Anda di halaman 1dari 15

RANCANGAN PENYULUHAN

MELALUI PENDIDIKAN KESEHATAN


“DIARE PADA ANAK”
MATA KULIAH :SISTEM PENCERNAAN
DOSEN :NS. SITI RAHIMA H., S.KEP.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
AINUN NAJIB F. R. I31112041
DANA CHRISDAYANTI I31112017
DEWI OKTAVIA I31112040
REZA JULIANDI I31112005
RICA PUSTIKAWATY I31112028
SEPTRI SARI I31112004
SILFANIA ROSEVIN GEA I31112029
Y. FREDY OSKIE BALSIA I31112016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
SATUAN ACARA PENGAJARAN/PENYULUHAN
TOPIK: DIARE PADA ANAK

A. Latar Belakang
Kesehatan lingkungan memberikan pengaruh besar terhadap kesehatan individu,
keluarga, dan masyarakat. Lingkungan yang tidak sehat memberi bermacam dampak
diantaranya adalah penyebaran penyakit. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan yang tidak sehat adalah penyakit diare. Penyakit diare sering menyerang anak
usia prasekolah, bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan gangguan gizi,
hipoglikemia, gangguan sirkulasi dan dehidrasi yang dapat mengakibatkan kematian.
Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab utama angka kesakitan dan angka
kematian pada anak. Telah dilakukan usaha terus-menerus untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas diare, namun masih ada dugaan bahwa belum seluruh masyarakat terutama ibu dan
petugas kesehatan melakukan tatalaksana diare secara benar.
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), diare adalah penyebab nomor satu
kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua
setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sementara UNICEF (Badan Perserikatan
Bangsa-Bangsa untuk urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak
yang meninggal dunia karena diare.
Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare pada anak
prasekolah di Indonesia. Salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan
yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah
(SPAL), kualitas bakterologis air, dan kondisi rumah. Menurut hasil survei yang telah kami
lakukan di Desa Makmur Jaya terkait dengan kesehatan lingkungan menunjukkan bahwa
persentase anak dengan penyakit diare mencapai 50%. Angka ini cukup tinggi sehingga kami
bermaksud memberikan penyuluhan tentang bagaimana pencegahan dan penanganan
penyakit diare pada anak.

B. Diagnosa Keperawatan
Resiko terjadinya penyakit karena lingkungan yang kurang sehat (diare) berhubungan
dengan pengetahuan masyarakat tentang akibat lingkungan yang kurang sehat.
C. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan umum
Setelah diberikan penyuluhan tentang pengertian diare, gejala-gejala diare,
penyebab diare, cara penularan diare, pencegahan diare, dan pengobatan diare, warga
desa (peserta) mampu memahami serta meningkatkan pengetahuan dan penanganan
penyakit diare pada anak.
2. Tujuan khusus
Setelah disuluh 1 x 25 menit warga desa (peserta) mampu :
a. Menjelaskan pengertian diare.
b. Menyebutkan gejala-gejala diare.
c. Menyebutkan penyebab diare.
d. Menjelaskan cara penularan diare.
e. Menjelaskan pencegahan dan pengobatan diare.

D. Sasaran
Sasaran penyuluhan : Ibu-ibu warga Desa Makmur Jaya
Sasaran program : Anak-anak usia prasekolah warga Desa Makmur Jaya

E. Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Senin/ 23 Desember 2013
Waktu : 07.30 – 07.55
Tempat : Ruang Aula Puskesmas Makmur Jaya

F. Media/Alat
1. Power point pengertian diare, gejala klinis, penyebab, cara penularan, pencegahan dan
pengobatan diare pada anak.
2. Leaflet pengertian diare, gejala klinis, penyebab, cara penularan, pencegahan dan
pengobatan diare pada anak.
3. Poster pencegahan dan penanganan diare pada anak.
4. Alat pendukung : meja, kursi, infocus, layar infocus dan alat simulasi.
G. Proses Penyuluhan

No Kegiatan Penyuluh Kegian Peserta Estimasi Waktu Alat

PERSIAPAN Menjawab salam


Memberi salam
1. Menyampaikan pokok bahasan Memperhatikan
3 menit
Menyampaikan latar belakang
Menyampaikan tujuan Memperhatikan
Melakukan apersepsi Memperhatikan
Memperhatikan
PENYAMPAIAN MATERI
Definisi diare Memperhatikan
Pengeras
Penyebab diare Memperhatikan
suara,
Cara penularan diare Memperhatikan
Leaflet,
Tanda dan gejala diare Memperhatikan
2. 17 menit Sabun
Pencegahan diare Memperhatiikan
gratis &
Simulasi tindakan bila anak
Power
mengalami diare Memperhatikan
point
Memberikan kesempatan kepada
peserta untuk bertanya Bertanya
PENUTUP
Memberikan pertanyaan Menjawab
Memberikan reinforcement Memperhatikan
positif Memperhatikan
3. Menyimpulkan materi Memperhatikan 5 Menit
Menyampaikan rencana Menjawab salam
selanjutnya
Menyampaikan kata penutup
dan membagikan sabun gratis
H. Penugasan Kelompok
1. Penanggung Jawab : Ainun Najib F. R.
Bertanggung jawab terhadap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.
2. Fasilitator : Dewi Oktavia
Bertanggung jawab menstimulasi peserta penyuluhan dan kelancaran kegiatan.
3. Observer : Y. Fredy Oskie Balsia
Bertanggung jawab mengamati jalannya kegiatan dan mengevaluasi kegiatan.
4. Penyaji : Dana Chrisdayanti
Bertanggung jawab menyajikan materi penyuluhan.
5. Moderator : Silfania Rosevin Gea
Bertanggung jawab memandu jalannya kegiatan.
6. Demonstrator : Rica Pustikawaty dan Reza Juliandi
Bertanggung jawab mendemonstrasikan penanganan dan pencegahan.
7. Perlap : Septri Sari
Bertanggung jawab menyediakan media dan alat selama penyuluhan.

I. Pengorganisasian Tempat

O F

Py M

P P P P
P P P P
P P P P

Keterangan :
O : Observer M: Moderator
F : Fasilitator P : Peserta
Py : Penyaji
J. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi/tanya-jawab
3. Evaluasi terhadap materi penyuluhan untuk mengetahui seberapa paham peserta
memahami materi penyuluhan
4. Demonstrasi/contoh
5. Evaluasi penutup
6. Pembagian leaflet dan sabun gratis

K. Materi Penyuluhan
1. Pengertian diare
2. Gejala Klinis diare
3. Penyebab diare
4. Cara penularan diare
5. Pencegahan dan pengobatan diare

L. Rencana Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
 Rancangan Penyuluhan telah dikonsultasikan selama 3 hari sebelumnya.
 Peralatan dan media telah dipersiapkan selama 3 hari sebelumnya.
 Pembagian tugas telah dilaksanakan.
 Kontrak tempat dan waktu penyuluhan selama 7 hari sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
 Minimal 90% peserta penyuluhan hadir pada pertemuan pendidikan kesehatan.
 Minimal 50% peserta aktif pada penyuluhan dan tanya jawab kegiatan.
 Masing-masing anggota kelompok pelaksana penyuluhan menjalankan tugasnya
dengan baik dan penuh tanggung jawab.
3. Evaluasi Akhir
 Kegiatan penyuluhan berlangsung dengan rencana yang telah dirancang.
 80% pesrta dapat memahami materi penyuluhan yang telah disampaikan.
 80% peserta yang hadir pada penyuluhan dapat menjawab pertanyaan evaluasi
tentang penyuluhan yang disampaikan.
Daftar pertanyaan :
a. Jelaskan pengertian diare!
b. Sebutkan minimal 3 gejala diare!
c. Apa saja penyebab diare?
d. Jelaskan pencegahan diare!
 50% peserta dapat memahami cara membuat LGG.
 Memberikan sedikit bingkisan kepada peserta yang bertanya, menjawab dan
mendemonstrasikan ulang pembuatan LGG serta bisa menjawab pertanyaan dan
membagi-bagikan sabun gratis bagi peserta yang datang.
LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian Diare
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah
defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam
tinja. Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu
keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan
dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau
cair.
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal
(lebih dari 3 kali per hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gram per hari)
dan konsistensi (feses cair). Pada definisi ini jelas menyebutkan frekuensi diare
terjadi lebih dari 3 kali dalam sehari (Smeltzer, 2002).
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, diare atau penyakit diare adalah
bila tinja mengandung air lebih banyak dari normal. Menurut WHO diare adalah
buang air besar cair lebih dari tiga kali dalam 24 jam dan lebih menitik beratkan
pada konsistensi tinja dari pada menghitung frekuensi buang air besar.
Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya lebih dari
3-4 kali per hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat
fisiologi atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut
tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat belum
sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang minum ASI secara
eksklusif definisi diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air
besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya abnormal atau tidak
seperti biasanya. Kadang-kadang pada seorang anak buang air besar kurang dari 3
kali per hari, tetapi konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat disebut diare
(IDA I, 2011).

B. Tanda dan Gejala Diare


1. Mula-mula anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, mungkin
mengandung darah dan/atau lendir.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat, yang terjadi dari pemecahan laktosa yang
tidak dapat diabsorpsi oleh usus.
5. Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare.
6. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
7. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.

C. Penyebab Diare
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut
patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a. Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella,
salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings,
stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-
bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang
pedas, terlalu asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf,
hawa dingin, alergi dan sebagainya.
b. Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang
mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur
terutama canalida.
2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a. Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan
mineral.
b. Kurang kalori protein.
c. Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam
beberapa faktor yaitu:
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi:
infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus Echo
coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit :
cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (Entamoeba
histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas homunis) jamur (Canida
albicous).
b. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti
otitis media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia,
ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2. Faktor malaborsi
Misalnya malabsorpsi karbohidrat dan lemak. Malabsorpsi karbohidrat, pada
bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat menyebabkan
diare. Sedangkan malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat
lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida dengan bantuan kelenjar lipase,
mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada
lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul karena lemak
tidak terserap dengan baik.
3. Faktor makanan
Yaitu apabila seseorang mengkonsumsi seperti makanan basi, beracun, dan
alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Apabila seseorang mengalami ketakutan atau rasa cemas yang juga dapat
menyebabkan diare, biasanya terjadi pada orang yang lebih besar.

D. Cara Penularan Diare


Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita atau tidak
langsung melalui lalat (5F = faecea, flies, food, fluid, finger). Faktor lainnya yang
mengakibatkan timbulnya infeksi antara lain:
1. Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering
memasukan tangan/ mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat
bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.
2. Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan
benar.
3. Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
4. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau
membersihkan tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi
perabotan dan alat-alat yang dipegang.

E. Pencegahan Diare
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:
pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi
kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (Secondary
Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan
pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan
terhadap cacat dan rehabilitasi (Nasry Noor, 1997).
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada ocial penyebab,
lingkungan dan ocial pejamu. Untuk ocial penyebab dilakukan berbagai upaya
agar mikroorganisme penyebab diare dihilangkan. Peningkatan air bersih dan
sanitasi lingkungan, perbaikan lingkungan biologis dilakukan untuk
memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari pejamu
maka dapat dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi.
a. Penyediaan Air Bersih
Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur
fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut,
cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari
tangan, makanan yang disiapkan dalam panik yang dicuci dengan air
tercemar (Depkes RI, 2006).
Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih
mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan
masyarakat yang tidak mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006).
b. Tempat Pembuangan Tinja
Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan
meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua
kali lipat dibandingkan keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang
tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi (Wibowo, 2003).
c. Status Gizi
Pada ada anak dengan malnutrisi, kelenjar timusnya akan mengecil dan
kekebalan sel-sel menjadi terbatas sekali sehingga kemampuan untuk
mengadakan kekebalan nonspesifik terhadap kelompok ocial berkurang
(Suharyono, 1986)
d. Kebiasaan Mencuci Tangan
Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting
dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan
dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja
anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak
dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare (Depkes
RI, 2006).
e. Imunisasi
Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi
campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi
campak segera setelah berumur 9 bulan (Depkes RI, 2006).
Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9
bulan. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak
yang sedang menderita campak dalam 4 mingggu terakhir. Hal ini sebagai
akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi
campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya seperti
imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC, imunisasi DPT untuk
mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus, serta imunisasi polio
yang berguna dalam pencegahan penyakit polio (Depkes RI, 2006).
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada si anak yang telah menderita
diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan ocialc dini
dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat
samping dan komplikasi. Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi
dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat
disebabkan oleh banyak ocial seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai
radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien.
Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas
penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan
gejala diare dan spasmolitik yang membantu menghi langkan kejang perut
yang tidak menyenangkan. Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan
kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan menentukan obat yang
disesuaikandengan penyebab diarenya ocial bakteri, parasit. Pemberian
kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum sesuai
petunjuk dokter (Fahrial Syam, 2006).
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami
kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare
diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada
tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat
samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus
mengkon sumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan.
Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap
memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara mental
kepada anak. Anak yang menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik
juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan kebutuhan ocial dalam
berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan teman sepermainan.

F. Pengobatan Diare
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada anak adalah
LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan
Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya
cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercepat
penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi akibat
diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program LINTAS DIARE
yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah
tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia
berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit
saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas
yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan
cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang.
Bila penderita tidak oci minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan
untuk mendapat pertolongan cairan melalui ocial. Pemberian oralit didasarkan
pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).
a. Diare tanpa dehidrasi
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret.
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret.
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
b. Diare dengan dehidrasi ringan sedang.
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa
dehidrasi.
c. Diare dengan dehidrasi berat
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke
Puskesmas untuk di ocial. (Kemenkes RI, 2011)
Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok
dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol
tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari
gelas. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai
lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan
ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti (Juffrie, 2010).
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut.
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi
enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus.
Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan
morfologi dan fungsi selama kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume
tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya.
Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak
mengalami diare. Dosis pemberian Zinc pada balita:
a. Umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
b. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara
pemberian tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matangatau
ASI, sesudah larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).
3. Makanan yang mudah dicerna dan sering
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang telah mendapatkan makanan padat
harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih
sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan
(Kemenkes RI, 2011).
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau pengasuh yang berhubungan erat
dengan anak harus diberi nasehat tentang:
a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
b. Kapan harus membawa kembali anak ke petugas kesehatan bila :
 Diare lebih sering
 Muntah berulang
 Sangat haus
 Makan/minum sedikit
 Timbul demam
 Tinja berdarah
 Tidak membaik dalam 3 hari.

Anda mungkin juga menyukai