Anda di halaman 1dari 22

KONSEP MENUA

OLEH:
NI MADE WIDYANTHI
173222816
B.10.B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi atas
Waranugraha Beliaulah penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Menua”
ini tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dengan bantuan dari berbagai pihak yang membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian.

Denpasar, Februari 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I​ ​PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
D. Manfaat Penulisan 2
BAB II​ ​PEMBAHASAN 3
A. Definisi Menua 3
B. Sifat Proses Menua 3
C. Faktor yang Mempengaruhi Proses Menua 3
D. Tahap Proses Menua 4
E. Teori Proses Menua 4
F. Perubahan yang Terjadi pada Lansia 8
BAB III PENUTUP 17
A. Simpulan 17
B. Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia terlahir ke dunia tentu dengan berbagai problematika yang menyertainya
dan harus di terima dalam kehidupannya. Salah satu dari problema tersebut adalah suatu
keadaan yang beriring dengan waktu, aktivitas yang dilakukan dan kondisi tubuh yang
kian lama kian menurun. Hal tersebut akrab dengan istilah “menua”.
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses
menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua.
Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan
semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsional
(Nugroho, 2008).
Proses menua (aging) merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang
telah mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya
kemunduran sejalan dengan waktu dan proses alami yang disertai dengan adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial serta saling berinteraksi satu sama
lain. Proses menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui tiga
tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional limitations),
ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan dialami
bersamaan dengan proses kemunduran.
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus secara alami. Menua
bukanlah suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam maupun luar tubuh. Memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang
sering menghinggapi kaum lanjut usia. Lanjut usia akan selalu bergandengan dengan
perubahan fisiologi maupun psikologi (Nugroho, 2008).

4
Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling
berkaitan. Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang proses
menua yang tidak seragam. Secara umum, proses menua didefinisikan sebagai perubahan
yang terkait waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan detrimental. Keadaan
tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan
untuk dapat bertahan hidup. Berakitan dengan hal tersebut makalah ini akan membahas
mengenai konsep menua.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari menua?
2. Bagaimanakah sifat proses menua?
3. Apakah faktor yang mempengaruhi proses menua?
4. Bagaimanakah tahap dari proses menua?
5. Bagaimanakah teori proses menua?
6. Bagaimanakah perubahan yang terjadi pada lansia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari menua
2. Untuk mengetahui sifat proses menua
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi proses menua
4. Untuk mengetahui tahap dari proses menua
5. Untuk mengetahui teori proses menua
6. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada lansia

D. Manfaat Penulisan
Makalah ini mempunyai manfaat khususnya bagi pembaca atau mahasiswa
jurusan keperawatan agar mengetaui dan dapat memahami tentang konsep keluarga.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Menua
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diterima. Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut)
secara alamiah. Proses menua dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua
mahluk hidup (Nugroho, 2008).
Menua juga didefinisikan sebagai penurunan fungsi tubuh seiring waktu yang
terjadi pada sebagian besar makhluk hidup, ditandai kelemahan, meningkatnya
kerentanan terhadap penyakit dan perubahan lingkungan, hilangnya mobilitas dan
ketangkasan serta perubahan fisiologis yang terkait usia.Penuaan adalah normal dan tidak
dapat dihindari oleh setiap manusia. Namun demikian penuaan pada setiap individu akan
berbeda tergantung pada stresor yang mempengaruhi penuaan itu sendiri (Stanley &
Patricia, 2006).

B. Sifat Proses Menua


Proses menua bersifat individual:
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.
2. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.
3. Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.

C. Faktor yang Mempengaruhi Proses Menua


Menurut Nugroho (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan terdiri dari :
1. Hereditas atau penuaan genetik
2. Nutrisi atau makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup

6
5. Lingkungan
6. Stres
D. Tahap Proses Menua
Menurut dr. Maria Sulindro (2010), proses penuaan tidak terjadi secara serta
merta melainkan secara bertahap dan secara garis besar dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Tahap Subklinik (Usia 25-35 tahun)
Usia ini dianggap usia muda dan produktif, tetapi secara biologis mulai terjadi
penurunan kadar hormon di dalam tubuh, seperti growth hormone, testosteron dan
estrogen. Namun belum terjadi tanda-tanda penurunan fungsi-fungsi fisiologis tubuh.
2. Tahap Transisi (Usia 35-45 tahun)
Tahap ini mulai terjadi gejala penuaan seperti tampilan fisik yang tidak muda lagi,
seperti penumpukan lemak di daerah sentral, rambut putih mulai tumbuh,
penyembuhan lebih lama, kulit mulai berkeriput, penurunan kemampuan fisik dan
dorongan seksual hingga berkurangnya gairah hidup. Radikal bebas mulai merusak
ekspresi genetik yang dapat bermanisfestasi pada berbagai penyakit. Terjadi
penurunan lebih jauh kadar hormone-hormon tubuh yang mencapai 25% dari kadar
optimal.
3. Tahap Klinik (Usia 45 tahun ke atas)
Gejala dan tanda penuaan menjadi lebih nyata yang meliputi penurunan semua fungsi
sistem tubuh, antara lain sistem imun, metabolisme, endokrin, seksual dan reproduksi,
kardiovaskuler, gastrointestinal, otot dan saraf. Penyakit degeneratif mulai
terdiagnosis, aktivitas dan kualitas hidup berkurang akibat ketidakmampuan baik fisik
maupun psikis yang sangat terganggu.

E. Teori Proses Menua


Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi biasanya
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu teori biologis, psikososial, dan teori
penuaan akibat metabolisme.
1. Teori biologis

7
Pada teori ini menjelaskan adanya peerubahan-perubahan pada tingkat seluler yang
dapat mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi biologis pada tubuh. Teori penuaan
secara biologis dapat dijelaskan dalam teori-teori berikut:

a. Teori Genetik Clock


Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program
jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu
dan jika jam ini sudah habis putarannya maka, akan menyebabkan berhentinya
proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick, (1980) dikutif
Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan antara
kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies Mutasisomatik
(teori error catastrophe) hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam
menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor
lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum
diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori
ini terjadinya mutasi yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan
terjadinya penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.
b. Teori Mutasi Somatik
Menurut teori ini, penuaan terjadi karena adanya mutasi somatik akibat
pengaruh lingkungan yang buruk. Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi
DNA atau RNA dan dalam proses translasi RNA protein/enzim. Kesalahan ini
terjadi terus-menerus sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau
perubahan sel menjadi kanker atau sel menjadi penyakit. Setiap sel pada saatnya
akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas adalah mutasi sel kelamin
sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel (Suhana, 2000).
c. Teori Autoimun
Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang
dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali
dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya

8
kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan mengakibatkan sistem imun
tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan
menghancurkannya Goldstein (1989) dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan
dengan makin bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia
(Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem
imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses
menua, daya serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel
patologis meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari
Nuryati, 1994)
d. Teori Kerusakan Akibat Radikal Bebas (​Free Radical Theory)​
Teori radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas dan di dalam tubuh,
karena adanya proses metabolisme atau proses pernapasan di dalam mitokondria.
Radikal bebas merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena
mempunyai elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat
atom atau molekul lain yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan
dalam tubuh. Tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan
oksidasi oksigen bahan organik, misalnya karbohidrat dan protein. Radikal bebas
ini menyebabkan sel tidak dapat bergenerasi (Halliwel, 1994). Radikal bebas
dianggap sebagai penyabab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Radikal
bebas yang terdapat dilingkungan seperti : asap kendaraan bermotor, asap rokok,
zat pengawet makanan, radiasi, sinar ultraviolet yang mengakibatkan terjadinya
perubahan pigmen dan kolagen pada proses menua.
e. Teori Rantai Silang (​Cross Link Theory​)
Teori ini menjelaskan bahwa menua disebabkan oleh lemak, protein,
karbohidrat, dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi dengan zat kimia dan
radiasi, mengubah fungsi jaringan yang menyebabkan perubahan pada membran
plasma, yang mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku, kurang elastis, dan
hilangnya fungsi pada proses menua.
f. Teori ​Tear and Wear

9
Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik, terdiri atas teori oksidasi
stres ​(wear and tear theory). Di sini terjadi kelebihan usaha dan stres
menyebabkan sel tubuh lelah terpakai (regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal).

2. Teori psikososial
Teori psikososial terdiri dari:
a. Teori Kepribadian
Teori ini menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa
menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Dalam teorinya Jung (1971)
menyatakan bahwa terdapat kepribadian introvert dan ekstrovert dan
keseimbangan terhadap keduanya sangat penting bagi kesehatan. Dalam konsep
interioritas ini Jung mengungkapkan bahwa separuh kehidupan manusia
berikutnya digambarkan dengan memiliki tujuannya sendiri, yaitu untuk
me-ngembangkan kesadaran diri sendiri melalui aktivitas yang dapat
merefleksikan dirinya sendiri. Lansia sering menemukan bahwa hidup telah
memberikan satu rangkaian pilihan yang sekali dipilih, akan membawa orang
tersebut pada suatu
b. Teori Tugas Pengembangan
Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi
oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai
penuaan yang sukses. Erickson (1986) menguraikan tugas utama lansia adalah
mampu melihat kehidupan seseorang sebagai bagian kehidupan yang dijalani
dengan integritas. Pada kondisi tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah
menikmati kehidupan yang yang baik, maka lansia tersebut beresiko untuk
disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa.
c. Teori Disengagement
Teori pembebasan (disengagement theory): putusnya pergaulan atau
hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya.
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan

10
diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya.
Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara
kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (triple loss),
yakni : kehilangan peran (loss of role), hambatan kontak sosial (restriction of
contacts and relationship), dan berkurangnya komitmen (reduced commitment to
social mores and values) (Nugroho, 2002).
d. Teori Aktivitas
Teori aktivitas atau kegiatan (activity theory): seseorang yang di masa
mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya setelah menua, sense of
integrity yang dibangun di masa mudanya tetap terpelihara sampai tua. Pada
lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari usia lanjut.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil
dari usia pertengahan ke lanjut usia (Nugroho, 2000).
e. Teori Kontinuitas
Teori kepribadian berkanjut (continuity theory) : dasar kepribadian atau
tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Identity pada lansia yang sudah
mantap memudahkan dalam memelihara hubungan dengan masyarakat,
melibatkan diri dengan masalah di masyarakat, keluarga dan hubungan
interpersonal. Perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya (Kuntjoro, 2002).

3. Teori penuaan akibat metabolisme


Teori ini menjelaskan bahwa perpanjangan umur dapat dihubungkan dengan
tertundanya proses degeneratif. Perpanjangan umur disebabkan karena menurunnya
salah satu atau beberapa proses metabolisme tubuh (Nugroho, 2008). Menurut teori ini
menurunnya proses metabolism akan memperpanjang umur, karena terjadi penurunan
jumlah kalori untuk proses metabolism. Modifikasi cara hidup yang kurang bergerak
menjadi lebih banyak bergerak mungkin juga dapat memperpanjang umur.
Pengurangan intake kalori pada rodentia muda akan menghambat pertumbuhan dan

11
memperpanjang umur. Terjadi penurunan pengeluaran hormone yang merangsang
poliferasi sel, misalnya insulin dan hormone pertumbuhan(MC Kay et all,1935 dikutip
darmojo dan martono, 2004)

F. Perubahan yang Terjadi pada Lansia


1. Perubahan proses fisiologis
Secara umum perubahan proses fisiologis proses menua adalah:
a. Perubahan Mikro
1) Berkurangnya cairan dalam sel
2) Berkurangnya besarnya sel
3) Berkurangnya jumlah sel
b. Perubahan Makro
1) Mengecilnya mandibular
2) Menipisnya discus intervertebralis
3) Erosi permukaan sendi-sendi
4) Osteoporosis
5) Atropi otot (otot semakin mengecil, bila besar berarti ditutupi oleh lemak
tetapi kemampuannya menurun)
6) Emphysema Pulmonum
7) Presbyopi
8) Arterosklerosis
9) Manopause pada wanita
10) Demintia senilis
11) Kulit tidak elastic
12) Rambut memutih

2. Perubahan yang terjadi pada lansia


a. Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh,
diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem

12
pengaturan tubuh, muskuloskeletal, susunan saraf pusat, gastrointestinal, genito
urinaria, endokrin dan integumen.
1) Sistem pernafasan pada lansia.
a) Penurunan elastisitas paru
b) Penurunan kekuatan otot nafas
c) Kekakuan costae cartilago
d) Kapasitas vital paru turun, pertukaran gas terganggu, batuk susah keluar,
cepat sesak nafas, RR istirahat meningkat, mukosa mengering
e) Batuk
Faktor yang mempengaruhi, yaitu:
● Polusi udara
● Rokok
● COPD
● Epidemi ISPA
● Penurunan otot pernafasan
● Olahraga kurang
2) Sistem persyarafan pada lansia
a) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
b) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
c) Mengecilnya syaraf panca indera.
d) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf
pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan
rendahnya ketahanan terhadap dingin.
3) Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
a) Penglihatan
● Kornea lebih berbentuk skeris.
● Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
● Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
● Meningkatnya ambang pengamatan sinar: daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.

13
● Hilangnya daya akomodasi.
● Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
● Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada
skala.
b) Pendengaran.
● Presbiakusis (gangguan pada pendengaran): Hilangnya kemampuan
(daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara,
antara lain nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata
- kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
● Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
● Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya kreatin.
c) Pengecap dan penghidu.
● Menurunnya kemampuan pengecap.
● Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera
makan berkurang.
d) Peraba.
● Kemunduran dalam merasakan sakit.
● Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
4) Perubahan kardiovaskuler pada usia lanjut.
a) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
b) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% pertahun sesudah
berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
c) Kehilangan elastisitas pembuluh darah
d) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
e) Jumlah sel myocard menurun, BB jantung menurun, akumulasi lifofusin,
turbulensi fibrotik
f) SA Node berkurang

14
g) Penurunan Hb, Leuku, HT
h) Penurunan CO, SV
i) Peningkatan resistensi perifer
j) Hipoksia, angina, confuse, mur-mur , kontraksi ventrikel berkurang
Faktor yang mempengaruhi kerusakan vaskuler:
● Gaya hidup
● Rokok dan minum kopi
● Pola makan tinggi kolesterol
● Olahraga (-)
● Sering terjadi infeksi
5) Sistem genito urinaria.
a) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %,
fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1
) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat.
b) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot - otot menjadi lemah, kapasitasnya
menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat,
vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga
meningkatnya retensi urin.
c) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
d) Atropi vulva.
e) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih
alkali terhadap perubahan warna.
f) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
6) Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
a) Produksi hampir semua hormon menurun.

15
b) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
c) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di
pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan
LH.
d) Menurunnya aktivitas tiriod, BMR turun dan menurunnya daya pertukaran
zat.
e) Menurunnya produksi aldosteron.
f) Menurunnya sekresi hormon bonads: progesteron, estrogen, testosteron.
g) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari
sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa
(stress).
7) Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.
a) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk.
b) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
atropi indera pengecap (± 80%), hilangnya sensitivitas dari syaraf
pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
c) Esofagus melebar.
d) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
e) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
f) Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu).
g) Liver (hati), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
8) Sistem muskuloskeletal.
a) Tulang kehilangan densikusnya, rapuh.
b) Resiko terjadi fraktur.
c) Kyphosis.
d) Persendian besar & menjadi kaku.

16
e) Pada wanita lansia > resiko fraktur.
f) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
9) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi badan
berkurang). Perubahan sistem kulit & jaringan ikat.
a) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak
b) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya
jaringan adipose
c) Kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu
tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
d) Kulit pucat dan terdapat bintik - bintik hitam akibat menurunnya aliran
darah dan menurunnya sel - sel yang meproduksi pigmen.
e) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan
luka - luka kurang baik.
f) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
g) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna
rambut kelabu.
h) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat dan kadang - kadang
menurun.
i) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
j) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak rendahnya akitfitas otot.
10) Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
a) Perubahan sistem reproduksi.
● Selaput lendir vagina menurun/kering.
● Menciutnya ovarium dan uterus.
● Atropi payudara.
● Testis masih dapat memproduksi sperma meskipun adanya penurunan
secara berangsur - angsur.
● Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi
kesehatan baik.

17
b) Kegiatan sexual.
Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi
kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang
mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam tiga
sisi: 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis
melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi, 2)
rohani, Secara rohani, tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan
tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola -
pola yang baku seperti binatang dan 3) sosial, Secara social, kedekatan
dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu alat
yang paling diharapkan dalam menjalani sexualitas.
Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu
dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui
bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua
tanpa harus berhubungan badan, masih banyak cara lain untuk dapat
bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan-pernyataan lain yang
menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi
hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.
11) Perubahan susunan saraf pusat
a) Fungsi nervus cranialis menurun : presbiopi, penurunan pendengaran
frekwensi tinggi, syaraf penggerak mata lambat, saraf pengecap berkurang.
b) Sistem motorik: gangguan jalan dan mobilitas langkah kecil. Reflek lutut
dan tumit turun
c) Sensorik: rasa getar menurun, toleransi terhadap temperature menurun.

b. Perubahan Psikososial
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika
lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik
berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.

18
2) Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan
dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal
tersebut dapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
3) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti
dengan keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode
depresi. Depresi juga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan
menurunnya kemampuan adaptasi.
4) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum,
gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif,
gangguan-gangguan tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan
berhubungan dengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping
obat, atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
5) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia
sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat
membunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau
menarik diri dari kegiatan sosial.
6) Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat
mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main
dengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur.
Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.

c. Perubahan Spiritual

19
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia semakin
matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak sehari-hari.

20
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diterima. Proses menua bersifat individual yaitu tahap proses menua
terjadi pada orang dengan usia berbeda, setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang
berbeda, dan tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
Faktor yang mempengaruhi proses menua terdiri dari hereditas atau penuaan genetik,
nutrisi atau makanan, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan, dan stress. Proses
menua terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap subklinik (usia 25-35 tahun), tahap transisi (usia
35-45 tahun), dan tahap klinik (usia 45 tahun ke atas). Ada 3 jenis teori proses menua
yaitu teori biologis, teori psikososial, teori penuaan akibat metabolism. Akan terjadi
perubahan fisik, perubahan psikososial, dan perubahan spiritual ketika lansia mengalami
penuaan.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini semua pihak yang tidak menutup
kemungkinan masyarakat, mahasiswa pada khususnya, dan seluruh jajaran terkait, dapat
memandang positif serta memahami adanya informasi ini.
Sebagai mahasiswa diharapkan mengetahui beberapa informasi dan pengetahuan
tentang konsep menua dan memahami ilmu yang tercantum didalamnya agar dapat
diterapkan didalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat umum.

21
DAFTAR PUSTAKA

Boedhi Darmojo, R. 2006. ​Buku Ajar Geriatri.​ Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Digital Library Universitas Muhammadiyah Semarang. 2014. ​Teori dan Konsep Menua.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-diahadinin-6105-2-babii.pdf
diakses tanggal 21 Februari 2018 pukul 12.00 Wita

Kholifah, Siti Nur. 2016. ​Keperawatan Gerontik​. Jakarta: Kemenkes RI

Lueckennotte, Annette G. 1996. ​Gerontologic Nursing.​ St. Louis : Mosby Year Incorporation

Nugroho, Wahjudi. 2008. ​Keperawatan Gerontik & Geriatrik, Edisi 3​. Jakarta: EGC.

StanleyM, Patricia GB. 2006 . ​Buku Ajar Keperawatan Gerontik​ . Jakarta : EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai