Anda di halaman 1dari 3

Ini Lokasi Dapur Umum Kemensos di Daerah Bencana Sulawesi Tengah ANDRI DONNAL PUTERA

Kompas.com - 03/10/2018, 07:31 WIB Kapal Sabuk Nusantara 39 kandas akibat tsunami di
Pelabuhan Wani 2, Kecamatan Tanatopea, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Selasa
(2/10/2018). Gempa yang terjadi di Palu dan Donggala mengakibatkan 925 orang meninggal dunia
dan 65.733 bangunan rusak.(KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO) JAKARTA, KOMPAS.com -
Kementerian Sosial menyediakan sembilan lokasi dapur umum yang diperuntukkan bagi para
korban bencana Palu, Donggala, dan daerah lain di Sulawesi Tengah. Dapur umum tersebut
menyediakan makanan seperti nasi, berbagai lauk, hingga ragam makanan kecil lainnya yang bisa
dinikmati para korban selama tinggal di pengungsian. "Di satu dapur umum, (dalam) satu jam bisa
memasak 500 bungkus nasi. Anak-anak Tagana (Taruna Siaga Bencana) sudah memasak untuk
mereka di pengungsian," kata Staf Ahli Menteri Sosial Syahabuddin dalam diskusi di Kementerian
Komunikasi dan Informatika, Selasa (2/10/2018) malam. Syahabuddin menjelaskan, personel
Tagana di satu dapur umum bisa membuat hingga 2.000 porsi untuk satu kali memasak. Makanan
yang tersedia di tiap dapur umum minimal ada nasi, lalu ikan sarden, biskuit, hingga kecap dan
kelengkapan bahan makanan lainnya. Meski begitu, Syahabuddin menyebut ada kendala dari sisi
komunikasi dan transportasi yang menyebabkan dapur umum belum melayani secara maksimal.
Seperti adanya bahan makanan yang terkendala saat pengiriman karena keterbatasan slot pesawat
yang harus antre dengan pesawat lain yang sama-sama mengangkut bantuan. Baca juga: Ahli Waris
Korban Gempa Sulteng Bisa Klaim Asuransi Tanpa Dokumen, asal... "Kemensos masih ada satu
pesawat carter dari Halim, mengangkut logistik dari gudang kami di Bekasi, tapi karena pesawatnya
masih antrean, maka kami diarahkan ke Makassar, transit, baru ke Palu," tutur Syahabuddin. Berikut
lokasi dapur umum Kemensos di Palu dan sekitarnya: - Kantor Dinas Sosial Provinsi Sulawesi
Tengah (sudah beroperasi) - Rumah Jabatan Gubernur (sudah beroperasi) - Desa Lasoani
Kawatuna (sudah beroperasi) - Lapangan Wali Kota Palu (sudah beroperasi) - Perumnas Balaroa
(sudah beroperasi) - Kelurahan Siranindi, Palu Barat (sudah beroperasi) - Parigi (dalam persiapan) -
Sigi (dalam persiapan) - Donggala (dalam persiapan)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Lokasi Dapur Umum Kemensos di Daerah
Bencana Sulawesi Tengah", https://ekonomi.kompas.com/read/2018/10/03/073100026/ini-lokasi-
dapur-umum-kemensos-di-daerah-bencana-sulawesi-tengah.
Penulis : Andri Donnal Putera

Editor : Erlangga Djumena

Rekomendasi untuk fisioterapis

1. Fisioterapi harus mampu membina hubungan baik secara


intense dengan instansi yang diakui secara internasional / LSM
untuk memastikan bahwa layanan profesional dikoordinasikan
dan dimasukkan sebagai bagian dari program rancangan
pembangunan nasional yang berkelanjutan dalam kerangka
manajemen bencana.

2. Mitigasi dan Kesiapsiagaan adalah cara utama untuk


mengurangi dampak bencana dan mitigasi dan kesiapsiagaan
berbasis masyarakat/ manajemen harus menjadi prioritas tinggi
dalam praktek manajemen fisioterapi.

3. Korban bencana yang mengalami gangguan gerak dan fungsi


dapat dimulai di fase awal untuk mendapat perawatan di rumah
sakit terdekat, atau pada langkah sementara dilokasi dengan
bantuan medis oleh tim bantuan bencana lokal serta organisasi
bencana internasional. Namun kembali ke rumah mereka untuk
membangun kembali kehidupan mereka adalah kepentingan
utama bagi para korban. Oleh karena itu penting sekali
diperhatikan bahwa layanan fisioterapi disediakan sebagai
bagian dari rehabilitasi berbasis masyarakat. Orang-orang biasa
dan masyarakat yang kaya serta memiliki pengetahuan yang
dapat pergi jauh untuk meningkatkan proses rehabilitasi mereka.
Hal ini untuk memastikan bahwa kita menanggapi bencana
secara holistik.
Menurut sensus 2009, 30% dari populasi masyarakat Indonesia tinggsl di
kota, dan 70% dari populasi masyarakat terpusat di daerah pedesaan.
Mereka semua tentu memiliki hak yang sama terhadap pengobatan dan
penanganan tindakan intervensi fisioterapi tanpa terkecuali. Oleh karena itu,
kami berharap semua anggota Ikatan fisioterapi indonesia, Asosiasi
perguruan tinggi fisioterapi indonesia dan mahasiswa fisioterapi untuk
senantiasa mendorong kesehatan masyarakat dengan membangun pusat
rehabilitasi fisioterapi di pedesaan. Bencana gempa bumi di Nepal menjadi
momentum titik tolak fisioterapi indonesia untuk dapat mengambil
kesempatan belajar demi pengembangan keilmuan fisioterapi manajemen
bencana lebih lanjut di masyarakat. Dalam bencana di masa depan kelak,
fisioterapi akan bermanfaat dalam mengobati dan mencegah cedera para
anggota penyelamat atau SAR menggunakan terapi manual dan mengobati
kondisi gangguan muskuloskeletal, pasien kritis, pernapasan, dan pasien luka
bakar. Beberapa area kompetensi yang unik dari keterampilan yang
ditemukan untuk ditawarkan kepada fisioterapis, termasuk menilai dan
memperlakukan korban dengan cedera akut, mencegah cedera di antara
petugas penyelamat atau SAR, dan mungkin mencegah atau mengurangi
beban disfungsi kronis antara pasien setelah fase darurat. Ada peran baru
yang ternyata terbuka lebar dalam menanggapi bencana, tetapi nampaknya
fisioterapi harus bangkit untuk segera menjadi fisioterapi yang menguasai
sains dan knowledge sesuai Evidence Based Practice sebagai profesi
mampu manjadi advokat sendiri, dimulai dengan kesadaran individu. Implikasi
bagi profesi secara keseluruhan adalah bahwa kebutuhan untuk pelatihan
kebencanaan lebih lanjut, harus selalu diakui fisioterapi masih perlu
meningkatkan hal ini dan saling berbagi pengalaman yang dapat dituangkan
dalam pertemuan-pertemuan ilmiah fisioterapi.

Rekomendasi untuk fisioterapis


1. Fisioterapi harus mampu membina hubungan baik secara intense dengan instansi yang diakui
secara internasional / LSM untuk memastikan bahwa layanan profesional dikoordinasikan dan
dimasukkan sebagai bagian dari program rancangan pembangunan nasional yang berkelanjutan
dalam kerangka manajemen bencana.
2. Mitigasi dan Kesiapsiagaan adalah cara utama untuk mengurangi dampak bencana dan mitigasi
dan kesiapsiagaan berbasis masyarakat/ manajemen harus menjadi prioritas tinggi dalam praktek
manajemen fisioterapi.
3. Korban bencana yang mengalami luka fisik dapat di fase awal dapat mendapat perawatan di
rumah sakit terdekat, atau pada langkah sementara dilokasi dengan bantuan medis oleh tim
bantuan bencana lokal serta organisasi bantuan

Anda mungkin juga menyukai