Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MAKALAH

EKONOMI MAKRO 1
Kebijakan Fiskal

Daftar Isi

BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3. Tujuan...............................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
2.1. Definisi Kebijakan Fiskal......................................................................................................5
2.2. Orientasi dan Tujuan Kebijakan Fiskal.................................................................................7
2.3. Fungsi Kebijakan Fiskal......................................................................................................10
2.4. Bentuk – Bentuk Kebijakan Fiskal.....................................................................................13
2.5 Macam-macam Kebijakan Fiskal........................................................................................14
2.6. Instrumen kebijakan fiskal..................................................................................................16
2.7. Peranan Kebijakan Fiskal dalam Perekonomian.................................................................23
2.8. Pengaruh Resiko Kebijakan Fiskal.....................................................................................23
2.9. Hubungan Antara Kebijakan Fiskal dan Moneter..............................................................25
BAB III..........................................................................................................................................27
PENUTUP.....................................................................................................................................27
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................28

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ilmu ekonomi adalah sebuah cabang ilmu dari pengetahuan sosial yang tidak bisa lepas
dalam kehidupan sehari-hari karena melalui ilmu ekonomi inilah setiap manusia dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai satu kesatuan atau
dikenal dengan organisasi. Dalam hal ini, organisasi yang merupakan kesatuan dari setiap
individu disebut dengan negara.

Berbicara soal negara, tentu tidak bisa dilepaskan dari cabang ilmu pengetahuan sosial
lainnya yaitu ilmu politik. Melalui ilmu politik ini individu-individu yang terlibat dalam
organisasi yang disebut sebagai negara dapat memainkan perannya untuk mengatur sebuah
negara agar dapat mencapai tujuannya yang telah dicita-citakan melalui semua kebijakan,
termasuk kebijakan ekonomi. Pentingnya perekonomian dibagi menjadi tiga bagian yang
pertama, pentingnya ilmu ekonomi untuk perseorangan (individu), kedua pentingnya ilmu
ekonomi untuk dunia usaha, dan ketiga, pentingnya ilmu ekonomi untuk bangsa dan Negara.

Kebijakan fiskal merupakan segala kebijakan yang mengatur pendapatan negara, dimana
sumber utama dari penerimaan negara berasal dari penerimaan perpajakan. Sementara itu,
penerimaan tersebut dioptimalisasikan untuk belanja pemerintah demi meningkatkan
kesejahteraan warga negara dan menjaga kestabilan serta pertumbuhan perekenomian negara.
Pada saat penerimaan negara lebih kecil daripada belanja, maka akan terjadi defisit anggaran
yang akan dibiayai melalui pembiayaan yang sifatnya utang dan nonutang. Sehingga,
akumulasi dari pembiayaan setiap tahunnya akan menjadi utang pemerintah. Kebijakan fiskal
merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara
melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda
dengan kebijakan moneter, yang bertujuan menstabilkan perekonomian dengan cara
mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal
adalah pengeluaran dan pajak.

2
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kebijakan fiskal?
2. Apakah tujuan serta orientasi dari kebijakan fiskal?
3. Apakah fungsi dari kebijakan fiskal?
4. Jelaskan bentuk-bentuk dari kebijakan fiskal?
5. Jelaskan berbagai macam kebijakan fiskal!
6. Jelaskan berbagai instrument kebijakan fiskal!
7. Jelaskan peranan kebijakan fiscal dalam perekonomian!
8. Apakah saja pengaruh resiko kebijakan fiskal?
9. Jelaskan hubungan antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter!

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dari kebijakan fiskal
2. Untuk mengetahui tujuan serta orientasi dari kebijakan fiskal
3. Untuk mengetahui fungsi dari kebijakan fiskal
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari kebijakan fiskal
5. Untuk mengetahui berbagai macam kebijakan fiskal
6. Untuk mengetahui instrument kebijakan fiskal
7. Untuk mengetahui peranan kebijakan fiskal dalam perekonomian
8. Untuk mengetahui pengaruh resiko kebijakan fiskal
9. Untuk mengetahui hubungan antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan ekonomi makro yang otoritas utamanya
berada di tangan pemerintah dan diwakili oleh Kementerian Keuangan.

Hal tersebut diatur dalam dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, yang menyebutkan bahwa presiden memberikan kuasa pengelolaan keuangan dan
kekayaan negara kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah
dalam pemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Kebijakan fiskal umumnya
merepresentasikan pilihan-pilihan pemerintah dalam menentukan besarnya jumlah
pengeluaran atau belanja dan jumlah pendapatan, yang secara eksplisit digunakan untuk
mempengaruhi perekonomian. Berbagai pilihan tersebut, dalam tataran praktisnya
dimanifestasikan melalui anggaran pemerintah, yang di Indonesia lebih dikenal dengan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Kebijakan fiskal memiliki berbagai tujuan dalam menggerakkan aktivitas ekonomi negara,
yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, kestabilan harga, pemerataan pendapatan. Namun
demikian, dampak kebijakan fiskal kepada aktivitas ekonomi negara sangatlah luas.
Berbagai indikator ekonomi lainnya pun mengalami perubahan sebagai akibat pelaksanaan
kebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah. Dampak kebijakan fiskal kepada
pertumbuhan ekonomi diharapkan selalu positif, sedangkan dampak kepada inflasi
diharapkan negatif. Namun secara teori, kebijakan fiskal mengembang yang dilakukan
dengan peningkatan pengeluaran pemerintah tanpa terjadinya peningkatan sumber pajak,
sebagai sumber keuangan utama pemerintah, akan mengakibatkan peningkatan defisit
anggaran (Sriyana, 2005).

Kebijakan fiskal adalah langkah-langkah pemerintah untuk mengelola pengeluaran dan


perpajakan atau penggunaan instrumen-instrumen fiskal untuk mempengaruhi bekerjanya
sistem ekonomi agar memaksimumkan kesejahteraan ekonomi (Madjid, Kemenkeu RI
2012). Kebijakan fiskal sering didefinisikan sebagai pengelolaan anggaran pemerintah untuk
mempengaruhi suatu perekonomian, termasuk kebijakan perpajakan yang dipungut dan
dihimpun, pembayaran transfer, pembelian barang-barang dan jasa-jasa oleh pemerintah,

4
serta ukuran defisit dan pembiayaan anggaran, yang mencakup semua level pemerintahan
(Govil, 2009).

Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi
suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Kebijakan
Fiskal berbeda dengan kebijaka moneter, yang bertujuan menstabilkan perekonomian dengan
cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan
fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Berikut adalah pengertian Kebijakan Fiskal meurut Para
Ahli :

1. Sadono Sukirno, 2003 Kebijakan Fiskal adalah langkah-langkah pemerintah untuk


membuat perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam perbelanjaannya
dengan maksud untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi.
2. Menurut Tulus TH Tambunan, kebijakan memiliki dua prioritas, yang pertama adalah
mengatasi defisit anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan masalah-
masalah APBN lainnya. Defisit APBN terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih
kecil dari pengeluarannya. Dan yang kedua adalah mengatasi stabilitas ekonomi
makro, yang terkait dengan antara lain ; pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi,
kesempatan kerja dan neraca pembayaran.
3. Sedangkaan menurut Nopirin, Ph. D. 1987, kebijakan fiskal terdiri dari perubahan
pengeluaran pemerintah atau perpajakan dengan tujuan untuk mempengaruhi besar
serta susunan permintaan agregat. Indikator yang biasa dipakai adalah budget defisit
yakni selisih antara pengeluaran pemerintah (dan juga pembayaran transfer) dengan
penerimaan terutama dari pajak.
Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang
menyebutkan bahwa presiden memberikan kuasa pengelolaan keuangan dan kekayaan
negara kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam
pemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan
dan pengeluaran pemerintah yang tertuang dalam APBN sebagai suatu rencana operasi
keuangan pemerintah.

a. Peningkatan penerimaan karena perubahan tarif pajak akan berpengaruh pada


ekonomi.

5
b. Pengeluaran pemerintah akan berpengaruh pada stimulasi pada perekonomian melalui
dampaknya terhadap sisi pengeluaran agregat,
c. Politik anggaran (surplus, berimbang, atau defisit) sebagai respon atas suatu kondisi,
serta
d. Strategi pembiayaan dan pengelolaan hutang (Kebijakan Fiskal Dan Penyususan
APBN, Direktorat Jendral Anggaran).

Definisi lain meyebutkan, kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah
berkaitan dengan penerimaan (pendapatan) dan pengeluaran (belanja) uang pemerintah
(Basri, 2003 : 23). Secara singkat dapat dikatakan bahwa kebijakan fiskal adalah, kegiatan
yang dilakukan pemerintah sebagai salah satu bentuk interfensi untuk mengelola anggaran
dalam mempengaruhi perekonomian serta memaksimumkan kesejahteraan dan stabilitas
dalam bidang perekonomian. Dalam perkembangannya, kebijakan fiskal dapat dibedakan
menjadi 4 macam atas dasar (Basri, 2003: 26)

1. Pembiayaan fungsional (fungsional finance)


2. Pengelolaan anggaran (the managed budget approach)
3. Stabilisasi anggaran otomatis (the stabilization budget)
4. Anggaran belanja seimbang (balanced budget approach)

Secara singkat, kebijakan fiskal adalah langkah-langkah pemerintah untuk mengelola


pengeluaran dan perpajakan atau penggunaan instrumen-instrumen fiskal untuk
mempengaruhi bekerjanya sistem ekonomi agar memaksimumkan kesejahteraan ekonomi
(Tanzi, 1991 dalam Madjid).

2.2. Orientasi dan Tujuan Kebijakan Fiskal


Setelah krisis multidimensi 1997, kebijakan fiskal yang ditempuh oleh pemerintah diarahkan
pada dua sasaran utama, yaitu untuk mendukung konsolidasi fiskal guna mewujudkan
ketahanan fiskal yang berkelanjutan (fiscal sustainability) dan untuk menciptakan ruang
gerak fiskal (fiscal space) yang memadai guna memperkuat stimulus fiskal. Sehingga mampu
menggerakkan perekonomian domestik. Kedua sasaran tersebut masih tetap menjadi prioritas
kebijakan dalam tahun-tahun selanjutnya. Dalam periode 2000 – 2009, upaya pencapaian
sasaran kebijakan fiskal tersebut dibagi menjadi fase konsolidasi (penyehatan) APBN dalam
periode 2000 – 2005 dan fase stimulus fiskal dalam periode 2006 – 2009.

6
Secara operasional, konsolidasi fiskal (penyehatan APBN) diupayakan melalui pengendalian
defisit anggaran dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama, peningkatan pendapatan
negara yang dititikberatkan pada peningkatan penerimaan perpajakan dan optimalisasi
penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Kedua, pengendalian dan penajaman prioritas
alokasi belanja negara dengan tetap menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar dan alokasi
belanja minimum. Ketiga, pengelolaan utang negara yang sehat dalam rangka menutupi
kesenjangan pembiayaan anggaran yang dihadapi pemerintah. Keempat, perbaikan struktur
penerimaan dan alokasi belanja negara, dengan memperbesar peranan sektor pajak
nonmigas, dan pengalihan subsidi secara bertahap kepada bahan-bahan kebutuhan pokok
bagi masyarakat yang kurang mampu agar lebih tepat sasaran. Kelima pengelolaan keuangan
negara yang lebih efektif, efisien, dan berkesinambungan, yang dilakukan antara lain
melalui perbaikan manajemen pengeluaran negara. Sementara itu, penguatan stimulus fiskal
terutama diupayakan melalui optimalisasi belanja negara untuk sarana dan prasarana
pembangunan, alokasi belanja negara untuk kegiatan-kegiatan dan sektor-sektor yang
mampu menggerakkan perekonomian, serta pemberian insentif fiskal (perpajakan) (Nizar,
2010).

Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini
dilakukan dengan jalannya memperkecil pengeluaran konsumsi pemerintah (G), jumlah
transfer pemerintah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat
mempengaruhi tingkat pendapatan nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N). Tujuan
lainnya adalah untuk mencegah pengangguran dan menstabilkan harga, implementasinya
untuk menggerakkan pos penerimaan dan pengeluaran dalam anggran pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Dengan semakin kompleknya struktur ekonomi perdagangan dan
keuangan. Maka semakin rumit pula cara penanggulangan inflasi. Kombinasi beragam harus
digunakan secara tepat seperti kebijakan fiskal, kebijakan moneter, perdagangan dan
penentuan harga.

Adapun kebijakan fiskal sebagai sarana menggalakan pembangunan ekonomi bermaksud


mencapai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk Meningkatkan Laju Investasi
Kebijakan fiskal bertujuan meningkatkan dan memacu laju investasi disektor swasta dan
sektor Negara. Selain itu, kebijakan fiskal juga dapat dipergunakan untuk mendorong dan
menghambat bentuk investasi tertentu. Dalam rangka itu pemerintah harus menerapkan
7
kebijakan investasi berencana di sektor publik, namun pada kenyataannya dibeberapa
Negara berkembang dan tertinggal terjadi suatu problem yaitu dimana langkanya tabungan
sukarela, tingkat konsumsi yang tinggi dan terjadi investasi dijalur yang tidak produktif
dari masyarakat dinegara tersbut. Hal ini disebabkan tidak tersedianya modal asing yang
cukup, baik swasta maupun pemerintah. Oleh karena itu kebijakan fiskal memberikan
solusi yaitu kebijakan fiskal dapat meningkatkan rasio tabungan inkremental yang dapat
dipergunakan untuk meningkatkan, memacu, mendorong dan menghambat laju investasi.
Menurut Dr. R. N. Tripathy terdapaat 6 metode yang diterapkan oleh pemerintah dalam
rangka menaikkan rasio tabungan inkremental bagi mobilisasi volume keuangan
pembangunan yang diperlukan diantaranya :
a. kontrol fisik langsung
b. peningkatan tarif pajak yang ada
c. penerapan pajak baru
d. surplus dari perusahaan Negara
e. pinjaman pemerintah yang tidak bersifat inflationer dan
f. keuangan defisit.

2. Untuk Mendorong Investasi Optimal Secara Sosial


Kebijakan fiskal bertujuan untuk mendorong investasi optimal secara sosial, dikarenakan
investasi jenis ini memerlukan dana yang besar dan cepat yang menjadi tanggungan
Negara secara serentak berupaya memacu laju pembentukkan modal. Nantinya investasi
optimal secara sosial bermanfaat dalam pembentukkan pasar yang lebih luas, peningkatan
produktivitas dan pengurangan biaya produksi.

3. Untuk Meningkatkan Kesempatan Kerja


Untuk merealisasikan tujuan ini, kebijakan fiskal berperan dalam hal pengelolan
pengeluaran seperti dengan membentuk anggaran belanja untuk mendirikan perusahaan
Negara dan mendorong perusahaan swasta melalui pemberian subsidi, keringanan dan
lain-lainnya sehingga dari pengupayaan langkah ini tercipta tambahan lapangan pekerjaan.
Namun, langkah ini harus juga diiringi dengan pelaksanaan program pengendalian jumlah
penduduk.

8
4. Untuk Meningkatkan Stabilitas Ekonomi Ditengah Ketidakstabilan Internasional
Kebijaksanaan fiskal memegang peranan kunci dalam mempertahankan stabilitas ekonomi
menghadapi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal. Dalam rangka mengurangi dampak
internasional fluktuasi siklis pada masa boom, harus diterapkan pajak ekspor dan impor.
Pajak ekspor dapat menyedot rejeki nomplok yang timbul dari kenaikkan harga pasar.
Sedangkan bea impor yang tinggi pada impor barang konsumsi dan barang mewah juga
perlu untuk menghambat penggunaan daya beli tambahan.

5. Untuk Menanggulangi Inflasi


Kebijakan fiskal bertujuan untuk menanggulangi inflasi salah satunya adalah dengan cara
penetapan pajak langsung progresif yang dilengkapi dengan pajak komoditi, karena pajak
seperti ini cendrung menyedot sebagian besar tambahan pendapatan uang yang tercipta
dalam proses inflasi.

6. Untuk Meningkatkan Dan Mendistribusikan Pendapatan Nasional


Kebijakan fiskal yang bertujuan untuk mendistribusikan pendapatan nasional terdiri dari
upaya meningkatkan pendapatan nyata masyarakat dan mengurangi tingkat pendapatan
yang lebih tinggi, upaya ini dapat tercipta apabila adanya investasi dari pemerintah seperti
pelancaran program pembangunan regional yang berimbang pada berbagai sektor
perekonomian.

2.3. Fungsi Kebijakan Fiskal


Pemerintah terkadang memfokuskan pada tujuan-tujuan yang lebih spesifik agar dapat
menigkatkan kesejahteraan ekonomi (Tanzi, 1991 dalam Madjid). Tujuan-tujuan spesifik
dari kebijakan fiskal tersebut antara lain:
a. Koreksi atas ketidakseimbangan sementara,
b. Stimulasi terhadap pertumbuhan ekonomi, dan
c. Redistribusi pendapatan.

Dengan berbagai tujuan spesifik tersebut, maka secara bersamaan terdapat kebijakan fiskal
jangka pendek atau stabilisasi, dan kebijakan fiskal jangka panjang. Hal ini terutama karena
di dalam kenyataan, kebanyakan dari langkah-langkah kebijakan fiskal jangka pendek juga
mempunyai konsekuensi jangka panjang, dan dengan cara yang sama berbagai langkah
9
kebijakan fiskal jangka panjang juga mempunyai implikasi-implikasi jangka pendek.
Berdasarkan berbagai tujuan tersebut, terdapat tiga aktivitas utama dari otoritas fiskal yang
mencerminkan fungsi-fungsi spesifik dari kebijakan fiskal. Ketiga fungsi spesifik dari
kebijakan fiskal itu adalah fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi (Musgrave, 1959).
Ketiga cabang ekonomi dari pemerintah (Musgrave) adalah sebagai berikut:

1. Stabilisasi
Tanggung jawabnya adalah menjamin perekonomian tetap pada kesempatan kerja penuh (full
employment) dengan harga yang stabil. Tujuan utama dari fungsi stabilisasi kebijakan fiskal
adalah memelihara tingkat pendapatan nasional aktual mendekati potensialnya. Dengan
tujuan seperti itu, maka “kebijakan stabilisasi” seringkali dimaknai sebagai manipulasi dari
permintaan agregat agar pada saat yang sama mencapai full employment dan stabilitas harga
(price stability).

2. Alokasi
Pemerintah melakukan intervensi terhadap perekonomian dalam mengalokasikan sumber
daya ekonominya. Intervensi pemerintah ini dapat dilakukan dengan secara langsung
membeli barang-barang seperti pertahanan dan pendidikan, dan secara tidak langsung
melalui berbagai pajak dan subsidi subsidi, yang mendorong berbagai aktivitas atau
menghambat aktivitas-aktivitas lainnya.

3. Distribusi
Berkaitan dengan bagaimana barang-barang yang diproduksi oleh masyarakat
didistribusikan diantara anggota-anggotanya, berkaitan dengan isu-isu seperti pemerataan,
dan trade-offs antara pemerataan dan efisiensi.

Namun demikian, fungsi kebijakan fiskal lebih jelas ketika meminimalisir volatilitas atau
fluktuasi siklus bisnis, dimana fungsi “stabilisasi” sangat dibutuhkan perekonomian. Dalam
kerangka fungsi stabilisasi tersebut diatas, kebijakan fiskal dipandang sebagai alat yang
sangat ampuh dalam membantu memperkecil siklus bisnis. Mengingat sumber penyebab
terjadinya fluktuasi ekonomi jangka pendek berasal dari guncangan permintaan agregat dan
penawaran agregat, maka usaha untuk mengendalikan fluktuasi siklus bisnis seharusnya
dilakukan dengan mengendalikan permintaan agregat dan penawaran agregat melalui
berbagai instrumen kebijakan ekonomi makro, baik kebijakan moneter maupun kebijakan
fiskal yang tepat. Kebijakan-kebijakan ini mempengaruhi siklus bisnis, sehingga sangat
10
berpotensi menstabilkan perekonomian dari berbagai fluktuasi siklus bisnis jika
dilaksanakan secara baik, tepat, akurat, dan prudent. Sebaliknya, jika kebijakan-kebijakan
tersebut tidak dijalankan dan dikelola dengan baik, justru akan dapat menciptakan masalah
baru pada ketidakstabilan ekonomi yang bukan tidak mungkin bahkan akan lebih buruk lagi
(Mankiw, 2007).

Pendapat lain mengeni fungsi kebijakan fiskal adalah menurut Romer (1996) dalam Hendrin
H. Sawitri, secara simultan fungsi fiskal bertujuan untuk menciptakan kondisi makro
ekonomi secara kondusif dalam mencapai pertumbuhan ekonomi, penciptaan tenaga kerja
yang sekaligus menekan jumlah pengangguran, pengendalian tingkat inflasi, dan mendorong
distribusi pendapatan yang semakin merata.

John F. Due dalam Ani Sri Rahayu, mengatakan terdapat tiga tujuan dari kebijakan fiskal,
yaitu:

a. Untuk meningkatkan produksi nasional (PDB) dan pertumbuhan ekonomi atau


memperbaiki keadaan ekonomi.
b. Untuk memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran atau
mengusahakan kesempatan kerja (mengurangi pengangguran), dan menjaga kestabilan
harga – harga secara umum.
c. Untuk menstabilkan harga – harga secara umum, khususnya mengatasi inflasi.

Kebijakan fiskal yang diterapkan di Indonesia sebagai negara berkembang adalah kebijakan
fiskal yang ekspansif dengan menggunakan instrumen anggaran defisit. Karena APBN
merupakan alat dari kebijakan fiskal, maka pengelolaan anggaran baik dari sisi penerimaan
maupun sisi pengeluaran menjadi hal yang penting, agar kebijakan fiskal yang ekspansif
dengan anggaran yang defisit ini tidak akan menimbulkan masalah dalam jangka panjang.
Merumuskan strategi pembiayaan anggaran yang tepat dan terkendali menjadi perlu
dilaksanakan agar anggaran tetap sehat, dapat dipercaya (credible) dan berkesinambungan
(sustainable).

Kebijaksanaan fiskal dapat dilihat dari struktur pos-pos APBN. Dimana APBN mempunyai
dua sisi, yaitu sisi yang mencatat pengeluaran dan sisi yang mencatat penerimaaan. Sisi
pengeluaran mencatat semua kegiatan pemerintah yang memerlukan untuk pelaksanaannya.
Dalam praktek macam pos-pos yang tercantum di sisi ini sangat beraneka ragam dan

11
mencerminkan apa yang ingin dilaksanakan pemerintah dalam programnya, antara lain
(Boediono,1986 dalam Pamuji)

2.4. Bentuk – Bentuk Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiskal umumnya dibagi atas tiga kategori, yaitu:
1. Kebijakan yang Menyangkut Pembelian Pemerintah atas Barang dan Jasa
Pembelian pemerintah atau belanja negara merupakan unsur di dalam pendapatan nasional
yang dilambangkan dengan huruf “G”. Pembelian atas barang dan jasa pemerintah ini
mencakup pemerintah daerah, dan pusat. Belanja pemerintah ini meliputi pembangunan
untuk jalan raya, jalan tol, bangunan sekolah, gedung pemerintahan, peralatan kemiliteran,
dan gaji guru sekolah.
2. Kebijakan yang Menyangkut Perpajakan
Pajak merupakan pendapatan yang paling besar di samping pendapatan yang berasal dari
migas. Baik perusahaan maupun rumah tangga mempunyai kewajiban melakukan
pembayaran pajak atas beberapa bahkan seluruh kegiatan yang dilakukan. Pajak yang
dibayarkan digunakan semata-mata untuk pembangunan negara tersebut. Kebijakan
pemerintah atas perpajakan mengalami pembaharuan dari waktu ke waktu, hal ini disebut tax
reform (pembaharuan pajak). Tax reform yang dilakukan pemerintah mengikuti adanya
perubahan di dalam masyarakat, seperti meningkatnya pendapatan, meningkatnya.
3. Kebijakan yang Menyangkut Pembayaran Transfer
Pembayaran transfer meliputi kompensasi pengangguran, tunjangan keamanan sosial, dan
tunjangan pensiun. Jika dilihat pembayaran transfer merupakan bagian belanja pemerintah
tetapi sebenarnya pembayaran tansfer tidak masuk dalam komponen “G” di dalam
perhitungan pendapatan nasional. Alasannya yaitu karena transfer bukan merupakan
pembelian sesuatu barang yang baru diproduksi dan pembayaran tersebut bukan karena jual
beli barang dan jasa. Pembayaran transfer mempengaruhi pendapatan rumah tangga, namun
tidak mencerminkan produksi perekonomian. Karena PDB dimaksudkan untuk mengukur
pendapatan dari produksi barang dan jasa serta pengeluaran atas produksi barang dan jasa,
pembayaran transfer tidak dihitung sebagai bagian dari belanja pemerintah.

Salah satu gagasan utama Keynes pada tahun 1930-an adalah kebijakan fiskal dapat dan
hendaknya digunakan untuk menstabilkan tingkat keluaran dan peluang kerja. Secara spesifik
menurut Keynes, terdapat dua hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam kebijakan
fiskal yaitu:
12
a. Kebijakan fiskal ekspansioner yaitu memotong pajak dan/atau menaikkan
pengeluaran untuk mengeluarkan perekonomian dari penurunan.
b. Kebijakan fiskal kontraksioner yaitu menaikkan pajak dan/atau memangkas
pengeluaran untuk mengeluarkan perekonomian dari inflasi.

Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi.
Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri
akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan
daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.
Kebijakan fiskal mempunyai pengaruh baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Kebijakan fiskal mempengaruhi tabungan, investasi, dan pertumbuhan ekonomi dalam
jangka panjang, sedangkan dalam jangka pendek mempunyai pengaruh terhadap permintaan
agregat barang dan jasa.

2.5. Macam-macam Kebijakan Fiskal


1. Pembiayaan Fungsional
Pembiayaan pengeluaran pemerintah ditentukan sedemikian rupa sehingga tidak langsung
berpengaruh terhadap pendapatan nasional. Tujuan utama adalah meningkatkan kesempatan
kerja (employment). Penerimaan pemerintah dari sektor pajak bukan untuk meningkatkan
penerimaan pemerintah, namun untuk mengatur pengeluaran dari pihak swasta. Untuk
menekan inflasi, maka diatasi dengan kebijakan pinjaman. Jika sektor pajak dan pinjaman
tidak berhasil, maka tindakan pemerintah adalah mencetak uang. Jadi, dalam hal ini, sektor
pajak dengan pengeluaran pemerintah terpisah.
2. Pengelolaan Anggaran
Penerimaan dan pengeluaran dengan perpajakan dan pinjaman adalah paket yang tidak bisa
terpisahkan.Dalam penjelasan Alvin Hansen, untuk menciptakan anggaran yang berimbang,
maka diperlukan resep bahwa jika terjadi depresi, maka ditempuh anggaran defisit, dan jika
terjadi inflasi maka ditempuh anggaran belanja surplus.
3. Stabilisasi Anggaran Otomatis
Dalam stabilisasi anggaran ini, diharapkan terjadi keseimbangan antara pengeluaran dan
penerimaan pemerintah tanpa adanya campur tangan langsung pemerintah yang disengaja.
Dalam hal ini, pengeluaran pemerintah ditekan pada asas manfaat dan biaya relatif dari setiap
paket program. Pajak ditetapkan sedemikian rupa sehingga terdapat anggaran belanja surplus
dalam kesempatan kerja penuh.
13
4. Anggaran Belanja Seimbang
Kebijakan anggaran belanja yang dianut masing-masing negara dapat berbeda-beda,
tergantung pada keadaan dan arah yang akan dicapai dalam jangka pendek dan jangka
panjangnya. Berikut beberapa cara yang dapat ditempuh negara dalam mencapai manfaat
tertinggi dalam mengelola anggaran.

Jika dilihat dari perbandingan jumlah penerimaan dengan jumlah pengeluaran, kebijakan
fiskal dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
1. Kebijakan Anggaran berimbang
Pengeluaran (belanja) dengan penerimaan sama. Keadaan seperti ini dapat menstabilkan
ekonomi dan anggaran. Dalam hal ini, pengeluaran disesuaikan dengan kemampuan.
2. Kebijakan Anggaran Surplus
Tidak semua penerimaan negara dibelanjakan. Sehingga memungkinkan adanya tabungan
pemerintah. Anggaran ini tepat diterapkan saat keadaan ekonomi mengalami inflasi.
3. Kebijakan Anggaran Defisit
Anggaran disusun sedemikian rupa sehingga pengeluaran lebih besar daripada penerimaan.
Anggaran ini dapat mengakibatkan inflasi karena untuk menutup inflasi, pemerintah harus
meminjam atau mencetak uang.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sering disebut budget. Budget pada
hakikatnya adalah rencana kerja pemerintah yang akan dilakukan dalam satu tahun yang
dituangkan dalam angka – angka rupiah.
4. Kebijakan Anggaran Dinamis
Kebijakan anggaran dinamis, yaitu kebijakan anggaran dengan cara terus menambah jumlah
penerimaan dan pengeluaran sehingga semakin lama semakin besar (tidak statis). Tugas-
tugas pemerintah bukan hanya sebagai lembaga pelayanan untuk menjaga dan melindungi
masyarakat namun juga sebagai pengatur kegiatan ekonomi dan perdagangan sehingga
anggaran (budget) harus mampu memperkecil pengaruh gejolak pasang surut ekonomi
nasional.

2.6. Instrumen kebijakan fiskal


Instrumen Kebijakan Fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang
berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku
akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli
masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan
14
sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output
industri secara umum. Perubahan dalam tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran
pemerintah dapat berdampak pada variabel-variabel berikut dalam perekonomian:
1. Aggregate demand and the level of economic activity (Permintaan agregat dan tingkat
kegiatan ekonomi)
2. The pattern of resource allocation (Pola alokasi sumber daya
3. The distribution of income (Distribusi pendapatan)
Kebijakan fiskal mengacu pada efek keseluruhan hasil anggaran pada kegiatan ekonomi.
Sikap yang tiga kemungkinan kebijakan fiskal yang netral, ekspansif, dan kontraktif:
1. Sikap netral menyiratkan kebijakan fiskal anggaran berimbang di mana G = T
(Pemerintah pengeluaran = Pajak pendapatan). Pengeluaran pemerintah sepenuhnya
didanai oleh penerimaan pajak dan hasil keseluruhan anggaran memiliki efek netral
pada tingkat kegiatan ekonomi.
2. Sikap ekspansif kebijakan fiskal bersih melibatkan peningkatan pengeluaran
pemerintah (G>t) melalui pengeluaran pemerintah meningkat, penurunan pendapatan
pajak, atau kombinasi dari keduanya. Hal ini akan mengakibatkan defisit anggaran
yang lebih besar atau lebih kecil daripada surplus anggaran pemerintah sebelumnya,
atau defisit jika sebelumnya pemerintah memiliki anggaran berimbang. .
Ekspansioner kebijakan fiskal biasanya berhubungan dengan defisit anggaran.
Kebijakan ekspansif dilakukan dengan cara menaikkan pengeluaran
pemerintah (G) atau menurunkan pajak (T) untuk meningkatkan output (Y), adapun
mekanisme peningkatan pengeluaran pemerintah ataupun penurunan pajak (T)
terhadap output adalah sebagai berikut, pada grafik (2.1) maka dapat dijelaskan
bahwa disaat pengeluaran pemerintah (∆G) naik atau selisih pajak (∆T) turun maka
akan menggeser kurva pengeluaran agregat keatas sehingga pendapatan akan naik
dari (Y1) menjadi (Yf).

15
3. Kebijakan fiskal kontraktif adalah kebijakan pemerintah dengan cara menurunkan
belanja negara dan menaikkan tingkat pajak. Kebijakan ini bertujuan untuk
menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi inflasi. Kebijakan pemerintah untuk
membuat pemasukannya lebih besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik
anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang
mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan. Pada saat
munculnya ekpansionary gap. Ekspansionary gap adalah suatu kondisi dimana output
potensial (Yf) lebih kecil dibandingkan dengan output Actual (Y1). Adapun
mekanisme penurunan pengeluaran pemerintah (G) ataupun kenaikan pajak (T)
terhadap output (Y) adalah sebagai berikut, secara grafik kebijakan fiskal kontraktif
diagram sebagai berikut:

16
Analisis keseimbangan sektor riil digunakan kurva IS:
IS = suatu kurva yang meggambarkan keseimbangan pendapatan nasional (dan
tingkat pendapatan nasional yang dicapai) pada berbagai tingkat bunga di pasar barang.
Bicara pada pasar barang, berarti bicara investasi (I) Fungsi Investasi :
I = Io – k . r
Dimana :
I = Investasi
r = Tingkat bunga umum
K = Koefisien tingkat bunga

Pada banyak literatur penurunan kurva IS dapat dilakukan dengan berbagai cara baik dengan
grafis maupun matematis, cara grafispun banyak variasinya. Berikut ini beberapa contoh
dalam menurunkan kurva IS.

17
Kurva IS
Menggambarkan keseimbangan sektor riil yang berlerang negatif, artinya :
jika R naik akan menurunkan I dan berakibat Y turun
jika R turun akan menaikkan I dan berakibat Y naik

Cara Matematik :
Misal :C = 100 + 0,75 Y
I = 60 – 200 R
Perekonomian 2 sektor dikatakan seimbang jika :
Y =C+I
Y = 100 + 0,75 Y + 60 – 200 R
0,25Y = 160 – 200 R
Y = 640 – 800 R
Atau
R = 0,80 – 0,00125 Y
Jadi : Y = 640 – 800 R adalah merupakan kurva IS
18
Kurva IS berubah jika sektor riil berubah
Sektor riil berubah jika terdapat kebijakan pemerintah
Kebijakan yang ditujukan pada sektor riil disebut kebijakan Fiskal
Variabel kebijakan fiskal : G, Tx dan Tr

Contoh : Kebijakan Fiskal menaikan G (goverment expenditure)


(kebijakan ekspansif )

19
Kebijakan fiskal dikatakan murni jika kebijakan tersebut tidak disertai dengan berubahnya
jumlah uang beredar (JUB).
Dari contoh di atas :
misal : C = 100 + 0,75 Y
I = 60 – 200 R
G = 10
Maka :
Y =C+I+G
= 100 + 0,75 Y + 60 – 200 R + 10
0,25 Y = 170 – 200 R Y
= 680 – 800 R
Atau R = 0,85 – 0,00125 Y

20
Kebijakan Fiskal lainnya :
Kenaikan pengeluaran transfer (Tr) akan menyebabkan kurva tabungan bergeser
kekanan bawah dan sebaliknya kenaikan pajak (Tx) akan menyebabkan kurva tabungan
bergeser kekiri atas. Sehingga akibatnya kurva IS akan bergeser ke kanan jika Transfer positif
dan bergeser ke kiri jika Pajak dinaikan.

Kesimpulan :
Kebijakan fiskal ekspansif (G naik, Tx turun) akan menggeser kurva IS ke kanan atas
Kebijakan fiskal kontraktif (G turun, Tx naik) akan menggeser kurva IS ke kiri bawah

Pengaruh Kebijakan Tersebut dapat di lihat pada grafik berikut ini :


Kebijakan kenaikan Tr

Kebijakan kenaikan Tx
21
2.7. Peranan Kebijakan Fiskal dalam Perekonomian
Peranan kebijakan fiskal dalam perekonomian dalam kenyataannya menunjukkan bahwa
volume transaksi yang diadakan oleh pemerintah kebanyakan Negara dari tahun ke tahun
bertendensi untuk meningkat lebih cepat daripada meningkatnya pendapatan Nasional. Ini
berarti bahwa peranan dari tindakan fiskal pemerintah dalam turut menentukan tingkat
pendapatan nasional lebih besar. Untuk Negara-negara yang sudah maju perekonomiannya,
peranan tindakan fiskal pemerintah semakin besar dalam mekanisme pembentukan tingkat
pendapatan nasional terutama dimaksudkan agar supaya pemerintah dapat lebih mampu
dalam mempengaruhi jalannya perekonomian. Dengan demikian diharapkan bahwa dengan
adanya kebijakan fiskal, pemerintah dapat mengusahakan terhindarnya perekonomian dari
keadaan-keadaan yang tidak diinginkan seperti misalnya keadaan dimana banyak
pengangguran, inflasi, neraca pembayaran internasional yang terus menerus defisit, dan
sebagainya.

Bagi negara-negara yamg sedang berkembang, pemerintah pada umumnya menyadari akan
rendahnya investasi yang timbul atas inisiatif dari masyarakat sendiri. Dari bagian 1 kita telah
mengetahui bahwa untuk meningkatnya tingkat hidup suatu masyarakat, kapasitas produksi
nasional perlu ditingkatkan. Untuk memperbesar kapasitas produksi nasional dibutuhkan
adanya capital formation. Dengan demikian berarti masyarakat perlu mengadakan investasi
yang cukup besar untuk terwujudnya capital formation yang dibutuhkan tersebut.

2.8. Pengaruh Resiko Kebijakan Fiskal


Resiko Fiskal didefinisikan sebagai potensi tambahan defisit APBN yang disebabkan oleh
sesuatu di luar kendali pemerintah. Pengungkapan resiko fiskal sangat perlu untuk empat
tujuan strategis, yaitu :
1. Peningkatan kesadaran seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) dalam
pengelolaan kebijakan fiskal.
2. Meningkatkan keterbukaan fiskal.
3. Meningkatkan tangung jawab fiskal.
4. Menciptakan kesinambungan fiskal.
Resiko Fiskal dikelompokkan dalam empat kategori utama yaitu :
1) Resiko Ekonomi Makro
Dalam penyusunan APBN indikator-indikator ekonomi makro yang digunakan sebagai dasar
penyusunan adalah pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, suku bunga sertifikat Bank
Indonesia, nilai tukar rupiah, harga minyak mentah Indonesia dan lifting minyak. Indikator
tersebut merupakan asumsi dasar yang menjadi acuan penghitungan besaran-besaran
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam APBN. Secara umum sumber resiko fiskal yang
dihadapi oleh APBN 2012 terutama berasal dari dua resiko utama, yakni inflasi dan harga
minyak.
a. Inflasi
Pemerintah memproyeksikan angka inflasi tahun 2012 berkisarantara 3,5-5,5 persen.
Sementara itu menurut IMF dalam World Economic Outlook per April 2012, inflasi
diperkirakan sebesar 5,85 persen. Angka ini lebih tinggi daripada realisasi inflasi tahun 2010
dan lebih rendah dari proyeksi tahun 2011. Dengan demikian angka proyeksi pemerintah
masih sejalan dengan kecendrungan penurunan angka inflasi. Meskipun angka inflasi telah
menunjukkan angka penurunan, tetapi resiko tekanan inflasi ke depan diperkirakan masih
cukup tinggi.
b. Harga Minyak
Pemerintah memerintahkan harga minyak berkisar antara US$ 75 per barel s/d US$95 per
barel, angka tersebut sejalan dengan penurunan harga minyak dipasaran dunia.
2) Resiko Utang Dinamika Ekonomi Makro
Pengelolaan resiko utang diperlukan agar target pembiayaan utang dapat diperoleh dengan
biaya yang wajar dan tidak menimbulkan penumpukan beban utang yang tidak terkendali
pada masa yang akan mendatang. Pada dasarnya resiko utang terdiri dari empat, diantaranya :
a. Resiko Pasar
Resiko Pasar ini terdiri dari resiko nilai tukar, resiko tingkat bunga dan resiko likuiditas yag
timbul sebagai akibat dari ketidakpastian kondisi pasar keuangan yang dinamis. Resiko nilai
tukar terutama berasal dari utang melalui pinjaman luar negeri, sedangkan resiko tingkat
bunga bersumber dari pinjaman luar negeri berbasis LIBOR dan SBN berbasis SBI 3 bulan.
b. Sedangkan Resiko Pembiayaan
Resiko Pembiayaan kembali disebabkan oleh besarnya pembayaran kewajiban utang pada
tahun/ periode tertentu.
23
c. Resiko Operasional
Resiko operasional adalah resiko yang disebabkan oleh kegagalan pada orang, proses bisnis
dan sistem diunit terkait. Sert yang ditimbulkan oleh aspek legal. Resiko ini antara lain dapat
berupa gagal bayar akibat kelalaian manusia atau kegagalan sistem yang berdampak pada
penurunan sorvereign credit rating.
d. Resiko Reputasi
Resiko Reputasi merupakan resiko penurunan kredibilitas pengelolaan utang dari sudut
pandang investor dan lender yang disebabkan oleh rendahnya tingkat kepastian dan
konsistensi penerapan strategi pengelolaan utang.
3) Kewajiban Kontijensi Pemerintah Pusat
Kewajiban kontijensi merupakan kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu
dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa atau
lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah. Kewajiban
kontijensi pemerintah pusat yang menjadi resiko fiskal bersumber dari pemberian dukungan
dan/ atau pinjaman pemerintah atas proyek-proyek infrastruktur, kewajiban yang timbul
akibat program pension dan tabungan hari tua pegawai negeri.
4) Desentralisasi Fiskal
Kebijakan desentralisasi fiskal dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta
masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara
Republik Kesatuan Indonesia. Dalam hal pelaksanaanya, penerapan kebijakan ini selain
menghasilkan hal-hal positif sebagaimana yang diharapkan ternyata juga berpotensi
menimbulkan resiko fiskal. Resiko Fiskal dari desentralisasi fiskal diantaranya, bersumber
dari kebijakan pemekaran daerah, tunggakan pemerintah daerah atas pengembalian penerusan
pinjaman dari luar negeri dan rekening pinjaman daerah serta pengalihan pajak pusat menjadi
pajak daerah.

2.9. Hubungan Antara Kebijakan Fiskal dan Moneter


Mula-mula kebijakan yang ditempuh pemerintah dalam mengurangi ketidakstabilan ekonomi
adalah dengan kebijakan moneter dengan pengetatan jumlah kredit (tight money policy) atau
dengan melonggarkan kredit (easy money policy) yang diberikan oleh bank-bank umum.
Untuk itu biasanya Bank Sentral sangat berperan dalam mempengaruhi jumlah uang yang

24
beredar dengan cara mengubah tingkat bunga dan deking (legal reserve requitment) ataupun
kembali atau menjual surat berharga. Dalam masa depresi Bank Sentral menambah jumlah
uang beredar dengan politik pasar terbuka yaitu dengan membeli obligasi negara, yang
selanjutnya dapat menekan tingkat bunga dan memperbesar deking bank-bank umum,
sehingga bank-bank umum dapat memperluas pemberian kreditnya lagi. Dengan demikian
maka investasi dalam perekonomian diharapkan akan terus meningkat dan depresi akan
terobati.

Sebaliknya bila perekoniman mengalami inflasi pengeluaran investasi dan konsumsi akan
dikekang dengan politik pasar terbuka lewat penjualan obligasi negara sehingga ini menyerap
uang yang beredar dan akan mengurangi deking bank-bank itu dan jumlah uang beredar akan
turun.

Pada tahun 1930-an terbukti bahwa kebijakan moneter saja tidak dapat mengatasi depresi
sebab tingkat bunga yang sudah begitu rendah ternyata tidak dapat mendorong timbulnya
investasi, karena orang lebih senang menyimpan uang tunai. Dengan kata lain permintaan
akan uang tunai untuk sekedar menganggur (idle balances) menjadi elastis sempurna pada
tingkat bunga yang rendah. Dengan kegagalan kebijakan moneter itu, maka kebijakan fiskal
menjadi penting. Tetapi sayangnya kebijakan fiskal lebih kaku dibanding dengan kebijakan
moneter, dan umumnya kebijakan moneter lebih dapat diterima oleh masyarakat daripada
kebijakan fiskal.
Oleh karena itu kombinasi antara kedua kebijakan tersebut perlu dan bahkan seringkali masih
diperlukan tindakan-tindakan langsung guna menanggulangi inflasi atau deflasi yang sudah
gawat seperti politik harga, pengawasan harga, penjatahan dan sebagainya.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan
ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak)
pemerintah. Jika dilihat dari perbandingan jumlah penerimaan dengan jumlah
pengeluaran, kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu: Kebijakan
Anggaran Seimbang, Kebijakan Anggaran Defisit, Kebijakan Anggaran
Surplus, Kebijakan Anggaran Dinamis.

Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mencegah pengangguran dan


menstabilkan harga, implementasinya untuk menggerakkan pos penerimaan dan
pengeluaran dalam anggran pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pengaruh
kebijaksanaan fiskal terhadap perekonomian bisa dianalisa dalam dua tahap yang
berurutan, yaitu : bagaimana suatu kebijaksanaan fiskal diterjemahkan menjadi suatu
APBN dan bagaimana APBN tersebut mempengaruhi perekonomian.

26
DAFTAR PUSTAKA

Mankiw, Gregory. 2006. Makroekonomi. Jakarta: Erlangga


Sukirno, Sodono. 2004. Terori Pengantar Makroekonomi. Edisi ketiga. Jakarta; Raja Persada
Novitaningrum, Restie.2011.Kebijakan Dalam Perekonomian Makro Indonesia.
Surjaningsih, Ndari, g. A. Diah Utari, dan Budi Trisnanto.2012.Dampak Kebijakan Fiskal
Reksoprayitno, Soediyono.2000.Ekonomi Makro Edisi 6.Yogyakarta: BPFE
Sukirno,Sadono.2000.Makroekonomi Modern. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

27

Anda mungkin juga menyukai