Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Toilet Training

2.2.1 Pengertian Toilet Training

Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar

mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besa

(Hidayat, 2005). Menurut Supartini (2004), toilet training merupakan aspek

penting dalam perkembangan anak usia todler yang harus mendapat perhatian

orang tua dalam berkemih dan defekasi. Dan toilet training juga dapat menjadi

awal terbentuknya kemandirian anak secara nyata sebab anak sudah bisa untuk

melakukan hal-hal yang kecil seperti buang air kecil dan buang air besar

(Harunyahya, 2007).

Pada tahapan usia 1 sampai 3 tahun atau usia toddler, kemampuan sfingter

uretra untuk mangontrol rasa ingin berkemih dan sfingter ani untuk mengontrol

rasa ingin defekasi mulai berkembang (Supartini, 2002). Sedangkan menurut

Gupte (2004) sekitar 90 persen bayi mulai mengembangkan kontrol kandung

kemihnya dan perutnya pada umur 1 tahun hingga 2,5 tahun. Dan toilet training

ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak yaitu umur 18 bulan sampai 24

bulan (Hidayat, 2005).

2.1.2 Cara mengajarkan toilet training pada anak

Latihan buang air besar atau buang air kecil pada anak atau dikenal dengan

nama toilet training merupakan suatu hal yang harus dilakukan pada orang tua

Universitas Sumatera Utara


anak, mengingat dengan latihan itu diharapkan anak mempunyai kemampuan

sendiri dalam melaksanakan buang air kecil dan buang air besar tanpa merasakan

ketakutan atau kecemasan sehingga anak akan mengalami pertumbuhan dan

perkembangan sesuai usia tumbuh kembang anak. Banyak cara yang dapat

dilakukan oleh orang tua dalam melatih anak untuk buang air besar dan kecil, di

antaranya:

1) Teknik lisan

Merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan intruksi

pada anak dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air kecil dan buang air

besar. Cara ini kadang-kadang merupakan hal biasa yang dilakukan pada orang

tua akan tetapi apabila kita perhatikan bahwa teknik lisan ini mempunyai nilai

yang cukup besar dalam memberikan rangsangan untuk buang air kecil atau buang

air besar dimana lisan ini persiapan psikologis pada anak akan semakin matang

dan akhirnya anak mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air kecil dan

buang air besar.

2) Teknik modelling

Merupakan usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang air besar

dengan cara meniru untuk buang air besar atau mamberikan contoh. Cara ini juga

dapat dilakukan dengan memberikan contoh-contoh buang air kecil dan buang air

besar atau membiasakan buang air kecil dan buang air besar secara benar.

Dampak yang jelek pada cara ini adalah apabila contoh yang diberikan salah

sehingga akan dapat diperlihatkan pada anak akhirnya anak juga mempunyai

kebiasaan salah. Selain cara tersebut di atas terdapat beberapa hal yang dapat

Universitas Sumatera Utara


dilakukan seperti melakukan observasi waktu pada saat anak merasakan buang air

kecil dan buang air besar, tempatkan anak di atas pispot atau ajak ke kamar

mandi, berikan pispot dalam posisi aman dan nyaman, ingatkan pada anak bila

akan melakukan buang air kecil dan buang air besar, dudukkan anak di atas pispot

atau orang tua duduk atau jongkok di hadapannya sambil mengajak bicara atau

bercerita, berikan pujian jika anak berhasil jangan disalahkan dan dimarahi,

biasakan akan pergi ke toilet pada jam-jam tertentu dan beri anak celana yang

mudah dilepas dan dikembalikan (hidayat, 2005).

2.1.3 Latihan mengontrol berkemih dan defekasi pada anak

Orang tua harus diajarkan bagaimana cara melatih anak untuk mengontrol

rasa ingin berkemih, di antaranya pot kecil yang bisa diduduki anak apabila ada,

atau langsung ke toilet, pada jam tertentu secara regular. Misalnya, setiap dua jam

anak dibawa ke toilet untuk berkemih. Anak didudukkan pada toilet atau pot yang

bisa diduduki dengan cara menapakkan kaki dengan kuat pada lantai sehingga

dapat membantunya untuk mengejan. Latihan untuk merangsang rasa untuk

mengejan ini dapat dilakukan selam 5 sampai 10 menit. Selama latihan, orang tua

harus mengawasi anak dan kenakan pakaian anak yang mudah untuk dibuka

(Supartini, 2002).

2.1.4 Faktor-faktor yang mendukung toilet training pada anak

1) Kesiapan fisik

a. Usia telah mencapai 18-24 bulan.

b. Dapat jongkok kurang dari 2 jam

c. Mempunyai kemampuan motorik kasar seperti duduk dan berjalan

Universitas Sumatera Utara


d. Mempunyai kemampuan motorik halus seperti membuka celana dan

pakaian

2) Kesiapan mental

a. Mengenal rasa ingin berkemih dan defekasi

b. Komunikasi secara verbal dan nonverbal jika merasa ingin berkemih

c. Keterampilan kognitif untuk mengikuti perintah dan meniru perilaku

orang lain

3) Kesiapan psikologis

a. Dapat jongkok dan berdiri ditoilet selama 5-10 menit tanpa berdiri dulu

b. Mempunyai rasa ingin tahu dan rasa penasaran terhadap kebiasaan

orang dewasa dalam buang air keci, dan buang air besar

c. Merasa tidak betah dengan kondisi basah dan adanya benda padat

dicelana dan ingin segera diganti segera

4) Kesiapan orangtua

a. Mengenal tingkat kesiapan anak dalam berkemih dan defekasi

b. Ada keinginan untuk meluangkan waktu untuk latihan berkemih dan

defekasi pada anak

c. Tidak mengalami konflik tertentu atau stres keluarga yang berarti

(Perceraian)

2.1.5 Hal-hal yang perlu diperhatikan selama Toilet Training

1. Hindari pemakain popok sekali pakai.

2. Ajari anak mengucapkan kata-kata yang berhubungan dengan buang air

kecil dan buang air besar dengan benar.

Universitas Sumatera Utara


3. Motivasi anak untuk melakukan rutinitas ke kamar mandi seperti cuci

tangan dan kaki sebelum tidur dan cuci muka disaat bangun tidur.

4. Jangan memarahi anak saat anak dalam melakukan toilet training.

2.1.6 Tanda anak siap untuk melakukan toilet training

1. Tidak mengompol dalam waktu beberapa jam sehari minimal 3-4 jam

2. Anak berhasil bangun tidur tanpa mengompol

3. Anak mengetahui saat merasa ingin BAK dan BAB dengan

menggunakan kata-kata pup

4. Sudah mampu member tahu bila celana atau popok sekali pakainya

sugah basah dan kotor

5. Bila ingin BAK dan BAB anak memberi tahu dengan cara memegang

alat kelamin atau minta ke kamar mandi

6. Bias memakai dan melepas celana sendiri

7. Memperlihatkan ekspresi fisik misalnya wajah meringis, merah atau

jongkok saat merasa BAB dan BAK

8. Tertarik dengan kebiasaan masuk ke kamar mandi seperti kebiasaan

orang sekitarnya

9. Minta diajari menggunakan toilet

10. Mampu jongkok lima sampai sepuluh menit tanpa berdiri dulu

2.1.7 Pengkajian masalah toilet training

Pengkajian kebutuhan terhadap toilet training merupakan sesuatu yang

harus diperhatikan sebelum anak melakukan buang air kecil dan buang air besar,

mengingat anak yang melakukan buang air besar atau buang air kecil akan

Universitas Sumatera Utara


meengalami proses keberhasilan dan kegagalan, selama buang air kecil dan buang

air besar. Proses tersebut akan dialami oleh setiap anak, untuk mencegah

terjadinya kegagalan maka dilakukan sesuatu pengkajian sebelum melakukan

toilet training yang meliputi pengkajian fisik, pengkajian psikologis, dan

pengkajian inteletual.

1) Pengkajian Fisik

Pengkajian fisik yang harus diperhatikan pada anak yang akan melakukan

buang air kecil dan buang air besar dapat meliputi kemampuan motorik kasar

seperti berjalan, duduk, meloncat dan kemampuan motorik halus seperti mampu

melepas celana sendiri. Kemampuan motorik ini harus mandapat perhatian karena

kemampuan untuk buang air besar ini lancar dan tidaknya dapat dilihat dari

kesiapan fisik sehingga ketika anak berkeinginan untuk buang air kecil dan buang

air besar sudah mampu dan siap untu melakukannya. Selain itu, yang harus dikaji

adalah pola buang air besar yang sudah teratur, sudah tidak mengompol setelah

tidur.

2) Pengkajian Psikologis

Pengkajian psikologis yang dapat dilakukan adalah gambaran psikologis

pada anak ketika akan melakukan buang air kecil dan buang air besar seperti anak

tidak rewel ketika akan buang air besar, anak tidak menangis sewaktu buang air

besar atau buang air kecil, ekspresi wajah menunjukan kegembiraan dan ingin

melakukan secara sendiri, anak sabar dan sudah mau ke toilet selama 5 sampai 10

menit tanpa rewel atau meninggalkannya, adanya keinginantahuan kebiasaan

Universitas Sumatera Utara


toilet training pada orang dewasa atau saudaranya, adanya ekspresi untuk

menyenangkan pada orangtuanya.

3) Pengkajian Intelektual

Pengkajian intelektual pada latihan buang air kecil dan buang air besar antara

lain kemampuan anak untuk mengertibuang air kecil dan buang air besar,

kemampuan mengkomunikasikan buang nair kecil dan buang air besar, anak

menyadari timbulnya buang air kecil dan buang air besar, mempunyai

kemampuan kognitif untuk meniru prilaku yang tepat seperti buang air kecil dan

buang air besar pada tempatnya serta etika dalam buang air kecil dan buang air

besar. Dalam melakukan pengkajian kebutuhan buang air kecil dan buang air

besar, terdapat beberapa hal-hal yang perlu diperhatikan selama toilet training,

diantaranya: hindari pemakain popok sekali pakai dimana anak akan merasa

aman, ajari anak mengucapkan kata-kata yang khas yang berhubungan dengan

buang air besar, mendorong anak melakukan rutinitas ke kamar mandi seperti cuci

muka saat bangun tidur, cuci muka, cuci kaki, dan lain-lain.

2.2 Eliminasi

2.2.1 Eliminasi Urine

Miksi (berkemih) adalah proses pengosongan kandung kemih bila

kandung kemih terisi. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung

kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas

nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua. Timbul refleks saraf

yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan

Universitas Sumatera Utara


kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan

keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik

medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat

korteks serebri atau batang otak.

Refleks Berkemih, ketika kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi

berkemih ini biasanya secara spontan berelaksasi setelah beberapa detik, otot

detrusor berhenti berkontraksi, dan tekanan turun kembali ke garis basal. Karena

kandung kemih terus terisi, refleks berkemih menjadi bertambah sering dan

menyebabkan kontraksi otot detrusor lebih kuat.

Sekali refleks berkemih mulai timbul, refleks ini akan menghilang sendiri.

Artinya, kontraksi awal kandung kemih selanjutnya akan mengaktifkan reseptor

regang untuk menyebabkan peningkatan selanjutnya pada impuls sensorik ke

kandung kemih dan uretra posterior, yang menimbulkan peningkatan refleks

kontraksi kandung kemih lebih lanjut, jadi siklus ini berulang dan berulang lagi

sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat. Kemudian, setelah

beberapa detik sampai lebih dari semenit, refleks yang menghilang sendiri ini

mulai melemah dan siklus regeneratif dari refleks miksi ini berhenti,

menyebabkan kandung kemih berelaksasi.

Jadi refleks berkemih adalah suatu siklus tunggal lengkap dari :

Peningkatan tekanan yang cepat dan progresif, Periode tekanan dipertahankan dan

Kembalinya tekanan ke tonus basal kandung kemih. Sekali refleks berkemih

terjadi tetapi tidak berhasil mengosongkan kandung kemih, elemen saraf dari

Universitas Sumatera Utara


refleks ini biasanya tetap dalam keadaan terinhibisi selama beberapa menit sampai

satu jam atau lebih sebelum refleks berkemih lainnya terjadi. Karena kandung

kemih menjadi semakin terisi, refleks berkemih menjadi semakin sering dan

semakin kuat. Sekali refleks erkemih menjadi cukup kuat, hal ini juga

menimbulkan refleks lain, yang berjalan melalui nervus pudendal ke sfingter

eksternus untuk menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih kuat dalam otak daripada

sinyal konstriktor volunter ke sfingter eksterna, berkemih pun akan terjadi. Jika

tidak, berkemih tidak akan terjadi sampai kandung kemih terisi lagi dan refleks

berkemih menjadi makin kuat.Pada umumnya anak kecil masih tidak mampu

mengontrol sfingter eksternal. Enuresis Sering terjadi pada anak-anak, Umumnya

terjadi pada malam hari, nocturnal enuresis dapat terjadi satu kali atau lebih dalam

semalam. Penyebab enuresis

Kesulitan mengontrol kandung kemih

Kebanyakan anak-anak belajar untuk tidak mengompol di siang hari pada

umur dua tahun dan umur tiga tahun, mereka juga tidak mengompol pada malam

hari. Beberapa anak sengaja menanyakan toiletnya setiap beberapa menit sekali;

anak yang lainnya akan mengompol setelah beranjak dari toiletnya. Beberapa

kelompok anak sengaja buang air kecil untuk beberapa lama. Untuk semua hal ini

mungkin lebih baik untuk mencari penyebab masalah prilaku ini. Perlu untuk

orang tua melakukan sesuatu yang khusus untuk mengoreksi hal ini. Anda akan

memperlakukan semuanya dengan hanya mengabaikannya. Tetapi jangan lupa

mencari nasehat medis jika dicurigai ada penyakit. Jika anak mulai buang air

terus-menerus, pastikan bahwa anak tidak memmiliki infeksi saluran kemih.

Universitas Sumatera Utara


Kadangkala, anak anda mungkin mengucurkan air kencingnya teus-menerus

setiap menit. Dokter akan mencari tahu kemungkinan anak ini mengalami

malformasi yang biasanya diperbaiki dengan pembedahan. Frekuensi kencing

yang tinggi berhubungan dengan rasa haus dan rasa lapar mungkin disebabkan

diabetes mellitus. Dan orang tu dianjurkan untuk membawa anak ke dokter.

2.2.2 Eliminasi Fekal

Eliminasi produk sisa pencernaan yang teratur merupakan aspek penting

untuk fungsi normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan masalah

pada sistem gastrointestinal dan sistem tubuh lainnya. Pengeluaran feses yang

sering, dalam jumlah besar dan karakteristiknya normal biasanya berbanding lurus

dengan rendahnya insiden kanker kolorektal (Robinson, 1989).

Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa

feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.

Refleks dalam proses defekasi, refleks defekasi intrinsik: berawal dari

feses yang masuk rektum sehingga terjadi distensi rektum, yang kemudian

menyebabkan rangsangan pada fleksus mesenterika dan terjadilah gerakan

perilstaltik. Feses di anus, secara sistematis spingter interna relaksasi maka

terjadilah defekasi. Refleks defekasi parasimpatis: feses yang masuk ke rektum

akan merangsang saraf rektum yang kemudian diteruskan ke spinal cord, dan dari

spinal cord kemudian dikembalikan ke kolon desenden, sigmoid dan rektum yang

menyebabkan intensifnya peristaltik, relaksasi spinter internal, maka terjadilah

defekasi.

Dorongan feses juga dipengaruhi oleh : kontraksi otot abdomen, tekanan

Universitas Sumatera Utara


diafragma, dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot

femur dan posisi jongkok. Feses normal berwarna coklat karena pengaruh

sterkobilin, mobilin, dan aktivitas bakteri. Bau khas karena pengaruh dari

mikroorganisme. Konsistensi lembek namun berbentuk.

Faktor Faktor yang mempengaruhi proses defekasi: usia, diet, intake

cairan, aktivitas, fisiologis, pengobatan, gaya hidup, prosedur diagnostik,

penyakit, anestesi dan pembedahan, nyeri, kerusakan sensorik dan motorik.

Pada usia bayi lambung kecil, enzim pencernaan sedikit. Makanan

melewati saluran pencernaan dengan cepat karena gerakan perilstaltik

berlangsung dengan cepat, kontrol defekasi belum berkembang (neuromuskuler

belum berkembang). Pada usia lanjut gigi mulai berkurang, jumlah enzim dalam

saliva dan volume asam lambung menurun, ketidakmampuan mencerna, kontrol

defekasi menurun. Makanan berserat akan mempercepat produksi feses,

banyaknya makanan yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses

defekasi. Tonus otot abdomen, pelvis dan diafragma akan sangat membantu

proses defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan feses bergerak

sepanjang kolon. Individu yang mengalami kecemasan, ketakutan atau marah.

Kesulitan mengontrol buang air besar

Selama masa latihan buang air besar, perhatikan bahwa anak tidak

mengalami kostipasi. Feses yang keras khususnya satu feses besar dengan

diameter yang besar bisa menyebabkan sakit. Terkadang kejadian seperti ini bisa

mengakibatkan robekan pada anus, yang biasa disebut retak anus yang cukup

menyakitkan dan butuh waktu lama untuk menyembuhkannya. Anak mengalami

Universitas Sumatera Utara


konstipasi kadang menahan buang air besar yang menyebabkan merasa lebih

sakit. Ternyata hasilnya masih merupakan feses yang lebih keras. Siklus yang

buruk sedang terjadi. Konsultasikan dengan dokter. Tugas anda adalah

memastikan anan anda mendapat cukup minuman dan makanan yang dapat

menyebabkan feses keras. Hindari menggunakan obat pencuci perut atau obat

pencahar.

Jika anak yang sudah dilatih menjadi tidak teratur buang air besarnya,

konsultasikan dengan dokter. Mungkin anak ini sudah mengalami infeksi,

misalnya diare. Akan munculnya gigi, marah, perubahan keadaan sekitar, dan

kecemburuan adalah faktor-faktor lain yang bisa menyebabkan kemunduran pada

seorang anak yang sudah belajar. Jangan memarahi atau mengejeknya.

Sebaliknya, dorong dia secara ramah untuk mengatasi kesulitan dan kembali ke

kondisi normal seperti yang sudah diberikan dalam latihan.

2.3 Anak usia todler

Todler adalah anak antara rentang usia 12 sampai 36 bulan. Toddler tersebut

ditandai dengan peningkatan kemandirian yang diperkuat dengan kemampuan

mobilitas fisik dan kognitif lebih besar (Harunyahya, 2007). Dan menurut Suryani

(2002) toddler adalah anak yang berusia dibawah lima tahun dalam masa tumbuh

kembang dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual yang pesat.

Definisi tumbuh kembang

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,

jumlah, ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang(centimeter, meter), umur

Universitas Sumatera Utara


tulang dan keseimbagan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh)

(Soetjiningsih, 2002).

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan, sebagai hasil proses pematangan dimana adanya proses diferensiasi

dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang

sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya

(Soetjiningsih, 2002).

2.3.1 Tahap tumbuh kembang pada todler

1) Dari 18 sampai 24 bulan

Tahap perkembangan balita dari 18 sampai 24 bulan yaitu:

Fisik: anoreksia fisiologis penurunan kebutuhan pertumbuhan, fontanel

anterior tertutup secara fisiologis mampu mengendalikan sfingter, linkar kepala 49

cm sampai 50 cm, lingkar dada lebih besar dari lingkar kepala, peningkatan berat

badan 1,8 kg sampai 2,7 kg, peningkatan tinggi badan biasanya 10 cm sampai

12,5 cm, tinggi badan dewasa dua kali tinggi pada usia 2 tahun, gigi geligi utama

16 gigi, dan telah siap untuk mulai kontrol usus dan kandung kemih di siang hari.

Motorik Kasar: berjalan naik tangga dengan satu tangan berpegangan,

menarik dan mendorong mainan, melompat di tempat dengan kedua kaki,

melempar bola dari satu tangan ke tangan lain tanpa jauh, naik dan turun tangga

sendiri dengan dua kaki pada setiap langkah, berlari dengan seimbang, dengan

langkah lebar, menangkap objek tanpa jatuh, menendang bola tanpa gangguan

keseimbangan.

Universitas Sumatera Utara


Motorik halus: membangun menara tiga sampai empat kotak, membalik

halaman dalam buku, dua atau tiga lembar, dalam menggambar membuat tekanan

sesuai tiruan, mengatur sendok tanpa memutar, menyusun dua atau leih kotak

menyerupai kereta, dalam menggambar meniru tekanan vertical dan melingkar,

menekan bel pintu.

Vokalisasi: mengatakan sepuluh kata atau lebih, menunjukkan objek umum,

seperti sepatu atau bola, dan dua atau tiga bagian tubuh, mempunyai

pembendaharaan kata kira-kira 30 kata, menggunakan dua sampai tiga kata untuk

kalimat, menggunakan kata ganti saya, aku, dan kamu, memahami perintah

langsung, mengungkapkan kebutuhan untuk toiletin, makan atau minum, bicara

dengan tidak terputus-putus.

Sosialisasi: mengatur sendok dengan baik, melepaskan sarung tangan, kaus

kaki, dan sepatu serta resleting, mulai sadar kepemilikan, mendorong orang untuk

menunjukkan sesuatu pada mereka, peningkatan kemandirian dari ibu, berpakaian

sendiri dengan pakaian sendiri.

2) Dari 2 sampai 3 tahun

Motorik Kasar: melompat dengan kedua kaki, melompat dari kursi

atau melangkah, berdiri sebentar pada langkah pada ujung ibu jari kaki, melempar

bola dari atas dengan tangan.

Motorik Halus: membangun menara delapan kotak, menambahkan

lubang asap pada kereta dari kotak, koordinasi jari baik, memegang krayon

dengan jari bukan menggenggamnya, menggerakan jari secara mandiri, mengenali

4 gambardengan namanya, menggambarkan penggunaan dua benda, menyalin

Universitas Sumatera Utara


gambar lingkaran, mengenal empat warna, berpakaian tanpa bantuan, menyiapkan

semangkuk sereal, manggambarkan penggunaan dua benda, mengenakan kaos

oblong.

Vokalisasi: memberikan nama pertama dan nama akhir, menggunakan

kata jamak, menyebutkan satu warna, mengenal seorang teman dengan sebuah

nama, melakukan percakapan dengan dua atau tiga kalimat, menggunakan kata

depan, meggunakan dua kata sifat.

Sosialisasi: dipisahkan dari ibu dengan lebih mudah, dalam bermain,

membantu menyingkirkan sesuatu, dapat membawa barang pecah belah,

mendorong dengan kendali yang baik, mulai mengakui perbedaan jenis kelamin

sendiri, dapat memenuhi kebutuhan ke toilet tanpa bantuan kecuali membersihkan

daerah anal nya, dan dapat mencuci dan mengeringkan tangan nya sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai