Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Diabetes Mellitus

1. Definisi Diabetes Mellitus

Menurut WHO (World Health Organization) diabetes mellitus

merupakan suatu penyakit kronis yang terjadi apabila pankreas tidak

memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh yang tidak

efektif menggunakan insulin yang sudah di hasilkan. WHO juga

sebelumnya telah merumuskan bahwa diabetes mellitus adalah sesuatu

yang tidak dapat di tuangkan dalam suatu jawaban yang jelas dan singkat

tetapi secara umum dapat di katakan suatu kumpulan problema anatomik

dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor di mana di dapat defisiensi insulin

absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (Sudoyo, 2009).

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai

dengan hiperglikemi yang be rhubungan dengan abnormalitas

metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh

penurunan sekresi insulin atau penurunan sensivitas insulin atau keduanya

dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskuler, dan

neuropati (Elin dalam, Nurarif dkk, 2015).

Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme

kronis yang ditandai peningkatan glukosa darah (Hiperglikemia),

disebabkan karna ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin.

Insulin dalam tubuh di butuhkan untuk menfasilitasi masuknya glukosa

10
dalam sel agar dapat di gunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel.

Berkurang atau tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam

darah, sementara sel menjadi kekurangan glukosa yang sangat di butuhkan

dalam kelangsungan dan fungsi sel (Tarwoto dkk, 2012).

Diabetes mellitus adalah kondisi dimana konsentrasi glukosa

dalam darah secara kronis lebih tinggi daripada nilai normal

(Hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin atau fungsi insulin tidak

efektif (Subroto, 2011).

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus

a. Diabetes Mellitus Tipe 1 Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)

Tipe ini di sebabkan kerusakan sel beta pankreas sehingga

kekurangan insulin absolut. IDDM umumnya di derita oleh orang-

orang di bawah umur 30 tahun, terutama di mulai pada usia 10-13

tahun, Keadaan ini muncul tiba-tiba dan suntikan insulin hampir selalu

di butuhkan segera setelah penderita terdiagnosis. Dahulu IDDM di

sebut dengan “diabetes tergantung insulin” (Fox dan Kilvert, 2010).

b. Diabetes Mellitus Tipe 2 Non Insulin Dependent Diabetes Mellittus

(NIDDM)

Diabetes mellitus tipe 2 (NIDDM) DM yang tidak tergantung

insulin, adalah jenis diabetes mellitus yang terjadi akibat kegagalan

relative sel beta langerhans di kelenjar pankreas sehingga insulin yang

di produksi memiliki kualitas yang rendah sehingga tidak mampu

11
merangsang sel tubuh untuk menyerap gula darah, misalnya karena

obesitas, dan pola makan yang tidak benar.

DM tipe 2 banyak terjadi pada usia dewasa lebih dari 45 tahun,

karena lambat dan terkadang tidak terdeteksi, tetapi jika gula drah

tinggi baru dapat dirasakan seperti kelemahan, iritabilitas, poliuria,

polidipsi, proses penyembuhan luka yang lambat, infeksi vagina,

kelainan penglihatan.

Adapun Faktor resiko DM tipe 2 yaitu :

1) Usia diatas 45 tahun, jarang DM tipe 2 terjadi pada usia muda.

2) Obesitas berat badan lebih dari 120% dari berat badan ideal

3) Riwayat keluarga dengan DM tipe 2.

4) Riwayat adanya gangguan toleransi Glukosa (IGT) atau gangguan

glukosa puasa (IFG).

5) Hipertensi, kolestrol lebih dari 150 mg/dl (Tarwoto dkk, 2012).

NIDDM sering kali dapat di kontrol hanya dengan mengatur

pola hidup, utamanya pola makan yang baik dan seimbang,

berolahraga secara teratur, tidak merokok, dan menghindari konsumsi

minuman beralkohol. Bila semua itu tidak mampu untuk menjaga

kadar gula darah dalam batas normal, maka di butuhkan obat anti

diabetika oral atau penggunaan terapi alternatif termasuk penggunaan

herbal anti diabetes. Bila obat anti diabetika oral atau herbal juga tidak

efektif. Biasanya untuk penderita yang sudah kronis, penurunan kadar

gula darah harus di bantu dengan injeksi insulin (Subroto, 2011).

12
c. Diabetes mellitus kehamilan

Dalam hal ini diabetes hanya akan di derita oleh wanita selama

masa kehamilannya dapat di diagnosa dengan menggunakan test

toleran glukosa, terjadi kira-kira pada 24 minggu kehamilan dan

umumnya akan kembali normal sesudah hamil. Walaupun demikian,

pada beberapa kasus yang tidak terkontrol dapat berkembang lebih

lanjut pasca-kelahiran. Penderita diabetes jenis ini harus di tangani

dengan baik. Bila tidak, akan berakibat buruk terhadap janin seperti

kelainan bawaan, gangguan pernafasan pada bayi, bahkan kematian

janin (Subroto, 2011).

d. Diabetes mellitus tipe lain

Tipe ini di sebabkan oleh faktor-faktor lain seperti efek genetis pada

pada fungsi sel beta pankreas pada kerja insulin, penyakit pankreas

(Pankreatitis), akibat penggunaan obat-obatan atau zat kimia

(glukokortikoroid, hormon tiroid, dilantin, nikotinik acid) (Tarwoto

dkk, 2012).

3. Etiologi

Menurut Sari (2012) Penyebab diabetes mellitus adalah kurangnya

produksi dan ketersediaan insulin di dalam tubuh atau terjadinya gangguan

fungsi insulin, yang sebenarnya jumlahnya cukup. Kekurangan insulin

terjadi akibat kerusakan sebagian kecil atau sebagian besar sel-sel beta

atau pulau langerhans dalam kelenjar pankreas yang berfungsi

menghasilkan insulin.

13
Faktor-faktor yang menyebabkan diabetes mellitus yaitu:

a. Faktor keturunan

Diabetes mellitus adalah penyakit degeneratif atau di turunkan,

dalam ilmu genetika, bibit diabetes mellitus menggunakan simbol D

untuk yang normal dan simbol d kecil untuk resesif. Diabetes mellitus

adalah penyakit yang terpaut kromosom seks, jadi ayah normal dengan

simbol DD dan ibu juga normal tetapi membawa gen DM bersimbol

Dd, keturunan atau anak-anaknya adalah DD normal untuk laki-laki,

Dd menderita untuk laki-laki, dan Dd normal untuk wanita tetapi

membawa gen DM.

b. Virus dan Bakteri

Virus dan bakteri merupakan salah satu makhluk

mikroorganisme yang dapan menjadi faktor penyebab diabetes

mellitus. Menurut para ahli di bidangnya melalui mekanisme infeksi

sitolitik pada sel beta, virus dapat menyebabkan rusaknya sel.

Kemudian hilangnya autoimun pada sel beta karena adanyya reaksi

autoimunitas. Virus dan bakteri yang di curigai itu adalah rubella

mumps, dan human coxsachievirus B4.

c. Bahan Beracun

Bersumber dari sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa

singkong yang merupakan tanaman yang biasa di konsumsi untuk

menggantikan nasi di sebagian daerah mengandung glikosida

sianogenik yang dapat melepaskan sianida sehingga memberi efek

14
toksik terhadap jaringan tubuh. Sianida dapat menyebabkan kerusakan

pankreas yang akhirnya menimbulkan gejala diabetes mellitus jika di

sertai dengan kekurangan protein.

d. Nutrisi

Berat badan yang berlebihan bisa menyebabkan diabetes

mellitus, karena jalan insulin yang hendak menyebarkan glukosa ke

dalam sel terhalang akibatnya glukosa menumpuk begitu saja.

4. Patofisiologi Diabetes Mellitus

Kejadian diabetes mellitus di awali dengan pankreas yang di

dalamnya terdapat sel-sel beta mengalami kekurangan dalam

memproduksi insulin sehinggga timbullah gejala-gejala mudah lelah,

kemudian kadar kadar glukosa yang berlebihan tersebut di keluarkan

melalui ginjal bersama urin. gula memiliki sifat menarik air sehingga

penderita banyak buang air kecil dan selalu merasa kehausan. Tetapi ada

saatnya dimana pankreas tidak bisa menyebarluaskan insulin yang telah di

bentuk untuk sel-sel karena adanya hambatan yang menghalangi sehingga

gula tidak bisa masuk kedalam sel dan akhirnya gula di dalam darah tetap

tinggi. Setelah pankreas yang rusak karena kurangnya produksi insulin,

dan ketidakmampuan menyebarkan insulin, diabetespun akan

menimbulkan gejala pada semua organ tubuh (Sari, 2012).

5. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus

15
Menurut Koentjoro (2009) tiga hal yang tidak dapat di pisahkan

dari gejala klasik diabetes mellitus adalah Polyuria (Banyak Kencing),

Polydipsia (Banyak minum), dan polyphagia (Banyak makan).

a. Polyuria

Hal ini berkaitan dengan kadar gula darah yang tinggi di atas

160-180 mg/dl maka glukosa akan sampai ke urin tetapi jika tambah

tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan

sejumlah besar glukosa yang hilang. Gula bersifat menarik air

sehingga bagi penderitanya akan mengalami polyuria atau kencing

banyak.

b. Polydipsia

Diawali oleh banyaknya urin yang keluar maka tubuh

mengadakan mekanisme lain untuk menyeimbangkan keseimbangan

cairan di dalam tubuh yakni dengan banyak minum. Penderita diabetes

mellitus akan selalu menginginkan minuman yang segar serta dingin

untuk menghindarkan diri dari dehidrasi.

c. Polyphagia

Karena insulin yang bermasalah, pemasukan gula kedalam sel-

sel tubuh berkurang akhirnya energi yang di bentuk pun kurang. Inilah

mengapa orang merasakan kurangnya tenaga akhirnya diabetis

melakukan kompensasi yakni dengan banyak makan.

Menurut Sari (2012) terdapat gejala-gejala lain yang dapat

dirasakan oleh Penderita diabetes, seperti berikut:

16
1) Sering mengantuk

2) Gatal-gatal, terutama di daerah kemaluan

3) Pandangan mata kabur

4) Neuropati/mati rasa pada ekstremitas bawah

5) Luka sulit sembuh

6) Penurunan berat badan secara drastis utamanya pada diabetes

mellitus tipe I

7) Emosi meningkat

8) Sangat lemah atau mudah lelah

9) Mual-mual dan muntah-muntah

10) Terdapat gula pada air seni

11) Peningkatan kadar gula dalam darah

6. Komplikasi Diabetes Mellitus

Komplikasi akibat diabetes mellitus dapat bersifat akut/kronis.

Komplikasi akut terjadi apabila kadar gula darah seseorang naik atau turun

secara tajam dalam waktu yang relatif singkat. Kadar glukosa darah bisa

menurun derastis apabila seseorang menjalani diet yang terlalu ketat.

a. Komplikasi Akut Diabetes Mellitus

1) Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah

di bawah normal 60 mg/dl. Tanda-tanda penderita diabetes yang

terserang hipo meliputi timbulnya keluhan:

17
a) Lapar, pusing, gelisah, berkeringat, lemas, detak jantung cepat,

cemas, bingung, dan sakit kepala. ini tanda-tanda hipo ringan,

yang bersangkutan masih dapat menolong diri sendiri

<60mg/dl.

b) Kejang, koma (kesadaran menurun), mata kabur, sulit bicara

dan sulit bicara dan suhu rendah. ini tanda-tanda hipo berat

dimana yang bersangkutan harus ditolong oleh orang lain

(Koentjoro, 2009).

2) Ketoasidosis diabetik

Komplikasi ini adalah keadaan dimana tubuh sangat

kekurangan insulin yang terjadi secara mendadak. Glukosa darah

yang tinggi tidak dapat memenuhi kebutuhan energi tubuh,

akibatnya metabolisme tubuhpun berubah. Kebutuhan energi tubuh

terpenuhi setelah lemak pecah dan membentuk senyawa keton.

Keton akan terbawa urin dan dapat di cium baunya saat bernafas.

Akibat akhir adalah darah menjadi asam, jaringan tubuh rusak,

tidak sadarkan diri, dan koma.

Penyebab komplikasi ini umumnya adalah infeksi akibat

adanya ulkus, walaupun demikian komplikasi ini juga bisa di

sebabkan oleh lupa suntik insulin, pola makan yang terlalu bebas,

atau stress. Gejala yang sering muncul adalah poliuria, polidipsia,

dan nafsu makan menurun akibat mual, selain itu terjadi hipotensi

sampai shock, kadar glukosa tinggi.

18
2) Koma hiperosmoler nonketotik (KHNK)

Koma hipersomoler Nonketotik merupakan kondisi

emergensi yang disebabkan tidak efektifnya insulin atau retensi

insulin berat yang menyebabkan hiperglikemik yang ekstrim.

KHNK sering terjadi pada pasien dewasa akhir dengan diabetes

mellitus tipe 2. Keadaaan KHNK dipicu oleh adanya infeksi, stress,

luka, trauma yang dapat meningkatkan kebutuhan insulin. Pasien

dengan KHNK ini memiliki tanda yang klasik yaitu adanya

peningkatan serum glukosa yang lebih dari 600 mg/dl, bahkan

sampai dengan 1000 mg/dl, serum osmolaritas 320 msOm atau

lebih, adanya dehidrasi dan tidak ada ketosis (Tarwoto dkk, 2012).

b. Komplikasi Kronis Diabetes Mellitus

1) Mikroangiopati (Kerusakan pada saraf-saraf perifer) pada organ-

organ yang mempunyai pembuluh darah kecil seperti pada:

a) Retinopati diabetika (kerusakan saraf retina di mata) sehingga

mengakibatkan kebutaan.

b) Neuropati diabetika (kerusakan saraf-saraf perifer)

mengakibatkan baal/gangguan sensoris pada organ tubuh.

c) Nefropati diabetika (kelainan/kerusakan pada ginjal) dapat

mengakibatkan terjadinya gagal ginjal.

2) Makroangiopati

a) Kelainan pada jantung dan pembuluh darah seperti miokard

infark maupun gangguan fungsi jantung karena aterosklerosis.

19
b) Penyakit vaskuler perifer.

c) Gangguan pembuluh darah atau stroke.

3) Ulkus diabetika karena adanya neuropati dan terjadi luka yang

tidak sembuh-sembuh.

4) Disfungsi ereksi diabetika (Tarwoto dkk, 2012).

7. Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah

untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut

dan kronis. Jika klien berhasil mengatasi Diabetes Mellitus yang

dideritanya, ia akan terhindar dari hiperglikemia atau hipoglikemia.

Prinsip Penatalaksanaan pasien DM adalah mengontrol gula darah

dalam rentang normal. Untuk mengontrol gula darah ada lima faktor penting

yang harus diperhatikan yaitu:

a. Asupan makanan atau managemen Diet

Pola diit Diabetes Mellitus: kurangi energi, kurangi lemak,

makanlah karbohidrat kompleks, menghindari makanan yang manis,

mengemil diantara waktu makan, lengkapi dengan serat.

b. Latihan Jasmani

Latihan jasmani sangat penting dalam penatalaksanaan Diabetes

Mellitus karena latihan jasmani akan menurunkan kadar glukosa darah

dengan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot, sirkulasi darah

dan tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga, kegiatan yang dapat

20
dilakukan adalah jogging, berenang, jalan kaki dan lain-lain

(Misnadiarly Dalam Sari, 2009).

c. Pemantauan gula darah

Pemeriksaan kadar gula darah sangat di perluka dokter kita

dalam menetukan dosis obat, agar tercapai kadar gula darah yang

normal dan terhindar dari hipo, hiper dan KAD. Pemeriksaan kadar gula

darah ini dapat dilakukan oleh diabetisi itu sendiri dirumah dengan cara

memeriksa darah kapiler dari ujung jari dengan uji strip menggunakan

alat glukometer (Koentjoro, 2009).

d. Obat-obat penurun gula darah

Apabila pengendalian Diabetes Mellitus tidak berhasil dengan

pengaturan diet dan gerak badan barulah diberikan obat hipoglikemia

Oral (OHO) dan terapi insulin.

1) Oral (OHO) Obat hipoglikemia

Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibedakan menjadi 3 golongan :

a) Pemicu sekresi insulin : sulfonylurea dan glinid.

b) Penambah sensitivitas terhadap insulin : metformin,

tiozolidindion.

c) Penghambat absorbsi glukosa : penghambat alfa glukosidase.

2) Terapi Insulin

Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta

pulau langerhans kelenjar pankreas. Insulin menstimulasi

pemasukan glukosa ke dalam sel untuk digunakan sebagai sumber

21
energi dan membantu penyimpanan glikogen di dalam sel otot dan

hati.

Insulin ada 2 macam :

a) Insulin endogen : Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas.

b) Insulin eksogen : Insulin yang disuntikan dan merupakan suatu

produk farmasi.

Indikasi terapi dengan insulin :

1) Semua Penyandang Diabetes Mellitustipe I memerlukan insulin

eksogen karena produksi insulin oleh sel beta tidak atau hampir tidak

ada.

2) Penyandang Diabetes Mellitustipe 2 tertentu membutuhkan insulin

bila terapi jenis lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa

darah.

3) Keadaan stress berat seperti pada infeksi berat, tindakan

pembedahan, infark miokard akut atau stroke.

4) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.

5) Kontraindikasi atau alergi terhadap obat hipoglikemia oral

(Misnadiarly dalam Sari, 2009).

e. Pendidikan kesehatan

Menurut Tarwoto dkk (2012) Hal penting yang harus disampaikan

kepada pasien DM dalam pendidikan kesehatan adalah sebagai

berikut.

22
1) Penyakit DM yang meliputi pengertian, tanda dan gejala,

penyebab, patofisiologi, dan test diagnosis

2) Manajemen diet

3) Latihan dan olahraga

4) Pencegahan terhadap komplikasi, diantaranya penatalaksanaan

hipoglikemia dan pencegahan terjadi luka kaki dengan latihan

senam.

5) Monitoring dan pengukuran glukosa darah secara mandiri.

B. Tinjauan Umum Tentang Ulkus Diabetik

1. Pengertian Ulkus Diabetik

Luka diabetik adalah luka yang terjadi pada pasien dengan diabetik

yang melibatkan gangguan pada saraf peripheral dan autonomik (Suriadi,

2007).

Ulkus kaki diabetik adalah kerusakan sebagian (Partial Thickness)

keseluruhan (Full Thicknes) pada kulit yang dapat meluas kebawah

jaringan dibawah kulit, tendon, otot, tulang atau persendian yang terjadi

pada seseorang yang menderita penyakit diabetes mellitus (DM), kondisi

ini timbul sebagai akibat terjadinya peningkatan gula darah yang tinggi.

Jika ulkus kaki berlangsung lama, tidak dilakukan penatalaksanaan dan

tidak sembuh, luka akan menjadi terinfeksi. Ulkus kaki, infeksi,

neuroarthropati dan penyakit arteri perifer sering mengakibatkan gangrene

dan amputasi eketremitas bagian bawah (Frykberg, et al dalam Tarwoto

dkk, 2012).

23
Luka kaki diabetik adalah istilah yang digunakan untuk menyebut

sekelompok syndrom yaitu gangguan vaskuler, saraf, tekanan mekanik

atau kombinasi yang juga merupakan faktor predisposisi yang mengancam

timbulnya suatu perlukaan pada kaki (Ekaputra, 2013).

2. Etiologi Ulkus Diabetik (Diabetic Ulcer)

Terjadinya kaki diabetik tidak terlepas dari tingginya kadar gula

(glukosa) darah pada penyandang diabetes. Tingginya kadar gula darah

yang berkelanjutan dan dalam jangka waktu yang lama dapat

menimbulkan masalah pada kaki penyandang diabetes, yakni:

a. Neuropati

Komponen saraf yang terlibat adalah saraf sensori dan autonomik dan

system pergerakan. Kerusakan pada saraf sensori akan menyebabkan

klien akan kehilangan sensasi nyeri dapat sebagian atau keseluruhan

pada kaki yang terlibat (Suriadi, 2007)

b. Penyakit Arterial perifer

Aliran darah yang tidak adekuat yang disebabkan oleh sumbatan

pada sirkulasi arterial perifer berkontribusi menyebabkan kurangnya

penghantaran oksigen, antibiotik, zat nutrisi, dan faktor pertumbuhan,

baik dalam sirkulasi makrovaskuler (arteri besar) maupun

mikrovaskuler (kapiler). Gangren yang luas dapat di sebabkan karna

sumbatan vaskuler yang meluas sehingga mengakibatkan perlunya di

lakukan amputasi kaki diatas lutut (Maryunani, 2013).

24
c. Selain disebabkan oleh neuropati dan penyakit pembuluh darah perifer

(Makro dan mikroangiopati) Faktor yang mengkontribusi terhadap

kejadian ulkus kaki adalah deformitas kaki (yang dihubungkan dengan

peningkatan tekanan pada plantar), adanya trauma, pembentukan kallus,

Gender laki-laki, usia tua, kontrol gulah darah yang buruk,

hiperglikemia yang berkepanjangan dan kurangnya perawatan kaki

(Oguejiofor dkk dalam Tarwoto dkk, 2012).

3. Tanda Dan Gejala

a. Tanda dan gejala berdasarkan penyebab

1) Kaki neuropati

Pada keadaan initerjadi kerusakan somatik, baik sensorik maupun

motorik, serta saraf autonom, tetapi sirkulasi masih utuh

Pada pemeriksaan

a) Kaki teraba hangat

b) Teraba denyut nadi

c) Kurang rasa/baal (neuropati somatik)

d) Kulit menjadi kering (neuropati autonom) Bila terjadi luka,

luka akan lama sembuhnya.

2) Kaki iskemia

Dikenal dengan istilah lain Neuroschaemic Foot Keadaan ini

hampir selalu disertai neuropati dengan berbagai macam stadium,

Pada pemeriksaan, ditemukan :

a) Kaki teraba dingin

25
b) Nadi sulit diraba

c) Sering menunjukkan rasa nyeri saat istirahat (rest pain).

d) Dapat terlihat ulkus/luka akibat tekanan lokal, yang akhirnya

menjadi gangren.

b. Secara praktis gambaran klinis kaki diabetes dapat di golongkan sebagai

berikut:

1) Riwayat

Keluhan kaki terasa dingin, parasteshia, atau seperti terbakar.

Kehilangan sensasi pada kaki, umum terjadi pada penderita DM .

2) Lokasi

Bagian tubuh yang mengalami tekanan: metatarsal, jari-jari kaki dan

tumit

3) Dasar ulkus

Bervariasi Ringan-berat Ulkus dapat mengenai tendon, fasia, kapsul

sendi, atau hingga tulang.

4) Gambaran ulkus

Ditutupi oleh kallus, membentuk terowongan, bila disertai infeksi

bakteri dapat menyebabkan osteomelitis.

5) Gambaran kulit sekitar

Umumnya di tutupi oleh callus.

6) Capilarry refiling time

Normal bila tidak kombinasi dengan arterial disease.

26
c. Tanda dan gejala/manifestasi klinis ulkus diabetik (Gangren) menurut

Maryunani (2013), juga dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Neuropati kaki klasik

2) Denyut melompat-lompat

3) Vena membesar

4) Kerusakan ujung saraf perifer

5) Hilangnya modalitas sensori

6) Otot intrinsik mengecil dan melemah

7) Refleks pergelangan kaki hilang

8) Deformitas, jari kaki mengerut, hilangnya lengkung kaki

9) Peningkatan suhu kulit

10) Tidak berkeringat, kulit kering, pecah-pecah, kapalan

11) Osteoartropati charcot

12) Edema

13) Nekrosis

4. Pathogenesis Ulkus Diabetik

Ulkus pada ekstremitas bawah, terutama kaki merupakan

komplikasi umum bagi pasien-pasien dengan diabetes melitusKaki

penderita pasien dengan diabetes sangat rentan terhadap kelainan

pembuluh darah dan syaraf. tanda dan gejalanya biasanya berupa

kombinasi kelainan syaraf atau pembuluh darah, kemudian di ikuti oleh

infeksi.Keterlambatan penyembuhan luka bisa menimbulkan kerentanan

terhadap terjadinya infeksi. Infeksi inilah yang dapat memperburuk

27
keadaan dan menimbulkan gangrene, seringkali bisa mengakibatkan

kematian ataupun resiko tinggi untuk dilakukan amputasi. Namun

tindakan amputasi ini dapat dicegah sekitar 50-70% (Morison dalam

Maryunani, 2013).

5. Manajemen Luka Diabetes

Tujuan dari manajemen luka diabetes adalah penutupan luka.

komponen manajemen perawatannya adalah sebagai berikut Internasional

best practice guideline dalam Sari (2015):

1) Mengobati penyakit yang mendasari

Klinisi seharusnya mengidentifikasi penyebab dari luka diabetes

selama pengkajian pada pasien.

a) Semua pasien yang dengan iskemia berat, adanya nyeri dada, dan

adanya luka, seharusnya di pertimbangkan untuk di lakukan

rekonstruksi arteri.

b) Melakukan kontrol gula darah dan melakukan manajemen faktor-

faktor risiko seperti tekanan darah yang naik, hiperlipedimia, dan

merokok.

c) Mencari penyebab terjadinya trauma pada kaki pada penderita.

2) Membuat aliran darah menjadi lancar

Pasien denga iskemia akut perlu di rujuk kedokter bedah vaskuler.

Tanpa revaskularisasi, iskemia akut yang parah dapat mengakibatkan

nekrosis jaringan dalam waktu 6 jam. Adanya penurunan perfusi atau

adanya gangguan sirkulasi merupakan salah satu indikator untuk

28
revaskularisasi agar luka dapat sembuh dan untuk menghindari

amputasi di masa depan.

3) Meniadakan tekanan yang berlebih pada kaki (Pressure Offloding).

4) Perawatan Luka

European Wound Management Association (EWMA)

menyatakan bahwa perawatan luka pada DM seharusnya mengacu

pada debridment yang berulang, kontrol bakteri, dan kontrol

kelembapan luka. Lembaga ini menerbitkan pedoman perawatan luka

yang disebut “persiapan dasar luka.” (Woundbad preparation) dengan

menggunakan konsep TIME, yaitu Tissue Management (Manajemen

jaringan), Inflammation Dan Infection Control (Kontrol Inflamasi Dan

Infeksi), moisture control (Kontrol kelembapan), Epithelial Edge

Advancement (Perluasan tepi luka).

6. Pencegahan Ulkus Diabetik (Diabetik Ulcer)

Pencegahan ulkus kaki diabetik seharusnya dimulai jauh hari

sebelum terjadi ulkus sementara itu apabila sudah terdapat ulkus, ataupun

baru sembuh dengan ulkus, maka berbagai usaha rehabilitasi dan

pencegahan terjadinya kembali ulkus kaki harus dilakukan.

Berikut Maryunani (2013) Perawatan dan Pencegahan ulkus

diabetik sebagai berikut:

a. Periksa kaki anda setiap hari

1) Gunakan kaca (jika perlu) untuk melihat seluruh kaki. Lakukan ini

di tempat yang terang.

29
2) Periksa adanya tanda-tanda tekanan (kemerahan, bula, kallus), kulit

retak-retak pada sela-sela jari kaki, luka, atau adanya perubahan

kakian warna kaki yang tidak biasnya.

3) Waspadai adanya perubahan temperature pada kulit anda.

b. Cuci kaki anda setiap hari

1) Gunakan sabun yang lembut dan air hangat (jangan pernah

gunakan air panas).

2) Keringkan kaki dengan handuk lembut, jangan menggosok kulit.

3) Jangan pernah menggosok kaki anda.

c. Jaga kulit kaki anda agar tetap lembut dan lentur

1) Oleskan minyak lanolin atau lotion lembut lainya untuk kaki yang

kering kecuali di sela-sela jari kaki atau pada adanya celah atau

luka yang terbuka.

2) Jangan meberikan powder/bedak pada kaki anda karna hal ini akan

terlalu mengerinkan kulit dan bias mengeras pada krusta-

krusta/keropeng yang mengiritasi.

d. Pakai kos kaki yang bersih dan sepatu/alas kaki yang lembut dan

sesuai ukuran kaki setiap hari

1) Pakailah kos kaki yang pas bila kaki terasa dingin dan gantilah

kaos kaki setiap hari

2) Jangan berjalan tanpa alas kaki

3) Hindari trauma berulang

4) Pakailah sepatu dari kulit yang cocok dan nyaman di pakai

30
5) Periksa dalam sepatu setiap hari sebelum memakainya, hindarkan

adanya benda asing

e. Berikan perhatian khusus untuk perawatan kuku anda (potonglah kuku

secara hati-hati dan jangan terlalu dalam).

1) Jika anda mengikir kuku jari-jari kaki anda, selalu gunakan bagian

yang timbul dan ikuti bentuk kuku.

2) Jika anda memotong/menggunting kuku jari anda:

a) Gunakan penerangan yang tepat.

b) Potong kuku kaki dengan segera setelah mencuci kaki anda jika

kuku lunak.

c) Gunakan kuku dengan ujung tumpul (jangan pernah

menggunakan penjepit kuku yang berujung melengkung).

d) Ikuti bentuk kuku

3) Jangan memotong/menggunting kallus atau kuku kaki yang masuk

kedalam, atau masalah lainya, mintalah bantuan pada

podiatrist/perawat kaki.

f. Lakukan pencegahan dini

1) Hentikan kebiasaan merokok

2) Olahraga teratur dan menjaga berat badan ideal

3) Menghindari pemakain obat yang bersifat vasokontriktor seperti

ergot, adrenalin.

4) Periksakan diri secarta rutin ke dokter dan periksakan kaki setiap

kali kontrol walaupun ulkus gangren telah sembuh.

31
C. Tinjauan Umum Tentang Modern Dressing

1. Pengertian Modern Dressing

Balutan Modernyaitu balutan yang menjaga kelembaban,

kehangatan dan mencegah dari trauma. Hasil riset mengatakan tingkat

kejadian infeksi pada perawatan luka dengan cara konvensional lebih

tinggi dibandingkan dengan menggunakan balutan modern (Maryuanani,

2013).

Balutan modern memiliki prinsip kerja dengan menjaga

kelembaban dan kehangatan area luka. Gel yang terbentuk pada luka

mudah dibesrihkan dan dapat memberikan lingkungan yang lembab pada

luka. Kondisi ini dapat meningkatkan proses angeogenesis, proliferasi sel,

granulasi dan epitelisasi.Tujuan utama dalam penatalaksanaan ulkus

diabetes adalah penutupan luka. Penatalaksanaan ulkusdiabetes secara

garis besar ditentukan oleh derajat keparahan ulkus, vaskularisasi dan

adanya infeksi.3 Dasar dari perawatanulkus diabetes meliputi 3 hal yaitu

debridement, offloading dan kontrol infeksi (Hariani dan Perdanakusuma,

2010).

2. Fungsi Kerja Perawatan Luka Modern Dressing

Fungsi Kerja Perawatan Luka Modern Dressing (Maryunani, 2013)

adalah:

a. Mengoptimalkan: neutrophils, fibroblasts, prostease (enzim

debrinden), growth faktor.

32
b. Meminimalkan rasa sakit: mengurangi rasa sakit pada ujung saraf

karena kondisi luka dalam keadaan lembab.

c. Meminimalkan infeksi: sel-sel meningkatkan daya tahan tubuh,

lebih sedikit jaringan kering yang mati sehingga menguranggi

timbulnya mikroorganisme.

d. Mengurangi kemungkinan adanya luka barupada saat pergantian

balutan luka.

e. Mengurangi resiko perpindahan mikroorganisme.

f. Mengurangi pencemaran udara pada saat pergantian balutan

g. Menjaga luka pada temperatur optimal agar penyembuhan luka

lebih cepat.

h. Balutan dapat digunakan untuk beberapa hari, sehingga

mengurangi frekuensi balutan.

3. Kualitas Teknik Modern Dressing

Kualitas Teknik Modern Dressing (Maryunani, 2013) adalah:

a. Mudah dalam pemasangannya (easy to appy)

b. Keuntunggan utama balutan luka modern dressing adalah balutan-

balutan tersebut sangat sederhana dan cepat dalam

pemasangannya/penggunaannya.

33
c. Dapat menyesuaikan dengan bentuk tubuh (comformatibility)

Balutan yang mampu menyesuaikan dengan bentuk luka

memungkinkan untuk mempertahankan lingkungan yang lembab dan

juga memberikan barier (penghalang) yang efektif terhadap bakteri.

d. Mudah melepaskannya (easy to remove)

a) Jika balutan mudah dalam melepasskannya, maka hal ini

mengurangi kemungkinan merusak jaringan yang baru terbentuk

pada luka.

b) Balutan yang mudah dilepas, juga kurang menimbulkan rasa sakit

pada pasien.

e. Nyaman dipakainya (comfortable to’wear)

a) Keuntungan lain dari balutan luka modern dressingnyaman

dipakai pasien waktu balutan terpasang.

b) Hal ini berarti pasien berkeinginan untuk menyesuaikan tindakan

yang diberikan.

f. Tidak perlu sering ganti balutan

a) Mayoritas balutan modern dressing dapat dipasang pada luka

selama beberapa hari, tergantung pada luka, dan terutama jumlah

eksudat.

b) Hal ini, tidak hanya menghemat waktu perawatan dan

mengurangi biaya tetapi juga mengurangi jumlah gangguan pada

luka.

34
c) Penurunan dalam frekuensi ganti balutan membantu mengurangi

kesempatan penurunan temperatur pada permukaan luka.

(Penurunan temperatur potensial terjadi pada saat ganti balutan).

1. Keunggulan Perawatan Luka Modern Dressing

Keunggulan Perawatan Modern Dressing Dressing

(Maryunani, 2013) adalah:

a) Mengurangi biaya perawatan luka pada pasien

b) Mengefektifan jam perawatan perawat di Rumah Sakit

c) Bisa mempertahankan kelembabanluka lebih lama (5-7 hari)

d) Mendukung penyembuhan luka

e) Menyerap eksudat lebih baik

f) Tidak menimbulkan nyeri pada saat ganti balutan

g) Tidak berbau

2. Manajemen Luka Diabetes Melitus

Tujuan dari manajemen luka DM adalah penutupan luka.

Komponen pemanajemen perawatannya (International Best Practice

Guideline, 2013) adalah:

1) Mengobati penyakit yang mendasari

Klinisi seharunya mengindentifikasi penyebab dari luka

diabetes selama pengkajian pada pasien.

a) Semua pasien dengan iskemi yang berat, adanya nyeri dada, dan

adanya luka, seharunya dipertimbangkan rekonstruksi arteri.

35
b) Melakukan kontrol gula darah dan melakukan manajemen

faktor-faktor resiko seperti tekanan darah tinggi,

hiperlipidemida, dan merokok.

c) Mencari penyebab terjadinya trauma kaki pada penderita.

2) Membuat aliran darah menjadi lancar

Pasien dengan iskemia akut perlu dirujuk ke dokter bedah

vaskular. Tanpa revaskularisassi, iskemia akut yang parah dapat

mengakibatkan nekrosis jaringan dalam waktu 6 jam. Adanya

penurunan perfusi atau adanya gangguan sirkulasi merupakan salah

satu indikator untuk revaskularisasi agar luka dapat sembuh dan

untuk menghindari amputasi di masa depan.

3) Meniadakan tekanan yang berlebih pada kaki diabetes(Pressure

offlonding).

4) Perawatan luka

Eurupean Wound Management Association (EWMA) menyatakan

bahwa perawatan luka pada diabetes melitus seharusnya mengacu

pada debridement yang berulang, kontrol bakteri, dan kontrol

kelembaban luka.

3. Persiapan Dasar Luka (Wound Bed Preparation)

Komponen-komponen dari persiapan darar luka (Sari, 2015)

adalah:

36
1) Tissue Management (manajemen Jaringan)

Persiapan dasar luka, manajemen jaringan dilakukan melalui

debridement, yaitu menghilangkan jaringan mati pada luka.

Jaringan yang perlu dihilangkan adalah jaringan nekrotik dan slaf.

Debridement memberikan banyak manfaat, diantaranya adalah

menghilangkan jaringan yang sudah tidak tervaskularissasi,

bakteri, dan juga eksudat sehingga akan menciptakan kondisi luka

yang dapat menstimulasi munculnya jaringan sehat. Ada beberapa

cara debridemant yang dapat dilaksanakan, yaitu:

a) Debridement Mekanis

Debridement mekanis adalah cara debridement dengan cara

menggunakan kekuatan fisik untuk mengambil jaringan

nekrotik. Tipe debridement ini cepat untuk dilakukan, namun

dapat menimbulkanrasa sakit dan ketidaknyamanan pasien.

Debridement mekanis sering dilakukan dengan cara

mengaplikasikan balutan basah-kering, dan juga menggunakan

irigasi yang kuat. Namun cara ini tidak efektif bila dilakukan

pada kondisi luka yang banyak eksudatnya.

b) Debridement Bedah

Debridement bedah seringkali disebut dengan debridement alat

karana menggunakan alat-alat untuk menghilangkan jaringan

mati, seperti pisau bedah atau gunting. Jenis debridement ini

37
adalah tipe debridement yang paling efektif namun memerlukan

ketrampilan yang memadai.

c) Debridement Autolitik

Debridement ini adalah merupakan tipe debridement yang lebih

lambat, namun mudah untuk dilakukan, dan menimbulkan rasa

nyeri yang lebih sakit bila dibandingkan dengan debridement

yang lain.

d) Debridement Enzim

Debridement enzim merupakan cara debridement dengan

menggunakan enzim yang disebut dengan kimiawi untuk dapat

mencerna jaringan mati atau melonggarkan ikatan antara

jaringan mati dengan jaringan hidup. Enzim ini bersifat selektif,

yaitu hanya akan memakan jaringan mati. Contoh dari

debridement enzim adalah: kolagenase bakterial, pain-urea,

tripsin, dan streptodornase.

e) Debridement Biologi

Debridement biologi dapat dilakukan dengan menggunakan

belatung yang sudah disterilkan. Jenis belatung yang digunakan

adalah spesies Lucia Cerrata atau Phaenica Sericata. Belatung

ini diletakan di dasar luka selama 1-4 hari. Belatung ini

mensekresikan enzim proteolitik yang dapat memecah jaringan

nekrotik dan mencerna jaringan yang sudah dipecah. Sekresi

dari belatung ini juga memiliki efek anti mikrobialyang

38
membantu dalam mencegah pertumbuhan dan proliferasi bakteri

termasuk Methicillin-resistantStaphylococcus aureus. Selain itu

belatung ini juga mensterilkn berbagai jenis sitokin dan faktor

pertumbuhan yang dapat meningkatkan oksigenasi lokal

jaringan.

2) Inflammation And Infection Control (Inflamasi dan Kontrol

Infeksi)

Inflamasi dan infeksi merupakan faktor lain yang dapat

menghabat penyembuhan luka (Maryunani, 2013). Inflamasi dan

infeksi sering terjadi pada luka kronik karena biasanya seringkali

luka tersebut di anggap luka terkontaminasi, terkolonisasi,

dankemudian terinfeksi. Dengan demikian perlu dilakukan

pengkajian luka dengan seksama:

a) Bila terjadi infeksi maka infeksi harus di atasi dengan

menggunakan balutan yang dapat mengatasi infeksi.

b) Sedangkan luka yang tidak infeksi, luka perlu di cegah agar

tidak terjadi infeksi.

c) Selain itu perlu diperhatikan pada waktu inflamasi: inflamasi

yang memanjang tanda dini adanya penyembuhan.

4) Moisture (Kelembapan)

Prinsip yang ke tigadari persiapan dasar luka (Wound Bed

Preparation) adalah kelembapan yang seimbang.

Mempertahankan kelembapan yang seimbang adalah hal yang

39
sangat penting dilakukan karena bila luka menjadi kering maka

akan menghambat migrasi dan aktivitas dari sel-sel epidermal.

Sebaliknya luka yang terlalu lembab akan mengakibatkan

terjadinya maserasi, sehingga dapat mengakibatkan erusi pada

tepi luka.

5) Epithelial Wound Advencement (Perluasan Tepi Luka)

Salah satu indikator dari penyembuhan luka adalah

meluasnya sel-sel epitel menuju ke tengah luka melalui proses

migrasi keratinosit dan kontraksi luka. Pada luka diabetes, adanya

kapalan/kalus yang tebal, slaf dan jaringan nekrosis dapat menjadi

hambatan terjadinya migrasi keratinosit. Oleh karena itu perlu

dilakukan penepisan kalus, debridement dari slaf dan jaringan

nekrosis. Selain itu bagian kaki yang terkena luka juga sebaiknya

tidak terkena tekanan terus menerus karena tekanan yang terus

menerus dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis pada bagian

dalam kalus. Selain faktor migrasi, yang dapat mempengaruhi

terjadinya tepi luka yang menutup adalah adanya perploferasi sel

di tepi luka, dan adanya kantong luka di pinggir luka.

4. Tehnik Mengganti Balutan (Dressing)

Tehnik mengganti balutan (Dressing) (Maryunani, 2013)

adalah:

40
1) Persiapan:

a) Indentifikasi jenis luka

b) Cuci tangan

c) Persiapkan alat-alat kebutuhan luka (Dressing Kit)

d) Jelaskan pada pasien

e) Lepaskan cicncin atau benda asing lainnya

f) Cuci tangan dengan sabun

g) Setting alat-alat: steril, bersih atau kotor

h) Atur posisi pasien

i) Lindunggi alas tempat tidur agar tidak tercemar kotoran

2) Mengangkat balutan:

a) Kenakan sarung tangan bersih

b) Lepaskan plester: hindari rasa nyeri paasien, dengan menekan

kulit, bila perlu memakai gunting dan gunakan gunting yang

tidak steril.

c) Masukkan gunting yang terkontaminasi dalam cairan

antiseptik (clorhexidin @10 menit).

d) Angkat balutan dan hindari kontaminasi

e) Masukan balutan dalam kantong plastik

f) Lepaskan sarung tangan

3) Bila ada tindakan debridement:

a) Kenakan sarung tangan bersih kalau debridement mekanik

atau kimia.

41
b) Kenakan sarung tangan steril kalau tindakan debridement

bedah.

c) Catatan: instrument tetap steril

4) Irigasi luka:

a) Kenakan sarung tangan steril/bersih

b) Masukan cairan steril dalam tempatnya dan gunakan alat

spuit (30-50cc) dan selang steril.

c) Irigasi pada luka dari arah proksimal ke distal

5) Dressing pada luka:

a) Letakan dressing steril pada luka dan yakin tidak ada

kontaminasi.

b) Agar dressing penempatannya paten, maka dressing harus

diplester.

c) Angkat alat dengan bahan yang telah digunakan, kemudian

masukan ke dalam kantong plastik, gunting dan alat lainnya

yang terkontaminasi dengan luka dimasukan ke dalam tempat

yang ada desinfektannya.

d) Lepaskan sarung tangan

e) Cuci tangan

5. Tujuan Pemilihan Balutan (Dressing)

Tujuan Pemilihan Balutan (Dressing) (Maryunani, 2013)

adalah:

42
Tujuan utama memasang balutan luka adalah menciptakan

linggkungan yang kondusif terhadap penyembuhan luka. Tidak ada

balutan yang sesuai untuk setiap luka atau setiap orang. Oleh karena

itu, pemilihan balutan harus ditentukan setelah mengkaji kebutuhan

individu dan luka. Pemahaman tentang fisiologis penyembuhan luka

dan berbagai macam balutan serta cara kerjanya diperlukan agar dapat

diperoleh penyembuhan yang optimal.

Adapun tujuan pemilihan balutan dan alasan mengapa balutan

diperlukan, antara lain:

a) Menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap penyembuhan,

yaitu dengan mempertahankan kelembaban.

b) Membuang jaringan mati, benda asing dan partikel dari luka

c) Melindungi luka dan jaringan sekitarnya

d) Mampu mengontrol kejadian infeksi/melindungi luka dari trauma

dan invasi bakteri.

e) Mencegah dan mengelolah infeksi klinis pada luka

f) Mengurangi nyeri dengan mengeluarkan udara dari ujung-ujung

saraf.

g) Mempertahankan temperatur pada luka

h) Mengontrol dan mencegah perdarahan

i) Memberikan kompresi terhadap perdarahan atau stasis vena

j) Membuang cairan/eksudat

k) Memobilisasi bagian tubuh yang ter-injury/mengalami trauma

43
l) Meningkatkan kenyamanan

m) Mengurangi stress pada pasien dan keluarganya dengan

melakuakan penutupan luka.

44

Anda mungkin juga menyukai