Anda di halaman 1dari 13

PENDIDIKAN BIOLOGI INOVATIF UNTUK REVOLUSI 4.

ESSAY
disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Pembelajaran Biologi Inovatif
yang diampu oleh Dr. Hadi Suwono, M.Si. dan Rifka Fachrunnisa, S.Pd., M.Ed.

Disusun Oleh:
Destha Ramadanty Prasutri (160341606015)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIOLOGI
Maret 2019
Pembelajaran Berbasis Kehidupan dan STEM (Science, Technology, Engineering,
dan Mathematics) sebagai Inovasi dalam Pembelajaran Biologi untuk Menghadapi
Era Revolusi Industri 4.0

Sejarah revolusi industri dimulai dari industri 1.0, 2.0, 3.0, hingga industri 4.0.
dari Perkembangan revolusi Industri yang pertama dimulai sekitar tahun 1800 yaitu
revolusi industri 1.0 yang ditandai dengan ditemukannya sebuah mesin uap. Dalam
revolusi ini semua industri menggantikan tenaga manusia dengan teknologi mesin.
Revolusi industri terus berkembang dan berlanjut menjadi revolusi industri 2.0 pada
tahun 1900 yang ditandai dengan temuan tenaga listrik seperti banyak peralatan pabrik
yang digantikan dengan listrik. Pada tahun 1970 berkembang revolusi industri 3.0 yang
ditandai dengan penemuan Programmable Logic Control (PLC). Programmable Logic
Control (PLC) merupakan rangkaian elektronik yang dapat mengontrol mesin-mesin.
Perkembangan revolusi industri yang berikutnya yaitu revolusi industri 4.0 dimulai pada
tahun 2000 yang ditandai dengan transaksi data besar dan smart factory. Revolusi
industri 4.0 akan terus berkembang dan akan diikuti munculnya revolusi industri 5.0
dan secara terus menerus akan berkelanjutan.
Revolusi industri akan tetap terjadi sepanjang sejarah ketika suatu teknologi dan
cara yang baru dapat memicu perubahan besar dalam sistem ekonomi dan struktur
sosial. Pada revolusi industri 4.0 tidak hanya mengandalkan mesin dengan sistem yang
cerdas, namun cakupannya lebih luas karena prosesnya terjadi bersamaan yaitu berupa
suatu gelombang terobosan pada beberapa bidang seperti sekuensi gen, nanoteknologi,
dan komputasi kuantum. Saat ini, revolusi industri 4.0 telah mengubah ekonomi,
pekerjaan, dan bahkan masyarakat itu sendiri. Hakikat dari revolusi industri 4.0 yaitu
penggabungan teknologi fisik dan digital melalui analitik, kecerdasan buatan, teknologi
kognitif, dan Internet of Things (IoT) untuk menciptakan sebuah perusahan digital yang
akan memiliki keterkaitan dan dapat menghasilkan suatu keputusan yang lebih tepat.
Perusahaan digital dapat melakukan komunikasi, analisis, dan penggunaan data untuk
mendorong tindakan cerdas di dunia fisik. Revolusi industri 4.0 menanamkan sebuah
teknologi yang cerdas dan dapat terhubung tidak hanya di dalam sebuah perusahaan,
tetapi juga pada kehidupan sehari-hari. World Economic Forum (WEF) mengatakan
bahwa revolusi industri 4.0 adalah sebuah revolusi berbasis Cyber Physical System yang
merupakan gabungan dari tiga domain yaitu digital, fisik, dan biologi.
Terdapat beberapa prinsip pada desain revolusi industri 4.0 yaitu dimulai dari
interoperability, virtualisasi, desentralisasi, kemampuan real time, berorientasi layanan
dan bersifat modular. Revolusi industri 4.0 berdasarkan prinsip kemampuan real time
diartikan sebagai era industri di mana dapat saling melakukan komunikasi secara real
time kapan saja dengan tetap berlandaskan pemanfaatan teknologi internet. Pada
perkembangan revolusi industri 4.0 hampir semua ranah kehidupan bertransformasi dari
manual menju ke digital. Salah satu contohnya pada dunia pendidikan yang semula
menggunakan sistem manual, kuno dan primitive kini sudah serba cyber seperti
penggunaan e-learnng (pembelajaran digital), e-library (perpustakaan digital), e-book
(buku online) dll. Era revolusi industri 4.0 telah mengubah suatu konsep pekerjaan,
struktur pekerjaan, dan kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia pekerjaan. Selain itu
era revolusi industri 4.0 juga mengubah cara pandang tentang pendidikan.
Dunia pendidikan pada era revolusi industri 4.0 sedang berada di masa
pengetahuan (knowledge age) dengan peningkatan pengetahuan yang sangat laur biasa.
Peningkatan pengetahuan didukung oleh penerapan media dan teknologi digital yang
biasanya disebut dengan information super highway. Gaya proses pembelajaran pada
masa pengetahuan (knowledge age) seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan masa
pengetahuan (knowledge age). Bahan pembelajaran harus menantang di mana siswa
dapat berkolaborasi menciptakan sebuah solusi dalam memecahkan masalah materi
pembelajaran dan masalah yang berkaitan dengan lingkungan. Pemechan masalah
mengarah ke pertanyaan dan siswa mencari jawaban yang dapat dicari pemecahan
permasalahannya menggunakan sumber daya informasi yang tersedia. Merubah sistem
pendidikan indonesia bukanlah pekerjaan yang mudah. Namun perubahan ini
merupakan sebuah keharusan jika tidak ingin terlindas oleh perubahan zaman global.
Beberapa perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan tidak hanya sekedar
cara mengajar guru, namun lebih esesnsial seperti perubahan cara pandang terhadap
suatu konsep pendidikan itu sendiri. Pendidikan seharusnya bisa menyiapkan siswa
untuk menghadapi revolusi industri 4.0 seperti menyiapkan siswa agar bisa
mengoperasikan teknologi seperti komputer, smartphone, dan perangkat/aplikasi
teknologi lainnya. Selain itu pendidikan juga seharusnya bisa menyiapkan siswa agar
bisa bekerja atau menciptakan pekerjaan yang sesuai dengan perkembangan zaman dan
membiasakan siswa untuk dapat memecahkan masalah yang ada dilingkungan. Untuk
bisa mencapai hal tersebut harus didukung dengan kualifikasi dan kompetensi seorang
guru yang berkualitas. Banyaknya teknologi dan informasi yang mudah diakses oleh
siswa dapat mempengaruhi aktivitas sekolah. Peran guru yang selama ini dianggap
sebagai satu-satunya penyedia ilmu pada saat proses pembelajaran (teacher center) kini
telah bergeser menjadi student center. Di masa ini dan yang akan datang peran seorang
guru di ruang kelas akan menjadi lebih menantang dan seorang guru harus memiliki
kreativitas yang tinggi agar bisa mengolah kelas sesuai perkembangan zaman.
Era revolusi industri 4.0 menjadi tantangan yang berat bagi seorang guru
khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Seorang guru harus bisa mengubah
cara mendidik dan cara membelajarkan suatu meteri di dalam kelas. Pembelajaran yang
semula hanya menekankan pada kognitif atau pengetahuan yang dimiliki siswa kini
harus memperhatikan muatan sikap dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa sehingga
dapat menghasilkan siswa yang bisa bersaing dengan kecanggihan teknologi dan
mampu bersikap bijak dalam menggunakan teknologi. Apabila guru/ pendidik masih
mempertahankan cara lama atau konvensional dalam mengajar maka guru tersebut akan
kehilangan peran seiring dengan berkembangnya teknologi dan metode yang digunakan
dalam pembelajaran. oleh sebab itu, kondisi seperti ini harus diatasi dengan kesadaran
dan motivasi dari seorang guru untuk meningkatkan kualifikasi serta kompetensinya
dalam mengembangkan pembelajaran sesuai dengan perkembangan zaman. Seharusnya
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran akan
memberikan dampak positif bagi siswa seperti minat belajar akan meningkatkan dan
lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. tidak hanya dampak terhadap minat siswa
untuk belajar, namun juga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan berbagai
macam aplikasi digital seperti multimedia interaktif, website, ebook, video animasi
interaktif merupakan salah satu dari alternatif untuk mengurangi penggunaan kertas.
Guru atau pendidik tidak perlu lagi mencetak lks dan soal yang akan diberikan kepada
siswa. Selain itu dengan penggunaan teknologi dan informasi, siswa juga bisa
melakukan evaluasi dengan menggunakan berbagai aplikasi online seperti facebook,
edmodoo, e-learning, sipejar, google drive dll.
Abad 21 ditandai dengan era revolusi industri 4.0 yang memiliki arti sebagai
abad globalisasi dimana kehidupan manusia akan mengalami perubahan yang berbeda
dengan kehidupan pada abad sebelumnya. Pada abad 21 ini menuntut sumber daya
manusia agar berkualitas yang dihasilkan oleh sebuah lembaga professional sehingga
nantinya akan diperoleh hasil yang unggul. Tuntutan yang baru ini diperlukan berbagai
terobosan dan paradigma baru dalam pola pikir, penyusunan suatu konsep dan tindakan
yang harus dilakukan. Apabila tantangan baru tersebut dihadapi dengan menggunakan
paradigma lama maka segala usaha akan mengalami kegagalan. Tantangan revolusi
industri 4.0 dalam dunia pendidikan kuncinya pada seorang guru atau pendidik. Zaman
berubah sangat cepat sehingga mengharuskan seorang guru untuk kreatif dan
menciptakan inovasi belajar yang mengikuti perkembangan zaman. Guru-guru di negara
Indonesia seharusnya bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman yang terjadi.
Karakteristik model pembelajaran dari revolusi industri 4.0 yaitu dengan
mengkombinasikan beberapa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
terbaru seperti sistem siber fisik, big data, permodelan virtualisasi, simulasi dari
peralatan yang memudahkan interaksi manusi dengan komputer.
Lembaga pendidikan dan guru seharusnya bisa memperkuat ke dalam berbagai
aspek untuk mengikuti perkembangan era revolusi industri 4.0, aspek tersebut seperti
kurikulum pendidikan, sistem pengajaran, manajemen yang digunakan, model
pembelajaran, strategi yang digunakan dalam mengajar, dan pendekatan pembelajaran
dengan penguatan keterampilan literasi abad 21. Beberapa upaya yang telah dilakukan
oleh lembaga pendidikan dan pemerintah yaitu dengan merubah kurikulum dan
menyertakan beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa pada era revolusi
industri 4.0 seperti 4C, 6L (6 literasi), dan 6K (6 Karakter).
Ketiga komponen tersebut berkontribusi dalam penerapan kurikulum
pendidikan. 4C diharapkan mampu membuat siswa bisa menghadapi tantangan yang
kompleks. 4C terdiri dari critical thinking and problem solving, creativity,
communication skill, dan collaboration skill. critical thinking and problem solving
merupakan kemampuan seseorang untuk memahami suatu informasi yang ada sehingga
akan memunculkan pandangan/perspektif dan dapat menemukan suatu solusi dari
permasalahan yang ditemukan. Selain itu keterampilan Critical thinking (berpikir kritis)
dimaknai sebagai kemampuan atau keterampilan dalam memahami, menganalisis, dan
menentukan pilihan yang sulit dan rumit dan menyelesaikan suatu permasalahan.
Creativity (kreativitas) merupakan suatu keterampilan atau kemampuan untuk
mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan baru yang dimiliki
kepada orang lain dan bersikap terbuka terhadap tanggapan baru yang berbeda. Selain
itu kreativitas juga diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menciptakan sesuatu
hal yang baru, proses ini tergantung dari ide dan pemikiran seseorang dalam
menciptakan suatu gagasan yang baru. Communication skill (kemampuan
berkomunikasi) merupakan sebuah kegiatan untuk mentransfer suatu informasi baik
secara lisan maupun tulisan. Dalam hal kemampuan berkomunikasi, tidak semua orang
bisa berkomunikais dengan baik dan lancar, terkadang ada beberapa orang yang bisa
menyampaikan informasi secara tulisan namun tidak bisa menyampaikan informasi
secara lisan ataupun sebaliknya. Manusia sebagai makhluk social seharusnya bisa
berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik di lingkungannya agar dapat dimengerti.
Collaboration skill merupakan kemampuan untuk bekerja sama dalam berbagai peran
dan tanggungjawab. Selain itu kolaborasi juga diartikan sebagai kemampuan seseorang
untuk bekerja secara produktif, saling bersinergi, menghormati pandangan dan pendapat
yang berbeda.
Enam literasi (6L) diharapkan mampu membuat siswa menerapkan keterampilan
inti untuk mengerjakan tugas sehari-hari. Enam literasi dalam kurikulum terdiri literasi
huruf atau Bahasa (baca, menulis, memahami), literasi angka (grafik, statistic, dan
table), literasi sains, literasi digital, literasi keuangan, dan literasi kewarganegaraan.
Sedangkan untuk enak karakter (6K) diharapkan mampu membuat siswa beradaptasi
pada perubahan lingkungan dengan memiliki enam karakter yang diharapkan yaitu
curiosity (rasa ingin tahu), initiative (niat atau kemauan), persistence (tabah atau teguh),
adaptability (beradaptasi), leadership (kepemimpinan), social and cultural awareness.
Selain siswa, guru juga harus menguatkan kemampuan literasi khusunya pada literasi
digital agar dapat memahami penggunaan teknologi bukan hanya kemampuan
membaca, menulis dan berhitung saja.
Pada abad 21 sarana prasarana sekolah harus dilengkapi dengan peralatan
teknologi yang menunjang proses pembelajaran. Guru diharapkan dapat memiliki
kemampuan yang berkaitan dengan penggunaan peralatan teknologi. Kemampuan yang
dimaksud yaitu kemampuan dalam penggunaan ICT sehingga guru mampu
mendampingi dan mengajarkan kepada siswa dengan memanfaatkan ICT. Memliki
ketrampilan ICT seharusnya juga harus diiringi dengan pemahaman bahwa ICT untuk
dimanfaatkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Pengembangan ICT untuk semua
pendidikan sangat penting untuk memastikan teknologi digunakan dengan mudah di
dalam proses pembelajaran dan mampu mempermudah dalam penyelenggaraan
pendidikan. Sarana Prasarana yang memadai tidak akan berguna jika tidak diiringi
dengan sumber daya manusia yang mampu memanfaatkan dan menggunakannya..
Kemampuan dan keterampilan pendidik dalam menggunakan ICT merupakan salah satu
solusi untuk menyiapkkan generasi milineal yang kompeten.
Namun pada kenyataannya, di Negara Indonesia saat ini tidak semua guru
mampu menggunakan dan memanfaatkan teknologi. Beberapa faktor melatarbelakangi
hal tersebut salah satunya yaitu faktor usia dan masih terikat dengan penggunaan media
konvensional. Selain itu pemahaman pendidik tentang pentingnya memanfaatkan
teknologi dalam pembelajaran juga masih rendah. Selain itu wilayah sekolah yang
terpencil dan terisolir juga menjadi faktor guru tidak memanfaatkan teknologi dalam
pembelajaran sehingga minimnya keterampilan guru dalam menggunakan ICT justru
akan menambah masalah dalam proses pembelajaran. Hal tersebut tentunya dapat
menghambat harapan dalam era revolusi industri 4.0.
Selain itu pada proses pembelajaran seharusnya seorang guru bisa memilih
strategi, model, metode dan pendekatan yang akan di lakukan di dalam kelas agar
tercapai tujuan dari pembelajaran. Pada era revolusi industri 4.0 ini, setelah mengalami
perubahan kurikulum membebaskan guru untuk memilih dan merancang proses
pembelajaran dengan menggunakan strategi, model, metode dan pendekatan yang
dianggap mampu menunjang pembelajaran abad 21 dan ketercapaian tujuan
pembelajaran. oleh sebab itu, guru seharusnya bisa memahami kompetensi dasar dan
tujuan dari pembelajaran setiap meteri pembelajaran sehingga guru bisa memilih
strategi, model, metode dan pendekatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. pada
pembelajaran abad 21 ini ditekankan untuk siswa aktif (student centered). Sehingga
guru bertindak sebagai fasilitator di dalam kelas. Terdapat banyak sekali strategi, model,
metode dan pendekatan yang bisa digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran.
salah satunya yaitu life based learning dan STEM.
Life based learning merupakan suatu proses untuk memperoleh pengetahuan dan
kemampuan untuk memahami kehidupan, serta terampil dalam memecahkan masalah
kehidupan dan dapat menjalani kehidupan secara harmonis dan seimbang. Berdasarkan
pengertian tersebut selaras dengan tuntutan hidup di abad 21 dan kompetensi siswa yang
relevan dengan kebutuhan masyarakat dan lapangan pekerjaan. Life based learning atau
pembelajaran berbasis kehidupan menekankan bahwa konsep belajar dari kehidupan
adalah belajar yang sesungguhnya atau sekolah sejati bagi siswa dalam adalah
kehidupannya sendiri. Pada abad 21 menimbulkan persaingan antara sumber daya
manusia khususnya dalam keunggulan dibidang pekerjaan dan dalam hal memperoleh
pekerjaan. Bekerja pada abad 21 membutuhkan kreativitas dalam berpikir dan bekerja
dengan cara kolaboratif dengan berbagai orang dari bidang pekerjaan yang berbeda.
Pembelajaran life based learning atau berbasis kehidupan mempersiapkan siswa
untuk menghadapi tantangan perunbahan zaman dan membentuk jati diri siswa sebagai
manusia yang utuh memiliki kapabilitas dan pola perkembangan yang berkelanjutan.
Life based learning atau pembelajaran berbasis kehidupan memfokuskan pada
pengembangan kapabilitas (kemampuan dan kemauan) di era revolusi industri 4.0 yang
terus menuntut adanya penguasaan ilmu pengetahuan dalam berkontribusi untuk
kesejahteraan masyarakat. Kapabilitas seseorang juga bisa diartikan sebagai karakter,
keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang nantinya akan dibawa seseorang ke dunia
kerja. Kapabilitas dapat meliputi beberapa ahli diantaranya yaitu teknis, bisnis, personal,
dan professional yang nantinya dapat dikembangkan melalui pembelajaran secara
formal maupun informal, observasi, arahan, memberi petunjuk, memberi masukan,
pengalaman sepanjang hayat, dan refleksi diri. Seseorang yang memiliki kapabilitas
akan tahu cara belajar, berpikir kreatif, memiliki self efficacy yang tinggi, percaya diri
dan dapat bekerja sama dalam situasi yang baru. Pembelajaran berbasis kehidupan
mengintegrasikan dan mengembangkan dua model domain yaitu Expert centered
learning merupakan pembelajaran yang berpusat kepada pakar, berbasis kelas, proses
adopsi dan implementasi. Work based learning merupakan pembelajaran yang berfokus
pada proyek, belajar difasilitasi dan pengetahuan dibangun melalui proses seperti aksi
pembelajaran.
Selain itu terdapat pendekatan pembelajaran yang akhir-akhir ini sering
diperbincangkan dalam dunia pendidikan yaitu STEM (science, technology,
engineering, dan mathematics). Dalam dunia pendidikan STEM (science, technology,
engineering, dan mathematics) telah banyak diadopsi oleh beberapa negara sebagai
inovasi dalam pembelajaran. STEM telah diterapkan di beberapa negara maju seperti
Amerika Serikat, Jepang, Finlandia, Australia dan Singapura. STEM merupakan inisiatif
dari National Science Foundation. Tujuan dari penerapan STEM di Amerika Serikat
ialah untuk menjadikan keempat bidang ini (science, technology, engineering, and
mathematics) menjadi pilihan karir utama bagi siswa. Pembelajaran STEM ini
merupakan gerakan global untuk mangatasi kesenjangan antara kebutuhan dan
ketersediaan keahlian yang diperlukan untuk menunjang pembangunan ekonomi di abad
21. Berdasarkan data biro statistika tenaga kerja amerika menguraikan bahwa struktur
lapangan pekerjaan STEM akan meningkat sebesar 17% sedangkan untuk lapangan
pekerjaan non-STEM hanya meningkat sedikit yaitu 10%. STEM telah banyak
diterapkan dalam pembelajaran. Keadaan ini ditunjukkan dari hasil penelitian yang
mengungkap bahwa dalam penerapan pembelajaran berbasis STEM dapat
meningkatkan prestasi akademik maupun non-akademik siswa. Oleh sebab itu,
penerapan pembelajaran berbasis STEM yang awalnya hanya bertujuan untuk
meningkatkan minat siswa terhadap bidang STEM menjadi lebih luas. Keadaan ini
muncul karena setelah diterapkan dalam pembelajaran, tenyata STEM mampu
meningkatkan penguasaan pengetahuan, mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki
untuk memecahkan masalah, serta dapat mendorong siswa untuk mencipta sesuatu yang
baru.
Untuk menghadapi perubahan zaman dan persaingan global, Negara Indonesia
seharusnya perlu menyiapkan sumberdaya manusia yang handal dalam disiplin ilmu
STEM. Namun dalam mewujudkan hal tersebut bukanlah yang mudah, karena tanpa
adanya upaya untuk mengembangkan kemampuan dasar yaitu soft skill yang meliputi
kolaborasi, komunikasi, kreativitas, dan pemecahan masalah maka akan sulit untuk
mengharapkan generasi muda yang termotivasi dan memiliki niat untuk menekuni
bidang STEM. Pendidikan dengan menggunakan pendekatan STEM dapat menciptakan
generasi penerus bangsa yang mampu menghadapi perubahan zaman dan persaingan
global. Oleh sebab itu seharusnya pendekatan pembelajaran STEM bisa menjadi
rujukan bagi proses pembelajaran di pendidikan Indonesia ke depannya.
Pembelajaran berbasis STEM sangat banyak di implementasikan dalam materi
sains. Sebagai komponen dari STEM, sains (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan kajian
tentang fenomena alam yang dalam proses pembelajarannya melibatkan proses
pengamatan atau observasi dan proses pengukuran sebagai wahana untuk menjelaskan
secara objektif alam yang selalu berubah. Terdapat domain utama dari sains yaitu fisika,
kimia, biologi serta ilmu kebumian dan antariksa. Teknologi merupakan inovasi
manusia yang nantinya akan digunakan untuk memodifikasi alam agar dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan manusia sehingga membuat kehidupan lebih baik dan lebih
aman. Engineering merupakan penegtahuan dan keterampilan untuk memperoleh dan
mengaplikasikan pengetahuan ilmiah, ekonomi, social, serta praktis untuk mendesain
dan mengkonstruk mesin, perlatan, sistem, material, dan proses yang bermanfaat bagi
manusia secara ekonomis dan ramah lingkungan. Sedangkan matematika adalah ilmu
tentang pola dan hubungan serta menyediakan Bahasa bagi teknologi, sains dan
engineering.
Pembelajaran berbasis STEM akan memberikan kemudahan kepada guru untuk
memperlihatkan dan mengajarkan kepada siswa mengenai konsep, prinsip, dan teknik
dari sains, teknologi, engineering, dan matematika yang digunakan secara terintegrasi
atau dipadukan dalam pengembangan produk, proses, dan sistem yang digunakan dalam
kehidupan sehari-hari yang dialami siswa. Pembelajaran yang di rancang oleh guru akan
membuat siswa menggunakan ilmu sains, teknologi, engineering, dan matematika dalam
konteks nyata dan akan menghubungkan antara dunia kerja dan dunia global. Sehingga
dapat mengembangkan literasi STEM yang menyiapkan siswa untuk bersaing di era
ekonomi baru yang berbasis pengetahuan.
Apabila menggunakan pendidikan sains berbasis STEM akan mengakibatkan
pergeseran model pembelajaran dari yang konvensional yaitu pembelajaran yang
berpusat pada guru (teacher centered) dan hanya mengandalkan transfer pengetahuan
dari guru akan tergantikan dengan model pembelajaran yang berpusat pada siswa
(student centered) dan mengandalkan keaktifan serta kolaborasi siswa. Pembelajaran
berbasis STEM sangat dianjurkan untuk dilaksanakan pada pembelajaran sains terutama
materi biologi. Penerapan STEM dapat didukung oleh beberapa metode dan model
pembelajaran. Pembelajaran berbasis STEM bersifat integratif sehingga memungkinkan
berbagai metode dan model pembelajaran dapat digunakan untuk penerapannya.
Beberapa model yang bisa diintegrasikan dengan pembelajaran berbasis STEM yaitu
PBL (Problem Based Learning), PjBL (Project Based Learning), inquiri dan model
pembelajaran kooperatif lainnya. Pembelajaran berbasis STEM yang diintegrasikan
dengan model pembelajaran berbasis masalah atau PBL (Problem Based Learning) akan
mempengarusi siswa untuk tertantang secara kritis, kreatif dan inovatif dalam
memecahkan permasalahan nyata yang telah diberikan oleh guru. Selain itu dapat
kegiatan kelompok (tim) yang dilibatkan dalam proses pembelajaran akan
meningkatkan kolaboratif atau kerja sama antar siswa. Pembelajaran berbasis STEM di
dalam kelas di desain agar memberi peluang bagi peserta didik untuk mengaplikasikan
pengetahuan akademik dalam dunia nyata.
Pengalaman belajar berbasis STEM diharapkan dapat mengembangkan
pemahaman siswa terhadap konsep sains khususnya pembelajaran biologi, kemampuan
inovasi, dan proses pemecahan masalah. Selain itu proses pembelajaran berbasis STEM
juga dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk melanjutkan pendidikan atau
studi dan berkarir pada bidang profesi IPTEK yang dibutuhkan negara saat ini dan di
masa yang akan dating. Selain itu penerapan STEM dalam pembelajaran dapat
mendorong siswa untuk mendesain, mengembangkan, dan memanfaatkan teknologi,
mengasah proses berpikir kritis dan tahu cara mengaplikasikan pengetahuan. Oleh
karena itu penerapan pembelajaran berbasis STEM cocok digunakan dalam
pembelajaran sains khususnya materi biologi. Pembelajaran berbasis STEM dapat
melatih siswa untuk menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki dalam membuat suatu
desain sebagai bentuk dari pemecahan masalah yang terkait lingkungan sekitar dengan
memanfaatkan teknologi.
Perubahan yang kini terjadi yaitu pada era revolusi industri 4.0 atau revolusi
dunia keempat dimana teknologi dan informasi telah menjadi kebutuhan dalam
kehidupan siswa. Segala informasi menjadi tanpa batas dengan penggunaan komputer
dan teknologi lainnya serta data yang tidak terbatas karena dipengaruhi oleh
perkembangan dari internet dan teknologi digital sebagai pergerakan dan konektivitas
antara manusia dan mesin. Generasi di era revolusi industri 4.0 memegang peranan
peningkatan manufaktur secara keseluruhan dan memiliki kualitas serta produktivitas
yang lebih baik. Namun, akibat semakin pesatnya perubahan zaman dan teknologi
informasi membawa banyak dampak pada kehidupan khususnya bagi siswa. Dampak
yang dapat dirasakan oleh siswa dapat berupa dampak positif dan dampak negatif.
Dampak positif yang bisa diamati yaitu siswa bisa mengakses dengan cepat beberapa
informasi meskipun terkadang tidak akurat dan tidak tepat sehingga siswa diharapkan
bisa berpikir kritis dalam memahami sebuah informasi. Selain itu materi pelajaran dan
segala hal yang berhubungan dengan pendidikan akan menjadi lebih mudah untuk di
akses dan diperoleh sehingga hal ini termasuk dampak positif dari perkembangan
teknologi karena membantu dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi dari
kebutuhan pendidikan. Sedangkan untuk dampak negatif yang juga dapat merugikan
yaitu adanya beberapa konten negatif yang berkembang pesat, banyak siswa yang salah
menggunakan teknologi dengan bermain game online dan lupa untuk belajar.
Berdasarkan dampak positif dan dampak negatif yang ditimbulkan dari berkembangnya
teknologi dan informasi, guru juga ikut berperan dalam mengantisipasi dampak negatif
bagi siswa khususnya pada saat proses pembelajaran.
Berdasarkan beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menunjang pembelajaran
biologi inovatif pada era revolusi industri 4.0 dibutuhkan beberapa pihak yang ikut serta
dalam mensukseskan rencana pemerintah untuk menghadapi tantangan revolusi industri
4.0 khususnya pada bidang pendidikan. Terutama pihak guru yang berinteraksi langsung
di dalam kelas bersama siswa. Sebagai seorang guru seharusnya bisa memahami
mengenai tantangan yang seharusnya dihadapi pada pendidikan revolusi industri 4.0,
sehingga guru bisa tahu kelemahan yang dialami dan bisa meningkatkan kualifikasi
serta kompetensi yang dimiliki untuk mengikuti perkembangan zaman.
Seorang guru juga harus meningkatkan literasinya, tidak hanya literasi
membaca, menulis, dan berhitung namun juga meningkatkan literasi digital sehingga
bisa menggunakan teknologi yang telah tersedia. Tidak hanya meningkatkan literasi dan
kompetensi, seorang guru juga harus bisa dan terbiasa dalam menerapkan beberapa
strategi, model, metode dan pendekatan pembelajaran yang diintegrasikan dengan
perkembangan zaman yaitu pembelajaran yang berbasis student centered dan
pembelajaran dengan menggunakan ICT. Salah satunya pembelajaran berbasis
kehidupan (life based learning) dan pembelajaran berbasis STEM. Selain itu sebagai
seorang guru seharusnya juga bisa ikut serta dalam mengantisipasi dampak negatif dari
perkembangan teknologi dan informasi. Sehingga siswa tidak salah dalam
menggunakan teknologi. Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat
diperlukan sebagai kunci keberhasilan belajar peserta didik dan mengahasilkan lulusan
yang berkualitas. Guru yang professional adalah guru yang kompeten dalam
membangun dan mengembangkan proses belajar mengajar yang baik dan efektif
sehingga tujuan pembelajaran tercapai dan siswa memiliki hasil belajar yang baik.

Anda mungkin juga menyukai