Kelas B:
Desak Nyoman Indrayani (15C11500)
Ida Ayu Pt. Anggun Pravita Sari (16C11726)
Ni WayanDebby Pramita Adnyana P. (16C11740)
Fegy Ayu Apriani (16C11754)
Fia Tresa Ayulia (16C11755)
Kadek Riana Anggarayani (16C11779)
I Komang Triyana (16C11791)
I Ketut Yogi Antara (16C11797)
Ni Made Widya Ari Prasanti (16C11794)
Kelas C:
Ni Putu Anggi Adelina (16C11805)
Kadek Arinita Krisnawan (16C11807)
Komang Ary Paramarta Inastuti (16C11808)
Ni Komang Ayu Sri Diyastrini (16C11818)
Kadek Martara Karonia Putri (16C11835)
Kadek Tiya Satyawati (16C11867)
Putu Wida Sri Sesarini (16C11873)
Kadek Windy Astuti (16C11874)
Putu Wiwik Suardiani (16C11875)
i
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, oleh
karena rahmat dan berkatNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah asuhan
keperawatan retinoblastoma ini tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimaksih kepada semua pihak
yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Tak lupa penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua dosen-dosen serta kawan-kawan yang
telah banyak memberikan dukungan berupa dukungan moril.
Penulis menyadari begitu banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini,
oleh karenanya penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun agar makalah ini dapat di revisi kembali dan menjadi lebih sempurna.
Akhir kata, penulis mengucakan semoga makalah ini berguna bagi kita semua.
Terima kasih.
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar ......................................................................................................... ii
iii
4.2 Saran ....................................................................................................... 24
Daftar Pustaka .............................................................................................. 25
iv
BAB I PENDAHULUAN
1
karakteristik anak-anak dengan retinoblastoma di Rumah Sakit Sanglah,
Denpasar.
Hingga kini, hanya beberapa faktor risiko kanker anak yang dapat
diidentifikasi, di antaranya adalah radiasi, faktor genetik, karsinogen kimiawi,
dan virus. Sejumlah kanker pada anak juga terkait dengan konstitusi genetik.
Hal ini diperkirakan karena adanya perbedaan kasus baru kanker anak pada etnis
berbeda. Kerentanan individu yang diakibatkan oleh faktor genetik juga
merupakan salah satu penyebab kanker. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa virus seperti Epstein-Barr, Hepatitis B, Human Herpes dan HIV dapat
berkontribusi pula terhadap peningkatan risiko kanker anak.
Sebagian besar kanker anak muncul tanpa tanda dan gejala yang spesifik,
sehingga dapat menyebabkan lambatnya kanker tersebut terdeteksi. Di negara
berpenghasilan rendah terdapat hambatan untuk melaksanakan deteksi dini
yang disebabkan karena kurangnya akses ke pelayanan kesehatan dan fasilitas
diagnostik yang masih kurang memadai. Di negara berpenghasilan tinggi,
sekitar 80% anak yang menderita kanker bertahan hidup lima tahun atau lebih
setelah didiagnosis kanker. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis
menyusun laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan terkait dengan
retinoblastoma.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana gambaran umum tentang penyakit retinoblastoma?
1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan teoritis penyakit retinoblastoma?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui gambaran umum tentang retinoblastoma.
1.3.2 Untuk mengetahui asuhan keperawatan teoritis penyakit retinoblastoma.
1.4 Manfaat
Hasil dari tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis
dan manfaat secara praktis. Secara teori tulisan ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang gambaran umum
retinoblastoma. Secara praktis tulisan ini diharapkan dapat memberikan
bimbingan dalam menentukan diagnosa keperawatan serta intervensi yang
dapat diberikan pada pasien dengan retinoblastom
2
BAB II ISI
2.1 Pengertian Retinoblastoma
Retinoblastoma adalah suatu keganasan intraokular primer yang paling
sering pada bayi dan anak dan merupakan tumor neuroblastik yang secara
biologi mirip dengan neuroblastoma dan meduloblastoma (Yanoff M, 2009).
Retinoblastoma merupakan tumor intraokular yang paling sering pada
anak-anak dan berjumlah sekitar 3% dari seluruh tumor pada anak. Kasus
retinoblastoma bilateral secara khas didiagnosis pada tahun pertama kehidupan
dalam keluarga dan pada kasus sporadik unilateral didiagnosis antara umur 1-3
tahun. Onset diatas 5 tahun jarang terjadi (Clinical Opthalmology, 2007).
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf
embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara
awal. Rata rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral,
13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak sebagai
kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain terdeteksi pada saat
pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien
dengan dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral,
khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo Hagung Agung Sutaryo, 2006).
2.2 Epidemiologi
Retinoblastoma merupakan tumor intraokular yang paling sering pada
anakanak dan berjumlah sekitar 3% dari seluruh tumor pada anak. Kasus
retinoblastoma bilateral secara khas didiagnosis pada tahun pertama kehidupan
dalam keluarga dan pada kasus sporadik unilateral didiagnosis antara umur 1-3
tahun. Onset diatas 5
3
2. Tumor intraokular ketiga paling sering dari seluruh tumor intraokular
setelah melanoma dan metastasis pada seluruh populasi
3. Insiden 1: 14 000 – 1: 20 000 kelahiran hidup
4. 90 % dijumpai sebelum umur 3 tahun
5. Terjadi sama pada laki-laki dan perempuan
6. Terjadi sama pada mata kiri dan kanan
7. Tidak ada predileksi ras
8. 60-70% unilateral (rata-rata umur saat diagnosis 24 bulan)
9. 30-40% bilateral (rata-rata umur saat diagnosis 14 bulan)
Di Inggris sekitar 40 sampai dengan 50 kasus baru terdiagnosa setiap tahun. Banyak
anak-anak didiagnosa sebelum usia mereka 5 tahun. Di Inggris dengan kasus
bilateral yang terdapat sejak usia pertama kehidupan rata-rata didiagnosa saat usia
9 bulan. Pada kasus unilateral didiagnosa antara 24 dan 30 bulan.Selama
bertahuntahun, dilaporkan usia rata-rata diagnosis 18 bulan, dengan usia rata-rata
diagnosis kasus bilateral terjadi pada 12 bulan dan kasus unilateral pada 24 bulan.
Baru-baru ini, peneliti Eropa telah mempertanyakan dasar pada asumsi yang dibuat
epidemiologi telah melaporkan bahwa usia saat diagnosis kasus unilateral mungkin
sama dengan kasus bilateral. (Epidemiologi Retinoblastoma, 2012).
2.3 Etiologi
Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi gen RB1, yang terletak pada lengan
panjang kromosom 13 pada locus 14 (13q14) dan kode protein pRB, yang berfungsi
supresor pembentukan tumor. pRB adalah nukleoprotein yang terikat pada DNA
(Deoxiribo Nucleid Acid) dan mengontrol siklus sel pada transisi dari fase S.Jadi
mengakibatkan perubahan keganasan dari sel retina primitif sebelum berakhir.
(Skuta et al. 2011)
Gen retinoblastoma normal yang terdapat pada semua orang adalah suatu gen
supresor atau anti-onkogen. Individu dengan penyakit yang herediter memiliki satu
arel yang terganggu di setiap sel tubuhnya; apabila arel pasangannya di sel retina
yang sedang tumbuh mengalami mutasi spontan, terbentuklah tumor. Pada bentuk
penyakit yang non herediter, kedua arel gen retinoblastoma normal di sel retina
yang sedang tumbuh diinaktifkan oleh mutasi spontan.(Yanoff, 2009)
4
Klasifikasi Retinoblasoma
Klasifikasi Reese-Ellsworth adalah metode penggolongan retinoblastoma
Intraocular.Yang paling sering digunakan, tetapi klasifikasi ini tidak
menggolongkan retinoblastoma ekstraokular.Klasifikasi diambil dari perhitungan
jumlah ukuran tumor dan dijumpai atau tidak dijumpai adanya vitreous seeding.
i. Klasifikasi Reese-Ellsworth
a) Group I
a. Tumor Soliter, ukuran kurang dari 4 diameter disc, pada atau dibelakang
equator
b. Tumor Multipel, ukuran tidak melebihi 4 diameter disc, semua pada atau
dibelakang equator
b) Group II
a. Tumor Soliter, ukuran 4-10 diameter disc, pada atau dibelakang equator
b. Tumor Multipel, ukuran 4-10 diameter disc, dibelakang equator
c) Group III
a. Ada lesi dianterior equator
b. Tumor Soliter lebih besar 10 diameter disc dibelakang equator.
d) Group IV
a. Tumor Multipel, beberapa besarnya lebih besar dari 10 diameter disc
b. Ada lesi yang meluas ke anterior ora serrate
e) Group V
a. Massive Seeding melibatkan lebih dari setengah retina
b. Vitreous seeding
ii. International Intraocular Retinoblastoma Classification
a. Resiko sangat rendah: Tumor yang tidak mengancam penglihatan (T1a)
a) Semua tumor < 3mm, terbatas di retina
b) Lokasi paling sedikit 3mm dari foveola dan 1,5 mm dari saraf optikus
c) Tidak dijumpai seeding vitreous atau sub-retina
b. Resiko rendah: Tidak dijumpai seeding vitreous atau sub-retina (T1b)
a) Tumor dengan semua ukuran atau lokasi yang tidak tegolongkan pada
grup A
5
b) Tidak dijumpai seeding vitreous atau sub-retina
c) Cairan sub retina < 5 mm dari dasar tumor
c. Resiko moderate (T2) Seeding vitreous atau sub-retina fokal dan tumor
retina diskret dari semua ukuran dan lokasi
a) Seeding lokal dan terbatas (T3)
b) Tumor intra retina diskret dengan semua ukuran dan lokasi (T2b)
c) Lebih dari 1 kuadran cairan sub retina (T2a)
d. Resiko tinggi Seeding vitreous atau sub-retina difus
a) Penyakit disseminate intra okular difus
b) Seeding vitreous ekstensif seperti “minyak”
c) Seeding sub retina dapat seperti plak
d) Lebih dari 1 kuadran retina yang terlepas
e. Resiko sangat tinggi (T4a) Resiko sangat tinggi dengan 1 atau lebih
kategori berikut
a) Glaukoma neurovaskuler ireversibel
b) Perdarahan intra okuler massif
c) Tumor di sisi anterior dari vitreous anterior
d) Tumor yang menyentuh permukaan lensa
2.4 Patofisiologi
Teori tentang histogenesis dari Retinoblastoma yang paling banyak dipakai
umumnya berasal dari sel prekursor multipotensial (mutasi pada lengan panjang
kromosom pita 13, yaitu 13q14 yang dapat berkembang pada beberapa sel retina
dalam atau luar. Pada intraokular, tumor tersebut dapat memperlihatkan
berbagai pola pertumbuhan yang akan dipaparkan di bawah ini. Pola
Penyebaran Tumor
1. Pola pertumbuhan
Retinoblastoma Intraokular dapat menampakkan sejumlah pola
pertumbuhan, pada pola pertumbuhan endofitik, ini tampak sebagai
gambaran massa putih sampai coklat muda yang menembus membran
limitan interna.Retinoblastoma Endofitik kadang berhubungan dengan
vitreus seeding. Sel-sel dari retinoblastoma yang masih dapat hidup terlepas
6
dalam vitreous dan ruang sub retina dan biasanya dapat menimbulkan
perluasan tumor melalui mata. Vitreous seeding sebagian kecil meluas
memberikan gambaran klinis mirip endopthalmitis, vitreous seeding
mungkin juga memasuki bilik mata depan, yang dapat berkumpul di iris
membentuk nodule atau menempati bagian inferior membentuk
Pseudohypopyon.
Tumor Eksofitik biasanya kuning keputihan dan terjadi pada ruang
subretinal, yang mengenai pembuluh darah retina dan sering kali terjadi
peningkatan diameter pembuluh darah dengan warna lebih pekat.
Pertumbuhan Retinoblastoma Eksofitik sering dihubungkan dengan
akumulasi cairan subretina yang dapat mengaburkan tumor dan sangat mirip
ablasio retina eksudatif yang memberi kesan suatu Coats disease lanjut. Sel
Retinoblastoma mempunyai kemampuan untuk implant dimana sebelumnya
jaringan retina tidak terlibat dan tumbuh. Dengan demikian membuat kesan
multisentris pada mata dengan hanya tumor primer tunggal. Sebagaimana
tumor tumbuh, fokus kalsifikasi yang berkembang memberikan gambar
khas chalky white appearance.
7
Sel tumor mungkin juga melewati kanal atau melalui slera untuk
masuk ke orbita. Perluasan ekstraokular dapat mengakibatkan proptosis
sebagaimana tumor tumbuh dalam orbita. Pada bilik mata depan, sel tumor
menginvasi trabecular messwork, memberi jalan masuk ke limphatik
conjunctiva. Kemudian timbul kelenjar limfe preauricular dan cervical yang
dapat teraba. Di Amerika Serikat, pada saat diagnosis pasien, jarang
dijumpai dengan metastasis sistemik dan perluasan intrakranial. Tempat
metastasis Retinoblastoma yang paling sering pada anak mengenai tulang
kepala, tulang distal, otak, vertebra, kelenjar limphe dan viscera abdomen.
Tanda Retinoblastoma:
8
1. Leukokoria (35%)
2. Penurunan visus (35%)
3. Strabismus (15%)
4. Inflamasi (2%-10%)
5. Floater (4%)
6. Nyeri (4%)
7. Spontaneous globe perforation
2.6 Komplikasi
Komplikasi Retinoblastoma yaitu:
a. Tumor non okuler sekunder dapat muncul pada penderita
retinoblastoma. Contohnya Osteosarkoma, berbagai jenis sarkoma jaringan
lunak yang lain, melanoma malignan, berbagai jenis karsinoma, leukemia dan
limfoma dan berbagai jenis tumor otak
b. Komplikasi vaskular: kerusakan pembuluh darah retina dan perdarahan
dapat terlihat.
c. Efek pada tulang, gigi dan jaringan lunak setelah radiasi. Terjadi
hipoplasia pada tulang dan struktur jaringan lunak setelah terapi dengan
dosis radiasi.
2.7 Pencegahan
Anggota keluarga dari anak yang terkena retinoblastoma sebaiknya
melakukan pemeriksaan mata rutin. Anak kecil lain di dalam keluarga juga perlu
diperiksa apakah juga mengalami retinoblastoma, dan orang dewasa perlu
diperiksa apakah ada tumor jinak pada mata yang disebabkan oleh gen yang
sama. Jika di dalam keluarga terdapat riwayat retinoblastoma, sebaiknya
mengikuti konsultasi genetik untuk membantu melihat resiko terjadinya
retinoblastoma pada keturunannya.
9
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Oftalmoskopi mata
Dalam pemeriksaan oftalmoskopi, dokter menggunakan oftalmoskop dan
cahaya untuk melihat bagian dalam mata. Oftalmoskop adalah alat yang
menyerupai senter dengan lensa kecil yang dapat memperlihatkan bagian
dalam bola mata. Dalam pemeiksaan ini hasil yang biasanya didapat adalah
danya benjolan atau terlihat adanya masa pada retina.
2. Ultrasonografi mata
USG mata menggunakan gelombang suara untuk memberikan gambaran
struktur dalam mata. Tes ini berguna untuk mengevaluasi tumor mata,
katarak, atau perdarahan di retina.
3. Foto fundus
Dokter mata akan melakukan foto fundus mata dengan menggunakan
kamera digital khusus untuk memantau bagian belakang mata hingga sudut
200 derajat. Foto fundus dapat memberikan gambaran yang lebih luas
mengenai kondisi retina dibandingkan tes lainnya, dan tanpa membutuhkan
anestesi.
4. Topografi kornea dan retina
Tes ini menggunakan komputer untuk memetakan lengkungan kornea atau
permukaan retina. Dokter akan menganalisa perubahan pada lengkungan
kornea, seperti bengkak atau tergores, yang bisa menyebabkan
astigmatisma. Tes pemetaan kornea dan retina juga berguna untuk
mengevaluasi penglihatan pasien sebelum menjalani LASIK, transplantasi
kornea, atau memilih lensa kontak yang tepat. Selain itu, topografi juga
digunakan untuk mendiagnosis penyakit retina.
5. Tes ketajaman penglihatan dan uji refraksi
Dalam tes ketajaman penglihatan atau yang disebut juga pemeriksaan visus
mata, pasien diminta untuk melihat bagan berisi huruf-huruf dengan ukuran
bervariasi, yang disebut snellen chart. Pasien akan diposisikan duduk
dengan jarak 6 meter dari snellen chart. Uji refraksi dilakukan dengan
menggunakan alat khusus yang disebut phoropter. Melalui alat ini, dokter
akan melakukan koreksi pada lensa hingga pasien dapat menyebutkan
huruf-huruf dengan jelas. Saat pemeriksaan berjalan, dokter dapat bertanya
10
mengenai objek yang dilihat pasien, apakah makin jelas atau makin tidak
terlihat. Dari jawaban pasien, dokter akan menentukan lensa tambahan yang
dibutuhkan. Tes ini berguna untuk mendeteksi gangguan refraksi, seperti
rabun jauh (miopi), rabun dekat (hipermetropi), mata tua (presbiopi), dan
mata silinder (astigmatisme).
2.9 Penatalaksanaan Medis
Saat retinoblastoma pertama di terapi yang paling penting dipahami
retinoblastoma adalah suatu keganasan. Saat penyakit ditemukan pada mata,
angka harapan hidup melebihi 95% di negara barat. Walaupun dengan
penyebaran ekstraokular, angka harapan hidup menurun sampai kurang dari
50%. Selanjutnya dalam memutuskan strategi terapi, sasaran pertama yang
harus adalah menyelamatkan kehidupan, kemudian menyelamatkan mata, dan
akhirnya menyelamatkan visus. Managemen modern retinoblastoma intraokular
sekarang ini dengan menggabungkan kemampuan terapi yang berbeda
mencakup enukleasi, eksenterasi, kemoterapi, photocoagulasi, cryoteerapi,
external-beam radiation dan plaque raditherapy. (Skuta et al. 2011).
Penatalaksanaan retinoblastoma berubah secara dramatis pada dekade yang lalu
dan terus berkembang. External Beam radiotherapy jarang digunakan sebagai
terapi utama retinoblastoma intraokular karena berhubungan dengan deformitas
kraniofacial dan tumor sekunder pada daerah radiasi. Enukleasi primer pada
retinoblastoma unilateral lanjut masih direkomendasikan untuk menghindari
efek samping kemoterapi sistemik Dihindari manipulasi yang tidak diperlukan
pada bola mata dan sepanjang saraf optikus untuk menghindari penyebaran
tumor ke ekstraokular. (Skuta et al.2011) a. Enukleasi
Enukleasi masih menjadi terapi definitif untuk retinoblastoma,pada
kebanyakan kasus operasi reseksi yang menyeluruh dari penyakit,
khususnya enukleasi dipertimbangkan sebagai intervensi yang tepat jika
1. Tumor melibatkan lebih dari 50% bola mata
2. Dugaan terlibatnya orbita dan nervus optikus
3. Melibatkan segmen anterior dengan atau tanpa glaukoma neovaskular.
b. Kemoterapi
11
Pemberian kemoterapi sistemik mengurangi ukuran tumor, berikutnya dapat
menggunakan gabungan fokal terapi dengan laser, cryotherapy atau
radiotherapy, perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat kamajuan dalam
terapi kedua tumor otak dan metastasis retinoblastoma. Sekarang ini
regimen kombinasi bermacam-macam seperti carboplatin, vincristine,
etoposide dan cyclosporine. Anak-anak yang mendapat obat kemoterapi
secara intravena setiap 3-4 minggu untuk 4-9 siklus kemoterapi. Kemoterapi
sistemik primer (chemoreduction) diikuti oleh terapi lokal (gabungan)
sekarang secara lebih sering digunakan visionsparing tecnique. Kebanyakan
studi chemoreduction untuk retinoblastoma menggunakan vincristine,
carboplatin, dan epipodophyllotoxin, lainya etoposide atau teniposide,
tambahan lainya cyclosporine. Agen pilihan sebaiknya bervariasi dalam
jumlah dan siklus menurut lembaga masing-masing. Kemoterapi jarang
berhasil bila digunakan sendiri, tapi pada beberapa kasus terapi lokal
(cryotherapy, laser photocoagulation, thermotherapy atau plaque
radiotherapy) dapat digunakan tanpa khemoterapi. Efek samping terapi
chemoreduction antara lain hitung darah yang rendah, rambut rontok, tuli,
toksisitas renal, gangguan neurologik dan jantung. Pemberian kemoterapi
lokal sedang diteliti, berpotensi meminimalkan komplikasi sistemik.
c. Periocular Chemotherapy
Periocular chemotherapy yang akan datang dimasukkan dalam COG trial
berdasarkan pada data terbaru penggunaan carboplatin subconjunctiva
sebagai terapi retinoblastoma pada percobaan klinis phase 1 dan 2,
keduanya baik vitreous seeding dan tumor retina didapati adanya respon
terhadap terapi ini. Toksisitas lokal minor berupa orbit myositis pernah
dilaporkan setelah pemberian carboplatin subconjuctiva dan respon
terhadap kortikosteroid oral, dan reaksi yang lebih berat termasuk optik
atropi pernah dilaporkan.
d. Photocoagulation dan Hyperthermia
Xenon dan orgon laser (532 nm) secara tradisional digunakan untuk terapi
retinoblastoma yang tinggi apek kurang dari 3mm dengan dimensi basal
kurang dari 10 mm, 2-3 siklus putaran photocoagulation merusak suplai
12
darah tumor, selanjutnya mengalami regresi. Laser yang lebih berat
digunakan untuk terapi langsung pada permukaan tumor. Laser diode
(810mm) digunakan sebagai hyperthermia. Penggunaan langsung pada
permukaan tumor menjadikan temperature tumor sampai 45-60ºC dan
mempunyai pengaruh sitotoksik langsung yang dapat bertambah dengan
kemoterapi dan radioterapi.
e. Cryotherapy
Juga efektif untuk tumor dengan ukuran dimensi basal kurang dari 10mm
dan ketebalan apical 3mm. Cryotherapy digunakan dengan visualisasi
langsung dengan triple freeze-thaw technique. Khususnya laser
photoablation dipilih untuk tumor pada lokasi posterior dan cryoablation
untuk tumor yang terletak lebih anterior.Terapi tumor yang berulang sering
memerlukan kedua tekhnik tersebut. Selanjut di follow up pertumbuhan
tumor atau komplikasi terapi.
f. External-beam Radiation Therapy
Tumor retinoblastoma respon terhadap radiasi, digunakan teknik terbaru
yang dipusatkan pada terapi radiasi megavoltage, sering memakai
lenssparing technique, untuk melepaskan 4000-4500 cGy dengan interval
terapi lebih dari 4-6 minggu. Khusus untuk terapi pada anak retinoblastoma
bilateral yang tidak respon terhadap laser atau cryoterapi. Keselamatan bola
mata baik, dapat dipertahankan sampai 85%. Fungsi visual sering baik dan
hanya dibatasi oleh lokasi tumor atau komplikasi sekunder.
13
3.1 Pengkajian
1) Pengkajian yang penting untuk retinoblastoma
Sejak kapan sakit mata dirasakan. Penting untuk mengetahui
perkembangan penyakitnya, dan sejauhmana perhatian klien dan
keluarganya terhadap masalah yang dialami. Retinoblastoma mempunyai
prognosis baik bila ditemukan dini.
2) Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan
Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak
ataupun bola mata. Trauma sebelumnya dapat juga memberika kelainan
pada mata tersebut sebelum meminta pertolongan.
3) Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama sebelumnya.
Retinoblastoma bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom,p
roteinyang selamat memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak
dengan retinoblastoma.
4) Apakah pasien merasakan adanya perubahan dalam
matanya.
Retinoblastoma dapat menyebabkan bola mata menjadi besar.
5) Apakah ada keluhan lain yang menyertai.
Keluhan sakit kepala merupakan keluhan paling sering diberikan oleh
penderita. Adanya keluhan pada organ lain juga bisa diakibatkan oleh
tumor yang bermetastase.
6) Penyakit mata sebelumnya. Kadang kadang dengan mengetahui riwayat
penyakit mata sebelumnya akan dapat menerangkan tambahan gejala-gejala
penyakit yang dikeluhkan penderita.
7) Penyakit lain yang sedang diderita. Bila sedang menderita penyakit lain
dengan keadaan yang buruk, dapat pula memperburuk keadaan klien.
8) Usia penderita
Dikenal beberapa jenis penyakit yang terjadi pada usia tertentu.
Retinoblastoma umumnya ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia di
bawah 5 tahun.
14
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola mata
sehingga dapat merusak semua organ di mata yang menyebabkan tajam
penglihatan sangat menurun.
b. Pemeriksaan gerakan bola mata
Pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan bahkan
dapat merusak saraf tersebut dan apabila mengenai saraf III, IV, dan VI
maka akan menyebabkan mata juling (strabismus).
c. Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal
Pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva,
kornea, bilik mata depan, iris, lensa dan pupil.
Pada retinoblastoma didapatkan:
• Leukokoria - Pupil yang berwarna putih.
• Nanah di bilik mata depan.
• Hifema - Darah di bilik mata depan
• Uveitis (radang pada iris dan badan siliaris)
d. Pemeriksaan Pupil
Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih) merupakan keluhan
dan gejala yang paling sering ditemukan pada penderita dengan
retinoblastoma.
e. Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, pupil saraf
optik, dan retina. Refleksi tak ada (atau gelap) akibat perdarahan yang
banyak dalam badan kaca.
f. Pemeriksaan tekanan bola mata
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan bola
mata meningkat.
15
2. Resiko cidera berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang.
3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okular pada
mata.
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan mata
pasca operasi.
5. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi terkait tindakan
pembedahan kepada keluarga pasien.
6. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
perjalanan penyakit
7. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan TIO
16
3.3 Intervensi
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional Paraf
1 Gangguan persepsi Setelah diberikan asuhan a. Pastikan derajat/tipe a. Mempengaruhi harapan
sensorik (penglihatan) keperawatan 3x24 jam kehilangan penglihatan. masa depan pasien dan
berhubungan dengan diharapkan gangguan b. Dorong mengekspresikan pilihan intervensi.
gangguan penerimaan persepsi sensorik dapat perasaan tentang b. Sementara intervensi dini
sensori fotoreseptor dari berkurang dengan kriteria kehilangan/kemumgkinan mencegah kebutaan,
mata ditandai dengan: hasil: kehilangan penglihatan. pasien menghadapi
1. Menurunnya c. Tunjukan pemberian tetes kemungkinan atau
ketajaman 1. Visus mata meningkat mata, contoh menghitung mengalami kehilangan
penglihatan 2/6 sampai dengan 3/6 tetesan, mengikuti jadwal, penglihatan.
2. Mata juling 2. Merah pada mata dapat tidak salah dosis. c. Mengontrol TIO,
(strabismus) berkurang. d. Lakukan tindakan untuk mencegah kehilangan
3. Mata merah 3. Pengecilan bengkak membantu pasien penglihatan lanjut.
menangni keterbatasan
4. Bola mata pada mata penglihatan, contoh d. Menurunkan bahaya
membesar 4. Tekanan intraokuler kurangi kekacauan, keamanan sehubungan
perbaiki sinar suram dan
5. Tekanan bola pada anak mendekati dengan perubahan lapang
mata meningkat rentang normal (10 s/d pandang/kehilangan
12 mmHg) penglihatan dan
17
6. Refleks pupil e. masalah penglihatan akomodasi pupil
berwarna putih
malam. terhadap sinar
(leukokoria)
Kolaborasi: Siapkan lingkungan.
f. intervensi bedah e. Pengangkatan bola mata,
sesuai indikasi: dilakukan apabila tumor
enuklasi. sudah mencapai seluruh
Pelaksanaan krioterapi, vitreous dan visus nol,
fotokoagulasi laser, atau dilakukan untuk
kombinasi sitostatik.
mencegah tumor
bermetastasis lebih jauh.
f. Dilakukan apabila tumor
masih intraokuler, untuk
mencegah pertumbuhan
tumor akan
mempertahankan visus.
18
2. Resiko cedera b/d Setelah diberikan asuhan a. Batasi aktivitas seperti a. Menurunkan stress
keterbatasan lapang keperawatan selama 3x24 menggerakkan kepala pada area operasi
pandang ditandai dengan jam diharapkan cidera tibatiba, menggaruk mata, atau menurunkan
Menurunnya ketajaman tidak terjadi dengan membungkuk. tekanan intraokuler.
penglihatan kriteria hasil:
19
1. Mata juling 1. Tekanan mata b. Anjurkan keluarga b. Menurunkan resiko
(strabismus) mendekati normal memberikan mainan yang memecahkan mainan
2. Tekanan bola mata (10-12) aman (tidak pecah), dan dan jatuh dari tempat
meningkat pertahankan pagar tempat tidur.
3. Refleks pupil tidur. c. Memfokuskan lapang
berwarna putih c. Arahkan semua alat pandang dan
(leukokoria) mainan yang dibutuhkan mencegah cedera
klien pada tempat. pada saat berusaha
d. Pemberian analgesik, untuk menjangkau
misalnya: acetaminophen mainan.
(tyenol), empirin dengan
kodein. d. Digunakan
untuk mengatasi
ketidaknyamanan,
meningkatkan
istirahat/mencegah
gelisah.
3 Nyeri akut b/d proses Setelah diberikan asuhan a. Tentukan riwayat nyeri mis a. Informasi memberikan data
penyakit, inflamasi keperawatan selama 3x24 : lokasi nyeri, frekuensi, dasar untuk
ditandai dengan: jam diharapkan nyeri
20
1. Keluhan nyeri berkurang dengan kriteria b. durasi dan intensitas (skala mengevaluasi kebutuhan
2. Aktivitas kurang hasil: 0-10). keefektivan intervensi.
(distraksi/perilaku 1. Keluhan nyeri Evaluasi / sadari terapi b. Ketidaknyamanan
berhati-hati) berkurang c. tertentu mis : pembedahan, rentang luas adalah
3. Gelisah (respons 2. Gelisah berkurang radiasi, kemoterapi. umum (mis : nyeri insisi).
20utonomic) 3. Frekuensi Berikan tindakan c. Meningkatkan relaksasi
4. Sering menangis menangis d. kenyamanan dasar dan dan membantu
5. Keluhan sakit berkurang aktivitas hiburan. menfokuskan kembali
kepala 4. Keluhan sakit Dorong penggunaan perhatian.
6. Ekspresi meringis kepala berkurang keterampilan manajemen d. Memungkinkan pasien
5. Ekspresi menangis nyeri (mis : teknik untuk berpartisipasi
tidak ada relaksasi, visualisasi) secara aktif dan
e. tertawa, music, sentuhan meningkatkan rasa
terapeutik. control.
Kolaborasi : berikan e. Nyeri adalah komplikasi
sering dari kanker,
analgesic sesuai indikasi
meskipun respon
individual bebeda.
21
4 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat ansietas, 1. Mempengaruhi persepsi pasien
dengan kurangnya keperawatan selama 3x24 derajat pengalaman nyeri terhadap ancaman diri,
22
informasi terkait tindakan jam diharapkan ansietas dan pengetahuan kondisi dapat mempengaruhi upaya
pembedahan kepada keluarga dan ketegangan saat ini. medic untuk mengontrol TIO.
keluarga pasien ditandai anak dalam menghadapi 2. Dorong pasien untuk 2. Memberikan kesempatan
dengan: pembedahan dapat mengakui masalah pasien untuk menerima situasi
1. Anak sulit tidur. berkurang dengan kriteria dan nyata.
2. Anak menjadi hasil: mengekspresikan perasaan. 3. Menurunkan ansietas
sehubungan dengan
pendiam 1. Anak lebih 3. Berikan informasi yang ketidaktahuan/harapan yang
3. Anak tampak nyenyak tidur akurat dan jujur. akan datang
gelisah 2. Anak lebih terlihat
4. Anak tampak aktif
tegang. 3. Anak tampak
5. Kontak mata anak tidak gelisah lagi
pada keluarga 4. Anak tampak lebih
tidak optimal. nyaman
5. Kontak mata anak
pada keluarga
lebih optimal
23
24
5 Gangguan citra Setelah dilakukan asuhan 1. Dikskusikan dengan 1. Membantu memastikan
tubuh berhubungan keperawatan selama 3x24 pasien/orang masalah untuk memulai
dengan perubahan jam diharapkan gangguan terdekat/orang tua proses pemecahan
penampilan mata citra tubuh pada anak dpat bagaimana diagnosis dan masalah.
pasca operasi berkurang dengan kriteria pengobatan yang 2. Membantu merencanakan
ditandai dengan: hasil: mempengaruhi kehidupan perawatan saat di Rumah
1. Anak terlihat 1. Anak mengurangi pribadi pasien/rumah dan Sakit serta setelah pulang.
memegang frekuensi akivitas bermain. 3. Meskipun beberapa
matanya. memegang mata 2. Evaluasi struktur yang ada pasien beradaptasi diri
2. Mata anak terlihat 2. Bengkak pada dan digunakan oleh dengan efek kanker atau
bengkak. mata anak pasien/orang terdekat. efek samping
3. Anak malu berkurang 3. Berikan dukungan emosi terapi;banyak
terhadap matanya 3. Anak tidak terlihat untuk pasien/orang terdekat memerlukan dukungan
malu lagi terhadap selama tes diagnostic dan tambahan selama periode
matanya fase pengobatan. ini.
4. Gunakan sentuhan selama 4. Pastikan
interaksi. Bila dapat individualitas dan
diterima pada pasien dan penerimaan penting dalam
menurunkan
25
mempertahankan kontak perasaan pasien tentang
mata
ketidakamanan dan
keraguan diri
3.4 Implementasi
Tahap pelaksanaan merupakan tahap pada proses keperawatan, dimana semua rencana yang telah ditetapkan didalam rencana
keperawatan kemudian diimplementasikan pada pasien secara nyata, semua rencana sesuai dengan diagnosa sudah dapat
dilakukan.
3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil
akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi terbagi atas dua jenis, yaitu evaluasi
formatif
26
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tubuh manusia terdiri dari berbagai sistem, diantaranya adalah sistem
penglihatan. Sistem ini menjalankan fungsinya melalui organ-organ penting yang
ada di mata. Dimana salah satu organnya dalam hal ini adalah retina. Retina
merupakan bagian mata yang mengubah cahaya menjadi sinyal saraf.
Retinablastoma atau kanker mata merupakan jenis kanker ganas yang menyerang
lapisan retina pada mata yang lebih sering dialami oleh anak. Kelainan ini
disebabkan oleh mutasi gen RB1 yang terletak pada lengan panjang kromosom 13
pada locus 14 dan kode protein pRB yang berfungsi supresor pembentukan tumor.
4.2 Saran
Sebagai tenaga profesional tindakan perawat dalam penanganan masalah
keperawatan khususnya retinoblastoma harus di bekali dengan pengetahuan yang
luas dan tindakan yang di lakukan harus rasional sesuai gejala penyakit.
24
Daftar Pustaka
Doenges, Marilynn, E., et. al., 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3,
EGC, Jakarta.
Ganong, William, F., 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, EGC,
Jakarta.
Mansjoer, A., et. al. 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi III, Cetakan IV,
Media Aekulapius. FK-UI, Jakarta.
Oswari hanifah, dkk. 123 Penyakit dengan Gangguan Pada Anak. 2009. BIP:
Jakarta.
25