa aspek yang dinilai seperti:

1) Evaluasi pelatihan konseling teman sebaya (peer counseling)

dilakukan pada saat kegiatan pelatihan berlangsung, pada akhir setiap

pertemuan yang membahas keterampilan atau teknik tertentu, serta di

akhir pembahasan tentang tugas-tugas yang diberikan guru BK atau

konselor.

2) Evaluasi ditujukan terhadap aspek-aspek proses pelatihan yang

meliputi kesungguhan/antusiasme peserta mengikuti pelatihan,

ketersediaan alat bantu pelatihan, kesesuaian waktu pelatihan, serta

ketepatan penggunaan metode pelatihan yang dipilih oleh konselor.

• Pelaksanaan konseling teman sebaya (peer counseling)

1) Evaluasi proses pelaksanaan konseling teman sebaya (peer

counseling) dilihat dari frekuensi dan intensitas terjadinya proses

“konseling” diantara teman sebaya, dan atau proses reveral (alihtangan

kasus) dari konselor teman sebaya (peer counselor) kepada guru BK

atau konselor.

2) Evaluasi dilakukan melalui refleksi baik perorangan maupun

kelompok, dan pengamatan terhadap proses interaksi yang terjadi

dalam kelompok, maupun dalam berbagai kesempatan spontan selama

anak beraktivitas.

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 38


b. Evaluasi Hasil

• Pelatihan Konseling Teman Sebaya

Evaluasi hasil dalam pelatihan konseling teman sebaya (peer

counseling) dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil pelatihan

konseling teman sebaya (peer counseling) pada setiap kegiatan yang ada

pada model ini telah memenuhi harapan dan tujuan yang diinginkan.

Dalam evaluasi hasil pelatihan konseling teman sebaya (peer counseling),

terdapat beberapa aspek yang dinilai seperti:

1) Penguasaan konselor teman sebaya (peer counselor) terhadap

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dilatihkan, serta

kebermanfaatan materi yang dirasakan peserta pelatihan. Selain itu,

memunculkan sikap konselor teman sebaya yang hangat, penuh

perhatian, tulus membantu, tulus memberikan dukungan saat-saat

menghadapi situasi yang sulit, serta dapat dipercaya.

2) Evaluasi hasil pelatihan dilakukan melalui refleksi baik perorangan

maupun kelompok, dan pengamatan terhadap proses simulasi/bermain

peran yang terjadi selama pelatihan berlangsung, serta melalui

beberapa format yang dirancang dalam pelatihan.

• Pelaksanaan Konseling Teman Sebaya

Evaluasi hasil pelaksanaan dalam model konseling teman sebaya

(peer counseling) berkaitan dengan dampak pemberian model terhadap

meningkatnya perilaku prososial siswa. Evaluasi hasil dilaksanakan

melalui tiga cara, yaitu:

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 39


1) Evaluasi hasil pada setiap sesi dengan menggunakan format penilaian

segera (laiseg) yang dikembangkan sesuai dengan model konseling

teman sebaya (peer counseling). Penilaian segera digunakan untuk

mengetahui: (1) pemahaman baru yang diperoleh anggota konseling

teman sebaya (peer counseling) dari topik yang dibahas; (2) perasaan

yang dialami anggota konseling teman sebaya (peer counseling)

setelah mengikuti kegiatan; (3) rencana perilaku konkrit anggota

konseling teman sebaya (peer counseling) dimasa depan.

2) Evaluasi hasil setelah seluruh langkah-langkah dan kegiatan

terlaksana. Evaluasi ini digunakan untuk mengetahui apakah ada

peningkatan perilaku prososial pada anggota konseling teman sebaya

(peer counseling) yang terlibat dalam implementasi model. Instrumen

yang digunakan adalah skala perilaku prososial post-test. Hasilnya

kemudian akan dibandingkan dengan hasil dari skala perilaku prososial

pretest yang telah diberikan sebelumnya.

3) Evaluasi hasil jangka panjang untuk melihat sejauh mana dampak

perubahan perilaku anggota konseling teman sebaya (peer counseling)

yang terlibat dalam pelaksanaan model. Evaluasi ini dapat dilakukan

secara kolaboratif dengan konselor teman sebaya (peer counselor)

melalui pengamatan pada perilaku sehari-hari, wawancara, maupun

laporan.

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 40


2. Tindak Lanjut (Follow Up)

Adapun salah satu bentuk tindak lanjut yang dapat dilakukan yaitu

mengadakan pengamatan langsung secara berkala terhadap anggota konseling

teman sebaya (peer counseling).

Tabel 3.
Format follow up konseling teman sebaya (peer counseling)

Identitas
Nama Peserta Didik : .....................................
Kelas : .....................................
Petunjuk :
Beri tanda centang (√) pada kolom skor sesuai dengan hasil penilaian Anda.

Skor
No Pernyataan
1 2 3 4
1 Siswa terlibat aktif.
2 Siswa antusias dalam mengikuti kegiatan.
3 Siswa kreatif.
4 Siswa saling menghargai.
5 Siswa saling mengeluarkan pendapat.
6 Siswa berargumentasi mempertahankan
pendapat masing-masing.
7 Layanan terselenggara dengan menyenangkan.
8 Layanan sesuai alokasi waktu.
Total Skor

Keterangan :
1. Skor 4 : sangat baik
2. Skor 3 : baik
3. Skor 2 : cukup baik
4. skor 1 : kurang baik

Catatan:
1. Skor minimal yang dicapai adalah 1 x 8 = 8, dan skor tertinggi adalah 4 x 8
= 32
2. Kategori hasil
Sangat baik : 28 – 32
Baik : 23 – 27
Cukup : 22 – 26
Kurang : ≤ 21

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 41


DAFTAR PUSTAKA
Anwar. 2004. Pendidikan kecakapan Hidup (Life Skills Education). Bandung:
Alfabeta.
Baron, R.A., & Byrne, D. 2006. Social Psychology. New York: McGraw Hill.

Carr, R.A. (1981). Theory and Practice of Peer Counseling. Ottawa: Canada
Employment and Immigration Commission.
Carter, T. D. Jr. (2005). Peer counseling roles, function, boundaries. Retrieved
from http://www.bcm.edu/ilru/htm/publication/readinginIL boundaries.htm.

Crisp R.J. & Turner R.N. 2007. Essential Social Psychology. London: Sage
Publications.

Depdiknas. 2010. Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup. Jakarta: TIM BBE.

Hurlock, Elizabeth B. 2003. Psikologi Perkembangan. Edisi Kelima. Jakarta:


Erlangga.
Laursen, E.K. 2005. Rather Than Fixing Kids - Build Positive Peer Cultures.
Reclaiming Children and Youth. ProQuest Education Journals. Vol. 14,
No. 3, 137 – 142.

Myers, David G. 2012. Social Psychology (Terjemahan Edisi ke-10). Jakarta:


Salemba Humanika.
Osodo, J., M, et., al. 2016. The Role Of Peer Counselors In The Promotion Of
Student Discipline In Ugunja Sub-County, Kenya. Asian Journal of
Education and Training. Vol. 2 No. 2: 63-69.

Rich, Dorothy. 2008. Megaskills: Building Our Children’s Character and


Achievement for School and Life. Sourcebooks, inc.
Suwarjo. 2008. Model Konseling Sebaya Untuk Pengembangan Daya Lentur
(Resiliences). (Studi Pengembangan Modeling Teman Sebaya untuk
Mengembangkan Daya Lentur Anak Asuh Panti Sosial Asuhan Anak,
Propinsi Istimewa Yogyakarta). Disertasi. Bandung: Pasca UPI (tidak
diterbitkan).
Taylor, S.E., Peplau, L.E., & Sears, D. O. 2009. Social Psychology. 12th Ed.
Pearson Education-Prentice Hall. (Edisi Terjemah). Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Tindall, J.D. and Gray, H.D. 1985. Peer Counseling: In-Depth Look at Training
Peer Helpers. Muncie: Accelerated Development Inc.

Twenge, Jean M., et., al. 2007. Social Exclusion Decreases Prosocial Behavior.
Journal of American Psychological Association. Vol. 92, No. 1: 56–66.

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 42


http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/07/17/polisi-usut-kasus-bullying-
siswi-smp-di-thamrin-city
diakses tanggal 16 juli 2017
http://www.viva.co.id/berita/metro/935952-viral-video-bullying-mahasiswa-
berkebutuhan-khusus
diakses tanggal 16 juli 2017

Model Konseling Teman Sebaya (Peer Counseling) Berbasis Life Skills 43

Anda mungkin juga menyukai