Anda di halaman 1dari 61

HUBUNGAN ASI EKSKLUSIF DENGAN

RENDAHNYA KEJADIAN STUNTING


PADA BAYI USIA 6 BULAN
DI KECAMATAN BAITUSSALAM ACEH BESAR

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan


memenuhi syarat-syarat guna memperoleh
gelar sarjana kedokteran

Oleh :

NADIA FIANY
1307101010105

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SYIAH KUALA DARUSSALAM BANDA
ACEH
2016
LEMBARPENGESAHAN

HUB UN GAN ASI EKSKLUSIF DENGAN RENDAHNY A KEJADIAN


STUNTING PADA BA YI USIA 6 BULAN DI KECAMA TAN BAITUSSALAM
ACEHBESAR

SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Kedokteran

Oleh: NADIA

FIANY
NIM.1307101010105

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

. ~ _. .,/'
cir. Nur Wahyuniati, M. Imun dr Raihan. Sp.A (K)
NIP. 19850303 201404 2 001 NIP. 1 680610 200003 2 006

i.Sp. D., KGH-FINASIM


-...;;;;:;:=:::=::::;::::;-- 225 199002 1001

Telah lulus Ujian Skripsi pada hari Kamis tanggal 29 Desember 2016

11
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT


berkat nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis telah dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Hubungan ASI Eksklusif Dengan Rendahnya Kejadian
Stunting Usia 6 Bulan di Kecamatan Baitussalam Aceh Besar” ini disusun
untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat melakukan penelitian
untuk penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terwujud tanpa ada
bimbingan, bantuan, motivasi dan doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. dr. Maimun Syukri, Sp.PD., KGH-FINASIM selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
2. dr. Nur Wahyuniati, M.Imun selaku Pembimbing I dan dr. Raihan, Sp.A (K)
selaku Pembimbing II yang dengan sepenuh hati telah meluangkan waktu
untuk memberi bimbingan, arahan, serta motivasi dari awal hingga akhir
penulisan skripsi ini.
3. dr. Istanul Badiri, MS, Sp.PA sebagai penguji I dan Dr. dr. Nirwana
Lazuardi Sary, M. Kes sebagai penguji II yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk memberikan saran, tuntutan, dan masukan demi kesempurnaan
proposal ini.
4. Dr. dr. Endang Mutiawati Rahayuningsih, Sp.S selaku dosen wali yang
telah membimbing selama penulis menjalani pendidikan di Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
5. Ayahanda Dr. Adwani, SH, M.Hum dan ibunda Fatmawati yang selalu
memberikan doa, dukungan, dan motivasi bagi penulis dalam menyusun
proposal ini.
6. Adik-adik, Anisia Kamila, Mauli Afra Sarah dan Riski Hidayatullah yang
telah memberikan dukungan dan bantuan ketika penulis menemui kesulitan.
7. Sahabat dan teman-teman Pendidikan Dokter 2013 yang telah memberi
dukungan, saran, motivasi dan doa bagi penulis dalam menyusun skripsi.

iii
8. Dosen dan seluruh staf pengajar Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala.
9. Tim Pengelola Skripsi yang mendukung dan bekerja dengan baik demi
proses penyelesaian skripsi ini dengan tepat waktu.
10. Keluarga besar Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala dan semua
pihak terkait yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat dapat disebutkan satu persatu.
11. Kepala Kecamatan Baitussalam, Keuchik dan Bidan Desa, serta seluruh
warga Kecamatan Baitussalam atas kerjasama dan dukungannya sehingga
peneliti dapat melaksanakan penelitian.

Penulis menyadari bahwa skripsi penelitian ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran
yang membangun demi penyempurnaan tulisan ini. Akhir kata penulis berharap
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Banda Aceh, Desember 2016

Nadia Fiany

iv
ABSTRAK

Stunting merupakan salah satu permasalahan yang masih dihadapi oleh Indonesia
hingga saat ini. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi
stunting di Indonesia sebesar 30,7 %. Sedangkan prevalensi stunting di Aceh
sebesar 42%. Stunting merupakan masalah yang disebabkan oleh kurangnya
nutrisi selama masa pertumbuhan dan perkembangan di awal kehidupan. Stunting
berhubungan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal, berkurangnya
kekuatan mental dan kemampuan belajar , penurunan prestasi sekolah, dan
penurunan produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
ASI eksklusif dengan Rendahnya Kejadian stunting pada bayi usia 6 bulan di
Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar. Penelitian ini merupakan penelitian analitik
observasional dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini menggunakan
teknik total sampling pada populasi bayi usia 6 bulan di Kecamatan Baitussalam,
Aceh Besar. Panjang bayi diukur menggunakan infantometer , hasil pengukuran
kemudian dimasukkan kedalam kurva WHO. Bayi dikategorikan stunting apabila
skor TB/U < -2 SD. Sedangkan pemberian ASI eksklusif ditentukan melalui
wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan dari 34 bayi
usia 6 bulan di Kecamatan Baitussalam, 67,6 % bayi mendapatkan ASI eksklusif
dan 32,4% bayi tidak ASI eksklusif. Hasil pengukuran panjang bayi menunjukkan
5,9 % bayi stunting, 82% bayi normal, dan 11,8 % bayi tinggi. Analisis data yang
digunakan adalah mann-whitney dengan interval kepercayaan 95% dan didapatkan
p-value 0,023 ( < 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan
yang signifikan ASI eksklusif dengan rendahnya kejadian stunting pada bayi usia
6 bulan di Kecamatan Baitussalam Aceh Besar.
Kata Kunci : Stunting, ASI Eksklusif

v
ABSTRACT

Stunting is a problem that still occurs in Indonesia. Basic Health Research 2013
noted that prevalence of stunting in Indonesia is 30,7 %,but what worse is
prevalence of stunting in the province of Aceh is higher (42 %). Stunting is a
chronic malnutrition problem during the most critical periods of growth and
development in early life. Stunting is associated with an under developed brain,
diminished mental ability and learning capacity, poor academic performance, and
productivity.This Research was observational analysis with cross sectional study
design. This research using total sampling technique on 6 months babies in
district Baitussalam, Aceh Besar. Baby’s height was measured using infantometer
and interpreted using WHO growth charts. Stunting is defined as height for age is
below -2 SD from the median of the WHO Child Growth Standards. Exclusive
breastfeeding was determined through interviews using questionnaire. The result
of research showed among 34 babies, 67,6 % babies were exclusive breastfed
babies and 32,4 % were non-exclusive breastfed babies. Height measurements
result showed 5,9% babies were stunting, 82% babies were normal heights, and
11,8 % babies were tall. Data analysis used mann-whitney test with 95 %
confidence intervals and showed p value 0,023 ( <0,05). The conclusion from this
study showed the correlation between exclusive breastfeeding and the low
incidence of stunting on 6 months babies in district Baitussalam, Aceh Besar.
Keywords : stunting, Exclusive Breastfeeding

vi
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii


KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................ v
ABSTRACT ...................................................................................................... vi
DAFTAR ISI...................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ............................................
1.2 Rumusan Masalah .......................................
1.3 Tujuan Penelitian ........................................
1.4 Manfaat Penelitian ......................................
1.5 Hipotesis......................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4


2.1 Definisi ASI Eksklusif ................................
2.2 Komposisi ASI ............................................
2.3 Manfaat ASI untuk Bayi ............................
2.3.1 ASI sebagai nutrisi ...........................
2.3.2 ASI meningkatkan daya tahan tubuh
2.3.3 ASI meningkatkan kecerdasan .........
2.4 Tumbuh Kembang Anak .............................
2.4.1 Definisi tumbuh kembang.................
2.4.2 Fisiologi tumbuh kembang bayi .......
2.4.3 Faktor yang mempengaruhi pertumb
2.5 Stunting .......................................................
2.4.1 Definisi stunting ...............................
2.4.2 Etiologi .............................................
2.6 Kerangka Teori............................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................... 16


3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ..................
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .....................
3.2.1 Tempat penelitian .............................
3.2.2 Waktu penelitian ..............................
3.3 Populasi dan Sampel ...................................
3.3.1 Populasi ............................................
3.3.2 Sampel penelitian ............................
3.4 Kerangka Pikiran ........................................
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasiona

vii
3.5.1 Variabel penelitian ...................
3.5.2 Definisi operasional .................
3.6 Alat/Instrumen Penelitian....................
3.7 Teknik Pengumpulan Data Penelitian
3.7.1 Sumber data..............................
3.6.2 Metode pengumpulan data ......
3.8 Prosedur Penelitian..............................
3.9 Pengolahan Data Penelitian.................
3.10 Analisis Data Penelitian ......................
3.11 Alur Penelitian ....................................

BAB IV HASIL DAN PEM


4.1 Hasil Penelitia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... ... 27


5.1 Kesimpulan ...............................................................................
5.2 Saran .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

LAMPIRAN.......................................................................................................

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 3.1
Gambar 3.2

ix
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Formula untuk
Anak Normal .
Tabel 4.1 Karakteristik S
Tabel 4.2 Karakteristik P
Tabel 4.3 Hubungan ASI

x
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10

xi
DAFTAR SINGKATAN

AA : Arachnoid Acid
ASI : Air Susu Ibu
BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah
DHA : Docosahexaenoic Acid
EGF : Epidermal Growth Factor
IGF : Insulin like Growth Factor
KMS : Kartu Menuju Sehat
MP-ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu
TGF : Transforming Growth Factor
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
WHO : World Health Organization

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stunting merupakan salah satu hambatan yang signifikan terhadap
pertumbuhan manusia. Secara global, stunting mempengaruhi 162 juta anak
1
dibawah 5 tahun. Sedangkan di Asia, pada tahun tahun 2014 persentase anak
dibawah 5 tahun yang stunting sebanyak 25,1%. WHO menargetkan penurunan
2
40% angka stunting pada anak dibawah 5 tahun pada tahun 2025.
Stunting masih menjadi salah satu permasalahan yang masih dihadapi oleh
Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, di Indonesia
prevalensi stunting 30,7%. Sedangkan di Aceh prevalensi stunting 42%. Aceh
termasuk salah satu provinsi dari 15 provinsi di Indonesia yang memiliki
3
prevalensi stunting di atas prevalensi nasional.
Stunting merupakan salah satu hambatan besar yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Stunting dapat menyebabkan efek jangka
pendek dan jangka panjang. Efek jangka pendek stunting adalah meningkatkan
mortalitas dan morbiditas serta menurunkan fungsi koognitif, motorik dan bahasa.
Sedangkan, efek jangka panjang stunting dapat menyebabkan tubuh pendek,
penurunan kesehatan reproduksi, meningkatkan resiko terkenanya penyakit
4
degeneratif, menurunnya prestasi sekolah, kapasitas belajar, dan produktivitas.
Stunting dapat dipengaruhi oleh kurangnya asupan gizi, nutrisi bayi saat
dalam kandungan, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), pemberian Air Susu Ibu
(ASI) eksklusif, lamanya pemberian MP-ASI, status ekonomi, besar keluarga, dan
4
anak yang menderita diare.
ASI merupakan sumber gizi yang ideal untuk kesehatan fisik dan psikis
bayi. ASI mengandung nutrisi dengan komposisi yang sesuai untuk keperluan
5
pertumbuhan bayi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Menurut WHO tahun 2014, rata-rata Nasional pemberian ASI eksklusif pada
6
tahun 2012 sebesar 42%. Sedangkan di Aceh, berdasarkan Profil Kesehatan
7
tahun 2012, anak yang diberi ASI eksklusif sebanyak 27%. Di Aceh Besar,
berdasarkan Profil Kesehatan Aceh Besar pada tahun 2015, salah satu Kecamatan
yang memiliki persentase bayi yang diberi ASI eksklusif rendah adalah kecamatan

1
2

8
Baitussalam, yaitu sebesar 47,8%. Rendahnya pemberian ASI eksklusif
dipengaruhi oleh adanya susu formula, dan juga pemberian makanan terlalu dini
6
akibat minimnya pengetahuan tentang ASI.
Pada tahun 2014 terdapat penelitian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian stunting pada anak balita di wilayah pedesaan dan
perkotaan di Jember. Penelitian ini menemukan bahwa pemberian ASI eksklusif
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian stunting pada wilayah
9
pedesaan dan perkotaan. Penelitian yang sama juga telah dilaksanakan pada anak
Taman Kanak-kanak di Kecamatan Darul Imarah Banda Aceh. Penelitian ini
menunjukan adanya hubungan anak yang tidak diberikan ASI eksklusif terhadap
stunting pada anak Taman Kanak-kanak di Kecamatan Darul Imarah, Banda
10
Aceh. Hasil Penelitian lain yang dilakukan oleh siti Harisah, menunjukkan tidak
ada perbedaan signifikan antara pemberian ASI eksklusif dan susu formula
11
terhadap panjang badan anak usia 1-2 tahun.
Deteksi dini stunting penting agar dapat dilakukan perbaikan untuk
mengejar ketinggalan pertumbuhannya. Berdasarkan hasil studi literatur yang
telah dilakukan, penelitian mengenai hubungan ASI eksklusif dengan kejadian
stunting pada bayi usia 6 bulan belum pernah dilakukan di Aceh. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan ASI eksklusif dengan
rendahnya kejadian stunting pada bayi umur 6 bulan di Kecamatan Baitussalam,
Aceh Besar.

1.1 Rumusan Masalah


Stunting merupakan masalah yang masih dihadapi di Indonesia. Aceh
merupakan salah satu provinsi yang memiliki prevalensi stunting tertinggi di
Indonesia. Stunting dapat disebabkan oleh kurangnya nutrisi pada masa
pertumbuhan di awal kehidupan. Pada bayi terdapat fase pertumbuhan yang lebih
cepat dari keadaan normal. Fase ini umumnya terjadi hingga bayi berusia 6 bulan.
Nutrisi yang tepat bagi bayi hingga usia 6 bulan adalah ASI Eksklusif. Nutrisi
yang adekuat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.
Stunting pada bayi berusia 3-6 bulan merupakan dampak dari gagal tumbuh
pada periode sebelumnya. Deteksi dini stunting diperlukan agar dapat dilakukan
intervensi segera dan mencegah efek jangka panjang stunting.
Adapun masalah dari penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara
ASI eksklusif dengan rendahnya kejadian stunting pada bayi umur 6 bulan di
Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar?

1.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui cakupan ASI Eksklusif pada bayi usia 6 bulan di
Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar.
2. Mengetahui prevalensi stunting pada bayi usia 6 bulan di Kecamatan
Baitussalam, Aceh Besar.
3. Mengkaji hubungan ASI eksklusif dengan rendahnya kejadian stunting
pada bayi usia 6 bulan di Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar.

1.3 Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi pemerintah


Sebagai informasi sehingga dapat melakukan intervensi dini dan
pencegahan stunting, khususnya di Kecamatan Baitussalam, Aceh
Besar.
2. Manfaat bagi petugas kesehatan
Sebagai informasi dalam memberikan edukasi mengenai pentingnya ASI
Eksklusif untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, khususnya untuk
mencegah stunting.
3. Manfaat bagi peneliti lain
Sebagai sumber referensi dalam penelitian lebih lanjut mengenai
hubungan ASI eksklusif dengan rendahnya kejadian stunting.
4. Manfaat bagi pembaca
Sebagai sumber informasi salah satu upaya pencegahan stunting pada
bayi usia 6 bulan.
1.4 Hipotesis
Terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian ASI Ekslusif dengan
rendahnya kejadian stunting pada bayi umur 6 bulan di Kecamatan Baitussalam,
Aceh Besar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi ASI Ekslusif


ASI (air susu ibu) merupakan sekresi kelenjar payudara ibu yang berbentuk
emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik. Ditinjau
dari segi kesehatan fisis maupun psikis, ASI merupakan makanan ideal untuk
bayi. ASI menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
12
perkembangan anak. ASI eksklusif merupakan pemberian ASI kepada bayi
13
selama enam bulan pertama kehidupan tanpa makanan tambahan.

2.2 Komposisi ASI


Komposisi nutrisi dan volume ASI setiap ibu berbeda, hal ini dipengaruhi
14
oleh stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi dan diet ibu. Keadaan nutrisi dan diet
ibu menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi komposisi ASI karena energi
14
dan zat gizi dalam ASI berasal dari cadangan lemak dan asupan gizi ibu. ASI
terbagi dalam beberapa tahap pada masa awal hingga akhir menyusui, yaitu
12
kolostrum, ASI transisi dan ASI matang.
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresikan oleh kelenjar
payudara hingga hari ketiga atau keempat. Kolostrum berwarna kekuning-
kuningan, lebih kuning daripada susu yang matur. Warna kuning pada kolostrum
14
berasal dari beta karoten. Kolostrum mengandung lebih banyak protein dan
antibodi dibandingkan ASI matur, sehingga dapat melindungi bayi sampai umur 6
bulan. ASI transisi disekresi pada hari keempat hingga hari kesepuluh dari masa
laktasi. Pada ASI transisi, kadar protein makin merendah sedangkan kadar
karbohidrat dan lemak semakin tinggi. ASI matur disekresikan pada hari
kesepuluh hingga seterusnya dengan komposisi yang relatif konstan. ASI matur
12
berwarna putih kekuning-kuningan dan tidak menggumpal jika dipanaskan.
ASI memiliki kandungan makronutrein seperti karbohidrat, lemak, protein,
dan juga kandungan mikronutrein seperti vitamin, mineral, dll. ASI memiliki
karbohidrat yang lebih tinggi dibandingkan air susu sapi. Karbohidrat utama yang
terdapat pada ASI adalah laktosa. Laktosa akan diubah menjadi asam laktat yang
menyebabkan suasana asam didalam usus bayi. Suasana asam tersebut dapat

4
5

menghambat pertumbuhan bakteri patologis, memacu pertumbuhan


mikroorganisme yang memproduksi asam organik dan mensintesis vitamin,
12
memudahkan absorpsi mineral, seperti kalsium, fosfor dan magnesium.
Protein di dalam ASI lebih sedikit dibandingkan air susu sapi, namun rasio
protein whey lebih besar pada ASI dibandingkan pada air susu sapi. Pengendapan
protein whey lebih halus sehingga ASI lebih mudah dicerna. Didalam ASI juga
terdapat asam amino esensiil taurin yang penting bagi pertumbuhan retina dan
12
konjungasi bilirubin.
Kadar lemak pada ASI relatif sama dengan air susu sapi. Lemak merupakan
sumber kalori dan sumber vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan K), dan
sumber asam lemak yang esensiil. Pada ASI terdapat asam linoleik yang cukup
untuk memacu absorpsi lemak dan kalsium, adanya garam kalsium dari asam
12
lemak ini akan memacu perkembangan otak bayi.
Pada ASI terdapat vitamin A, D, E dan K. Vitamin A merupakan vitamin
yang berfungsi untuk mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh dan
pertumbuhan, serta menjaga kesehatan mata. Kandungan Vitamin A pada bayi
cenderung tinggi, sehingga bayi yang mendapatkan ASI cenderung memiliki daya
tahan tubuh yang cukup tinggi. Vitamin D penting untuk pemeliharaan tulang dan
juga pertumbuhan. Namun, paparan sinar matahari tetap diperlukan sehingga
Vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dapat tercukupi. Vitamin E pada ASI
cukup tinggi terutama pada kolostrum dan ASI transisi. Vitamin E dibutuhkan
untuk menjaga ketahanan dinding sel darah merah. Vitamin K diperlukan sebagai
salah satu faktor pembekuan darah. Namun, pada ASI jumlah vitamin K hanya
sedikit, oleh karena itu bayi yang baru lahir selain diberikan ASI juga memerlukan
12
injeksi vitamin K.
ASI memiliki kadar mineral yang sangat baik. Mineral utama yang terdapat
dalam ASI adalah kalsium. Kalsium berfungsi untuk pertumbuhan jaringan otot
12
dan rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah.
Selain kandungan nutrisi ASI mengandung hormon dan faktor pertumbuhan
(growth factor) yang merupakan komponen bioaktif protein. Komponen tersebut
berfungsi untuk meningkatkan kemampuan adaptasi saluran cerna setelah bayi
lahir dengan cara merangsang pertumbuhan sel saluran cerna, pematangan sistem
saluran cerna, pembentukan koloni kuman baik, dan perkembangan jaringan
limfoid saluran cerna. Faktor pertumbuhan yang terdapat dalam ASI antara lain
12
IGF-1, EGF, TGF- a dan -b.

2.3 Manfaat ASI untuk Bayi

2.3.1 ASI sebagai nutrisi


ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah
makanan bayi yang paling baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan pemberian
ASI yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan
tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan, bayi harus mulai
diberi makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau
13
lebih.

2.3.2 ASI meningkatkan daya tahan tubuh


Bayi yang baru lahir secara alamiah akan mendapat imunoglobin dari
ibunya. Badan bayi akan dapat memproduksi zat kekebalan sehingga mencapai
kadar protektif pada saat berusia 9 hingga 12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan
bawaan menurun, sedangkan bayi belum mampu memproduksi kadar yang
mencukupi, maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi, sehingga
12
mudah terserang penyakit.

2.3.3 ASI meningkatkan kecerdasan


Terdapat dua faktor penentu kecerdasan anak, yaitu faktor genetik dan
faktor lingkungan. Faktor genetik adalah potensi bawaan dari orang tua. Faktor ini
tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa. Sedangkan faktor lingkungan adalah
faktor yang menentukan apakah faktor genetik akan tercapai secara optimal.
Faktor ini memiliki banyak aspek yang dapat diubah. Secara garis besar terdapat
tiga jenis kebutuhan untuk faktor lingkungan, yaitu kebutuhan untuk pertumbuhan
fisik otak, kebutuhan untuk perkembangan emosional dan spiritual serta
13
kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosialisasi.
Kebutuhan pertumbuhan fisik otak memerlukan nutrisi atau makanan
bergizi. Pada bayi, ASI dapat memenuhi kebutuhan ini. ASI memiliki nutrien
khusus seperti taurin, laktosa, AA, DHA, omega 3, omega 6, kolin, dan triptofan
yang diperlukan otak bayi untuk membantu proses sinaptogenesis dan proses
mielinisasi. Secara umum, jumlah sinaps meningkat pesat antara usia 3-4 bulan,
kemudian terjadi hubungan dengan pusat pengolahan informasi penglihatan
13
sampai usia 6 bulan.

2.4 Tumbuh Kembang Anak

2.4.1 Definisi Tumbuh Kembang


Tumbuh kembang merupakan suatu proses yang dilalui oleh setiap manusia.
Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi
saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan ukuran, besar, jumlah, pada tingkat sel,
organ maupun individu. Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur.
Perkembangan adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang
15
lebih kompleks.

2.4.2 Fisiologi Tumbuh Kembang Bayi


Pertumbuhan fisik, pendewasaan, pencapaian kemampuan dan reorganisasi
psikologis terjadi sangat cepat pada tahun pertama. Parameter pertumbuhan dan
kisaran normal untuk dapat mencapai berat, panjang, dan lingkaran kepala dapat
diperkirakan. Pada tabel 2.1 Menunjukkan formula untuk pendekatan rata-rata
16
tinggi dan berat bayi dan anak normal.

Tabel 2.1 Formula untuk pendekatan Rata-rata Tinggi dan Berat Bayi dan
16
Anak Normal

(a) Pada saat lahir


(b) 3-12 bulan

(c) 1-6 tahun


(d) 7-12 tahun

(e) Pada saat lahir


(f) Pada saat umur 1 tahun
(g) 2-12 tahun
Pada usia 0-2 bulan, bayi mengalami pertumbuhan yang pesat. Fisiologis
berubah sesuai dengan efektifnya pemberian makan rutin dan siklus tidur –
bangun. Berat badan bayi 1 minggu setelah lahir dapat menurun 10 % dari berat
badan ketika lahir. Hal ini disebabkan oleh ekskresi kelebihan cairan
ekstravaskular dan terbatasnya asupan makanan. Nutrisi meningkat seiring
kolostrum digantikan dengan ASI matur, bayi belajar menghisap lebih efisien dan
ibu menjadi lebih nyaman dengan teknik menyusui. Berat badan bayi kembali
bahkan meningkat pada usia 2 minggu. Berat badan dapat tumbuh hingga 30
16
g/hari. Pada periode ini merupakan pertumbuhan tercepat setelah kelahiran.
Setelah mencapai usia 3-4 bulan, kecepatan pertumbuhan bayi melambat
hingga 20 g/hari. Di usia 4 bulan berat bayi dua kali dari berat ketika lahir.
Pertumbuhan kembali melambat di usai 6-12 bulan. Di usia 12 bulan, berat badan
bayi tiga kali berat badan ketika lahir, panjang badan bertambah 50%, dan lingkar
16
kepala bertambah 10 cm.
Pada tahun kedua kehidupan, pertumbuhan mulai melambat. Otak mulai
16
berkembang, sehingga lingkar kepala meningkat 2 cm selama setahun.

2.4.3 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan


1. Genetik
Faktor genetik dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas
pertumbuhan. Kualitas dan kuantitas pertumbuhan ditandai dengan
kecepatan pembelahan, intensitas pembelahan, sensitivitas jaringan
terhadap rangsangan, usia pubertas, serta berhentinya pertumbuhan
17
tulang.
Tinggi badan orang tua memiliki pengaruh langsung terhadap potensi
pertumbuhan anak, dan dapat diprediksikan tinggi anak saat dewasa.
Anak yang memiliki tubuh yang pendek dapat disebabkan oleh
kurangnya nutrisi, namun anak yang memiliki orang tua dengan postur
yang pendek kemungkinan pengaruh terbesarnya pendek disebabkan
karena genetik atau bawaan sejak lahir. Kalkulasi untuk memprediksi
potensial tinggi anak dapat dilakukan berdasarkan tinggi orang tua,
dengan cara menambahkan tinggi kedua orang tua (tinggi ayah ditambah
tinggi ibu), dan dibagi dua. Anak yang memiliki tinggi lebih rendah
dibandingkan potensialnya dapat dipertimbangkan apakah disebakan oleh
17
penyakit atau kurangnya asupan nutrisi.
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi apakah
seorang anak dapat mencapai potensi bawaan atau potensi genetiknya.
Lingkungan yang baik akan mendukung anak untuk mencapai potensi
bawaan, sedangkan lingkungan yang kurang baik akan menghambat
potensi bawaan anak. Faktor lingkungan yang mempengaruhi adalah
17
lingkungan “bio-fisiko-psiko-sosial”.
Faktor lingkungan secara garis besar dibagi menjadi faktor prenatal
dan faktor postnatal. Faktor prenatal merupakan faktor yang berpengaruh
sejak bayi dalam kandungan ibu hingga bayi lahir. Sedangkan faktor
17
postnatal merupakan faktor yang mempengaruhi bayi setelah bayi lahir.
a. Faktor Prenatal
Beberapa hal yang mempengaruhi pertumbuhan janin selama dalam
kandungan adalah :
1. Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang buruk sebelum kehamilan maupun pada saat ibu
hamil dapat menyebabkan bayi BBLR (berat bayi lahir rendah)
atau lahir mati dan cacat bawaan. Selain itu, kekurangan nutrisi
dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan otak janin, anemia
pada bayi baru lahir, mudahnya terkena infeksi pada bayi baru
17
lahir, dan sebagainya.
2. Toksin/zat kimia
Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang selama masa kehamilannya
sering mengkonsumsi alkohol dan rokok memiliki resiko yang
lebih tinggi untuk mengalami BBLR, lahir mati, cacat, maupun
17
retardasi mental.
Keracunan logam berat yang dialami oleh ibu pada masa
kehamilannya dapat menyebabkan mikrosefali dan palsi serebralis.
17
Di Jepang, penyakit ini dikenal dengan nama penyakit Minamata.
10
10

3. Endoktrin
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak dalam kandungan, yaitu saat
janin berusia 4 bulan. Hormon yang paling berpengaruh adalah
hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar
17
pituitary.
Somatotropin (growth hormone) merupakan hormon yang
disekresikan oleh kelenjar hipofisis . Hormon ini mulai diproduksi
pada minggu ke-9 dan terus meningkat produksinya hingga minggu
ke-20. Setelah itu, produksi hormon somatotropin akan menetap
17
hingga bayi lahir.
4. Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu sangat
merugikan bayi. Radiasi dapat menyebabkan kematian janin,
17
kerusakan otak, mikrosefali atau cacat bawaan lainnya.
5. Infeksi
TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes
Simplex) merupakan infeksi intrauterin yang sering menyebabkan
cacat bawaan pada janin. Infeksi lainnya yang dapat menyebabkan
penyakit pada janin adalah varisela, Coxsackie, Echovirus, malaria,
lues, HIV, polio, campak, listeriosis, leptospira, mikoplasma, virus
17
influenza, dan virus hepatitis.
6. Imunitas
Rhesus atau ABO inkompatibilitas merupakan kondisi golongan
darah antara ibu dan bayi berbeda sewaktu masa kehamilan. ABO
inkompatibilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern
17
icterus, atau lahir mati.
b. Faktor Postnatal
1. Ras/suku bangsa
Pertumbuhan dipengaruhi oleh ras/suku bangsa. Bangsa kulit putih
atau ras eropa cenderung mempunyai pertumbuhan somatik yang
17
lebih tinggi daripada bangsa Asia.
2. Gizi
Faktor gizi merupakan faktor yang memegang peran penting dalam
proses tumbuh kembang anak. Kebutuhan nutrisi anak berbeda
dengan kebutuhan nutrisi orang dewasa. Anak membutuhkan
nutrisi yang seimbang agar dapat tumbuh dan berkembang dengan
15
baik. Kalori, protein, iodium, vitamin A, zink, dan besi (fe)
18
merupakan beberapa zat gizi yang mempengaruhi tinggi badan.
Pengaruh langsung dari pemberian nutrisi yang tidak adekuat,
termasuk karbohidrat, protein dan mikronutrein disebabkan oleh
penyakit, ketidaksediaan makanan, dan juga kurangnya pemberian
16
makanan anak.
Berdasarkan penelitian di Amerika menunjukkan bahwa bayi yang
diberi ASI tumbuh lebih cepat selama 3 hingga 6 bulan, dan mulai
19
melambat pada 6 sampai 9 bulan selanjutnya.
3. Hormon
Kelainan hormon seperti growth hormone, insulin like growth
factor, testosterone, estrogen, tiroid hormon, kortisol, insulin
17
mempengaruhi berat dan tinggi anak.

2.5 Stunting

2.5.1 Definisi Stunting


Stunting merupakan indikasi kegagalan mencapai potensial tinggi badan
20
genetik. Stunting didefinisikan sebagai tinggi badan dibawah 2 median standar
deviasi kurva WHO. Stunting merupakan hasil yang didapatkan oleh pemberian
nutrisi yang tidak adekuat dan infeksi berulang selama 1000 hari hidup anak yang
1
irreversible atau tidak dapat kembali ke keadaan semula.
Stunting masih menjadi masalah yang dihadapi oleh Indonesia hingga saat
ini. Stunting menimbulkan kekhawatiran dan menjadi pertanyaan yang ditanyakan
oleh orangtua di klinik. Stunting menjadi salah satu masalah yang paling banyak
21
dikonsulkan di Amerika.
Anak yang mengalami stunting cenderung mengalami hambatan psikososial
dalam pergaulannya. Hambatan dialami anak karena berkurangnya kesempatan
akibat tinggi badan yang pendek, timbulnya rasa rendah diri dalam pergaulan
dengan teman sebaya, serta mungkin akan mengalami kesulitan dalam mencari
22
pekerjaan yang meminta tinggi badan tertentu sebagai syarat.
Kekurangan gizi sejak masa awal anak dapat menyebabkan tingginya
mortalitas bayi dan anak, meningkatnya kemungkinan infeksi dan penyakit
lainnya, berkurangnya tinggi badan dewasa, gangguan kemampuan koognitif. Hal
tersebut merupakan dampak dari krisis ekonomi berkepanjangan bagi individu
juga masyarakat Indonesia. Intervensi pada 1000 hari pertama kehidupan anak
penting untuk mencegah pengaruh jangka panjang stunting akibat kekurangan
23
gizi.

2.5.2 Etiologi

1
Gambar 2.1 Penyebab stunting

Faktor yang mempengaruhi stunting adalah kesehatan maternal yang kurang


baik, lingkungan rumah yang tidak sehat, kualitas makanan yang buruk, asuhan
makanan pada infant dan bayi yang tidak memadai, kebersihan makanan dan
minuman yang tidak terjaga, serta infeksi. Kesehatan maternal yang kurang baik,
khususnya nutrisi dan status kesehatan ibu selama kehamilan serta setelah
kehamilan. Hal ini mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan awal selama
bayi di kandungan. Pemberian ASI tidak Eksklusif, pemberian MP-ASI yang
terbatas kualitas, kuantitas dan variasinya merupakan faktor yang sangat
berkontribusi pada asuhan makanan pada infant dan bayi yang tidak memadai.
Infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi lingkungan yang tidak
bersih mempengaruhi stunting. Hal ini disebabkan karena malabsorpsi dan
berkurangnya kemampuan tubuh sebagai pencegah. Lingkungan rumah yang tidak
sehat, pola asuh yang tidak baik, pemberian makan yang tidak adekuat, dapat
1
saling berinteraksi untuk menghambat pertumbuhan dan perkembangan.
Pediatric Endocrine society membagi penyebab stunting menjadi dua
kategori, normal variants yaitu stunting yang tidak terkait dengan penyakit lain
24
dan stunting yang disebabkan oleh kondisi medis.
A. Normal Variants
1. Genetik
Kecepatan pertumbuhan anak normal, namun salah satu atau kedua orang
tua anak memiliki perawakan pendek.
2. Constitutional delay growth and puberty
Anak yang mengalami gangguan ini sering kali memiliki perawakan
pendek selama masa anak-anak dan pubertas yang terlambat. Namun
pada kebanyakan kasus, anak tersebut akan mencapai tinggi normal pada
21
saat dewasa. Anak yang mengalami gangguan ini memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a. Kecepatan pertumbuhan yang lambat setelah usia 3 tahun, dengan
berat dan tinggi badan dibawah standar.
b. Kecepatan pertumbuhan mendekati normal bahkan menjadi normal
selama masa pubertas.
c. Umur tulang dan masa pubertas yang terlambat.
d. Tinggi saat dewasa biasanya normal, namun tidak memenuhi
23
potensial tinggi genetiknya.
B. Stunting yang disebabkan oleh kondisi medis lainnya.
Beberapa kondisi medis yang dapat menyebabkan stunting adalah:
1. Penyakit kronis yang mempengaruhi organ besar, seperti penyakit
jantung, asma, celiac disease, penyakit ginjal, anemia, dan kelainan
tulang.
2. Defisiensi Hormon, termasuk hipotiroid, defisiensi growth hormone,
diabetes, dan penyakit cushing.
3. Penyakit Genetik seperti sindrom Down, sindrom Turner, sindrom
Russel-Silver, dan sindrom Noonan.
4. Nutrisi tidak adekuat.
24
5. Bayi dengan riwayat BBLR.
2.6 Kerangka Teori

Normal Patologis
Varian

Genetik  Pertumbuhan
terlambat
 Pubertas
terlambat

Stunting

Keterangan

= ruang lingkup penelitian

Gambar 2.2 Kerangka Teori


BAB III METODE
PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian ini merupakan penelitan analitik observasional dengan
rancangan cross sectional . Penelitian ini menggunakan pendekatan retrospektif
dengan cara mengidentifikasi variabel terikat pada masa sekarang dan variabel
bebas pada masa lalu.

3.2 Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Baitussalam Aceh Besar, pada
bulan November-Desember tahun 2016 (lampiran 1).

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah bayi berusia 6 bulan pada bulan November-
Desember 2016 di Kecamatan Baitussalam.

3.3.2 Sampel Penelitian


Sampel penelitian ini adalah anak berusia 6 bulan pada bulan November-
Desember 2016 di kecamatan Baitussalam Aceh Besar, yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi. Sampel penelitian diambil menggunakan teknik total
sampling.

3.3.3 Kriteria Sampel


Kriteria inklusi :
1. Berusia 6 bulan dan tinggal di kecamatan Baitussalam, Aceh Besar.
2. Memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS).
3. Bersedia menjadi responden.

16
17
17

Kriteria eksklusi :
1. Menderita down’s syndrome.
2. Menderita penyakit kronis (diare kronis, asma, anemia, penyakit
jantung, penyakit ginjal)
3. Orang tua dengan perawakan pendek, yaitu dibawah persentil 3 standar
deviasi kurva CDC.

3.4 Kerangka Pikiran

Independen Dependen

ASI Eksklusif Rendahnya


kejadian Stunting

Gambar 3.1 Kerangka konsep Penelitian

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Penelitian


Variabel dependen dalam penelitian ini adalah stunting sedangkan variabel
independen adalah pemberian ASI eksklusif.

3.5.2 Defenisi Operasional


Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Stunting
Stunting adalah keadaan tubuh pendek atau sangat pendek yang dapat
diukur dengan antropometri dan hasil pengukuran dimasukkan ke dalam
2
kurva WHO.
Pengukuran panjang badan bayi menggunakan infantometer, dengan
cara meletakkan bayi dengan kepala menempel pada bagian kepala atau
head board, kemudian Luruskan tubuh bayi sejajar dengan bidang
infantometer, dan mendorong atau menggerakkan bagian kaki atau foot
board sehingga menempel dengan tumit bayi. Hasil pengukuran
dimasukkan ke dalam kurva WHO, bila hasilnya <-3 Z skor,anak
tersebut masuk kedalam katagori sangat pendek, apabila <-2 Z skor
masuk kategori pendek, -2 sampai +2 Z skor masuk kategori normal.
Skala yang digunakan pada variabel ini adalah skala ordinal.
2. ASI Eksklusif
ASI eksklusif merupakan pemberian ASI pada bayi hingga 6 bulan
11
tanpa makanan tambahan.
Skala yang digunakan pada variabel ini adalah skala nominal.

Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


No
Penelitian Ukur
Pengukuran -Stunting Ordinal
1. Stunting Infantometer
langsung dan -Normal
Kurva WHO
hasil -Tinggi
diinterpretasikan
ke kurva WHO
2. ASI kuisioner Wawancara -ASI Nominal
Eksklusif Eksklusif
-Tidak ASI
Eksklusif

3.6 Alat/Instrumen dan Bahan Penelitian


1. Kuisioner
2. Infantometer
3. Kurva WHO panjang badan terhadap usia
4. Kartu Menuju Sehat (KMS)

3.7 Teknik Pengumpulan Data Penelitian

3.7.1 Sumber Data


Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer
didapatkan dari kuisioner yang diberikan kepada ibu bayi dan juga hasil
pengukuran panjang badan bayi. Sedangkan data sekunder didapatkan dari KMS
berupa riwayat panjang badan bayi.

3.7.2 Metode pengumpulan data


Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengisi kuesioner untuk
mengetahui identitas bayi dan orang tua bayi serta pemberian ASI eksklusif,
pengukuran panjang badan bayi menggunakan infantometer, dan melihat KMS
untuk mengetahui riwayat panjang badan bayi.

3.8. Prosedur Penelitian


Berikut adalah prosedur penelitian ini:
1. Membuat surat izin penelitian (lampiran 8).
2. Meminta data alamat rumah yang memiliki bayi 6 bulan dan menentukan
bayi yang akan menjadi sampel.
3. Menentukan pengambilan responden berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi
4. Memperlihatkan lembar permohonan kesediaan menjadi responden
(lampiran 2), meminta responden untuk mengisi lembar persetujuan
menjadi responden (lampiran 3) dan kuisioner (lampiran 4), serta
melakukan pengukuran panjang badan bayi yang diinterpretasikan ke
dalam kurva WHO (lampiran 5).
5. Melakukan pengolahan dan analisa data (lampiran 6 dan 7).
6. Mendapatkan hasil.
7. Membuat surat izin selesai penelitian (lampiran 9).

3.9 Pengolahan Data Penelitian


Setelah mendapatkan semua data yang diperlukan dalam penelitian ini,
pengolahan data kemudian dilakukan dengan tahapan:
1. Coding : Pemerian kode pada setiap variabel untuk memudahkan
pengolahan data.
2. Editing : Kelengkapan dan ketepatan data diperiksa lagi
3. Tabulating : Data kemudian dikelompokkan sesuai karakteristiknya
dan ditampilkan dalam bentuk tabel.
4. Cleaning : Peneliti memeriksa dan mengevaluasi kembali data
yang dimasukkan agar tidak terdapat kesalahan ketika
data diolah.
3.10 Analisis Data Penelitian
Analisis data penelitian ini terdiri dari analisis univariat dan analisis
bivariat.
20
20

1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan frekuensi dan
karakteristik setiap variabel penelitian (variabel dependen dan variabel
independen).
Rumus:
f1
= × 100%
n

Keterangan:
P = Persentase

f1 = Frekuensi teramati
n = Jumlah responden

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen. Uji yang
digunakan dalam analisis ini adalah uji mann-whitney untuk
mengetahui hubungan ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada
bayi umur 6 bulan.
Uji mann-whitney dilakukan menggunakan program komputer dengan
taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengambilan kesimpulan analisis data
adalah sebagai berikut :
a. H0 diterima dan Ha ditolak bila p > 0,05
b. Ha diterima dan H0 ditolak bila p ≤ 0,05
3.11 Alur Penelitian

Bayi usia 6 bulan di Kecamatan Baitussalam Aceh Besar

Kriteria Kriteria
eksklusi inklusi

Kuisioner Antropometri (TB)

Stunting Normal Tinggi

Analisis data

Hasil

Gambar 3.2 Alur Penelitian


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Karakteristik Sampel Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 16 November sampai dengan 16
Desember 2016 di Kecamatan Baitussalam Aceh Besar. Jumlah responden yang
berpartisipasi pada penelitian ini adalah 34 orang dan telah memenuhi kriteria
inklusi. Karakteristik responden penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian
Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)
Umur Ibu (tahun)
20-30 24 70,6
30-40 10 29,4
Pekerjaan Ayah
PNS 8 23,5
Pegawai Swasta 15 44,1
Wiraswasta 7 20,6
Buruh 4 11,8
Pekerjaan Ibu
PNS 3 8,8
Tidak Bekerja 31 91,2
Tinggi Ayah
160-164 cm 1 2,9
165-169 cm 13 38,2
170-174 cm 7 20,6
175-179 cm 12 35,3
180-184 cm 1 2,9
Tinggi Ibu
155-159 cm 22 64,7
160-164 cm 8 23,5
165-169 cm 3 8,8
170-174 cm 1 2,9
Jenis Kelamin Bayi
Perempuan 13 38,2
Laki-laki 21 61,8
Panjang Badan Bayi
Stunting 2 5,9
Normal 28 82,4
Tinggi 4 11,8
ASI Eksklusif / tidak
Tidak ASI Eksklusif 11 32,4
ASI Eksklusif 23 67,6

22
23
23

Tabel 4.1 Menunjukkan bahwa terdapat 34 responden yang menjadi sampel


penelitian, sebagian besar ibu bayi berusia 20-30 tahun (70,6 %), pekerjaan ayah
pegawai swasta (44,1 %), ibu tidak bekerja (91,2%), tinggi ayah 165-169 cm (38,2
%), tinggi ibu 155-159 cm (64,7 %), jenis kelamin bayi laki-laki (61,8 %),
panjang badan bayi normal (82,4 %), dan pemberian ASI Eksklusif (67,6 %).

4.1.2 Pemberian ASI pada Bayi


Karakteristik pemberian ASI pada bayi yang dinilai dari frekuensi dan
durasi pemberian ASI, serta penggunaan kedua payudara secara bergantian pada
setiap menyusu dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Karakteristik pemberian ASI bayi


Panjang Badan Bayi Total
Pemberian ASI Stunting Normal Tinggi

1.Frekuensi
Menyusu dalam 1
hari
-Kurang dari 8
kali
- 8 kali atau lebih 0 0 21 75,0 4 100,0 25 73,5
total 2 100,0 28 100,0 4 100,0 34 100,0
2.Durasi setiap
Menyusu
-5-10 menit
-Lebih dari 10
menit
total
3.Menggunakan
kedua payudara
setiap menyusu
-Ya
-Tidak 2 100,0 2 7,1 0 0 4 11,8
total 2 100,0 28 100,0 4 100,0 34 100,0
Tabel diatas menunjukkan bahwa 100% bayi yang stunting frekuensi menyusui
dalam 1 hari kurang dari 8 kali, durasi setiap menyusu lebih dari 10 menit, dan
tidak menggunakan kedua payudara secara bergantian tiap menyusu.
4.1.3 Hubungan ASI Eksklusif dengan Rendahnya Kejadian Stunting

Tabel 4.2 Hubungan ASI Eksklusif dengan Rendahnya Kejadian Stunting

Pemberian ASI
Panjang ASI Tidak ASI Total
Badan Bayi Eksklusif EKsklusif p-value
n % N % n %
Stunting
Normal
Tinggi

Total 23 67,6 11 32,4 34 100,0

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji statistik mann-whitney


nilai probabilitas (p) <0,05 (p = 0,023) (lampiran 7). Ini berarti pada tingkat
kemaknaan 95% dengan α = 0,05, terdapat hubungan yang signifikan antara ASI
Eksklusif dengan rendahnya kejadian stunting pada bayi usia 6 bulan di
Kecamatan Baitussalam Aceh Besar.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Hubungan ASI Eksklusif dengan Rendahnya Kejadian Stunting


Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji Correlation mann-whitney
didapatkan nilai p value 0,020 (p<0,05) dengan nilai r hitung 0,396 menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara ASI Eksklusif dengan rendahnya kejadian
stunting pada bayi usia 6 bulan di Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi mengenai status
stunting dan kaitannya dengan pemberian ASI Eksklusif dengan menggunakan uji
chi-square didapatkan nilai signifikan 0,002 disimpulkan terdapat hubungan
25
signifikan ASI Eksklusif dengan status stunting. Penelitian ini juga sesuai
dengan penelitian menggunakan metode case control yang dilakukan oleh Paudel
mengenai faktor resiko stunting pada anak. Penelitian tersebut menemukan bahwa
anak yang tidak diberi ASI Eksklusif memiliki risiko mengalami stunting 6,9 kali
26
lebih besar dibandingkan anak yang diberikan ASI Eksklusif.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 67,9% bayi dengan panjang badan
normal diberikan ASI Eksklusif, 100% bayi tinggi diberikan ASI Eksklusif,
sedangkan 100% bayi stunting tidak diberikan ASI Eksklusif. Pemberian ASI
Eksklusif merupakan pemberian ASI tanpa didampingi makanan atau minuman
14
lain, kecuali obat. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, sebagian
besar bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif diberi madu, pisang, atau susu formula.
Penelitian mengenai penyebab rendahnya cakupan ASI Eksklusif yang dilakukan
oleh Yarina menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan mengenai ASI, budaya
untuk memberikan makanan atau minuman lain kepada bayi baru lahir, serta
dukungan dari suami atau keluarga merupakan penyebab rendahnya cakupan ASI
27
Eksklusif. Pemberian makanan dini atau susu formula pasca partus yang
disebabkan oleh ASI yang tidak keluar pada hari pertama pasca partus juga
25
menjadi penyebab ibu tidak memberikan ASI Eksklusif pada anaknya.
ASI dapat menyebabkan pertumbuhan linier pada anak dan mencegah
stunting karena kandungan dalam ASI yang dapat membantu pertumbuhan tulang,
diantaranya adalah kalsium, asam oleat, asam palmitat, vitamin D, dan fosfor.
Kalsium pada ASI memiliki bioavailabilitas yang tinggi sehingga dapat diserap
secara optimal oleh tulang anak selama pembentukan tulang berlangsung. Asam
oleat dapat mempercepat absorpsi lemak dan kalsium, sedangkan asam palmitat
dapat meningkatkan absorpsi kalsium pada sistem pencernaan. Vitamin D pada
ASI memegang peranan yang penting pada metabolisme kalsium dengan
meningkatkan absorpsi kalsium pada sistem pencernaan. Formasi tulang anak
28
dapat menjadi lebih optimal dengan bantuan fosfor yang terkandung pada ASI.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada bayi usia 6 bulan di
Kecamatan Baitussalam Aceh Besar, 100% bayi yang stunting frekuensi
menyusui (ASI) dalam 1 hari kurang dari 8 kali, durasi setiap menyusui lebih dari
10 menit, dan tidak menggunakan kedua payudara secara bergantian tiap
menyusui. Sedangkan bayi dengan panjang badan normal, sebagian besar
menyusui dengan frekuensi 8 kali atau lebih dalam 1 hari (75%), durasi setiap
menyusui lebih dari 10 menit (71,4%), serta menggunakan kedua payudara secara
bergantian tiap menyusui (92,9%). Pada bayi yang termasuk kategori tinggi, 100
% frekuensi menyusui 8 kali atau lebih dalam sehari, durasi menyusui lebih dari
10 menit, dan menggunakan kedua payudara secara bergantian tiap menyusui .
Untuk memenuhi kebutuhan bayi agar bisa tumbuh kembang optimal, bayi
harus disusui sesuai permintaannya atau ASI on-demand. Pemberian ASI on-
demand dapat dikombinasikan dengan penjadwalan sekitar 2-3 jam . Ibu dapat
menyusui sekitar 10-12 kali untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Agar produksi
ASI menjadi lebih baik dan bayi mendapatkan lemak ASI secara optimal,
dianjurkan untuk menyusui sampai payudara terasa kosong. Bayi yang sehat dapat
mengosongkan satu payudara dalam waktu 5-10 menit. Penggunaan kedua
14
payudara juga penting agar bayi mendapatkan gizi yang cukup dari ASI.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam melakukan penelitian ini


adalah:
1. Informasi yang didapatkan dari puskesmas Kecamatan Baitussalam tidak
sesuai dengan data di desa.
2. Terdapat beberapa keluarga yang sedang keluar kota atau sedang tidak
berada di Kecamatan Baitussalam sehingga tidak dapat menjadi
responden.
3. Data panjang Badan Bayi yang tidak dicantumkan pada KMS responden
atau bayi yang tidak pernah diukur panjang badannya karena tidak
pernah mengikuti kegiatan posyandu.
BAB V KESIMPULAN DAN
SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian, analisis dan pembahasan yang sudah
dilakukan maka peneliti dapat mengambil kesimpulan yaitu:
1. Cakupan ASI Eksklusif pada bayi usia 6 bulan di Kecamatan
Baitussalam sudah baik.
2. Prevalensi stunting pada bayi usia 6 bulan di Kecamatan Baitussalam
rendah.
3. Terdapat hubungan ASI Eksklusif dengan rendahnya kejadian stunting
pada bayi usia 6 bulan di Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar.

5.2 Saran
1. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai faktor – faktor lainnya yang
berhubungan dengan stunting pada bayi.
2. Bagi peneliti lain disarankan untuk memperluas area penelitian.
3. Bagi petugas kesehatan di Posyandu serta orang tua bayi agar dapat
melakukan pemantauan tinggi badan anak secara rutin agar dapat
dilakukan intervensi segera apabila terdapat permasalahan pada
pertumbuhan anak.
4. Bagi tenaga medis dan instansi terkait dihar\apkan untuk melakukan
promosi kesehatan yang menyeluruh dan meningkatkan kepedulian
masyarakat mengenai pentingnya ASI Eksklusif sebagai faktor yang
mempengaruhi status gizi bayi, khususnya dalam mencegah stunting.

27
28
28

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization (WHO). Global Nutriotion target 2015:


Stunting Policy Brief. WHO/NMH/NHD/14.3. 2012;(9):1-3p.

2. Unicef World Health Organization (WHO) The World Bank. Levels and
Trends in Child malnutrition. Midwifery. 2014;4:3p.

3. Dinas Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2014.


Vol. 51, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. 40 p.

4. World Health Organization (WHO). WHO Conceptual Framework .


Childhood Stunting : Context, Causes and Consequences. 2013 : 2p.

5. Growth M, Study R, Himes. Parent-Specific Adjustments for Evaluation of


Recumbent Length and Stature of Children . Pediatrics , 1985 . 75 ( 2 ): p .
304-313 . Department of Education and Early Childhood Development ,
Maternal and Child Health Service : Pr. 2012;1–3p.

6. Shetty P. Indonesia’s breastfeeding challenge is echoed the world over.


Bull World Health Organ. 2014;92:234–5.

7. Dinas Kesehatan Provinsi Aceh . Bab I. Provinsi Aceh Tahun 2012.


2012:23p.

8 Dinas Kesehatan Aceh Besar. Profil Kesehatan Aceh Besar 2016. 2016
:33p.

9. Aridiyah FO, Rohmawati N, Ririanty M. Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan
dan Perkotaan ( The Factors Affecting Stunting on Toddlers in Rural and
Urban Areas ). 2015;3(1).

10. Rahmi M. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif terhadap Stunting pada


Anak di Taman Kanak-Kanak Kecamatan Darul Imarah Banda Aceh. 2014.
2015 :96p.

11. Harisah S. Perbandingan Panjang Badan Anak Usia 1-2 Tahun yang
Mendapatkan ASI Eksklusif dan Susu Formula di Kecamatan Darul
Imarah, Kabupaten Aceh Besar Tahun 2015. 2015:100p

12. Soetjiningsih D. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Penerbit Buku


Kedokteran, EGC; 2012:21-26p.

13. Roesli U. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta. Penertbit Buku Puspa Swara;
2009:7-10p.

14. Fikawati S, Syafiq A. Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta. Penerbit PT Grafindo
Persada. 2015:58-60p.
15. Chamidah AN. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak [Internet]. Vol. 1, Jurnal Pendidikan Khusus. 2012:3-4p. Available
from: http://journal.uny.ac.id/index.php/jpk/article/view/789

16. Robert M. Kliegman, Bonita Stanton, Joseph St. Geme, Nina Felice Schor
REB. Nelson Textbook of Pediatrics. 19th Revis. Elsevier - Health
Sciences Division; 2011:45-50p.

17. Hilam G. Factor Affecting Growth. Royal Children's Hospital Melbourne.


2012:1-3p.

18. Agustian L, Sembiring T, Ariani a. Peran Zinkum Terhadap Pertumbuhan


Anak. Sari Pediatri. 2009 Desember; 11(4): p.244-249

19. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama;
2009.

20. Suparisa IDN,Bakri B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta : EGC. 2012 :;
23p

21. Bloem MW, de Pee S, Hop LT, Khan NC, Laillou A, Minarto, et al. Key
strategies to further reduce stunting in Southeast Asia: lessons from the
ASEAN countries workshop. Food Nutr Bull. 2013;34(2 Suppl):8–16.

22. Stunting WHY, The R, Target S. Reaching the global target to reduce
stunting: What will it cost and how will we pay for it? 2015;1–5. Available
from: http://thousanddays.org/reaching-the-global-target-to-reduce-
stunting-what-will-it-cost-and-how-will-we-pay-for-it/

23. Lifshitz F, Grimberg A. Growth and Growth Disorders. In Lifshitz F, editor,


th
Pediatric Endocrinology. 5 ed. USA: Informa Healthcare; 2007. p. 1-20.

24. Kupper A. Wintergerst. Short Stature : A Guide for Families. Pediactric


Endocrine Society.2014:15p.
25. Dewi,D. Status Stunting Kaitannya dengan Pemberian ASI Eksklusif pada
Balita di Kabupaten Gunung Kidul. Medika Respati. 2015:64p
26. Paudel R, Pradhan B. Risk Factors for stunting among children : a
community based case control study in Nepal. Katmandu University
medical Journal. 2012:18p
27. Kriselly,Y. Studi Kualitatif Terhadap Rendahnya Cakupan ASI Eksklusif
Di Wilayah Kerja Puskesmas Kereng Pangi Kecamatan Katingan Hilir
Kabupaten Katingan Propinsi Kalimantan Tengah Tahun 2012. Universitas
Indonesia. 2012 :92p
30
30

28. Fikawati,S. Breast-feeding duration and children's nutritional status at age


12-24 months. Pediatrica Indonesiana. 2011:59p
LAMPIRAN 1

PERENCANAAN JADWAL PENELITIAN


Bulan
No Kegiatan
4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Studi Kepustakaan
2. Pembuatan Proposal
3. Seminar Proposal
4. Perbaikan Proposal
5. Pengambilan Data
6. Pengolahan Data
7. Sidang Skripsi
8. Perbaikan Skripsi
32
32

LAMPIRAN 2

LEMBAR PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth
Bapak/Ibu
di-
Tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nadia Fiany
NIM : 1307101010105
Alamat : Jl.Masjid As-shadaqah no.1A, Lamlagang, Banda Aceh
No. Hp : 085246075188
Adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda
Aceh, sedang melakukan penelitian yang akan diajukan sebagai syarat penulisan
skripsi demi mencapai gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) dengan judul
“Hubungan ASI Eksklusif dengan Rendahnya Kejadian Stunting pada Bayi
Usia 6 Bulan di Kecamatan Baitussalam Aceh Besar”.

Dengan ini memohon kesediaan Ibu untuk dapat menjadi responden dalam
penelitian saya sebagai subjek penelitian. Dalam pelaksanaannya saya
mengharapkan saudara/i untuk mengisi form kuisioner yang telah disediakan
dengan keadaan yang sebenarnya dan berpartisipasi dalam mendukung penelitian.
Semua data yang didapat akan dijaga dan dijamin kerahasiannya.
Terimakasih atas kerja sama dan kesediaan saudara/i.

Banda Aceh, 2016

( Nadia Fiany)
LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Hubungan


ASI Eksklusif dengan Rendahnya Kejadian Stunting pada Bayi Usia 6 Bulan
di Kecamatan Baitussalam Aceh Besar“ Demikian pernyataan yang saya buat
dengan tanpa paksaan dan dengan kesadaran saya sendiri.

Banda Aceh, 2016

( )
LAMPIRAN 4

KUESIONER HUBUNGAN ASI EKSKLUSIF DENGAN RENDAHNYA


KEJADIAN STUNTING PADA BAYI USIA 6 BULAN DI KECAMATAN
BAITUSSALAM ACEH BESAR

Nomor Responden :
Tanggal Wawancara :
Nama Pewawancara :
Waktu :

Nama Responden (Ibu)


Tanggal Lahir Responden
(Ibu)
Pekerjaan Ayah

Pekerjaan Ibu

Alamat
Jumlah Anak
Tinggi Badan Ayah
Tinggi Badan Ibu
Identitas Bayi
Nama Bayi
Tanggal Lahir Bayi
Usia Bayi
Jenis Kelamin Bayi
Berat Badan Lahir
Panjang Badan Bayi
a.Panjang Lahir b.Panjang sebelumnya c. Panjang saat ini

Pemberian ASI Eksklusif


Apakah Ibu selalu memberi ASI kepada bayi ibu?
1. Ya
2. Tidak
Apakah bayi ibu diberi makanan atau minuman lain selain ASI?
1. Ya
2. Tidak
Berapa kali bayi menyusu (ASI) dalam 1 hari?
1. Kurang dari 8 kali
2. 8 kali atau lebih
Berapa lama bayi menyusu setiap kali?
1. 5-10 menit
2. Lebih dari 10 menit
Tiap menyusui, apakah ibu menggunakan kedua payudara secara bergantian?
1. Ya
2. Tidak
Penyakit bayi
Apakah (nama anak) pernah sakit?
1. Ya
2. Tidak
Penyakit apa yang pernah dialami oleh (nama anak)?
1. (Berapa lama sakitnya )
2. (Berapa lama sakitnya )
Apakah (nama anak) pernah didiagnosa sindrom drown oleh dokter sebelumnya?
1. Ya
2. Tidak
Apakah dalam 1 bulan terakhir (nama anak) memiliki keluhan kesehatan seperti
dibawah ini?
Jenis Penyakit
Diare
Asma
Napas sesak
TBC
Anemia
Penyakit Jantung
Penyakit Ginjal
dll
LAMPIRAN 5
38
LAMPIRAN 6
MASTER DATA 38

Pekerja an Ayah
Nama ibu Pekerja
NO Usia Ibu Alamat

1 EP 35 tahun LP PS IRT

2 A 25 tahun LP PNS IRT

3 As 26 tahun LU PS IRT

4 M 33 tahun KM PS IRT

5 AS 27 tahun LP W IRT

6 KH 20 tahun LA PS IRT

7 CM 35 tahun LB PS PNS

8 NR 35 tahun LB W IRT

9 KH 26 tahun BK PNS IRT


10 F 28 tahun BK PS IRT

11 Rita 30 tahun BK PNS PNS

12 AF 25 tahun B PS IRT

13 A 25 tahun BK PS IRT

14 YK 35 tahun KM B IRT

15 NH 30 tahun LU PS IRT

16 SC 25 tahun LU W IRT

17 CD 30 tahun BK PS IRT

18 S 35 tahun BK PS IRT

19 D 25 tahun LB PNS IRT

20 V 24 tahun LB W IRT
40
40

21 ES 34 tahun ML PS IRT

22 MY 25 tahun ML B IRT

23 A 35 tahun ML W IRT

24 M 26 tahun LP PNS IRT

25 NI 28 tahun B PNS IRT

26 NR 38 tahun C B IRT

27 YN 42 tahun C W IRT

28 KM 27 tahun K PS IRT

29 F 25 tahun K PNS IRT

30 MD 27 tahun K PNS IRT

31 L 36 tahun K PS IRT
32 SD 38 tahun CP W IRT

33 NV 27 tahun KCA PS IRT

34 NR 34 tahun KCA PS IRT

Ket :

LP = Lampineung
LU = Lam Ujong
KM = Klieng Meuria
LB = Labui
LA = Lam Asan
BK = Blang Krueng
B = Baet
ML = Mireuk Lamreudeup
C = Cadek
K = Katju
CP = Cot Paya
KCA = Klieng Cot Aron
42
42

LAMPIRAN 7
ANALISA DATA
Frequency Table
Usiaresponden

Valid 20-30 tahun


30-40 tahun
Total Missing System Total

pekerjaanayah

Valid PNS
Pegawai Swasta Wiraswasta lainnya

Missing System
Total

pekerjaanibu

Valid PNS
Tidak Bekerja
Total Missing System Total

tinggiayah

Valid 160-164 cm
165-169 cm
170-174 cm
175-179 cm
180-184 cm
Total Missing System Total
tinggiibu

Valid 155-159 cm
160-164 cm
165-169 cm
170-174 cm
Total Missing System Total

JenisKelaminBayi

Valid Perempuan Laki-laki Total


Missing System
Total

PanjangBadanBayi

Valid Stunting Normal Tinggi Total


Missing System
Total

PemberianASI

Valid Tidak ASI Eksklusif


ASI Eksklusif
Total Missing System Total

Frekuensimenyusudalam1hari

Valid kurang dari 8 kali


8 kali atau lebih
Total Missing System Total
Durasisetiapmenyusu

Valid 5-10 menit


Lebih dari 10 menit
Total Missing System Total

Menggunakankeduapayudara

Valid Tidak Ya Total


Missing System
Total

CROSSTABULATION
PanjangBadanBayi * Frekuensimenyusudalam1hari Crosstabulation
Count
Frekuensimenyusudalam1hari
kurang dari 8 8 kali atau Total
kali lebih 2
PanjangBadanBayi stunting 2 0

normal 7 21 28
Tinggi 0 4 4
Total 9 25 34

PanjangBadanBayi * Durasisetiapmenyusu Crosstabulation


Count
Durasisetiapmenyusu
Lebih dari 10
5-10 menit menit Total
PanjangBadanBayi

PanjangBadanBayi * Menggunakankeduapayudara Crosstabulation


Count
Menggunakankeduapayudara
Tidak Ya Total
PanjangBadanBayi

Total
PemberianASI * PanjangBadanBayi Crosstabulation

Count

PemberianASI

Total

Mann-Whitney Test

Ranks

PemberianASI

PanjangBadanBayi Tidak ASI Eksklusif

ASI Eksklusif

b
Test Statistics

Mann-Whitney U

Wilcoxon W

Asymp. Sig. (2-tailed)

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
46
46
LAMPIRAN 8
SURAT IZIN PENELITIAN
LAMPIRAN 9
SURAT SELESAI PENELITIAN
LAMPIRAN 10

BIODATA PENELITI

1. Nama : Nadia Fiany


2. Tempat/Tanggal Lahir : Banda Aceh, 29 Agustus 1995
3. Nomor Mahasiswa : 1307101010105
4. Asal Sekolah/Tahun Lulus
a) SD : SDN Haurpancuh 1Bandung/2007
b) SLTP : SMPN 3 Banda Aceh/2010
c) SLTA : SMAN 10 Fajar Harapan Banda Aceh/2013
5. Tahun Masuk Universitas : 2013
6. Program Studi : Pendidikan Dokter
7. Alamat Lengkap : Jl. Masjid As-shadaqah no.1 A, Lamlagang Banda Aceh
8. Status : Belum Menikah
9. Nama Ayah : Dr. Adwani, SH ,.M. Hum
Pekerjaan Ayah : Dosen Nama Ibu
: Fatmawati Pekerjaan Ibu : Ibu
Rumah Tangga
Alamat Lengkap Orang Tua : Jl. Masjid As-shadaqah no.1 A, Lamlagang Banda Aceh

Anda mungkin juga menyukai