Anda di halaman 1dari 12

FILSAFAT TIONGKOK

Makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah

FILSAFAT UMUM

Dosen pengampu :

Erika Puspita Sari M.Pd.

Disusun oleh : Kelompok 6 (A)

Hidayatul Fitriyani (9324007218)

Niken Triya P. (9324020218)

Nadihyatin Khasanah (9324032218)

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) KEDIRI

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
tauhid, serta hidayahnya kepda kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
pembuatan makalah dengan judul “Filsafat Tiongkok/ Filsafat China”. Dan tidak lupa
sholawat serta salam tetap kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kami dari zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang yakni agama
Islam.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang
kurang tepat dalam penyusunan makalah ini dan kami mohon kritik daan saran yang
dapat membangun demi perbaikan di masa depan.

Kediri, 09 September 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................II

DAFTAR ISI............................................................................................................................III

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4

BAB II : PEMBAHASAN

A. Sejarah Filsafat cina.......................................................................................................5


B. Periodesasi Filsafat Cina................................................................................................7
C. Ciri-ciri Filsafat cina....................................................................................................10

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................................11
B. Saran.............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masa dinasti Zhou (1122-255 SM) dikenal sebagai zaman klasik kebudayaan
Cina. Dapat dibandingkan dengan zaman emas kebudayaan klasik Yunani
menjadi norma bagi kebudayaan Barat demikian pula kebudayaan Zhou menjadi
model bagi kebudayaan Cina.
Di masa dinasti Zhou ini, khususnya periode abad 6 hingga abad 3 SM
berkembanglah filsafat Cina kuno, yang melahirkan apa yang dinamakan Seratus
Mazhab filafat. Masa dinasti Zou merupakan puncak kegiata intelektual, sosial,
dan politik di Cina. Di masa itu segala pranata dan konvensi yang mapan digugat
dan dikritik. Dari gugatan dan kritik-kritik itulah lahir filsafat. Orag memang
berfilsafat kalau dia erasa bahwa dunia tidak seperti yang diidamkannya.
Semua filsuf besar dari dinasti Zhou berusaha memecahkan kekalutan osial
dan politik yang terjadi waktu itu. Cara pemecahan yang dianjurkan oleh para
filsuf itu tidak sama. Maka muncullah aneka aliran pemikiran dan sistem filsafat
di Cina.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah munculnya fisafat Cina atau filsafat Tiongkok?
2. Jelaskan periodesasi filsafat Cina!
3. Apa saja ciri-ciri filsafat Cina?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui sejarah asal usul munculnya filsafat Cina / filsafat Tiongkok
2. Untuk mengetahui apa saja periodesasi pada filsafat Cina / filsafat Tiongkok
3. Untuk mengetahui apa saja ciri-iri pada masa filsafat Cina / filsafat Tiongkok
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH FILSAFAT CHINA


Filsafat china adalah salah satu dari filsafat tertua didunia dan dipercaya
menjadi salah satu filsafat dasar dari tiga filsafat dasar yang mempengaruhi sejarah
perkembangan filsafat dunia. Cina kuno sudah ada sebelum periode neoloitik (500
SM ) baik disebelah timur laut dan barat laut, pada periode tersebut kehidupan
komunitas suku berpusat pada penyembahan dewa dewa leluluhur dan dewa dewa
alam, yang dikenal pada periode ini adalah yangshao, dawenko, liangche, hungsan,
benda benda yang dikeramatkan dan tempat penyembahan. Ada tiga tema pokok
sepanjang sejarah filsafat cina, yakni harmonis toleransi dan perikemanusiaan. Selalu
dicarikan keseimbangan, harmoni suatu jalan tengah antara dua ekstrem : antara
manusia dan sesama, antara manusia dan alam, antara manusia dan surga.
Kemajuan yang di capai china tidak bisa lepas dari akar sejarah peradaban cina
yang telah dibangun selama ribuan tahun. Peradaban cina lahir dari zaman dinasti
sang (1766-1222 SM), Dinasti Zou (1122-256 SM), Dinasti Qin (221-206 SM),
Dinasti Han (206 SM-221 M), Dinasti Sui (581-618 M), Dinasti Tang(618-906 M),
Dinasti Song (960-1268), Dinasti Yuan ( 1279-1368M), Dinasti Ming (1368-1644 M),
Dinasti Qing (1644-1912 M) hingga zaman modern ini.1
Sejarah filsafat cina memang tak bisa dilepaskan dari impremium politik. Tak
ubahnya, Budhisme dengan raja ashoka , filsafat chinadari zaman dinasti Hsia, Shang,
Chaou atau puncaknya pada dinasti Ch’in dan Han selalu kental dengan “campur
tangan” politik. Fenomena ini meski dengan skala yang berbeda juga terjadi dalam
Islam, Nasrani, Yahudi dan Zoroaster.Filsafat china mengilhami tatanan politik dan
pemerintah, tidak hanya misionarisme dan ekspansi kekuasaan, sementara pada
agama agama lain, agama an sich, dibawa keranah politik, sementara filsafat
cenderung diabaikan2

1
Fung Yu-Lan, Sejarah Filsafat Cina, (Yogyakarta: Pustaka belajar, 2007), 20-23.
2
Meski tidak sampai berabad berabad, filsafat islam dalam bentuk madzhab mu’tazilah pernah “dipaksakan”
menjadi ideologi dan madzhab negara pada kuartal kedua pemerintahan dinasti Abbasiyah. Peristiwa ini dikenal
dengan “al-mihnah” atau inkuisisi.
Filsafat china kuno terus berkembang dari abad ke-3 sebelum masehi. Dalam
periode inilah aliran-aliran filosofis cina muncul: Taoisme, Confuanisme, Moisme,
banyak pemikir cina kuno berupaya memecahkan masalah hubungan logis antara
konsep (‘nama’) dan realitas. Hun Tzu, misalnya mempertahankan bahwa konsep
merupakan refleksi atas gejla dan hal-hal yang objektif. Kungsun Lun memberikan
suatu penjelasan idelais atas masalah itu. Dia terkenal dari pernyataaan pernyataan
yang menyerupai aporia-aporia (paradoks-paradoks) Zeno, dan karena abstraksi
mutlak atas konsep dan pemisahannya dari realitas. Ajarannya tentang nama nama
banyak kesamaaan dengan teori ide dan Plato, teori etis dan polotik dari Confucius
dan Meng Tzu, pernyataan anggota lain dan aliran legalis (Fa Chia) tentang negara
dan hukum menjadi tersebar luas, itulah zaman emas filsafat cina.

1. Ciri utama dari filsafat dan kebudayaan cina adalah:


a. Humanis, perikemanusiaan. Filsafat cina lebih antroposentris dibanding
filsafat india dan filsafat barat.
b. Pragmatis. Filsafat Cina lebih pragmatis dibanding yang lain, dimana
selalu diajarkan bagaimana manusia harus bersikap dan bertindak
supaya senantiasa dalam keseimbangan dunia dan surga.

Ketika kebudayaan Yunani masih beranggapan bahwa manusia dan dewa-


dewa dikuasai oleh suatu Moira (nasib buta) dan ketika filsafat india masih
mengajarkan bahwa kehidupan manusia terkurung lingkaran reinkarnasi, maka
filsafat cina sudah mengajarkan bahwa manusia dapat menentukan nasib dan
tujuannya sendiri. Ada tiga tema yang sepanjang sejarah dipentingkan dalam filsafat
cina yaitu Harmoni, toleransi, dan perikemanusiaan.

Harmoni antara manusia dan sesama, manusia dan alam, manusia dan surga,
selalu dicari keseimbangan, suatu jalan tengah. Toleransi, terlihat dalam keterbukaan
menerima berbagai faham yang berbeda, suatu sikap perdamaian yang
memungkinkan terwujudnya plurifomitas yang luar biasa, juga dalam bidang agama.
Perikemanusiaan, dalam artimanusia yang merupakan pusat filsafat cina pada
hakikatnya adalah baik dan harus mencari kebahagiaan di dunia ini dengan
mengembangkan dirinya sendiri dalam interaksi dengan alam dan dengan sesama.
B. PERIODESASI FILSAFAT CINA

Filsafat cina dibagi dalam empat periode besar:


1. Zaman Klasik (600 SM – 200 SM)
2. Zaman Neo-Taoisme dan Budhisme (200 SM – 1000 M)
3. Zaman Neo-Confucianisme (1000-1900)
4. Zaman Modern (1900-...)

1. Zaman Klasik (600 SM-200 SM)


Pada jaman ini terdapat tidak kurang dari seratus sekolah atau aliran filsafat
dengan ajaran yang berbeda. Mereka itu terutama adalah Confucianisme, Taoisme,
Yin-Yang, dan maoisme. Sekalipun berbeda namun secara umum membicarakan
sejumlah konsep mendasar, yaitu: tao (jalan), te (keutamaan atau seni hidup), yen
(perikemanusiaan), i (keadilan).
a. Confucianisme
Ulasan yang lebih detail tentang kehidupan condusius adalah biografi yang
terangkum dalam bab empat puluh tujuh Shih Chi atau Historial Records
(sejarah dinsti cina pertama, lengkap 86 SM). Dari riwayat hidupnya ini, bisa
diperoleh ide bahwa ajaran konfusius lahir atas keprihatiannya akan situasi dan
politik pada saat itu, maka tak heran jika doktrin utama konfuanisme adalah
tidak adanya disparitas antara hak pribadi dan kepentingan umum.3
b. Taoisme
Taoisme diajarkan oleh Lao Tse (“guru tua”) yang hidup sekitar 550 S.M.
Lao Tse melawan konfusius, menurut Lao Tse bukan “jalan manusia”
melainkan “jalan alam” yang merupakan Tao. Tao menurut Lao Tse adalah
prinsip kenyataan objektif, substansi abadi yang bersifat tunggal, tunggal,
mutlak dan tak ternamai. Ajaran Lao Tse lebih pada metafisika, sedangkan
konfusius lebih pada etika. Puncak metafisika Taoisme adalah kesadaran
bahwa kita tidak tahu apa apa tetang Tao.
c. Yin-Yang
Ajaran Yin-Yang yang di simbolkan dengan gambar lingkaran hitam-putih,
yang maksudnya dunia terdiri dari dua hal yang berbeda atau bertentangan.

3
Limas Dodi, M.Hum, Filsafat Umum.56.
Setiap hal positif, kebaikan (putih), didalamnya tetap terdapat sifat negatif atau
keburukan (titik hitam). Yin adalah prinsip pasif, ketenangan, surga, bulan, air,
perempuan, kematian, sesuatu yang dingin. Sedangkan Yang adalah prinsip
aktif, gerak, bumi, api, laki-laki, hidup, dan panas.
d. Mohisme
Adapun perbedaan pendapat antara konfusianis dan mohis adalah sebagai
berikut: Para konfusianis mementingkan relasi yang tepat (Li), tanpa
memikirkan keberuntungan dari segi moral atau pendirian. Para kofusianis
mengutamakan kebenaran dan kemurnian, tanpa menghitung keberhasilannya,
penganut Mo Tzu lebih pragmatis mereka mengutamakan secara khusus
keberuntungan (Li) dan pencapaian (kung). 4
Dengan demikian tolak ukur kebenaran sebuah prinsip menurut Mo tzu
adalah seberapa besar keberuntungan yang diberikan kepada negara dan rakyat
jelata segala sesuatu harus berguna dan semua prinsip harus bisa di aplikasikan
supaya menyumbang sesuatu nilai secara mandiri.
e. Ming Chia / Dialektisi
Aliran yang berarti ‘sekolah nama-nama’ini menekankan pada analisa
istilah dan konsep. Ming Chia juga disebut sekoalh dialektik, yang mirip
dengan sofisme dalam filsafat Yunani. Ajaran mereka penting sebagai analisa
dan kritik yang mempertajam perhatian untuk pemakaian bahasa yang tepat,
dan mengembangkan logika dan tata bahasa. Ming Chia sudah membicarakan
konsespeksistensi, relativitas, kausalitas, dan ruang waktu. Meng Tze (372-
280) adalah seorang muri Kong Fu Tze yang melanjutkan ajaran gurunya.
f. Fa Chia (Madzhab Hukum)
Fa Chia tau aliran hukum berbeda dengan aliran klasik yang lain, aliran ini
tidak mengajarkan masalah manusia, dunia dan surga. Melainan soal-soal
praktis dan politik. Fa Chia mengajarkan bahwa kekuasaan politik tidak harus
mulai dari contoh baik yang diberikan oleh kaisar atau pembesar-pembesar
lain, melainkandari suatu sistem undang-undang yang keras sekali. Tokoh
yang terkenal adalah Han Fei Tzu dan Li Sse , buku buku yag terkenal adalah
Chang Tze dan Han Fai Tze (kira kira 395). Ada sebagian pendapat bahwa
enam filsafat di atas berasal atau diikuti oleh golongan masyarakat tertentu.

4
Ibid 59
1. Confucianisme berasal dari para ilmuwan
2. Taoisme diikuti oleh para rahib (agamawan)
3. Yin-yang dari golongan okultisme (ahli magi)
4. Moisme berasal dari para ksatria
5. Ming Chia dari para ahli debat, orator
6. Fa Chia dar ahli-ahli politik.
2. Zaman Neo-Taoisme dan Budhisme (200-1000 M)
Bermula dari india, Budhisme yang lahir sebagai reaksi atas Hinduisme dan
kemudia perlawanan balik, melebarkan perkembangannya ke negara lain,
termasuk Cina. Di cina Budhisme diterima dengan baik dan mengalami
pembaruan dengan tradisi filsafat cina, yang pada waktu itu didominasi oleh
aliran Tao yang dihidupkan kembali sebagai Taoisme baru (Neo-Taoisme). Pada
zaman ini konsep Tao, mislanya,oleh Neo-Taoisme yang sudah terwanai
Budhisme diartikan sebagai nirvana sebgaimana dalam ajaran budhis.
3. Zaman Neo-Confucinisme (1000-1900 M)
Pada zaman ini Confucianisme klasik kembali menjadi ajaran filsafat
terpenting. Ia bangkit sebgai rekais atas Budhisme yang dianggap mengajarkan
hal-hal yang bertentangan dengan kebudayaan dari filsafat cina.
4. Zaman Modern (1900-...)
Sejarah modern filsafat cina dimulai skeitar tahun 1900, dengan
kecenderungan berikut. Pada permuaan abad 20 pengaruh filsafat barat cukup
besar. Banyak tulisan pemikir barat yang diterjemahkan dalam bahasa cina, aliran
filsafat barat yang populer di cina adalah pragmatisme, suatu jenis filsafat yang
lahir AS. Setelah pengaruh barat ini mulailah suatu rekasi berupa kecenderungan
untuk kembali ke tradisi lama, akhirnya terutam sejak 1950, filsafat cina dikuasai
pemikiran Marx, lenin, dan Mae Tse Tung.

C. CIRI CIRI FILSAFAT CINA


1. Dalam pemikiran kebanyakan orang Cina antara teori dan pelaksanaannya
tidak dapat dipisahkan, dengan demikian pemikiran spekulatif kurang
mendapat tempat dalam tradisi filsafat Cina, sebab filsafat justru lahir karena
adanya berbagai persoalan yang muncul dari kehidupan yang aktual.
2. Secara umum filsafat cina bertolak dari semacam ‘humanisme’, tekanannya
pada persoalan kemanusiaan melebihi filsafat Yunani dan India. Manusia dan
perilakunya dalam masyarakat dan peristiwa kemanusiaan menjadi perhatian
utama sebagian besar filosof Cina.
3. Dalam pemikiran filosof Cina etika dan spiritualitas (masalah keruhanian)
menyatu secara padu, etika dianggap sebagai tujuan kehidupan manusia dan
sekaligus tujuan hidupnya. Di lain hal konsep keruhanian diungkapkan melalui
perkembangan jiwa seseorang yang menjunjung tinggi etika.
4. Meskipun menekankan pada persoalan manusia sebagai makhluk sosial,
persoalan manusia sebagai makhluk sosial, persoalan yang bersangkut paut
dengan pribadi atau individualitas tidak dikesampingkan. Namun demikian
secara umu filsafat dapar diartikan sebagai ‘seni hidup bermasyarakat’ secara
baik dan cerdas.
5. Filsafat Cina secara umum mengajarkan sikap optimis dan demokratis, filsafat
Cina pada umumnya yakin bahwa manusia dapat mengatasi persoalan
persoalan hidupnya dengan menata dirinya melalui berbagai kebijakan praktis
serta menghargai kemanusiaan.
6. Agama dipandang tidak terlalu penting dibanding kebijakan berfilsafat,
mereka menganjurkan masyarakat mengurangi pemborosan dalam
penyelenggaraan upacara keagamaan atau penghormatan pada leluhur.
7. Penghormatan pada kemanusiaan dan individu tampak dalam filsafat hukum
dan politik, pribadi dianggap lebih tinggi nilainya dibanding aturan aturan
formal yang abstrak dari hukum, undang-undang dan etika. Dalam
memandang sesuatu tidak berdasarkan mutlak benar dan mutlak salah, jadi
berpedoman pada relativisme nilai-nilai.
8. Dilihat dari sudut pada intelektual, para filosof Cina berhasil membangun etos
masyarakat Cina seperti mencintai belajar dan mendorong orang gemar
melakukan penelitian mendalam atas segala sesuatu sebelum memecahkan dan
melakukan sesuatu.5

5
Ibid 62-64
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan pemikiran filsafat cina antara teori dan pelaksanaanya
tidak dapat dipisahkan, bertolak dari semacam ‘humanisme’ pemikiran filosof
cina etika dan spiritualitas (masalah keruhanian) menyatu secara padu, persoalan
yang bersangkut paut dengan pribadi atau individualitas tidak dikesampingkan,
mengajarkan sikap optimis dan demokratis. Agama dipandang tidak terlalu
penting dibanding keijakan berfilsafat, penghormatan terhadap kemanusiaan dan
individu tampak dalam filsafat hukum dan politik, dalam memandang sesuatu
tidak berdasarkan mutlak benar dan mutlak salah jadi berpedoman pada
relativisme nilai-nilai. membangun etos masyarakat cina seperti mencintai belajar
dan mendorong orang gemar melakukan penelitian mendalam atas segala sesuatu
sebelum memecahkan dan melakukan sesuatu.
B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya sapat
dipertanggungjawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah
dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Fung Yu-Lan, Sejarah Filsafat Cina, (Yogyakarta: Pustaka belajar, 2007), 20-23.

Limas Dodi, M.Hum, Filsafat Umum.56.

www.elearning.gunadarma.ac.id

Anda mungkin juga menyukai