Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Aldehida dan keton adalah dua dari sekian banyak kelompok senyawa organik
yang mengandung gugus karbonil. Suatu keton mempunyai dua gugus alkil (aril) yang
terikat pada karbon karbonil, sedangkan aldehida mempunyai sekurangnya satu atom
hidrogen yang terikat pada karbon karbonilnya. (Fessenden&Fessenden, 1994).
Aldehida dan keton adalah nama dua golongan senyawa organik yang masing-
masing mengandung unsur-unsur C, H, dan O. Kedua golongan senyawa ini mempunyai
gugus fungsi karbonil –C=O. Oleh karena itu, diantara keduanya terdapat beberapa
persamaan sifat.
Rumus umum :
R-C=O R-C=O
H R’
1. UJI TOLLENS
Uji Tollen merupakan salah satu uji yang digunakan untuk membedakan mana yang
termasuk senyawa aldehid dan mana yang termasuk senyawa keton Pereaksi tollens,
pengoksidasi ringan yang digunakan dalam uji ini, adalah larutan basa dari perak nitrat.
Larutannya jernih dan tidak berwarna. Untuk mencegah pengendapan ion perak sebagai
oksida pada suhu tinggi, maka ditambahkan beberapa tetes larutan amonia. Amonia
membentuk kompleks larut air dengan ion perak. Pereaksi Tollens sering disebut sebagai
perak amoniakal, merupakan campuran dari AgNO3 dan amonia berlebihan.
Persamaan reaksinya adalah :
Gugus aktif pada pereaksi tollens adalah Ag2O yang bila tereduksi akan
menghasilakan endapan perak. Endapan perak ini akan menempel pada tabung reaksi yang
akn menjadi cermin perak. Oleh karena itu Pereaksi Tollens sering juga disebut pereaksi
cermin perak. Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag + dalam reagensia
Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan terbentuknya cermin perak
pada dinding dalam tabung reaksi. Reaksi dengan pereaksi Tollens mampu mengubah
ikatan C-H pada aldehid menjadi ikatan C-O. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi
keton selanjutnya keton tidak dapat dioksidasi lagi dengan menggunakan pereaksi Tollens.
Hal ini disebabkan karena keton tidak mempunyai atom hidrogen yang menempel pada
atom karbon karbonil. Keton hanya dapat dioksidasi dengan keadaan reaksi yang lebih
keras dibandingkan dengan aldehid. Ikatan antara karbon karbonil dan salah satu
karbonnya putus, memberikan hasil-hasil oksidasi dengan jumlah atom karbon yang lebih
sedikit daripada bahan keton asalnya.
3. ADISI BISULFIT
Natrium hidrogensulfit biasa juga dikenal sebagai natrium bisulfit, bahkan pada
beberapa buku-teks organik masih digunakan nama natrium bisulfit. Reaksi ini hanya
berlangsung dengan baik untuk aldehid. Untuk keton, salah satu gugus hidrokarbon yang
terikat pada gugus karbonil harus berupa gugus metil. Gugus-gugus besar yang terikat pada
gugus karbonil terlibat dalam proses reaksi yang berlangsung. Aldehid atau keton dikocok
dengan sebuah larutan jenuh dari natrium hidrogensulfit dalam air. Jika produk telah
terbentuk, produk tersebut akan terpisah sebagai kristal putih.
OH
O
H3C C SO3-Na+
H3C C + Na+HSO3-
H H
H3C C SO3-Na+
H3C C + Na+HSO3-
CH3 CH3
Senyawa-senyawa yang dihasilkan ini jarang diberi nama secara sistematis, dan
biasanya dikenal sebagai senyawa adisi "hidrogensulfit (atau bisulfit)". Reaksi adisi
natrium hidrogensulfit pada aldehid dan keton biasanya digunakan dalam pemurnian
aldehid (dan keton dimana reaksi ini berlangsung baik). Senyawa adisi yang dihasilkan
bisa diurai dengan mudah untuk menghasilkan kembali aldehid atau keton dengan
memperlakukannya dengan asam encer atau basa encer.
4. UJI FENILHIDRAZIN
Pada fenilhidrazin, salah satu atom hidrogen dalam hidrazin digantikan oleh sebuah
gugus fenil, C6H5. Ini didasarkan pada sebuah cincin benzen.
Fenilhidrasin
Pada 2,4-dinitrofenilhidrazin, ada dua gugus nitro, NO2, yang terikat pada gugus fenil di
posisi karbon 2 dan 4. Sudut yang padanya terikat nitrogen dianggap sebagai atom
karbon nomor 1, dan perhitungan dilakukan searah arah jarum jam.
2,4-dinitrofenilhidrason
Reaksi uji ini adalah yang paling sederhana untuk sebuah aldehid atau keton dengan
fenilhidrazin
5. REAKSI HALOFORM
Reaksi haloform adalah reaksi untuk membuat haloform dari metil keton. Reaksi
haloform adalah senyawa keton yang memiliki gugus metil keton dapat mengalami
halogenasi dalam suatu basa (katalisator). Metil keton memiliki 3 proton-α mengalami
halogenasi 3 kali yang menghasilkan asam karboksilat. Pergantian proton yang cepat akan
memberikan ion karboksilat dan haloform (CHCl3), fluoroform (CHF3), bromoform
(CHBr3), dan iodoform (CHI3) (Sastrohamidjojo, 2011).
Saat metil-keton bertemu dengan halogen dalam keadaan basa, reaksi yang terjadi,
aseton sebagai sampel yang diamati.
Reaksi ini dikenal sebaai reaksi haloform karena satu dari produk adalah haloform
(trihalometana).
6. KONDENSASI ALDOL
Kondensasi aldol adalah sebuah reaksi organik antara ion enolat dengan senyawa
karbonil, membentuk β-hidroksialdehida atau β-hidroksiketon dan diikuti dengan
dehidrasi, menghasilkan sebuah enon terkonjugasi. Kondensasi aldol sangatlah penting
dalam sintesis organik karena menghasilkan ikatan karbon-karbon dengan baik. Produknya
disebut aldol sebab produk ini berupa aldehida dan alcohol sekaligus. Nama kondensasi
aldol juga umumnya digunakan untuk merujuk reaksi aldol itu sendiri yang dikatalisasi
oleh aldolase (terutama dalam biokimia). Namun reaksi aldol sebenarnya bukanlah sebuah
reaksi kondensasi karena ia tidak melibatkan pelepasan molekul yang kecil.
7. ASAM KARBOKSILAT
Sifat kimia yang paling menonjol dari asam karboksilat ialah keasamannya.
Dibandingkan dengan asam mineral seperti HCl dan HNO 3 asam karboksilat adalah asam
lemah. Namun, asam karboksilat lebih asam daripada alcohol atau fenol, terutama karena
stabilisasi-resonansi anion karboksilatnya. (Fessenden,1982)
Pembuatan reagen
Reagen
dimasukkan kedalam tabung reaksi
didiamkan 10 menit
10 ml Fehling A + 10 ml Fehling B
dicampur
Reagen
5 ml reagen Fehling
5 ml NaHSO3 (jenuh)
Hablur Filtrat
5 ml Fenilhidrasin
dimasukkan kedalam
tabung reaksi
ditambahkan 10 tetes
benzaldehid
ditutup tabung reaksi
diguncangkan kuat
selama 1-2 menit
Menghablur
dibiarkan kering
ditentukan
Titik leleh titik lelehnya
5 ml Fenilhidrasin
dimasukkan kedalam
tabung reaksi
ditambahkan 10 tetes
sikloheksanon
ditutup tabung reaksi
b. diguncangkan kuat
selama 1-2 menit
Menghablur
dibiarkan kering
ditentukan
Titik leleh titik lelehnya
5. Reaksi Haloform
3 ml NaOH 5%
Dimasukkan pada 4 tabung reaksi
Dimasukkan masing-masing
Asetaldehid
4 ml NaOH 1 % - Diamati baunya
dimasukkan kedalam tabung reaksi
Hasil pengamatan
ditambahkan 0,5 ml asetaldehid
7. Identifikasi karboksilat
a.
5 ml asam cuka
ditambahkan 3 ml KMnO4 1 N
- Reagen -Reagen
Tollens Tollens +
O
larutan tidak sikloheksano
+ 2 [Ag(NH3)2]+ + H2O berwarna n larutan
- tidak
sikloheksano berwarna
2 [Ag(NH3)2]+ + H2O
n larutan - tidak terjadi
tidak reaksi
berwarna
-Reagen
- Reagen Tollens +
Tollens formaldehid
larutan tidak larutan
O O O O
2 [Ag(NH
C +
+H22OAg(s)
3)2] +H
OH C H+H4+NHC3 + 2
2 [Ag(NH
OH)2]++ ++ 2HAg(s)
3H 2O + 4HNH3 +C 2 H+OH + 2 Ag(s) + 4 NH3 + 2 H+
2. Uji Fehling dan Benedict -Fehling A - Fehling A + 2KNaC4H4O6 (aq) + 2Cu2+ (aq) +
Pembuatan reagen Fehling larutan Fehling B 2OH- (aq) Cu[C4H2O6]22- (aq)
berwarna biru larutan + Cu(OH)2 (aq) + 2Na+ (aq) +
- fehling B berwarna 2K+ (aq) + 2H+ (aq)
larutan tidak biru berlin
berwarna
O - Reagen
O -Reagen
Uji Fehling/Benedict fehling C Fehling +
H C 2+
H + 2Cu + NaOH + H2O H ONa + Cu2O + 4H+
larutan Formaldehid
O
berwarna biru larutan
O
biru
berlin berlin dan
H C H + 2Cu2+ + NaOH + H2O H C ONa + Cu2O + 4H+
-formaldehid terdapat 2OH-(aq)
larutan tidak endapan
berwarna merah bata (aq) + Cu2O (s) + 3H2O (l)
Reagen Fehling tidak dapat
O digunakan untuk menguji keton
- aseton -Reagen + 2Ag(NH3)2+ -OH karena tidak adanya perubahan
C
larutan tidak fehling + H3C CH3 Aseton merupakan keton
aseton 2Cu 2+
(aq) +
berwarna aseton
+
+ 2 [Ag(NH3)2] + H2O -
larutan tetap 5OH (aq)
berwarna
biru berlin
- - Reagen
Sikloheksano fehling +
O + 2Cu2+ + 5OH-
n larutan sikloheksano
tidak n larutan
+ 2Cu2+ + 5OH-
berwarna tetap
berwarna
biru berlin
Adisi Bisulfit
berwarna Oendapan
O CH3 + HCl(aq) OH
- Etanol berwarna
+ NH2 HN
O
H H
C H N N
+ NH2 HN H2O
larutan tidak putih C
+ NH2
H
HN
- Bau larutan H-
OH O O
asetaldehid berwarna
H2 panas
berbau kuning (++) CH3 C
H
C C H CH3 C
H
C
H
C H Reaksi menunjukkan adanya ion
-H2O
menyengat -Bau krotonaldehida asetat dalam larutan.
menyengat 3HCOOH (aq) + 2MnO4-(aq)
3CO2(g) + 2MnO2 (s) + 2OH-(aq)
+ 2H2O(l)
1. (Uji Tollens)
Reagen tollens termasuk suatu oksidator lemah yang mempuyai rumus struktur
Ag(NH3)2OH. Dalam percobaan uji tollens bertujuan untuk mengetahui perbedaan reaksi
antara gugus aldehid dan keton menurut kemampuannya bereaksi dengan reagen tollens.
Prinsip dari uji Tollens ini adalah digunakan untuk membedakan senyawa aldehid dan keton
dalam suatu sampel dengan menambahkan reagen Tollens yaitu AgNO 3 dimana akan terjadi
reaksi reduksi oksidasi. Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag+ dalam
reagensia Tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positf ditandai dengan terbentuknya
cermin perak pada dinding dalam tabung reaksi. Pada percobaan ini, pertama yang perlu
diperhatikan adalah alat yang digunakan harus dipastikan telah dicuci bersih dan telah kering
(dapat dikeringkan dalam oven) supaya reagen tollens yang dihasilkan bisa sesuai, karena
reagen tollens memiliki sifat sangat sensutif, jika alat yang digunakan tidak bersih dan
terkontaminasi, maka reagen tollens yang dihasilkan tidak dapat digunakan dengan baik
bahkan bisa menyebabkan kegagalan dalam percobaan ini.
Pada percobaan pertama yakni uji Tollens yang bertujuan untuk membedakan reaksi
antara aldehid dan keton menggunakan reagen Tollens. Senyawa yang diuji adalah
benzaldehid, aseton, sikloheksanon, dan formalin. Tahap yang pertama yakni pembuatan
reagen Tollens. Prosedur pertama yang dilakukan yakni memasukkkan 2 mL larutan AgNO 3
1% tak berwarna. Kemudian ditambah larutan NaOH 5% tak berwarna sebanyak 1mL dan
terbentuk larutan keruh dan ada endapan berwarna coklat (endapan Ag2O). Uji positif ditandai
dengan terbentuknya cermin perak. Penambahan NaOH bertujuan untuk membentuk endapan
AgO2. Persamaan reaksi:
Setelah itu endapan Ag2O berwarna coklat dilarutkan dengan cara menambahkan larutan
NH4OH 2% tidak berwarna tetes demi tetes dan dikocok hingga menjadi jernih. Larutan jernih
tersebut adalah reagen Tollens. Diperlukan sebanyak 14 tetes larutan NH4OH jernih untuk
melarutkan endapan. Penambahan NH4OH bertujuan untuk mencegah endapan ion perak
sebagai oksidasi AgNO3 suhu tinggi (untuk mencegah terbentuknya endapan awal dan
melepas Ag) dan untuk membuat sampel menjadi basa agar tidak mudah cepat teroksidasi.
Persamaan reaksi:
Pada tabung kedua ditambahkan 2 tetes aseton kemudian dikocok dan tidak
mengalami perubahan, larutan tetap tidak berwarna. Karena hal ini sesuai dengan teori yang
ada maka tidak perlu dilakukan pemanasan dalam penangas air. Hal ini sesuai dengan
teori,Cermin perak tidak terbentuk karena suatu gugus keton (aseton) tidak mengikat atom H
sehingga tidak dapat membentuk garam asam karboksilat. karena pada dasarnya senyawa
keton tidak akan bereaksi dengan tollens dan fehling karena keton tidak memiliki gugus H
yang terikat langsung pada atom C utama sehingga sulit untuk dioksidasi, Aseton tidak reaktif
dengan pereaksi Tollen’s karena pada aseton tidak memiliki atom H yang terikat langsung
pada atom karbon karbonilnya. Persamaan reaksi :
O
H3C C CH3 + 2 [Ag(NH3)2]+ + H2O
Pada tabung ketiga ditambahkan 2 tetes sikloheksanon kemudian dikocok dan tidak
mengalami perubahan. Hal ini dikarenakan sifat dari siklohheksanon (gugus keton) yang
terletak diantara atom C lain, sehingga lebih tertutup yang menyebabkan reagen tollens yang
berupa oksidator lemah tidak dapat mengoksidasi keton. sifat dari gugus keton yang terletak
diantara atom C lain, sehingga lebih tertutup yang menyebabkan reagen tollens yang berupa
oksidator lemah tidak dapat mengoksidasi keton. Persamaan reaksi :
O
+ 2 [Ag(NH3)2]+ + H2O
Pada tabung keempat ditambahkan 2 tetes formalin, kemudian larutan dikocok dan
menghasilkan larutan berwarnaa abu-abu dan terbentuk seprti endpan abu-abu didasar dan
nampak sedikit cermin perak. Selanjutnya, tabung reaksi tersebut dipanaskan dalam penangas
air pada suhu 35-500C, karena pada suhu tersebut merupakan suhu optimal senyawa itu
beraksi sehingga pemanasan dilakukan untuk mempercepat laju reaksi. Setelah dipanaskan
maka positif menghasilkan cermin perak,disebabkan karena reagen tollens akan mengoksidasi
aldehid menjadi garam asam karboksilat, dan ion perak akan direduksi menjadi logam perak.
Persamaan reaksi :
O O
Cermin perak
Pada pengujian formaldehida dengan reagen tollens langsung terbentuk cermin perak
pada dinding tabung reaksi tanpa harus dipanaskan terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan
formaldehida merupakan bentuk pertama aldehid atau yang disebut juga metanal sehingga
dapat dengan mudah dan cepat untuk dioksidasi oleh AgNO3 untuk membentuk cermin perak,
pada saat formaldehid direaksikan dengan pereaksi Tollens menghasilkan larutan tak
berwarna, dan setelah didiamkan pada dinding tabung terbentuk cermin perak (endapan). Hal
ini terjadi karena aldehid dapat mereduksi larutan perak amoniak (larutan AgNO 3 dalam
larutan NH3 berlebih), pereaksi perak amoniak ini yang disebut pereaksi Tollens juga karena
formaldehid tanpa gugus alkil adalah paling reaktif diantara aldehid dan keton. Formaldehid
mempunyai 2 atom H yang terikat langsung pada atom C karbonil, sehingga mampu
mereduksi pereaksi Tollens.
2. Percobaan Kedua ( Uji Fehling )
Tahap yang pertama yakni pembuatan reagen Fehling. Prosedur pertama yang
dilakukan yakni memasukkkan 10 mL larutan Fehling A (berisi larutan CuSO 4) berwarna
biru+ ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambah 10 mL larutan Fehling B (berisi larutan
KNaC4H4O6 dan NaOH) tidak berwarna. Setelah dicampur fehling A dan fehling B
menghasilkan reagen Fehling berwarna biru berlin.Persamaan reaksi :
2KNaC4H4O6 (aq) + 2Cu2+ (aq) + 2OH- (aq) Cu[C4H2O6]22- (aq) + Cu(OH)2 (aq)
+ 2Na+ (aq) + 2K+ (aq) + 2H+ (aq)
Pada tabung reaksi ketiga, berisi reagen Fehling dengan senyawa aseton. Reagen
Fehling berwarna biru berlin, setelah ditambahkan dengan aseton, warna larutan tetap biru
berlin, tidak bereaksi. Selama pemanasan, tidak terjadi perubahan apapun. Yang menandakan
bahwa tidak ada reaksi redoks yang terjadi antara reagen Fehling dengan aseton. Hal ini
karena aseton tidak mempunyai atom H yang terikat langsung pada atom C karbonilnya
sehingga tidak mengalami oksidasi. Aseton dalam pereaksi fehling tidak dapat mereduksi ion
tembaga, sehingga tidak terbentuk endapan. Berdasarkan reaksi yang terjadi:
(aq) + 2Cu2+(aq)+4OH- →
Pada tabung reaksi ke empat, berisi reagen Fehling dengan senyawa sikloheksanon.
Reagen Fehling setelah ditambahkan sikloheksanon tidak mengalami reaksi, dibuktikan
dengan warna larutan yang tidak mengalami perubahan sebelum maupun setelah pemanasan
selama 15 menit. Hal ini karena sikloheksanon tidak mempunyai atom H yang terikat
langsung pada atom C karbonilnya sehingga tidak mengalami oksidasi. Sikloheksanon dalam
pereaksi fehling tidak dapat mereduksi ion tembaga, sehingga tidak terbentuk endapan. Sesuai
dengan reaksi yang terjadi:
(aq) + 2Cu2+(aq) + 5OH-(aq) →
3. Adisi Bisulfit
Pada percoban ini bertujuan untuk menunjukkan reaksi adisi dari aseton dengan natrium
bisulfit. Reaksi adisi tersebut dilakukan dengan cara mencampurkan 5 ml larutan jenuh
NaHSO3 dengan 2,5 ml aseton ke dalam Erlenmeyer 50 ml tetes demi tetes. Kemudian
dikocok hingga terjadi reaksi adisi gugus karbonil pada aseton. Dalam penambahan ini larutan
tidak berwarna. Kemudian didiamkan selam 5 menit. Setelah itu, ditambahkan 10 mL etanol
yang bertujuan untuk memulai penghabluran, hablur yang didapatkan berwarna putih.
O OH
H3C – C – CH3 (aq) + NaHSO3(aq) H3C – C – SO3Na (aq)
CH3
Aseton hablur putih
OH OH O
H3C – C – CH3 (aq) + HCl (aq) H3C – C – S OH (aq) + NaCl (aq)
SO3Na CH3 O
Hablur putih aseton
Pada reaksi ini membuktikan bahwa benzaldehid dapat bereaksi dengan fenilhidazin
yang menghasilkan benzil/Benzaldehid fenilhidrazon yang ditandai dengan terbentuknya
hablur berwarna kuning kecoklatan. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya pasangan bebas
elektron pada atom fenilhidrazin menyebabkan senyawa-senyawa ini bereaksi membentuk
fenilhidrazin yang mula-mula membebaskan 1 mol air. Pengujian ini menggunakan
benaldehid yang memiliki gugus aldehid untuk diuji kereaktifannya dengan turunan amina.
C H + NH2 HN
OH
H H2 O
C N NH C N NH
H H
N NH
5. Reaksi HaloformSikloheksanon Fenilhidrazon
Fenilhidrazin
Pada tabung reaksi 1 ditambahkan 5 tetes larutan aseton tak berwarna yang
menghaasilkan larutan tak berwarna. Kemudian ditambahkan 2 mL larutan I2 berwarna merah
kecoklatan. Lalu diguncang hingga warna tidak berwarna, menghasilkan larutan berwarna
kuning (++) dan endapan kuning (+++) serta terdapat bau menyengat seperti obat betadine.
Persamaan reaksi :
Pada tabung reaksi 2 ditambahkan 5 tetes larutan isopropil alkohol tak berwarna
menghasilkan larutan tak berwarna. Kemudian ditambahkan 2 mL larutan I2 yang berwarna
merah kecoklatan. Lalu diguncang hingga warna tidak berubah, menghasilkan larutan
berwarna kuning (+) dan endapan kuning (++) serta terdapat bau menyengat seperti obat
betadine. Persamaan reaksi :
Perbedaannya adalah pada jumlah endapan yang terbentuk. Pada tabung 1 endapan
yang terbentuk lebih banyak daripada tabung 2. Hal tersebut dikarenakan atom hidrogen yang
terikat pada atom karbon untuk aldehid dan keton dapat diganti oleh unsur halogen dalam
larutan basa. Reaksi ini dapat berjalan dengan cepat karena adanya pengaruh tarikan electron
pada unsur halogen, sehingga atom hydrogen pada atom karbon menjadi lebih bersifat asam
yang menyebabkan atom hydrogen mudah diganti oleh unsure lain, seperti iod. Sehingga
menambah endapan yang terbentuk. Oleh karena itu, gugus metil yang terikat pada atom
karbonil mudah sekali diubah menjadi senyawa trihalometil oleh halogen dan basa.
6. kondensasi aldol
O O
OH-
H3C C H CH2 C H
O O O
H2
CH3 C H + CH2 C H CH3 C C C H
H
H+
H-
OH O O
H2 panas
CH3 C C C H CH3 C C C H
H H H
-H2O
krotonaldehida
7. identifikasi karboksilat
Prosedur diatas menunjukkan adanya ion asetat pada larutan. Prosedur selanjutnya,
yakni larutan dipanaskan sampai terbentuk endapan merah kecoklatan Larutan dipanaskan
bertujuan untuk mempercepat endapan agar menggumpal. Namun pada percobaan yang kami
lakukan tidak terbentuk endapan. Lalu kami mengambil sebagian latutan yang telah
dipanaskna menggunkan pipet dan dimsukkan ke dalam tabung reaksi untuk diuji dengan
K4FeCN6 kuning muda. Saat penambahan K4FeCN6 larutan berubah warna menjadi biru
kehitaman. Hal ini menandakan reaksinya belum sempurna dan masih adanya ion ferri (Fe 3+)
dalam filtrat yang ditandai dengan perubahan warna biru kehitaman. Selain itu, hasilnya juga
dibandingkan dengan larutan FeCl3 yang ditambahkan dengan K4FeCN6 yang menghasilkan
larutan berwarna biru kehitaman. Warna yang terbentuk yakni biru kehitaman menandakan
adanya [Fe(CN)6]-.
IX. KESIMPULAN
1. Uji Tollens
Uji tollens digunakan untuk membedakan senyawa aldehid dan keton dalam suatu
sampel dengan menambahkan reagen Tollens AgNO3 dimana akan terjadi reaksi
reduksi oksidasi. Aldehid dioksidasi menjadi anion karboksilat, ion Ag + dalam
reagensia Tollens direduksi menjadi logam Ag.
Gugus aldehid dapat bereaksi dengan reagen menghasilkan cermin perak.
Gugus keton tidak dapat bereaksi dengan reagen tollens.
2. Uji Fehling
Pada prinsipnya, uji Fehling dalam identifikasi senyawa aldehid dan keton adalah
reaksi reduksi dan oksidasi.
Aldehid dapat bereaksi dengan larutan fehling (dioksidasi) ditandai dengan
adanya endapan merah bata
Sedangkan keton tidak dapat bereaksi dengan larutan fehling ditandai dengan
tidak terbentuknya endapan merah bata
3. Uji bisulfit
Aseton dapat bereaksi dengan NaHSO3 jenuh ditambah dengan etanol melibatkan reaksi
adisi yang ditandai dengan terbentuknya hablur yang larut dalam HCl pekat.
4. Uji fenilhidrasin
Fenilhidrasi dapat bereaksi dengan gugus aldehid dan keton. Hasil adisi dari
fenilhidrasin dengan benzaldehid, menghasilkan senyawa benzil fenilhidrason.
Fenilhidrasin dengan sikloheksanon, menghasilkan senyawa siklo fenilhidrason.
Titik leleh benzil fenilhidrason lebih tinggi dari siklo fenilhidrason. Pada
percobaan kami diperoleh titik leleh benzil fenilhidrason 142 0 C dan siklo
fenilhidrason 850 C.
5. Reaksi haloform
6. Kondensasi aldol
7. Reaksi menunjukkan adanya ion asetat dalam larutan. Warna filtrate saat ditamahkan
K4FeCN6 menghasilkan larutan berwarna biru berlin menandakan adanya logam. Asam
aetat merupakan salah satu bentuk dari karboksilat. Asam asetat dapat dibuktikan dengan
adanya penambahan KMnO4. Asam cuka juga dapat dibuat dengan mereaksikan natrium
asetat dengan ferri klorida
X. Daftar Pustaka
Fessenden, R.J dan Fessenden Joan S. 1982. Kimia Organik Jilid II Edisi
Tiga. Jakarta: Erlangga
Mastjeh, S, dkk. 1993. Kimia Organik Dasar I. Yogyakarta : Universitas
Gadjah mada.
Parlan. 2005. Kimia Organik I. Malang: Universitas Negeri Malang.
Tim Dosen Kimia Organik. 2018. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Organik. Surabaya :
Universitas Negeri Surabaya.
XI. LAMPIRAN
1). Lampiran Pertanyaan
1. Jelaskan perbedaan cara menguji secara kualitatif antara senyawa yang memiliki
gugus aldehid, keton dan karboksilat
Jawab :
Uji tollens : Siapkan reagen sebagai berikut : cuci satu tabung reaksi dengan
sabun dan air, dan cuci dengan air suling. Ke dalam 2 mL larutan perak nitrat 5%
tambahkan 2 tetes larutan 5% natrium hidroksida dan campur dengan baik.
Kemudian tambahkan tetes demi tetes sambil dikocok larutan 2% ammonium
hidroksida hanya secukupnya untuk melarutkan endapan. Pengujian akan gagal
apabila terlalu banyak amoniak ditambahkan. Siapkan empat tabung reaksi yang
berisi 1 mL reagen Tollens. Tambahkan masing-masing dua tetes benzaldehid,
aseton, sikloheksanon, dan formalin (5 tetes formaldehid dalam 5 mL air) ke
dalam tabung uji. Kocoklah campuran dan diamkan selama sepuluh menit. Bila
reaksi tidak terjadi tempatkan tabung reaksi di dalam air panas (35°-50°) selama
lima menit. Catatlah hasil pengamatanya!
O O
Endapan merah
bata
Hal ini karena gugus aldehid pada formalin lebih terbuka sehingga rintangan
sterik lebih kecil, sehingga reagen fehling dapat mengoksidasi aldehid, dan
menjadikan Cu2+ dalam reagen fehling mengalami reduksi menjadi Cu+ yang
akan mengandap dalam suasana basa berupa endapan Cu2O yang dapat teramati
sebagai endapan merah bata.
Pada tabung kedua reagen fehling ditambahkan 10 tetes aseton sedangkan
tabung ketiga ditambahkan 10 tetes sikloheksanon menghasilkan larutan jernih
berwarna biru tua. Kemudian kedua tabung dipanaskan dalam penangas air .
Setelah dipanaskan cukup lama larutan tidak mengalami perubahan.
Hal ini sesuai, senyawa keton tidak terjadi perubahan warna atau muncul
endapan yang disebabkan sikloheksanon maupun aseton tidak bereaksi dengan
reagen fehling, karena letak gugus keton yang berada diantara atom C,
mengakibatkan rintangan steriknya lebih besar, sehingga reagen fehling yang
berupa oksidator lemah tidak mampu mengoksidasi gugus keton dan
mengakibatkan Cu2+ tidak tereduksi menjadi Cu+, dan tidak menghasilkan
endapan Cu2O, yang teramati dengan tidak terbentuknya endapan merah bata
pada dasar tabung reaksi. Sesuai reaksi :
O
Sikloheksanon
UJI TOLLENS
NO
1 Reagen Tollens yang digunakan untuk
Bahan yang digunakan untuk memuat uji Tollen
reagen Tollens
UJI FEHLING
NO
1
3
5
Pemanasan sampel yang sudah
ditambahkan dengan reagen Fehling
ADISI BISULFIT
NO
1
3
5
Penyaringan endapan Endapan yang telah
yang terbentuk dari disaring
NaHSO3 ditambah
dengan aseton
Endapan yang telah disaring ditambah Hasil dari NaHSO3 ditambah aseton
dengan HCl dan endapannya larut yang telah didiamkan selama 5 menit
PENGUJIAN DENGAN FENILHIDRASIN
NO
1 Penambahan
fenilhidrasin dengan
benzaldehid
5
penyaringan fenilhidrasin + Perbandingan hablur
sikloheksanon
REAKSI HALOFORM
NO
1
3
KONDENSASI ALDOL
NO
1
3
Pemanasan asetaldehid + NaOH