Anda di halaman 1dari 105

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga dokumen Rencana Strategi Bisnis Puskesmas
Randulawang dalam rangka persiapan penerapan PPK BLUD Puskesmas dapat tersusun.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
dokumen Rencana Strategi Bisnis Puskesmas Randulawang.
Dokumen Rencana Strategi Bisnis Puskesmas Randulawang ini selain dipergunakan untuk
salah satu syarat untuk pengajuan menjadi Puskesmas BLUD juga menerangkan, mengarahkan dan
mengawasi berbagai kebijakan dan pelaksanaan berbagai kebijakan Puskesmas Randulawang.
Kami menyadari dalam penyusunan dokumen Rencana Strategi Bisnis ini masih banyak
kekurangan, untuk itu mohon saran dan kritik yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan
penyusunan dokumen Rencana Strategi Bisnis dan semoga bias menjadi sesuatu yang bias
membuat lebih baik Puskesmas Randulawang.
Semoga Allah SWT selalu meridhoi kegiatan kita bersama, Amin.

Blora, Januari 2016


KepalaPuskesmas Randulawang

A. Kistyoko,SKM,M.Kes.
NIP. 19660404 198703 1 007
PENDAHULUAN

Dalam Konvensi Organisasi Kesehatan Sedunia ( WHO, 1948 ), UUD 1945 dan
Undang -undang nomor 23/ 1992 tentang kesehatan menetapkan bahwa kesehatan adalah hak
fundamental setiap warga. Adapun upaya yang wajib dilakukan UPT Puskesmas Randulawang
yaitu menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang merata, adil dan terjangkau bagi seluruh
lapisan masyarakat. Untuk itu UPT Puskesmas Randulawang dan jaringannya sebagai sarana
pelayanan kesehatan terdepan, mempunyai tugas menjangkau dan dijangkau oleh masyarakat
di wilayah kerjanya UPT Puskesmas Randulawang harus bertanggungjawab untuk
menyelanggarakan pelayanan kesegatan secara proaktif dan responsif.
Reformasi administrasi public akan berjalan dengan baik jika didukung baik jika
didukung oleh adanya reformasi birokasi yang dapat mentransformasi lembaga birokrasi dari
lembaga yang konvensional menjadi modem. Dari dimensi akuntabilitas, reformasi birokrasi
ini hendaknya mampu menempatkan kepentingan public selalu menjadi kriteria utama dalam
pengambilan keputusan oleh pemerintah.
Di tingkat dunia, isu tentang reformasi kesehatan sejatinya telah digulirkan oleh Badan
Kesehatan Dunia ( World Health Oganization / WHO ) sejak tahun 2008. Dalam Laporan
Kesehatan Dunia ( World Health Report ), WHO bertekad meningkatkan pelayanan kesehatan
dasar yang merata, mencakup masyarakat luas, dan adil.
Salah satu konsep penting dalam sector kesehatan yang digunakan secara global untuk
meningkatkan mutu pelayanan adalah otonomi lembaga pelayanan kesehatan termasuk
puskesmas.Di berbagai Negara, konsep otonomi yang banyak dipakai rumah sakit ini
merupakan bagian reformasi pelayanan public yang bertujuan memperhatikan tuntutan
masyarakat agar terjadi peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Hasil lain dari otonomi
lembaga pelayanan kesehatan ini adalah meningkatmya kepercayaan masyarakat pada
lembaga pemerintah yang memberi pelayanan kesehatan. Di Filipina, konsep semacam ini
dikenal dengan Hospital Corpotatization. Dalam istilah ini terdapat suatu pemahaman suatu
proses yang mengarah menjadi lembaga usaha ( corporate ) yang mempunyai otonomi luas (
Trisnantoro, 2004 ).
Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas, konsep saat ini dikenal dengan
Good corporate govemance. Diharapkan dengan penggunaan corporate govemance ini aka
nada system manajemen yang dapat meningkatkan efisiensi, yaitu bagaimana cara
meningkatkan hasil semaksimal mungkin. Beberapa keuntungan lembaga yang menggunakan
corporate govemanceini digunakan untuk : 1) perbaikan sistem pengawasan internal, 2)
peningkatan rfisiensi dan 3) meningkatkan daya saing. Sedangkan kerugiannya antara lain, 1)
bertambahnya biaya operasional, keputusan dapat menjadi lebih lama, dan 3) menambah jalur
birokrasi.
Jika dicermati, era globalisasi merupakan tantangan, masalah sekaligus menjadi
potensi yang besar untuk pembangunan.Adanya perdagangan bebas termasuk masuknya
tenaga kesehatan asing yang menyerbu pasar Indonesia, menjadikan kita semakin berbenah
untuk memperbaiki diri.Perbankan yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kualitas SDM,
perbaikan sarana prasaranan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
Jika melihat hasil penelitian, maka kunjunag masyarakat pada pelayanan kesehatan
menjadi peluang pada lembaga pelayanan kesehatan untuk selalu meningkatkan pelayanan.
Data menunjukan bahwa pemanfaatn fasilitas pelayanan kesehatan oleh pebduduk meningkat
dari 15,1% pada tahun 1996 menjadi 33,7% pada tahun 2006. Begitupun pula kunjungan baru
( contact rate )ke fasilitas pelayanan kesehatan meningkat dari 34,4% pada tahun 2005
menjadi 41,8% pada tahun 2007. Disamping itu, masyarakat yang mencari pengobatan sendiri
sebesar 45% dan yang tidak berobat sama sekali sebesar 13,3% pada tahun 2007.
Di Indonesia Puskesmas merupakan tulang punggung pelayanan kesehatan masyarakat
tingkat pertama. Konsep puskesmas dilahirkan tahun 1968 ketika dilangsungkan rapat kerja
nasional ( Rakernas ) di Jakarta. Waktu itu dibicarakan upaya mengorganisasi sistem
pelayanan keseharan di tanah air, karena pelayanan kesehatan tingkat pertama pada waktu itu
dirasakan kurang menguntungkan, dan dari kegiatan – kegiatan seperti BKIA, BP, P4M dan
sebagainya masih berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan. Melalui rekerkesnas
tersebut timbul gagasan untuk menyatukan semua pelayanan kesehatan tingkat pertama
kedalam suatu organisasi yang dipercaya dan diberi nama Pusat Kesehatan Masyarakat(
Puskesmas ).
Mulai tanggal 1 Januari 2015, direncanakan semua puskesmas di Kabupaten Blora ,
menerapkan konsep Badan Layanan Umumu Daerah ( BLUD ). Menurut Permendagri Nomor
61 tahun 2007, Badan Layanan Umumu Daerah yang selanjutnya disingkat BLUD adalah
SATUAN Kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di
lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari
keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.
Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD) memberikan fleksibilitas berupa
keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagai pengecualian dari ketentuan pengelolaan keuangan
daerah pada umumnya.
Dengan demikian puskesmas diharapkan dapat mengelola pendapatannya sendiri
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal ini dilakukan untuk memberikan jalan keluar pada
puskesmas sebagai pelayanan public yang terkadang justru proses birokrasi dalam sistem
pembiayaan yang selam ini dianut kadang ikut menghambat kelancaran tugas dan kegiatan di
puskesmas.

Profil Puskesmas Randulawang

Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) Randulawang terletak di Kecamatan


Randulawang Kabupaten Blora. Kecamatan Randulawang merupakan salah satu dari 26
Puskesmas yang ada dalam wilayah Kabupaten Blora, dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Randublatung, sebelah utara Kecamatan
Kunduran.Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Doplang. Luas wilayah Kecamatan
Randulawang secara keseluruhan mencapai 37,1 km2 ,sedangkan luas wilayah kerja
Puskesmas Randulawang yang meliputi 5 desa.
Puskesmas Randulawang menempati lokasi Desa Randulawang, Kecamatan
Randulawang.Sejak awal berdirinya sampai sekarang Puskesmas Randulawang telah
mengalami beberapa peningkatan baik mengenai fisik bangunan, sarana dan prasarana hingga
peningkatan jumlah sumber daya manusianya, Puskesmas Randulawang hanyalah salah satu
Puskesmas di Kecamatan Doplang.
Puskesmas Randulawang adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten
Blora yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau
sebagian wilayah kecamatan.Sebagai unit pelaksana teknis, puskesmas berdasarkan kebijakan
dasar pusat kesehatan kabupaten Blora. Puskesmas berdasarkan kebijakan dasar pusat
kesehatan masyarakat
( Keputusan MenteriKesehatan nomor 128 tahun 2004 ) mempunyai kedudukan yang sangat
penting dalam sistem kesehatan nasional dan sistem kesehatan kabupaten.
Puskesmas memiliki fungsi yang penting dalam mendukung tercapainya tujuan
pembangunan kesehatan nasional. Fungsi penting tersebut antara lain :
1. Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan. Dalam hal ini puskesmas berupaya menggerakan lintas sektor dan dunia
usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan berwawasan
kesehatan. Puskesmas harus aktif memantau dan melaporkan danpak kesehatan
dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wiayah kerjanya serta
mengutamakn pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.
2. Puskesmas merupakan pusat pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini puskesmas
berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat
memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan
kesehatan termasuk pembiayaan serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan
memantau pelaksanaan program kesehatan.
3. Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Dalam hal ini
puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan dalam bentuk pelayanan kesehatan
perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor
741/Menkes/PER/VII/2008 tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan di
Kabupaten/kota, telah ditetapkan indicator kinerja dan target pembangunan kesehatan tahun
2010-2015 yang mencakup pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan,
penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan kejadian luar biasa serta promosi kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat.
Bisnis puskesmas adalah bisnis kepercayaan ( Trusty Business / Value Business )yang
berarti bahwa berkembang tidaknya organisasi ini tergantung pada besarnya kepercayaan
pelanggan / pengguna jasa pelayanan Puskesmas. Pada masa sekarang ini sangat sulit untuk
mempertahankan kepercayaan masyarakat sebagai pelanggan / pemakai jasa pelayanan
Puskesmas, hal ini terlihat dengan semakin maraknya tuntutan social terhadap puskesmas,
dokter maupun tenaga professional lainnya di Puskesmas.
Dengan adanya aturan-aturan yang ada yang kadangkala justru menimbulkan kekakuan
dalam pengelolaan keuangan puskesmas serta dengan semakin menurunnya kemampuan dana
pemerintah dalam penganggaran, memacu Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis untuk
mencari jalan keluar, oleh karena itu berbagai upaya penyempurnaan dan peningkatan kualitas
pelayanan kepada masyarakat perlu terus dilakukan, salah satu langkah strategis yang harus
ditempuh dalam upaya memperbaiki dan meingkatkan kualitas pelayanan tersebut adalah
dengan secara aktif meningkatkan kinerja organisasi puskesmas secara professional dan
mandiri.
Sesuai dengan Undang-undang nomor 1 tahun 2004 yang kemudian diatur dalam
Peraturan Pemerintah nomor 23 tahun 2004 yang kemudian diatur dalam Peraturan
Pemerintah nomor 23 tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum DAN Peraturan Menteri
Dalam Negeri nomor 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah, lembaga-lembaga pelayanan sosial milik pemerintah baik di Provinsi
/ Kabupaten / Kota dapat mengubah statusnya dari Lembaga Birokrasi menjadi Badan
Layanan Umum (BLU) yang merupakan badan yang memiliki otonomi atau semi otonomi
dalam pengelolaan keuangannya. Dalam peraturan pemerintah tersebut, puskesmas dapat
diklasifikasikan sebagai Lembaga Usaha Non Profit, dengan demikian prinsip efisiensi dan
produktifitas harus menjadi bagian dari social management, hal inilah yang nantinya dapat
dijadikan starting point untuk meningkatkan social manajemen di puskesmas pemerintah.
Terkait dengan adanya PP nomor 23 tahun 2005 dan Permendagri nomor 61 tahun
2007 tersebut, maka dalam upaya untuk pengusulan dan penetapan satuan kerja Instansi
Pemerintah untuk menerapkan PPK-BLU, Puskesmas Randulawang termasuk salah satu
instansi pelayanan kesehatan yang juga berkewajiban memenuhi persyaratan pada peraturan
tersebut. Dengan pengelolaan Badan Layanan Umum diharapkan Puskesmas Randulawang
akan lebih mampu bersaing dengan competitor yang saat ini sudah jauh melangkah kedepan,
disamping juga akan lebih leluasa dalammenerapkan prisip-prinsip manajemen bisnis guna
menjawab tuntutan pelayanan kepada masyarakat yang paripurna dan prima.

Dalam rangka Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) disamping
persyaratan substantive juga harus dipenuhi persyaratan teknis dan administrative, Dengan
latar belakang permasalahan seperti tersebut diatas perlu dimaksimalkan peran dan fungsi
Puskesmas Randulawang kearah fungsi social ekonomi.
Untuk maksud tersebut perlu dilakukan analisis tentang berbagai aspek yang ada di
lingkungan internal maupun eksternal Puskesmas Randulawang dalam bentuk penyusunan
Rencana Bisnis Strategis Puskesmas Randulawang sebagai Badan Layanan Umum Daerah.

Gambaran Singkat Bisnis


Kegiatan utama Puskesmas Randulawang adalah dalam usaha pelayanan kesehatan
perorangan dengan pendekatan pelayanan medis, tindakan medik dan keperawatan, pelayanan
penunjang medik, dan upaya rujukan.Dan pelayanan upaya kesehatan anak, imunisasi,
pemberantasan penyakit, gizi, promosi kesehatan, perawatan kesehatan masyarakat, uks dan
uksg. Dalam upaya menghadapi persaingan global, terutama terhadap competitor layanan
sejenis di Kabupaten Blora, Puskesmas Randulawang berusaha memenangkan persaingan
dengan cara menjaga mutu layanan : Leader, SDM dan Sarana Prasarana, serta terjangkau
oleh semua lapisan masyarakat. Dengan berbekal sumber daya yang ada akan
menerapkan sistem akreditasi nasional.
Asumsi-asumsi
Dalam perencanaan strategis, dipengaruhi oleh beberapa asumsi sebagai dasara untuk evaluasi,
penyusunan program kegiatan dan penganggaran. Rencana Strategis Bisnis Puskesmas
Randulawang tahun 2016 – 2020 didasarkan atas asumsi-asumsi yang bersifat makro dan
mikro. Indentifikasi masing-masing asumsi tersebut berdasarkan : (1) Pertumbuhan Ekonomi;
(2) Tingkat Inflasi; (3) Nilai Tukar Rupiah; (4) Pertumbuhan Penduduk.

1. Asumsi Makro
1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam
masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat menjadi meningkat. Dari satu
period eke periode lainnya kemampuan suatu Negara untuk menghasilkan barang
dan jasa akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena fakor produksi akan
selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasinya. Investasi
menambah modal, teknologi yang dipergunakan menjadi berkembang dan juga
tenaga kerja akan bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi hal yang sangat diinginkan semua Negara
maupun daerah.
Disini Nampak Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 4.90%
pada tahun 2008, 4.88% pada tahun 2009, 5.54% pada tahun 2010, 8.35% pada
2011 dan 4.08% pada tahun 2012. Artinya dari tahun 2008-2012 pertumbuhan
ekonomi selalu diats 4%.

Berdasarkan penyajian data berupa angka pertumbuhan, konstrbusi sektoral


serta perkapita dapat disimpulkan beberapa point sebagai berikut : Pertumbuhan
ekonomi di Indonesia cenderung stabil dan menunjukan peningkatan setiap tahunnya,
hal ini mencerminkan kestabilan ekonomi sebagai dampak peneapan kebijakan
ekonomi secara mikro sehingga terjadi korelasi positif antara peningkatan kemampuan
ekonomi dan produktivitas masyarakat. Berdasarkan penghitungan dengan pendekatan
PDRB ADHK 2000 dapat diketahui sector yang mengalami tingkat pertumbuhan yang
tinggi dibandingakn dengan sector lainnya pada tahun 2008 – 2012 yakni : 1.
Bangunan 2. Listrik dan Air Minum / Pengangkutan dan Komunikasi 3. Jasa-jasa
Sektor dominan dalam pembentukan PDRB mencerminkan kekuatan dan pondasi
ekonomi utama di Indonesia. Dalam rentang tahun 2008-2012 dihitung berdasarkan
penghitungan dengan pendekatan PDRB ADHB dapat diketahui sektor-sektor dominan
tersebut yakni : 1. Perdagangan, Hotel & Restoran 2. Jasa-jasa 3.Pertanian Peningkatan
PDRB pada tiap tahunnya juga diiringi dengan terjadinya peningkatan jumlah
penduduk.Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan nilai perkapita yang pada tiap
tahunnya juga mengalami peningkatan.

Untuk 5 tahun kedepan atau pada tahun 2017 Indonesia akan menjadi salah satu
dari tiga rezim yang menguasai perekonomian dunia, ini tidak terlepas dari proyeksi
Internasional Monetary Fund (IMF) yang menyebutkan bahwa sepanjang 2012-2017
Indonesia akan memiliki pertumbuhan ekonomi sebesar 15,5 persen.
Bahwa kondisi ekonomi yang terus membaik ini, tidak diikuti oleh penurunan
inflasi, sehingga dimungkinkan adanya kenaikan harga-harga dasar, serta adanya
kebutuhan-kebutuhan masyarakat secara nasional semisal kebutuhan pendidikan,
sandang, pangan, dan permahan yang semakin meningkat, maka dimungkinkan alokasi
konsumsi kesehatan penduduk menurun, dan harga-harga yang semakin naik akan
menyebabkan meningginya unit cost layanan kesehatan..
Khusus Puskesmas Randulawang, jumlah kunjungan pasien baik dalam gedung
maupun luar gedung terus mengalami peningkatan, sehingga menambah optimis juga
terjadi peningkatan pendapatan Puskesmas, apalagi sejak diberlakukan pola tarif
kunjungan Puskesmas yang baru sejak mulai tahun 2010 terjadi peningkatan
pendapatan yang signifikan.

Terdapat kenaikan pendapatan yang signifikan selama empat tahun terakhir,


dengan peningkatan pendapatan tajam mulai tahun 2010 karena adanya perubahan
perda pola tarif restribusi Puskesmas di Kabupaten Blora.Hal ini sebenarnya masih
dapat ditingkatkan lagi sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dpertumbuhan
ekonomi secara makro.
2. Tingkat Inflasi
Inflasi umum melamban hingga akhir-akhir ini sebagai akibat dari
Perkembangan harga makanan. Namun tidak jelas apakah pelambanan ini akan tetap
permanen karena sebagian besar penyebab dari pelambanan ini tetap tak dapat
dipaparkan Manajemen inflasi yang baik dan rendahnya biaya transportasi mungkin
memainkan peran dalam hal ini, namun dampaknya sulit untuk dikuantifikasikan.
Meski rata-rata inflasi menurun sejak krisis keuangan global dibanding periode 2002-
2007, namun tekanan belum sepenuhnya mereda. Permintaan domestic yang kuat
kemungkinan akan mendorong laju inflansi pada tahun 2013. Selain itu, pasar tenaga
mendorong tuntutan gaji yang signifikan. Pertumbuhan angka kredit mengalami
peningkatan namun tetap masih rendah disbanding tahun 2007 dan didominasi oleh
pinjaman modal kerja dan investasi, bukan pinjaman consumer. Perkembangan terkini
di pasar global menegaskan bahwa minyak mentah Indonesia tak akan mungkin
melebihi harga yang ditetapkan pada revisi anggaran tahun 2012, yang mendorong
pemerintah pusat untuk menaikan harga BBM bersubsidi. Dengan tidak adanya
kenaikan tersebut, inflasi akan perlahan naik namun tetap dibawah rentang yang
ditargetkan.
Stabilitas perekonomian nasional sepanjang tahun 2012 tercermin pula dari
tingkat inflasi yang mencapai 4,3% atau sedikit di atas inflasi 2011 (3,8%). Tingkat
inflasi yang stabil dikoridor target Pemerintah dan BI ( 4,5% + 1%) didukung oleh
inflasikelompok volatile foods yang rendah dan inflasi inti yang terkendali dengan
rendahnya imported inflation sejalan dengan penurunan harga komoditas pangan dan
energy global. Meskipun ekspektasi inflasi sempat berfluktuasi akibat wacana
kenaikan BBM pada semester awal tahun 2012, namun administered prices tetap
terkendali seiring dengan tidak adanya kebijakan kenaikan BBM.
3. Nilai Tukar Rupiah
Naiknya kurs dolar USD terhadap rupiah membuat perekonomian
Indonesia menjadi melambat, orang-orang menjadi kaget melihat kurs rupiah di
bank yang anjlok terhadap maya uang lain terutama dolar. Akibatnya orang-orang
beramai-ramai menjual dolar di money changer yang dirasa akan menguntungkan
ketimbang memelihara rupiah. Pada saat ini rupiah di bank cenderung stabil.Nilai
kurs dolar terhadap rupiah berada di kisaran Rp. 13.000. – Rp. 13.900.Dengan
kestabilan kurs rupiah ini membuat perekonomian Indonesia juga turut stabil.

4. Harga BBM
Dalam Industri Kesehatan, harga bahan bakar minyak mentah dunia sangat
mempengaruhi operasional dan pemeliharaan Puskesmas,.Hampir semua bahan
dasar untuk operasional Puskesmas dipengaruhi oleh harga BBM.
. Keputusan Pemerintah menaikan harga BBM sampai dengan 60% pada tahun
2015 memicu kenaikan barang pokok dan barang modal, meskipun kemudian ada
beberapa subsidi pemerintah kepada masyarakat terdampak.
Dampak dari kenaikan harga BBM tersebut bagi Puskesmas sangat membebani
dan menurunkan potensi kapasitas produksi layanan, karena kebanyakan
Puskesmas pemerintah diserbu oleh pelanggan terdampak, yang nota bene adalah
pembengkakan cost layanan.

5. Laju Pertumbuhan Penduduk


Indonesia menempati rangking keempat dari jumlah penduduk Dunia, dan
menghadapailaju pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun 1 persen, jauh lebih
tinggi dari Negara RRC yang hampir 0 persen.
Wilayah Puskesmas Randulawang dengan Jumlah Penduduk pada tahun
2015 sebesar 16.273 jiwa, dengan jumlah penduduk yang memiliki jaminan
kesehatan ada 5.700 orangdijamin Jamkesmas.
Sejalan dengan paradigma sehat yang dikeluarkan oleh Menteri
Kesehatan yang berlaku secara nasional, persentase penduduk sehat 86,3 % dan
penduduk bermasalah kesehatan 13,7 %. Hal itu juga tergambar juga dari profil
PuskesmasRandulawang tahun 2013 dari 28.589 jumlah penduduk di wilayah
kerja Puskesmas Randulawang beroleh gambaran pelanggan potensial sekitar 13
% atau sebanyak 745 orang pasien/bulan atau 8.949 pasien/tahun, sedangkan 87
% penduduk lainnya merupakan sasaran upaya promotif dan preventif. Penduduk
sehat perlu dimotivasi untuk memanfaatkan pelayanan deteksi dini terhadap
penyakit degeneratif melalui screening atau chek-up kesehatan dengan
mengedepankan layanan labotarorium.

Asumsi Makro lainnya difokuskan pada kebijakan, peraturan perundang-


undangan pusat maupun daerah.
1. Peraturan Pemerintah / Peraturan Menteri
Peraturan Menteri Dalam negeri No. 13 tahun 2006, mengharuskan pemerintah daerah,
dan Satuan Kerja Perangkat Daerah, merubah pola pengelolaan keuangannya mulai
dari perencanaan, sampai pertanggungjawabannya, sehingga dimungkinkan waktu
pelaksanaan kegiatan mundur dari yang sudah dijawdalkan.Kemudian adanya wacana
baru badan Layanan Umum Daerah, turut andil dalam dinamika kinerja Puskesmas
Daerah. Karena bagaimanapun juga, sebagai layanan publik harus turut berubah sesuai
kondisi yang menyertai.
Keuangan daerahadalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah.Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah.Untuk maksud tersebut perlu sistem keuangan daerah
yaitu akuntansi keuangan daerah.Akuntansi keuangan daerah adalah sistem informasi
keuangan daerah yang menghasilkan laporan bagi berbagai pihak yang berkepentingan.
2. Peraturan Daerah
Kebijakan Akuntansi
Kebijakan akuntansi keuangan daerah adalah merupakan prinsip, dasar,konvensi,
aturan dan praktik yang diterapkan dalam rangka penyusunan danpenyajian laporan
keuangan daerah.Kebijakan akuntansi ini digunakan sebagaidasar dalam pengakuan,
pengukuran, dan pelaporan atas aset, kewajiban,ekuitas, pendapatan, belanja, dan
pembiayaan serta pelaporan keuangan daerah.
Laporan keuangan daerah (termasuk laporan keuangan SKPD)
merupakanlaporan pertanggungjawaban bupati (kepala SKPD) atas kegiatan keuangan
dansumberdaya ekonomis yang dipercaya serta menunjukkan posisi keuangan
yangsesuai dengan kebijakan akuntansi keuangan daerah.

Dalam peraturan pengelolaan keuangan dan sistem akuntansi yang diterapkan.


Sistim pencatatan keuangan berdasarkan akrual (acrual base) yaitu asumsi akuntansi
yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lain pada saat kejadian, bukan
padakas atau setara kas diterima atau dibayar dan dicatat dalam catatan akuntansi serta
dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Sedangkan
entitas pelaporan adalah pemerintah daerah Blora dan seluruh SKPD
Yang menurut peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan termasuk Puskesmas Randulawang.
Dalam kebijakan akuntansi keuangan Daerah Kabupaten Blora, laporan Keuangan
yang pokok terdiri dari :
1) Laporan Realisasi Anggaran
Yaitu laporan realisasi anggaran yang menyajikan iktisar sumber, alokasi, dan
pemakaian sumberdaya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah,
yangnenggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam suatu
periode pelaporan.
2) Neraca
Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu
3) Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan informasi mengenai
sumber, penggunaan, dan perubahan kas selama satu periode akuntansi serta saldo
kas pada tanggal pelaporan.
4) CatatanAtasLaporan Keuangan
Catatan alata laporan keuangan meliputi pejelasan naratif atau rincian dari angka

yang tertera dalam realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas.
Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di Kabupaten Blora adalah anggapan yang
diterima sebagai suatu kebenaran tanpa dibuktikan agar kebijakan akuntansi dapat
diterapkan. Sejalan dengan itu, asumsi dasar yang diterapkan di Puskesmas
Randulawang meliputi :
Subsidi Pemerintah untuk belanja Operasonal Puskesmas
Dalam Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2011 tentang Retribusi jasa umum Kesehatan
padaUPTD Puskesmas, Peraturan Bupati Blora No. 6 Tahun 2011 tentang tata cara
pemberian dan pemanfaatan insentif pungutan pajak daerah dan retribusi daerah di
Kabupaten Blora,sedangkan pengguna dana oprasional puskesmas sendiri diatur lebih
lanjut oleh SK Kepala Dinas Kesehatan tahun 20 tentang pembagian
insentif atau jasa pelayanan di puskesmas.
Jadi semua pendapatan Puskesmas disetor ke Kas Daerah sebagai Pendapatan
asli daerah dan dikembalikan ke puskesmas untuk biaya operasional Puskesmas
dengan dianggarkan lewat APBD. Kebijakan pemerintah Kabupaten Blora
mengembalikan pendapatan retribusi puskesmas untuk digunakan sebagai dana
operasional puskesmas dan menunjang kegiatan pembangunan kesehatan masyarakat
jelas menunjukkan bahwa pendapatan restribusi puskesmas ditempatkan bukan sebagai
sektor penghasil pendapatan. Sementara itu gaji pegawai, yang merupakan limpahan
wewenang dari pemerintah pusat, juga tetap dipertahankan sebagai hak dari
Puskesmas.
Tarif Retribusi
Tarif retribusi layanan kesehatan Puskesmas Randulawang yang berlaku saat
ini, dibuatditetapkan mengikuti Perda Nomor 12 tahun 2011 dan sampai sekarang
belum mengalami penyesuaian tarif. Hal ini perlu ditinjau kembali mengingat beberapa
jenis pelayanan memerlukan cost yang lebih tinggi sejalan dengan perkembangan
harga global, dan juga masih adanya beberapa jenis pelayanan yang telah dilaksanakan
di Puskesmas tetapi tarifnya belum terakomodir dalam peraturan yang ada.

2. Asumsi Mikro
a. Volume Pelayanan
Asumsi volume pelayanan utama di Puskesmas adalah mencakup
kurang lebih100 % dari jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Randulawang yaitu sebesar 16.273 jiwa. Asumsi jumlah penduduk kecamatan
Randulawang yang bermasalah kesehatan diperkirakan sebanyak 84% dari total
jumlah penduduk. Dari asumsitersebut, secara kuantitatif minimal ada 745
jumlah kunjungan pasien/bulan.

b. Inovasi Pelayanan
Dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, serta
memenuhikebutuhan kesehatan masyarakat, ada beberapa inovasi pelayanan
yaitu,pelayanan laboratorium sederhana, pelayanan unit gawat darurat terbatas,
pelayanan puskesmas keliling, pelayanan konsultasi gizi dan sanitasi, pelayanan
konsultasi kesehatan remaja, puskesmas santun usila, serta dengan
mengimplementasikan sistem akreditasi nasional.

c. Total Pendapatan
Dalam rencana strategik ini, total pendapatan Puskesmas Randulawang
berasal dariPendapatan fungsional, dan subsidi dari pemerintah daerah serta dari
pemerintahpusat. Total pendapatan fungsional dikelola Iangsung oleh Puskesmas
tanpaharus setor ke kas pemerintah glaerah, dan hanya dalam bentuk
laporankeuangan saja. Pendapatan dari Pemerintah Daerah adalah berupa
subsidioperasional, belanja tidak Iangsung (gaji pegawai Negeri) dan
investasi,sedangkan pendapatan dari Pemerintah Pusat sebagai pendapatan
untukoperasional dan lnvestasi.
d. Total Biaya
Total biaya berupa biaya operasional, dan biaya investasi. Biaya
operasionalberupa biaya pegawai, dan biaya belanja barang dan jasa.Biaya investasi
adalah biaya untuk pembelian sarana prasarana, serta pengembangan. Total
pendapatan Puskesmas Randulawang dipakai untuk biaya pegawai dan biaya
belanja barang dan jasa. Sedangkan sisa lebih anggaran dipakai untuk biaya
operasional Puskesmas tahun seianjutnya.

e. Total Output
Total output dari kegiatan BLUD Puskesmas Randulawang pasien yang
terlayani Tahun 2015 sebanyak 8.949 pasien, Realisasi pendapatan Puskesmas
Randulawang Tahun 2015 sebesar Rp.579.778.500. Target awal tahun 2017
sebesarRp.374.503.000,Sedangkan pendapatan puskesmas Randulawang bulan Juli
Tahun 2013 terdapat kenaikan sebesar Rp.665.500.000.bila di prediksi kunjungan
meningkat77,7 % maka pada Tahun 2017 jumlah pendapatan di perki‘rakan akan
mencapaijumlah sebesar Rp.1.214.038.000.

6. Unit Cost
Tarif per jenis Iayanan disesuaikan dengan analisis unit cost, dengan menerapkan
subsidi silang. Unit cost disusun setiap tahun dan dipakai dasar untuk tarif pelayanan
tahun berikutnya. Prinsip analisis unit cost memakai sistem ABC (Activity Based
Costing), dengan harga dasar berlaku pada tahun penyusunan ditambah inflasi, dan
margin yang diharapkan.
Isu Strategis

Pelaksanaan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh puskesmas


dihadapkan pada isu-isu strategis yang dapat berpengaruh pada kualitas pelayanan
yang diberikannya.Isu - isu strategis yang dihadapi oleh puskesmas dan yang akan
ditangani melalui peiaksanaan visi dan misi puskesmas adalah sebagai berikut:
I. Tahun 2014 mulai berlaku JKN (Jaminan kesehatan nasional ) adanyapendapatan
puskesmas yang besar dari dana kapitasi JKN memungkinkanpuskesmas untuk
mengembangkan jenis dan kualitas pelayanan yang ada.

2. Agar puskesmas tetap menjadi pilihan, maka pelayanan yang diberikan harus
unggul, bermutu dan berusaha memberikan pelayanan kesehatan yang tidakdimiliki
atau lebih baik dari puskesmas pesaing.
3. Terbukanya peluang untuk kerja sama dengan pihak lain, baik sesama
institusipemerintah maupun swasta sepanjang demi kemajuan institusi dan
perbaikanpelayanan kesehatan masyarakat serta tidak melanggar peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4. Telah ditandatanaginya Era Perdagangan Bebas (WTO) / Era Globalisasi yang
tentunya juga termasuk dalam bisnis di bidang pelayanan kesehatan masyarakat
yang tentu akan diikuti masuknya bisnis di bidang pelayanan kesehatan dari luar
negeri ke dalam negeri.
2 ANALISIS SWOT
alam analisis SWOT, organisasi menilai kekuatan terhadap kelemahannya dan

D peluang terhadap ancaman dari pesaing. Ada 4 kuadran posisi organisasi hasil
analisis SWOT. Analisis SWOT didasarkan pada peninjauan dan penilaian atas
keadaan yang dianggap sebagai kekuatan (strength), kelemahan (weakness),peluang
(opportunity), dan ancaman (treath). Setelah diketahui gambaran mengenaidaan
organisasi saat ini, maka akan dapat ditentukan beberapa alternatif langkah-langkah
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja organisasi pada masa yang akan
datang dengan cara memaksimumkan kekuatan dan memanfaatkan peluang yang ada
serta meminimumkan kelemahan dan mengatasi ancaman yang dihadapi.
Dalam bentuk diagram, gambaran perusahaan pada saat ini berdasarkan analisis
oat ditunjukkan sebagai berikut:
Anatomi Kuadran
a) Kuadran I
Dalam hal perusahaan pada posisi ini maka pengembangan dan pertumbuhan
secara
agresif sangat terbuka karena organisasi memiliki kekuatan dan peluang yang
cukup
untuk itu. Pengembangan yang dapat dilakukan antara lain dengan hal-hal sebagai
berikut :
1) Penetrasi pasar, yakni meningkatkan volume usaha dengan upaya
pemasaranyang
lebih agresif pada pasar yang telah ada (meningkatkan penguasaanpasar/pangsa
pasar).
2) Pengembangan pasar, yakni meningkatkan volume usaha dengan
upayameluaskan
pasar (membuka pasar baru/segmentasi pasar).
3) Pengembangan produk, yakni meningkatkan volume usaha
denganmengembangkan produk-produk baru balk penyempurnaan produk
untuk pasar yang telah ada maupun penciptaan produk baru.
b) Kuadran II
Organisasi yang ada pada kuadran ini akan tetap masih dapat
berkembang/tumbuhapabila secara jeli mampu memillh peluang dalam bersalng
dengan menekankelemahan yang ada. Beberapa pilihan untuk berkembang antara
lain denganmemperbaiki mutu layanan, pemberlakuan tarif yang kompetitif
(pricing policy) dansebagainya.
c) Kuadran III
Organisasi yang berada pada kuadran ini kemungkinan untuk
tumbuh/berkembangsangat kecil bahkan organisasi terancam pailit, karena
dihadapkan pada ancaman dengan berbagai kelemahan yang dimlllikinya.
d) Kuadran IV
Organisasl yang berada di kuadran lnl agar dapat tumbuh/berkembang harus
melakukan upaya-upaya diversifikasi usaha dengan cara pengayaan usaha atau
menonjolkan produk unggulan tertentu, karena beberapa kekuatan yang dimiliki
akanlerhadapan dengan beberapa ancaman yang menghadang, dan semakin
ekstensif terutama dengan diberlakukannya globalisasi ekonomi di segala bidang
tidak terkecuali bisnis kesehatan.

A. Analisis Internal dan Eksternal


1. Analisis lntemai (SW)
a. Sumberdaya Manusia

Kekuatan Kelemahan
Obyek yang dianalisa
No (S) (W)
1 2 3 -1 -2 -3
1 65% SDM berstatus PNS X

2 Ada 1 dokter umum X


3 Tidak ada dokter gigi X
4 Paramedis 50 % Diloma IV X

5 Bidan 100 % Diloma III X

6 Belum ada dokterjaga UGD 24 jam X

7 Belum ada Akuntan X

8 Belum ada Tenaga Teknis lingkungan X

9 Belum ada Dokter sesialis X

10 Komitmen Pegawai kepadaPuskesmas X

11 Kebanggaan Pegawai kepadaPuskesmas X

12 Sikap terhadap perubahan X

13 Tenaga Fungsional Lainnya kurang X


14 Staf Administrasi Umum danKeuangan X
15 Kedisplinan X
Ada Dokter dan paramedic kerja di lnstitusi
16 X
layanankesehatan pesaing
17 Kompetensi Pegawai sudahoptimal X

18 Tidak terpancang padasenioritas X


19 Kecukupan SDM X
20 Belum ada petugaskeamanan/satpam X
Jumlah 25 -16
Nilai 8

b. Keberadaan Puskesmas
Kekuatan Kelemahan
Obyek yang dianalisa
No 1 2 3 -1 -2 -3
1 Lokasi Strategis X
2 Lahan yang luas X
3 Mudah dijangkau X
4 Kebisingan X
5 Penataan (Lay Out) kurang optimal X
Jumlah 5 -5
Nilai 0

c. Jenis Pelayanan dan mutu Pelayanan


Kekuatan Kelemahan
Obyek yang dianalisa
No 1 2 3 -1 -2 -3
1 Terbuka untuk inovasi pelayanan X
2 Terbuka untuk kerjasama dengan pihak X
lain
3 Mutu pelayanan optimal X
4 Promosi pelayanan X
5 Senyum, Sapa dan Keramahan X
6 Layanan dalam & luar gedung X
7 Respon time lama X
Jumlah 9 -1
Nilai 8

Sarana Prasarana
Kekuatan Kelemahan
Obyek yang dianalisa
No 1 2 3 -1 -2 -3
1 Kelengkapan alat Medis dalam Jenis dan X
2 Perawatan
jumlah alat optimal X
3 Tempat parker kurang luas X
4 Kondisi gedung kurang optimal X
5 Sarana transportasi lengkap X
6 Inventaris Kantor Lengkap X
7 Kelengkapan Inventaris SIMPUS X
8 Sudah ada IPAL sederhana X
Jumlah 7 -6
Nilai 1

Rangkuman Analisi SW (faktor internal)


Penilaian
No Obyek yang dianalisa
Kekuatan Kelemahan Nilai
1 SDM 25 -16 9
2 Keberadaan Puskesmas 5 -5 0
3 Jenis dan mutu pelayanan 9 -1 8
4 Sarana Prasarana 7 -6 1
Jumlah 46 -28 18
2. Analisis Eksternal (OT)
a. Ekonomi
No Obyek yang dianalisa Peluang Ancaman
1 2 3 -1 -2 -3
1 Kemampuan membayar pasien X
2 Adanya subsidi dari Pemda X
3 Segmen pasar beragam X X
Adanya penjamin bagi pasien tidak
4 mampu ( Jamesmas, Jamkesos, X
Jamkesda )
Jumlah 8 -1
Nilai 7
b. Sosial budaya masyarakat
Peluang Ancaman
No Obyek yang dianalisa
1 2 3 -1 -2 -3
1 Jumlah Penduduk relative besar X
2 Pasangan usia subur Besar X
3 Jumlah Balita Besar X
4 Kekeluargaan tinggi X
5 Budaya Sehat kurang optimal X
6 Mudah terbawa issue X
7 Dukungan tokoh masyarakat X
8 Kemiskinan X
Jumlah 12 -6
Nilai 6

c. Hukum dan Peraturan Perundang-undangan


Peluang Ancaman
No Obyek yang dianalisa
1 2 3 -1 -2 -3
1 Pemendagri No.61 tahun 2007 X
Peraturan Daerah tentang tariff
2 X
No.22 tahun 2007
3 Keppres No.80 tahun 2003 X
4 PP41 tahun 2007 X
5 UU tentang Praktik Kedokteran X
UU tentang Perlindungan
6 X
Konsumen
7 Pemendagri No.59 tahun 2007 X
8 Peraturan Bupati tentang keuangan X
Jumlah 12 -5
Nilai 7

d. Pesaing
Peluang Ancaman
No Obyek yang dianalisa
1 2 3 -1 -2 -3
1 Terdapat Puskesmas pesaing X
Keberadaan bidan/perawat praktek
2 X
swasta
Pertolongan persalinan oleh dukun
3 X
bayi
Menjamurnya Pengobatan
4 X
alternative
5 Promosi oleh pesaing X
Kerjasama Operasional dengan
6 X
pesaing
7 Askes PNS beralih ke Dokel X
8 Adanya Apotik Swasta X
9 Lokasi RS agak jauh X
Jumlah 4 -10
Nilai -6
Rangkuman Analisis OT (Faktor eksternal)
Penilaian
No Obyek yang dianalisa
Peluang Ancaman Nilai
1 Ekonomi 8 -1 7
2 Sosial Budaya Masyarakat 12 -6 6
3 Hukum dan peraturan perundang- 12 -5 7
undangan
4 Pesaing 4 -10 -6
Jumlah 36 -22 14

Posisi Puskesmas dalam SWOT Analisis SW dan OT

18 18,14,
7

peluang
Ancaman

Terlihat dari hasil analisis SWOT, Posisi Puskesmas Randulawang di Kuadran I atau terletak
kuadran Agressive tumbuh yang mendekati posisi stabil.

Penjelasan Analisis Ekstemal dan Internal


Kinerja yang telah dapat dicapai sampai dengan saat ini sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor baik yang bersumber pada internal maupun dari eksternal. Strategi organisasi
dalam mencapai target mengedepankan aspek Pelayanan, Pengerahan SDM,Organisatoris,
Keuangan dan Promosi. Kebijakan manajemen yang diambilpencapaian kinerja adalah
mengembangkan partisipasi aktif dari semua.
komponen Puskesmas dalam pelayanan, dan pembagian tugas sesuai dengan profesi,
kompetensi dan ketrampilan yang dimiliki. Artinya dalam penempatan tenaga semacam
paramedis, dilihat dari kompetensi dan kemampuan, yang kemudian ditempatkan pada ruang
dan unit pelayanan yang sesuai. Guna memelihara dan meningkatkan kompetensi personil
dalam menjaga mutu Iayanan ditempuh dengancara pendidikan dan pelatihan serta
meningkatkan kesejahteraan karyawan.
Masyarakat sebagai pengguna sekaligus sebagai pemilik Puskesmas, diikutkan dalam
identifikasi masalah pelayanan yang ada, lewat kegiatan survey kepuasan pelanggan dan
identifikasi persyaratan pelanggan yang dilaksanakan setiap enam bulan sekali, selain itu juga
diadakan identifikasi persyaratan pelanggan juga dilaksanakan lewat media kotak saran yang
dibuka setiap hari, kritik serta saran mengenai pelayanan yang ada dipakai sebagai dasar untuk
peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat.
Strategi yang diambil dalam meningkatkan kinerja pelayanan ditempuh memakai
strategi fokus pada pelanggan (customers focus) atau berorientasi pada pelanggan, yaitu
strategi yang mengedepankan pelayanan yang bermutu untuk kepuasan pelanggan, diikuti
dengan semangat etos kerja yang tinggi, ramah, sehingga warga bangga akan Puskesmas.
Dalam upaya mencapai kinerja pelayanan yang prima juga ditempuh inovasi layanan
dan cara pelayanan, dimana semua pelayanan tersebut dapat terjangkau oleh semua lapisan
masyarakat Dengan demikian perlu mengedepankan aspek kerja sama semua lini, Iintas
program dan lintas sektor, dengan menyediakan sarana prasarana yang aman, apik dan asri
sehingga nyaman ditempati.
Untuk terciptanya pelayanan pasien yang paripurna, ditempuh upaya rujukan ke
fasilitas yang lebih lengkap, baik rujukan pasien maupun rujukan specimen serta dengan
menerapkan sistem informasi kesehatan terpadu yang berbasis teknologi informasi (IHIS)
sehingga lebih mempercepat pelayanan dan meningkatkan akurasi data rekam medis pasien.
Pendekatan Strategi Customers focus tersebut mencakup kondisi internal dan eksterna; yang
antara lain sebagai berikut :
1. Kondisi Internal
a. Organisasi
Puskesmas Randulawang merupakan lembaga teknis daerah, secarakelembagaan
sebagai UPTD, berada Iangsung dibawah Dinas Kesehatan.Secara umum tidak banyak
berperan dalam menentukan kebijakan kesehatandi Kabupaten Blora, karena kewenangan
ada pada Dinas Kesehatan.
Secara organisatoris, dari sudut pandang eselonisasi sebagian besarkaryawan lebih
banyak sebagai pelaksana teknis, sehingga masih mempunyaikelemahan dalam bargaining
dengan pemerintah dalam hal pencarian dana-dana, dan sumber daya lainnya. '

b. Sumber Daya Manusia


Faktor sumberdaya manusia di Puskesmas sangat dominan.Dokter berperan
utama dalam pelayanan, sehingga dalam mencapai kinerja yangtelah ditentukan,
mengedepankan kecepatan pelayanan dan kelangsungan.Dengan demikian strategi
yang diambil yaitu dengan menyediakan dokteruntuk setiap hari pelayanannya.
Untuk tenaga kerja perlu ada tenagaspesialis tertentu untuk dapat melakukan
tindakan medik tertentu, yang tidakdapat didelegasikan kewenangan dan
tanggungjawabnya ke spesialis lain atauke tenaga ahli madya lainnya, juga karena
puskesmas lebih konsentrasi pada upaya pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas
yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat serta upaya kesehatan promotif dan
preventif.
c. Sarana Prasarana
Dalam mencapai target kinerja, Puskesmas dilengkapi dengan sarana-prasarana
yang mencukupi, selain pelayanan poliklinik umum, gigi, KIA/KB,UGD dan
Puskesmas mampu persalinan.
Keandalan dan keamanan sarana-prasarana yang ada sangat mendukung dalam
kinerja Puskesmas.
d. Perangkat Lunak
Dalam mencapai kinerja, Puskesmas dilengkapi dengan perangkat lunakberupa
Prosedur-prosedur standar, Petunjuk pelaksanaan, Petunjuk Teknis, Surat-surat
keputusan, dan perangkat lunak sistem informasi manajemen dankeuangan, sehingga
apa yang dilaksanakan dapat dipertanggungjawabkan.
Adanya perangkat lunak, disamping memudahkan pelaksanaan kerja jugadapat sebagai
acuan dalam bertindak dan penentu arah strategi dankebijakan.

e. Dana
Bahwa operasional Puskesmas memerlukan dana yang besar untuk memenuhi
kebutuhan pembiayaan pembelian obat, bahan medis habis pakai,jasa pelayanan,
operasional kendaraan,‘ pemeliharaan,gaji karyawan dan Iain sebagainya.
Pengeluaran pembiayaan dapat dikatakan per hari bahkan per jampelayanan.
Namun selama ini Puskesmas terbentur pada aturan pengelolaan keuangan berdasarkan
Peraturan daerah yang berlaku, sehingga sering kali Puskesmas menghadapi kendala
biaya operasional dan terhambat pencapaian kinerjanya.

2. Kondisi Eksternal
Pencapaian kinerja sangat dipengaruhi oleh peraturan perundang-
undang,kebijakan pemerintah, keadaan persaingan, keadaan perekonomian daerah dan
nasional, perkembangan sosial budaya dan perkembangan teknologi.Yaitu :
a. Undang-undang dan peraturan
1) Permendagri
Da|am aturan Menteri Dalam Negeri khususnya dalam penatausahaan
keuangan, semua pengeluaran belanja berdasarkan program dan
kegiatan.Dalam format aturan tersebut, bisa dimungkinkan penambahan
programdan kegiatan berdasarkan kewenangan dan kemampuan daerah.
Namundalam kenyataannya, pemerintah daerah sangat restriksi dengan
programdan kegiatan yang sudah ada di Pennendagri.Dengan demikian
banyakprogram dan kegiatan upaya kesehatan perorangan yang tidak bisa
masukdalam penganggaran.
Hal ini menyulitkan manajemen dalam penganggaran belanja, contoh
konkrit adalah belanja untuk jasa pelayanan, sampai saat ini belum ada aturan,
format baku atau kode rekening tentang jasa pelayanan, sehinggamanajemen
Puskesmas kesulitan dalam menyusun penganggaran jasapelayanan, sementara
pemerintah daerah ragu-ragu untuk membuatprogram, kegiatan dan kode
rekening baru untuk dapat mewadahi belanja tersebut.

2) Permenkeu
Dasar hukum pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum di daerah
yangmerupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pengelolaan dan
pertanggungjawaban daerah diatur dalam BAB XV Pasal 324, Pasal 325,Pasal
326.Pasal 327, Pasal 328 dan Pasal 329.
Pasal 68 dan Pasal 69 UU No. 1 ahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
telah membuka koridor baru kepada
departemen/lembaga/provinsi/kabupaten/kota yang bertugas memberikan
pelayanan public seperti Iayanan kesehatan, pendidikan, pengelolaan kawasan,
Iisensi untuk menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel melalui
pembentukan Badan Layanan Umum yang diatur Iebih lanjut dalam PP 23
tahun 2005.
Sebagai kekayaan negara/daerah yang tidak dipisahkan BLU
perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan keuangan disajikan dan disusun
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kementrian/Iembaga/pemerintah
daerah.Untuk itu Laporan Keuangan BLU disampaikan secaraberkala kepada
menteri/piminan Iembagalgubemurlbupati/walikota sesuaidengan
kewenanggannya untuk dikonsolidasikan dengankeuangan kementrian
negara/lembaga/SKPDIpemerintah daerah.
Pembinaan keuangan BLUD dilakukan oleh Pejabat
PengelolaKeuangan Daerah (PPKD) dan pembinaan teknis dilakukan oleh
kepalayang bertanggung jawab atas urusan pemerintah yang
bersangkutan.Pembinaan keuangan BLUD meliputi pemberian
pedomanbimbingan ,supervisi,pendidikan dan pelatihan di bidang pengelolaan
keuanganBLUD.
Permasalahan yang timbul adalah perbedaan standar akuntansisebagai
dasar penyusunan laporan keuangan BLU dengan dasarpenyusunan laporan
keuangan kementrian atau lembaga.Sesuai denganpasal 26 ayat (2) PP 23
Tahun 2005 akuntansi dan laporan keuangan BLUdiselenggarakan sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Hal
ini menjadi masalah ketika laporan tersebut dikonsolidasikan denganLaporan
Keuangan Kementerian/Lembaga/SKPD/pemerintah daerah yangmenggunakan
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
Permasalahan lain timbul ketika satuan kerja tersebut menerima dana dari
APBN seperti pada kasus Puskesmas sebagai BLU yang mendapatdana dari
APBN/APBD. Selain sebagai BLU juga berfungsi sebagai satkeryang wajib menyusun
Laporan Keuangan tahunan atas dana APBN/APBD yang diterima sesuai dengan
Sistem Akuntansidimana LaporanKeuangannya disebut Laporan Keuangan BLU.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) pasal 26 antara lain
menyatakan setiap transaksi keuangan BLU harus diakuntasikan dan dokumen
pendukungnya dikelola secara tertib dan Akuntansi dan Laporan Keuangan yang
diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi indonesia.
Sementara itu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005tanggal 20 Juli
2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan KeuanganPemerintah Pusat Bab VIII
Laporan Keuangan Kementrian Negara/Lembaga pasaI 32 antara Iain Laporan
Keuangan KementrianNegara/Lembaga Tahunan dilampiri Laporan Keuangan BLU
yang berada
dilingkungan Kementrian Negara/Lembaga. Laporan Keuangan BLUsebagaimana
dimaksud disusun berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berIaku.

3) Peraturan Pemerintah dan Peraturan Daerah


Peraturan pemerintah tentang perumahsakitan negeri sampai saat inibelum begitu jelas,
yang ada baru rancangan.Sedangkan pemerintahdaerah sesuai dengan Peraturan
pemerintah nomor 48 tahun 2007,Puskesmas masih daIam koridor Iembaga teknis
daerah.
Walaupun ada peraturan Menteri Dalam Negeri dan Peraturan Menteri keuangan
tentang Badan Layanan Umum, namun aturan tersebut baru secara tegas untuk instansi
vertikal, sehingga untuk Puskesmas Randulawang masih dalam bentuk wacana yang
perlu pengkajian secara mendalam.
Masih belum jelasnya peraturan pemerintah tentang rekruitmen pegawai, membawa
dampak yang sangat besar bagi kinerja pelayanan di:Puskesmas, karena masih
banyaknya kebutuhan tengaga paramedis.

b. Kondisi Ekonomi Daerah


Secara umum, ekonomi daerah Kabupaten Blora tergolong daerah yang memiliki
kemampuan ekonomi menengah, sehingga dalam pengembangan pelayanan inovatif
mungkin akan terbentur dalam hal pentarifan. Walaupun demikian fenomena menarik
masyarakat Blora adalah semakin banyaknya bermunculan pelayanan kesehatan swasta
yang menawarkan jenis pelayanan kesehatan yang beragam dengan tarif layanan yang
beragam juga.
Dari keterbatasan pendapatan daerah, banyak program dan kegiatan Puskesmas yang
terkendala, sementara kebutuhan untuk pemeliharaan dan operasional Puskesmas saja
masih minim, bahkan tidak sesuai denganpendapatan operasional yang dicapai
Puskesmas.

c. Sosial Budaya Masyarakat


Warga Masyarakat Blora, memiliki tipe atau berkarakteristiktradisionil, sehingga
budaya dan tradisi masyarakat masih cukup kentalbahkan sangat dilestarikan. Namun
demikian ada beberapa perilaku tradisiyang masih kurang mendukung dalam
pembangunan kesehatan dan efisiensipengeluaran masyarakat.

d. Perkembangan Teknologi Kesehatan


Perkembangan teknologi kesehatan sangat pesat dan semakin canggih.Untuk institusi
pelayanan kesehatan yang mampu, mereka berlomba-lomba mengadakan alat-alat
kesehatan karena didukung pendanaan yang memudahkan inovasi dan diversifikasi
pelayanan kesehatan.Sementara Puskesmas umumnya tidak mampu mendapatkan alat-
alat tersebut.
e. Perkembangan Teknologi lnformasi
Teknologi informasi yang semakin maju, mau tidak mau harus dikuasai oleh
Puskesmas.Untuk perangkat kerasnya, bagi kebanyakan Puskesmas daerah tidak
adakendala, namun dalam pemeliharaan, software, petugas informasi dan
pemeliharaannya membutuhkan dana yang besar.

f. Inflasi, dan Nilai Kurs


Tingkat inflasi mempengaruhi operasional puskesmas dalammengadakan bahan habis
pakai untuk operasional pelayanan, walaupun secara tidak secara langsung berdampak
pada kinerja puskesmas, namun ada kekawatiran adanya pengurangan pendanaan dari
berbagai sumberpendapatan puskesmas, yang kemudian akan mengubah prediksi
kinerja. Nilai kurs rupiah terhadap mata uang asing utama juga memacu fluktuasi
harga-harga.pasar terutama barang-barang untuk kesehatan apalagi dengan seiringnya
kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga BBM, yang membuat harga melambung.

Dengan melihat posisi bisnis puskesmas, maka dapat disimpulkan bahwa


padamenguntungkan, puskesmas mempunyai peluang dan sekaligus kekuatan sehingga
puskesmas dapat memanfaatkan peluang yang ada, serta mampu mengerahkan semua
sumberdaya yang belum optimal menjadi maksimal.
Metode Penyusunan

Dasar penyusunan rencana strategis bisnis ini mengacu pada Undang-Undang


dasar 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan
Peraturan Pemerlntah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum dan
Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 61 tahun 2007 tentang Panduan Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, serta Keputusan Lembaga
Administrasi Negara Nomor 239 tahun 2003 tentang pedoman Penyusunan Laporan
Akuntabilitas Kinerja lnstansi Pemerintah.
Berdasarkan peraturan tersebut, komponen perencanaan strategis yangakan
perencanaan jangka menengah terdiri atas pernyataan Visi dan Misi yang dijabarkan
kedalam Tujuan, Sasaran Tahunan, Kebijakan dan Program, serta dilengkapi dengan
tolok ukur kinerja hasil yang diharapkan akan dicapai oleh Puskesmas.
Penyusunan Rencana Strategis Bisnis puskesmas tahun 2015-2020
menggunakan metode Balanced Scorecard.yang merupakan gabungan antara sektor
publik dan sektor privat, untuk memberikan pelayanan kesehatan pada program upaya
kesehatan perorangan dan pelayanan lainnya yang bersifat semi komersial sehingga
diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pembiayaan yang dibutuhkan oleh
Puskesmas dengan tidak meninggalkan mutu layanan sesuai dengan standar pelayanan
minimal.
Dengan menggunakan metode tersebut, maka logika Rencana Strategis Bisnis
Puskesmas dibangun berdasarkan 4 (empat) perspektlf yaitu :
1. Perspektif Stakeholders
Perspektif ini menggambarkan bagaimana stakeholders akan memandang
keberadaan Puskesmas dalam mengemban amanah sebagai institusi pelayanan
kesehatan masyarakat.
2. Perspektif Keuangan
Persektif ini menggambarkan bagaimana tingkat efisiensi dan efektivitas
pengelolaan sumberdaya keuangan yang dilaksanakan Puskesmas sehingga dapat
menopang keberhasilan pencapaian perspektif Stakeholders
3. Perspektif Proses Internal
Perspektif ini menggambarkan bagaimana tingkat kualitas proses pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas dalam menopang
pencapaianperspektif keuangan dan stakeholders.
4. Perspektif pembelajaran dan Pengembangan
Perspektif ini menggambarkan bagaimana Puskesmas mengembangkan kapasitas
sumberdaya manusia sehingga mampu menopang keberhasilan pencapaian
perspektif proses internal, keuangan dan stakeholder.

Kempat perspektif tersebut merupakan dasar logika yang akan menjabarkan


Visi, Misi kedalam tujuan, sasaran, kebijakan dan program yang Iebih terukur sehingga
akan memudahkan dalam menetapkan kinerja yang akan dicapai dalam kurun waktu
jangka menengah atau lima tahun kedepan. Keterukuran kinerja tersebut sangat
dipengaruhi oleh sistem pengukuran kinerja yang terdiri atas tiga komponen yaitu :
1. Krangka Pengukuran Kinerja
Kerangka pengukuran kinerja terdiri atas penetapan indikator kinerja,
pengumpulan datakinerja dan cara pengukuran kinerja.
2. Evaluasi Kinerja
Tahapanini bertujuan agar diketahuinya pencapaian realisasi, kemajuan dankendala
yang dijumpai dalam rangka pencapaian misi agar dapat dinilai dan dipelajari guna
pelaksanaan program kegiatan dimasa yang akan datang
3. Analisis Akuntabilitas Kinerja
Analisis tersebut meliputi uraian keterkaitan pencapaian kinerja kegiatan
dengandan kebijakan dalam rangka mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam rencana strategis bisnis.

Peta Rencana Strategis Bisnis


Secara umum peta recana strategis bisnis merupakan gambaran logika rencana strategis
menjadi pedoman dalam menetukan strategi. Peta rencana strategis yang disusun didasarkan
pada empat perspektif yang telah diuraikan di atas untuk menjelaskan tujuan strategis apa
yang akan dicapai oleh Puskesmas dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan.
Peta Rencana Strategis Bisnis tersebut dilengkapi dengan indicator kinerja kunci untuk
memudahkan dalam mengukur tingkat keinerja pencapaian tujuan strategis tersebut. Peta
Rencana Strategis Puskesmas dan indicator kunci tujuan strategis sebagai berikut :

PERSPEKTIF TUJUAN STRATEGIK

Meningkatkan kualitas hasil


pelayanan kesehatan dan peran
CUSTOMER / STAKEHOLDERS serta Puskesmas dalam program
riil penanganan masalah-
masalah sosial

Meningkatkan efisiensi dan


efektifitas pemanfaatan
FINANCIAL sumberdaya

Peningkatan kualitas proses


layanan secara berkelanjutan
INTERNAL PROCESS yang focus pada pelanggan

Meningkatkan kapasitas lembaga


LEARNING AND GROWTH
Indikator kunci tujuan strategis Puskesmas

CUSTOMER/STAKEHOLDERS

Persentase prefensi utama Indeks kepuasan pengelola program


Puskesmas Randulawang sebagai penanggulangan masalah kesehatan
Puskesmas pilihan masyarakat di masyarakat atas peran serta
Kecamatan Jati dan sekitarnya Puskesmas

FINANCIAL

Tingkat Kesehatan
Organisai

INTERNAL PROCESS

Rata-rata indeks Kepuasan


pelanggan atas seluruh layanan
Puskesmas Randulawang

LEARNING AND GROWTH

indeks Kepuasan
pegawai/medis/paramedis/

pejabat
Kerangka Penyusunan Indikator Kinerja
Indikator kinerja yanh disusun dalam Rencana Strategis Bisnis ini mendasarkan pada pola
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam SK LAN No: 239 / IX / 6 / 8 / 2003, tentang
Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntanilitas Instansi Pemerintah.
Jenis Indikator Mengukur Kinerja
Input
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan
Output
Immediate outcomes / outcomes Keberhasilan pelaksanaan program
Immediate outcomes / benefit Keberhasilan pencapaian sasaran
Ultimate outcomes / impact Keberhasilan pencapaian tujuan
KINERJA TAHUN 2015
3
A. Realisasi pendapatan Puskesmas Randulawang dibandingkan
target.

Pada tahun 2011 Pemerintah Kabupaten Blora menerbitkan Perda No.12 Tahun
2011 tentang tentang Retribusi Pelayanan Jasa Umum pelayanan kesehatan pada UPT'
Puskesmas yang diberlakukan mulai tanggal , dampak dari terbitnya Perda
ini adalah terjadinya peningkatan pendapatan Puskesmas Randulawang hal ini dapat
diiihat dari tabel dibawah ini dimana terjadi peningkatan jumlah pendapatan yang
cukup signifikan dari tahun 2014 ke tahun 2015 yang selanjutnya terjadi peningkatan
secara bertahap.
Realisasi Pendapatan Puskesmas Randulawang dibadingkan target
Mulai tahun 2014 s.d tahun 2015

%
Target Realisasi Selisih Realisasi
Pendapatan
No Tahun Pendapatan Pendapatan dengan Target
dibanding
(Rp) (Rp) (Rp)
Target
1 2014 157 %
2 2015 87%
Sumber data : Laporan Keuangan Pelayanan Puskesmas Randulawang tahun 2015
B. Hasil Penilaian Kinerja Pelayanan Puskesmas Randulawang tahun
2015
Berdasarkan hasil penilaian kinerja puskesmas yang dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan
Kabupaten Randulawang pada tahun 2015 diperoleh hasii penilaian
kinerjaPukesmas Randulawang sebagai berikut :
1. Manajemen Kesehatan
Penilaian terhadap manajemen kesehatan meliputi: SPM (standar pelayanan
minimal), SIK (sistem informasi kesehatan), Penyusunan Usulan kebutuhan
Puskesmas, Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan, Ioka karya mini (lokmin),
Penilaian kinerja puskesmas mandiri, manajemen obat, manejemen keuangan.
Kesimpulan hasil penilaian penilaian kinerja manajemen kesehatan pada tahun
2015 adalah
baik karena berhasii mencapai nilai 100%. Adapun hasil seiengkapnya sebagai
berikut:

a. SPM (standar pelayanan minimal) : 100


b. SIK (sistem informasi kesehatan) : 100
c Penyusunan Usulan kebutuhan Puskesmas : 100
d. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan : 100
e. Pelaksanaan Loka karya mini internal : 100
f. Pelaksanaan Loka karya mini Lintas Sektor : 100
g. Penilaian kinerja puskesmas mandiri : 100
h. Usulan kebutuhan Obat : 100
i. Kinerja Permintaan Obat : 100
j. Kinerja Penyimpanan Obat : 100 .
k. Kinerja Distribusi Obat : 100
l. Kinerja Pelayanan Obat : 100
m. Kinerja Pencatatan & Pelaporan Obat : 100
n. Kinerja Manajemen logistik vaksin : 100
o. Kelengkapan administrasi keuangan : 100
p. Pembuatan puskesmas Health Account : 100
q Manajemen Barang : 100
r. Manajemen SDM : 100
2. Upaya Peningkatan Manajemen Mutu
Penilaian terhadap mutu meliputi: Penetapan Visi Puskesmas, Penetapan
MisiPuskesmas, Penetapan Kebijakan Mutu Puskesmas dan Penetapan
StandartKompetensi Pegawai. Kesimpuian hasil penilaian kinerja manajemen mutu
padatahun 2013 adalah baik karena berhasii mencapai nilai 100%. Hasil
selengkapnyasebagai berikut:
a. Penetapan Visi Puskesmas : 100
b. Penetapan Misi Puskesmas : 100
c. Penetapan Kebijakan Mutu Puskesmas : 100
d. Penetapan Standart Kompetensi Pegawai : 100
e. Hasil tersebut menunjukkan bahwa upaya peningkatan mutu di puskesmas
Randulawang
tergolong baik, tinggal bagaimana mempenahankan dan meningkatkanhasil-hasil
yangtelah dicapai tersebut.
3. Indikator Penilaian Kinerja (Out Put Program) Puskesmas
A.BIDANG KESEHATAN KELUARGA
1. KESEHATAN
TARGET
INDIKATOR
2016 2017 2018 2019 2020
1 Cakupan penemuan dan penjaringan
Pasangan Usia Subur tinggi yang
mengalami ALKI mengalami ALKI
(Anemia/Lila<23.5cm/Penyakit 10% 13% 15% 17% 20%

Kronis/IMS HIV/AIDS dan 4 Terlalu (


Terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak
anak, terlalu dekat jarak persalinan)
2 Cakupan PUS dengan penyakit Kronis
70% 71% 72% 73% 75%

3 CakupanPUS dengan “4T” ber-KB 70% 71% 72% 73% 75%


4 Pelayanan Poli KIA
a. Calon Penganti 20% 25% 30% 35% 40%
b. Ibu Hamil 100% 100% 100% 100%
100%

c. KB 100% 100% 100% 100%


100%

d. Anak 15% 17% 20% 25% 30%


5 Pelayanan Balita sakita MTBS 50% 55% 60% 65% 70%
6 Pelayanan Balita SDIDTK 50% 55% 60% 65% 70%
7 Cakupan Pelayanan Rujukan lbu
100% 100% 100% 100% 100%
Hamil, persalinan, Nifas
8 Cakupan Pelayanan Rujukan 100% 100% 100% 100%
100%

9 Pelayanan BUML, diberi Buku KIA 100% 100% 100% 100%


100%

10 Cakupan Pengisian Buku KIA 100% 100% 100% 100%


100%

11 Cakupan Penemuan Deteksi Resti dan 20% 20% 20% 20% 20%
komplikasi Kebidanan pada Ibu hamil,
persalinan, Nifas

2.KESEHATAN REMAJA DAN LANSIA

TARGET
INDIKATOR
2016 2017 2018 2019 2020
1 A. PELAYANAN KESEHATANDASAR
2 Cakupan Pemeriksaan Kesehatansiswa SD
20% 25% 30% 40% 50%
dan setingkat
3 Cakupan Penjaringan kesehatan siswaSMP
100% 100% 100% 100% 100%
dan setingkat
4 Cakupan Penjaringan kesehatan anak
30% 35% 40% 45% 50%
TK/RA
5 Cakupan Pelayanan Klinik PKPR 20% 25% 30% 35% 40%

6 Cakupan sekolah yang melaksanakan UKS


100%
7 Cakupan Rasio Kader Kesehatan 10% 15% 20% 25% 30%

B. GIZI
TARGET
INDIKATOR
2016 2017 2018 2019 2020
I A. PELAYANAN KESEHATANDASAR

1 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu


Nifas, Bayi umur 6-11 bulan, Balita umur 100%
12-59 bulan
2 Cakupan pemberian Zat besi pada lbu
100%
hamil
3 Cakupan pemberian Formula 75.Formula
30% 35% 40% 45% 50%
100 dengan mineral mix

B.BIDANGPENGENDALIAN PENYAKIT
JENIS STA TARGET
NO PELAYA INDIKATOR SATUAN ND
2016 2017 2018 2019 2020
NAN AR
Angka 1.CASE NOTIFICATION Per-
70
Kesakitan RATE (CNR) Kasus baru 100.000
BTA + Penduduk
2. CNR seluruh Kasus TB Per- - - - - -
100.000
Penduduk
3. CDR kasus TB BTA + % 65
4.Proporsi kasus TB anak %
< 10
0-14 tahun
5.Angka Keberhasilan %
Pengobatan Penderita TB 85
Paru BTA+
6. Persentase Balita dengan %
Pneumonia ditangani 100

7. Jumlah Kasus HIV Kasus


8. Jumlah Kasus AIDS Kasus
9. Jumlah Kasus Syphilis Kasus
10. Persentase infeksi %
100
Menular Seksual Diobati

11.Darah Donor Diskrining %


100
terhadap HlV. 1

12. Angka penemuan kasus Per-


baru Kusta per 100.000 100.000 (10 % dari tahun lalu )
penduduk Penduduk
13. Persentase kasus baru %
<5
kusta anak usia 0 - 14 th

14.Persentase cacat tingkat %


<5
2 penderita kusta
15. Angka cacat tingkat 2 Per-
penderita kusta per 100.000
Penduduk

JENIS STA TARGET


NO PELAYA INDIKATOR SATUAN ND 20 20 20 20 202
NAN AR 16 17 18 19 0
100.000 penduduk 0
Penduduk
16. Angka prevalensi kusta Per-
100.000 < 1/ 10 rb
Penduduk
17.Persentasependerita
kusta selesai berobat :
- kusta PB % 100%
% 90%
- kusta MB

18. Cakupan penemuan dan Per-


100.000
penanganan
Penduduk<
penderitapenyakit 15 tahun >2/100 rb

“Acutelaccidparalysis”
(AFP) per100.000
penduduk
19. Jumlah<kasus
15th Penyakit Kasus
Menular yang Dapat
Dicegah denganImunisasi
(PD3l)
20.Angka kesakitan Demam Per-
BerdarahDengue(DBD) per- 100.000 < 52 / 100rb
100.000 penduduk Penduduk

21. Angka kematian demam %


< 1%
berdarah Dengue (DBD)
22. Angka Per-
100.000
KesakitanMalaria per-1.000 < 01.01/ 1rb
Penduduk
Penduduk %
23.Angka Kematian Malaria %
Penduduk
24.AngkaKesakitan Filarisis %
25.Cakupan Desa/Kel.
Terkena KLB ditangani % 100%
< 24jam
JENIS STA TARGET
SATUA
NO PELAYA INDIKATOR ND 20 20 20 20 202
N
NAN AR 16 17 18 19 0
PELAYA 1.Cakupan Desa/Keselurahan
NAN “Universak Child
100%
IMUNISA Immunization” (UCI)
SI
2.Cakupan Imunisasi Campak
95%
Bayi
3.Drop out imunisasi DPT 1- ( 5% s/d 5%)
Campak
4.Imunisasi dasar lengkap
85%
pada bayi

KEADAA 1.Persentase Rumah Sehat


N
85%
LINGKU
NGAN
2. Persentase Penduduk yang
memiliki akses Air Minum 67%
yang layak
3. Persentase Penyelenggara
Air Minum Memenuhi Syarat 100%
Kesehatan
4. Persentase Penduduk yang
memiliki Akses Sanitasi yang 75%
layak
5. Persentase Desa yang
80%
melaksanakan STBM
6. Persentase Tempat-tempat
82%
umum Memnuhi Syarat
7. Persentase Tempat 70%
Pengelolaan Makanan
Memenuhi Syarat

C.BIDANG PELAYANAN KESEHATAN, FARMASI DAN PERBEKALAN


KESEHATAN
TARGET

JENIS 2 2 2 2 2
NO PELAYAN INDIKATOR STANDAR 0 0 0 0 0
AN 1 1 1 1 2
6 7 8 9 0

1 GAWAT
Jam buka Pelayanan 24 jam 24 jam
DARURAT
Pemberi pelayanan gawat
darurat yang bersertifikat 100% 100%
yang masih berlaku
Kemampuan menangani
life saving anak dan 100% 100%
dewasa
Waktu tanggap pelayanan < 5 menit < 5 menit
dokter di gawat darurat terlayani, setelah terlayani, setelah
pasien datang pasien datang
Kematian Pasien < 24Jam < 2 / 1.000 ( < 2 / 1.000 (
pindah ke pindah ke
pelayanan rawat pelayanan rawat
inap setelah 8 jam inap setelah 8 jam
) )
Ketersediaan Tim Satu Tim
Satu Tim
Penanggunaan Bencana
2 RAWAT Jam buka pelayanan Setiap hari kerja Setiap hari kerja
JALAN 08.00 – 13.00 08.00 – 13.00

kecuali Jumat kecuali Jumat 08.00


– 11.00
08.00 – 11.00
Penegakan diagnosis TB
melalui pemeriksaan >60% >60%
mikroskop TB
Terlaksananya kegiatan
pencatatan dan pelaporan >60% >60%
TB

3 RAWAT 1.Pemberi pelayanan di 1.a. Dokter 1.a. Dokter


Umum Umum
INAP rawat inap
b. Perawat b. Perawat
Minim pendidikan Minim
D3 pendidikan D3
2.Dokter penanggung
100% 100%
jawab pasien rawat inap

TARGET

JENIS 2 2 2 2
NO PELAYANA INDIKATOR STANDAR 0 0 0 0 20
N 1 1 1 1 20
6 7 8 9
Kejadiankesalahanpernberian
obat

3. Penulisan resep sesuai


formularium 100% 100%

7 GIZI 1. Ketepatan waktu


pemberian makanankepada
>90% >90%
pasien
2. Tidak adanya kejadian
kesalahanpemberian diet
>80% >80%

8 PELAYANA Pelayanan terhadappasien


N GAKIN gakin yangdatang ke
puskesmas padasetiap unit 100% terlayani 100% terlayani
pelayanan

9 REKAM 1.Kelengkapan pengisian


MEDIK rekammedik 24 jamsetelah 100% 100%
selesaipelayanan
2. KelengkapanInformed
Concentsetelahmendapatkani 100% 100%
nformasi yang jelas
3. Waktu penyediaan < 10 menit < 10 menit
dokumen rekammedik
pelayananrawat jalan
4.Waktu penyediaandokumen <15 menit <15 menit
rekam

10 PENGELOL 1. Baku mutu limbah a. BOD < 30 a. BOD < 30 mg/l


A
TARGET

JENIS 2 2 2 2
NO PELAYANA INDIKATOR STANDAR 0 0 0 0 20
N 1 1 1 1 20
6 7 8 9
10 PENGELOL b. COD < 80 b. COD < 80
AAN LIBAH mg/lc. TSS < mg/lc. TSS < 30
30 mg/ld. PH 6- mg/ld. PH 6-9
2. Pengelolaan limbah 9
padat infeksius 100% 100%

sesuaidengan aturan

11 ADMINIST 1. Tindak
RASI DAN lanjutpenyelesaianmasalah 100% 100%
MANAJEM / hasilpertemuan
EN 2. Kelengkapanlaporan
akuntabilitas kinerja 100% 100%

3. Ketepatan waktu
Pengusulankenaikan 100% 100%

pangkat
4. Ketepan Waktu
pengurusan gajiberkala 100% 100%

5. Karyawan yang
mendapat pelatihan >60% >60%

minimal 20 jam
6. Ketepatan waktu
setahun
penyusunan 100% 100%

7. Kecepatan waktu
laporan keuangan
Pemberianinformasi ttg < 2 Jam < 2 Jam

tagihan pasien
8. Ketepatan
rawat waktu
inap
pemberian imbalan 100% 100%

(insentif) sesuai

12 AMBULAN kesepakatan
1.Waktu waktu
Pelayanan 24 jam 24 jam
TARGET

JENIS 2 2 2 2 2
NO PELAYANA INDIKATOR STANDAR 0 0 0 0 0
N 1 1 1 1 2
6 7 8 9 0
S Ambulance

2. Response time (S 30 ( s 30 menit) ( s 30 menit)


menit)pelayanan Sesuai Sesuai Sesuai keadaan
keadaanambulance oleh keadaan daerah
daerahmasyarakat yang daerah
membutuhkan
PELAYANA 1.Kecepatan waktu
N Menanggapikerusakan alat s 80 % s 80 %

PEMELIHAR
2. Ketepatan waktu
AAN
pemeliharaan alat 100% 100%
SARANA
PUSKESMAS

TARGET
2 2 2 2
JENIS
NO INDIKATOR STANDAR 0 0 0 0 20
PELAYANAN
1 1 1 1 20
6 7 8 9
pencatatan dan
pelaporan infeksi 75 % 75
%nosokomial / HAI
75% 75%
(Health
CareAssociatedInfection)
di RS(min 1 parameter)
B. BIDANG PROMOSI KESEHATAN
TARGET
2 2 2 2 2
JENIS
NO INDIKATOR STANDAR 0 0 0 0 0
PELAYANAN
1 1 1 1 2
6 7 8 9 0

1 Pembinaan dan Cakupan Pos Ukestren


Pengembangan 50% 50%
UKBM

Cakupan POS UKK 20% 20%

Cakupan Battra Aktif 25% 25%

Cakupan Posyandu
45% 45%
Aktif
Pembinaan dan
Cakupan Desa Siaga
Pengembangan Desa 70% 70%
Aktif
Siaga

Gerakan Masyarakat
Siaga DBD Angka Bebas Jentik 100% 100%

Program PHBS Cakupan rumah tangga


70% 70%
sehat
Cakupan PHBS institusi 70% 70%

Penyebarluasan Cakupan Penyuluhan


100% 100%
informasi kesehatan Individu

Cakupan Penyuluhan
100% 100%
Kelompok
TARGET
2 2 2 2
JENIS
NO INDIKATOR STANDAR 0 0 0 0 20
PELAYANAN
1 1 1 1 20
6 7 8 9
Cakupan penyuluhan massa
100 % 100 %

JAMINAN Persentase penduduk


KESEHATAN miskin yang memiliki 100 % 100 %
jaminan kesehatan
Persentase penduduk
yang memiliki jaminan 100 % 100 %
kesehatan
Persentase kunjungan
peserta JKN
- Rawatjalan 60 % 60 %
- Rawat inap 15 % 15 %

Hasil penilaian terhadap out put program puskesmas menunjukkan bahwa hasil kinerja
pelayananmasing-masing program di puskesmas Randulawang rata-rata baik, tinggal
bagaimana mempertahankan dan meningkatkan hasil-hasil yang telah dicapai tersebut,
terutama pada program Pelayanan Medik Dasar, program Kesehatan keluarga
reproduksi serta program gizi yang masih perlu mendapatkan perhatian yang lebih agar
dapat dicapai nilai kinerja yang lebih baik.
4. Evaluasi Internal Kualitas Pelayanan Bidang Kesehatan
Nilai Interval Nilai Interval Mutu Pelayanan Kinerja Unit
IKM IKM Konversi Pelayanan
1,00 – 1,75 25 – 43,75 D Tidak Baik
1,76 – 2,50 43,76 – 62,50 C Kurang Baik
2,51 – 3,25 62,51 – 81,25 B Baik
3,26 – 4,00 81,26 - 100 A Sangat Baik

Hasil penilaian terhadap kualitas pelayanan publik di Puskesmas Randulawang pada


tahun 2015 menunjukkan hasil kinerja pelayanan publik rata-rata Baik, tinggal
bagaimanamempertahankan dan meningkatkan hasil-hasil yang telah dicapai tersebut.

C. LANGKAH-LANGKAH YANG TELAH DILAKUKAN UNTUK PERBAIKAN


MUTU PELAYANAN ANTARA LAIN :
1. Peningkatan kualitas petugas dengan mengikuti pelatihan.
2. Pembuatan IK pelayanan yang tidak sesuai pada mashg-masing unit pelayanan
3. Peningkatan kedisplinan, tanggungjawab dat kesopanan/keramahan petugas
4. Pemasangan jadwal pelayanan yang jelas dan tepat
5. Optimalisasi tenaga dokter yang ada dengan ruang periksa yang tersedia, untuk
mempercepat pelayanan terhadap pasien.
6. Penyediaan ruang tunggu yang lebih nyaman dan tertib
7. Peningkatan kebersihan lingkungan puskesmas
8. Peningkatan kebersihan kamar mandi dan WC
9. Peningkatan keamanan lingkungan puskesmas
10. Melaksanakan sistem Akreditasi dengan penuh tanggungjawab.
11. Tetap berorientasi kepada kepuasan dan kenyamanan pelanggan
12. Langkah-langkah lain yang menunjang peningkatan mutu pelayanan
VISI, MISI, TUJUAN DAN
4 SASARAN

VISI
Terwujudnya Puskesmas Randulawang sebagai
Puskesmas yang mampu memberikan pelayanan
kesehatan prima untuk menuju tercapainya
Kecamatan Sluke SEHAT
MISI

1.Menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau bagi masyarakat Sluke dan
sekitarnya
2.Mengembangkan pelayanan kesehatan
yang berorentasi kepada kepuasan
pelanggan
3.Mendorong kemandirian masyarakat
Sluke untuk hidup sehat dengan
meningkatkan peran serta masyarakat
dalam upaya kesehatan baik promotif,
preventif maupun kuratif
Tujuan Strategis
Meningkatkan derajat kesehatan

1 masyarakat Sluke

Tujuan pertama ini mengarahkan segenap seumberdaya


Puskesmas untuk selalu meningkatkan pelayanan
dalam rangka peningkatan derajat kesehatan
masyarakat melalui upaya penurunan angka kesakitan
dan kematiankhususnya pada bayi, anak balita, ibu
hamil dan pelayanan pada keluarga miskin

Meningkatkan kualitas pelayanan secara

2 berkelanjutan yang berorentasi pada


keputusan pelanggan
Dengan tujuan kedua ini diharapkan mampu
meningkatkan profesionalisme petugas dalam
membrikan pelayanan kesehatan prima yang
berorentasi kepada kepuasan pelanggan

Terwujudnya sistem manajemen mutu


yang efektif, efisien dan dapat

3 dipertanggungjawabkan
Dengan tujuan ketiga ini diharapkan agar dengan
menimplementasi sistem akreditasi dapat lebih
meningkatkan efektifitas dalam pengelolaan organisasi dan
efisiensi pemanfatan sumber daya namun tetap dapat
menghasilkan kualitas pelayanan yang dapat
Meningkatnya kemandirian dan peran
serta masyarakat dalam upaya kesehatan

4 promotif, preventif maupun kuratif.


Dengan tujuan keempat ini diharapkan Puskesmas dapat
menjadi fasilitator bagi masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat serta meningkatkan pengetahuan dibidang
kesehatan sehingga terbentuk tingkat kesadaran, kemauan,
kemampuan serta kemandirian untuk menolong dirinya
sendiri

TUJUAN PERTAMA
Sasaran
1. Meningkatnya akses pelayanan kesehatan
Meningkatkan derajat kesehatan
dasar dan penunjang medis
masyarakat luas 2. Meningkatnya pelayanan kesehatan bagi
keluarga miskin
3. Menurunnya kejadian penyakit menular
4. Meningkatnya kualitas kesehatan ibu &
anak
5.
TUJUAN KEDUA 6.

Meningkatkanya kualitas pelayanan Sasaran


secara berkelanjutan yang berorentasi 1. Meningkatnya kepuasan pelanggan

pada kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan kesehatan


perorangan dan kesehatan masyarakat

TUJUAN KETIGA Sasaran


Terwujudnya sistem manajemen mutu 1. Meningkatnya kualitas manajemen mutu
yang efektif, efisien dan dapat sumber daya manusia, keuangan dan
dipertanggungjawabkan barang
TUJUAN KEEMAPAT Sasaran
1 Meningkatnya peran serta masyarakat dalam
Meningkatnya kemandirian dan peran pemasyarakatan gaya hidup sehat melalui penerapan
serta masyarakat dalam upaya PHBS
2 Meningkatnya cakupan desa siaga aktif
kesehatan promotif, preventif maupun
3 Meningkatnya cakupan kemandirian posyandu
kuratif
4 Meningkatnya kualitas Iingkungan yang sehat
Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Randulawang
5 Meningkatnya cakupan rumah/bangunan bebas jentik
6 Meningkatnya cakupan tempat umum yang sehat
Puskesmas Randulawang berkomitmen untuk memberikan pelayanan kesehatan
terbaik bagi masyarakat serta membuka selebar mungkin akses semua lapisan masyarakat
termasuk masyarakat miskin dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.dan penunjang
medis di Puskesmas serta berpartisipasi aktif dalam program-program pemerintah dan mitra
kerja Iainnya dalam rangka menurunkan angka kejadian penyakit menular, serta meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat
terutama bagi ibu, anak dan keluarga miskin.

Pengkuran Kinerja Tujuan Pertama

Target Kinerja
2016 - 2020
Indikator Ultimate Outcomes

Puskesmas Sluke menjadi pilihan pertama Cakupan pelayanan pasien rawat jalan dan rawat inap
masyarakat sebagai tempat pelayanan kesehatan serta pemanfaatan sarana penunjang laboratorium
dasar dan pelayanan penunjang medis
semakin meningkat dari tahun 2016 - 2020

Semakin terjangkaunya Puskesmas Sluke sebagai Cakupan pelayanan kesehatan keluarga


tempat pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin
miskinsemakin meningkat dari tahun 2016 - 2020
Cakupan playanan pasien rawat jalan dan

Tidak bisa dipungkiri, salah satu tujuan pelayanan kesehatan adalah untukmenurunkan
angka kesakitan dan kematian dalam rangka mempercepat tercapainyaderajat kesehatan
masyarakat yang optimal.Dari berbagai hasil studi menyatakanbahwa puskesmas masih
merupakan tempat pelayanan kesehatan yang paling banyak dikunjungi.Walaupun demikian,
kian hari semakin tumbuh subur tempat pelayanan kesehatan swasta, baik secara perorangan
maupun berkelompok.
Mengingat konsep puskesmas merupakan konsep eilayah kerja maka tempat pelayanan
kesehatan lain yang berada di wilayah puskesmas merupakan mitra dalam pembangunan
kesehatan. Harapannya, pelayanan kesehatan dasar semakinmerata dan terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat Khusus untuk pelayanan bagi keluarga miskin, baru puskesmas
tempat pelayanan kesehatan dasar yang diberikan tugas oleh pemerintah untuk memberikan
pelayanan dengan sistem klaim.
Sebagai fasilitas pelayanan publik, Puskesmas yang dalam hal ini sebagai lembaga
teknis daerah, dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan daerah dan berperan aktif
dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, kami menjabarkannya dalam sasaran sebagai
berikut:

Sasaran 1.1
Meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar dan penunjang medis
Sasaran 1.2

Meningkatnya pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin


Sasaran 1.3
Menurunnya kejadian penyakit menular
Sasaran 1.4
Meningkatnya kualitas kesehatan ibu & anak

Untuk meningkatkan keterjangkauan


masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas
SASARAN 1.1 pelayanan kesehatan di Puskesmas, maka
Meningkatnya akses Puskesmas Sluke berupaya mendekatkan
pelayanan kesehatan
dasardan penunjang
diri dengan pengguna layanan jasa agar
medis dapat memantau sampai seberapa jauh
efektivitas layanan yang diberikan
Strategi untuk mencapai Sasaran 1.1

Kebijakan umum Puskesmas adalahprogram-program


puskesmas tidak hanya diarahkan pada pelayanan di dalamgedung
semata tetapi aktif memberikanpelayanan di luar gedung.

Implementasi dari kebijakan tersebut adalah denganmelaksanakan program sosial


kemasyarakatan seperti kegiatan puskesmas keliling, kegiatan UKS dankunjungan
rumah melalui kegiatan Public Health Nursing (PHN) serta aktif melakukan promosi ke
Dengan program tersebut diharapkan Puskesmas dapat menjangkau pelayanan sampai keplosok
dusun dan dapat diakses oleh semua kalangan.

 

Meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar dan penunjang medis

INDIKATOR HASIL 2016 2017 2018 2019 2020


Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 95 % 95 % 95 % 95 % 95 %
Cakupan Komplikasi kebidanan yang ditangani 80% 80% 80% 80% 80%
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga 90% 90% 90% 90% 90%
kesehatan
Cakupan pelayanan nifas 90% 90% 90% 90% 90%
Cakupan neonates dan komplikasi yang ditangani 80% 80% 80% 80% 80%
Cakupan kunjungan bayi 90% 90% 90% 90% 90%
Cakupan desa UCI 100% 100% 100% 100% 100%
Cakupan pelayanan anak balita 90% 90% 90% 90% 90%
Cakupan pemberian MP-ASI anak usia 6 – 24 bulan 100% 100% 100% 100% 100%
dari gakin
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100% 100% 100% 100% 100%
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD 100% 100% 100% 100% 100%
Cakupan peserta KB aktif 70% 70% 70% 70% 70%
Cakupan penemuan dan penanganan penderita 100% 100% 100% 100% 100%
penyakit
Presentase pelayanan resep obat yang terlayani 90% 90% 90% 90% 90%

Anggaran Belanja Indikatif (Rp)

PROGRAM 2015 2016 2017 2018 2019


Belanja Obat-
obatan
Belanja reagen
laboratorium
Belanja gas
oksigen
Belanja bahan
Medis Habis
Pakai
Belanja
akomodasi pasien
rawat inap
Program
pencegahan dan
penanggulangan
penyakit menular
Program upaya
kesehatan ibu dan 16.480.000 20.000.000 25.000.000. 30.000.000 30.000.000
anak
Rincian kegiatan utama ketiga program tersebut beserta tolak ukur kinerja output yangakan
dicapai setiap tahun selama 5 tahun ke depan (tahun 2015 - tahun 2019) disajikan dalam
lampiran 4 dokumen ini.
Untuk mendekatkan pelayanan kesehatan
bagi keluarga miskin puskesmas berupaya
SASARAN 1.2
untuk memberikan kemudahan akses baik
Meningkatnya pelayanan
pelayanan kesehatan yang bias ditangani di
kesehatan bagi keluarga
puskesmas maupun yang dirujuk ke rumah
sakit
Strategi untuk mencapai Sasaran 1.2

Kebijakan umum Puskesmas adalah menjalin


kemitraan dengan lintas sektoral

Implementasi dari kebijakan tersebut adalah denganmelaksanakan .kerjasama dengan


Kader kesehatan, tokoh masyarakat, aparat desa dan kecamatan serta sektor terkait
lain di Kecamatan Sluke serta dengan Rumah Sakit Rujukan dan tentunya dengan
lembaga penjamin masyarakat miskin ( Jamkesmas, JKRS;Jamkesda )

 “Kerjasama serta koordinasi lintas program & lintas sektoral adalah solusi
terbaik untuk mengatsi permasalahan kesehatan masyrakat miskin”
Pengukuran Kinerja Untuk Sasaran 1.2

Meningkatnya akses pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin

2015 2016 2017 2018 2019


Anggaran Belanja Indikatif (Rp 000,00)
Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat
100% 100% 100% 100% 100%
miskin
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan masyarakat
100% 100% 100% 100% 100%
miskin
Cakupan pelayanan gawat darurat level 1 100% 100% 100% 100% 100%
Cakupan desa mengalami KLB yang dilakukan
100% 100% 100% 100% 100%
penyelidikan epidemiologi

PROGRAM 2015 2016 2017 2018 2019


Program pelayanan
kesehatan
penduduk miskin
(Jamkesmas)
Program pelayanan
kesehatan
penduduk miskin
(JKRS)

Rincian kegiatan utama kedua program tersebut beserta tolak ukur kinerja output yang akan
dicapai setiap tahun selama 5 tahun ke depan ( tahun 2015 – tahun 2019 ) disajikan dalam
lampiran 4 dokumen ini.
Untuk menurunkan angka kejadian penyakit menular yang
SASARAN 1.3 semakin bervariasi di wilayah kerja puskesmas seperti Tbc,
Diare, Demam Berdarah, Leptospirosis, Thypoid, ISPA
Menurunnya
serta penyakit menular lainnya perlu upaya lenih dari
Kejadian penyakit puskesmas disamping dengan kerjasama lintas program &
menular lintas sektoral juga dengan peningkatan program surveilans
penyakit menular untuk mengantisipasi kejadian penyakit /
KLB yang mungkin terjadi tentunya diikuti dengan
promosi yang berkelanjutan ke semua lapisan masyarakat

Strategi untuk mencapai Sasaran 1.3

Kebijakan umum Puskesmas adalah pemberdayaan


masyarakat & kemitraan denganlintas sektoral serta dengan
surveilans penyakitmenular dan promosi kesehatan yang
berkelanjutan.

Implementasi dari kebijakan tersebut adalah dengan melaksanakan pemberdayaan masyarakat,


kerjasama lintas program & kemitraan dengan lintas sektoral saerta dengan peningkatan
kegiatan surveilans penyakit menular dan promosi kesehatan yang berkelanjutan

Dengan program tersebut diharapkan angka kejadian penyakit menular di wilayah kerja puskesmas
semakin menurun dan timbulnya kemandirian masyarakat dalam menjaga kualitas kesehatannya.

“ Tindakan opreventif dan promotif adalah upaya


yang paling efektif dan efisien dalam upaya


peningkatan derajat kesehatan masyarakat “
Menurunnya Kejadian Penyakit Menular

PROGRAM 2015 2016 2017 2018 2019


AFP rate 100.000 penduduk
>2/100.000 >2/100.000 >2/100.000 >2/100.000 >2/100.000
< 15 tahun
Penemuan penderita
70% 75% 80% 85% 90%
pneumonia Balita
Penemuan pasien baru TB
60% 65% 70% 75% 800%
BTA Positif
Penderita DBD yang
100% 100% 100% 100% 100%
ditangani
Penemuan Penderita Diare
75% 80% 90% 90% 90%

Cakupan penemuan dan


penanganan penderita 100% 100% 100% 100% 100%
penyakit
Cakupan desa mengalami
KLB yang dilakukan
100% 100% 100% 100% 100%
penyelidikan epidemiologi <
24 jam

Anggaran Belanja Indikatif (Rp 000,00)

PROGRAM 2015 2016 2017 2018 2019


Program pencegahan
dan penanggulangan
penyakit menular
Program promosi
kesehatan masyarakat 7.570.000 10.000.000 15.000.000 20.000.000 20.000.000

Rincian kegiatan utama kedua program tersebut beserta tolak ukur kinerja output yang akan
dicapai setiap tahun selama 5 tahun ke depan ( tahun 2014 – tahun 2018 ) disajikan dalam
lampiran 4 dokumen ini.

Kualitas kesehatan ibu dan anakSasaran l .4 adalah salah satn

SASARAN 1.3 indikator untukpenentuan derajat kesehatan


masyalakat, karena kualitas kesehatanibu anak sekarang akan
Meningkatnya menentukankualitas suatu bangsa di masa
kualitas kesehatan mendatang. Jadi sangatlah pentingupaya peningkatan kualitas
ibu & anak kesehatanibu dan anak yang tentunya bukan
hanya menjadi tanggung jawabpuskesmas saja, tapi merupakan
tanggungjawab semua elemenmasyarakat.

Strategi untuk mencapai Sasaran 1.4

Kebijakan umum Puskesmas adalahpeningkatan


upaya kesehatan ibu dan anakdengan melaksanakan
kevjasama lintas
program/lintas sektoral dan kemitraan dengan lembaga
swadaya masyarakat yangada serta dengan
pemberdayaanmasyarakat yang melibatkan semua
elemenyang ada di wilayah kerja Puskesmas Sluke.

Implementasi dari kebijakan tersebut adalah dengan melaksanakan upaya peningkatankesehatan ibu &
anak dengan peningkatan kerja sama dengan kader posyandu, perangkat desa, LSM dan sektor terkait
yang ada dengan mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat melalui elemen desa siaga di wilayah
kerja puskesmas.

Dengan program tersebut diharapkan akan terjadi peningkatan kualitas kesehatan ibu dan anak yang
akhirnya akan ikut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
.


"Kualitas kesehatan anak sekarang adalahinvestasi
bangsa di masa yang akan datang”

Meningkatnya kualitas kesehatan ibu dan anak


2015 2016 2017 2018 2019
Persentase Cakupan kunjungan ibu hamil K4 95% 95% 95% 95% 95%
Persentase cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80% 80% 80% 80% 80%
Persentase cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga
90% 90% 90% 90% 90%
kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
Persentase cakupan pelayanan nifas 90% 90% 90% 90% 90%
Persentase cakupan neonates dengan komplikasi yang
80% 80% 80% 80% 80%
ditangani
Persentase cakupan kunjungab bayi 90% 90% 90% 90% 90%

Persentase cakupan kelurahan UCI 100% 100% 100% 100% 100%

Persentase cakupan pelayanan anak balita 90% 90% 90% 90% 90%
Persentase cakupan pemberian makanan pendamping ASI
100% 100% 100% 100% 100%
pada anak 6 – 24 bulan keluarga miskin
Persentase cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100% 100% 100% 100% 100%
Persentase cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan
100% 100% 100% 100% 100%
setingkat
Persentase cakupan peserta KB aktif 70% 70% 70% 70% 70%

Anggaran Belanja Indikatif (Rp 000,00)


PROGRAM 2015 2016 2017 2018 2019

Program pelayanan kesehatan ibu dan anak

Program pelayanan gizi masyarakat

Program pelayanan promosi kesehatan

Program pelayanan imunisasi

Program perawatan kesehatan masyakarat

Program UKS/UKGS

Rincian kegiatan utama kedua program tersebut beserta tolak ukur kinerja output yang akan
dicapai setiap tahun selama 5 tahun ke depan ( tahun 2015 – tahun 2019 ) disajikan dalam
lampiran 4 dokumen ini.

“Meningkatnya kualitas pelayanan yang berorentasi


pada kepuasan Pelanggan”
Puskesmas berkomitmen untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan secara berkelanjutan
yang memfokuskan pada peningkatan kepuasan pelanggan.Peningkatan kualitas pelayanan
menyeluruh secara berkelanjutan dapat memberikan jaminan kualitas kepada para pelanggan
yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemandirian dan akuntabilitas Puskesmas.

Pengukuran Kinerja Tujuan Kedua

TARGET KINERJA
Indikator Ultimate Outcomes 2015 – 2019
Indeks kepuasan pelanggan atas seluruh Meningkatnya indeks kepuasan pelanggan
pelayanan Puskesmas baik
internal maupun eksternal

Prosentase persyaratan pelanggan Meningkatnya prosentase persyaratan


Meningkatnya prosentase persyaratan pelanggan atas seluruh pelayanan puskesmas
pelanggan atas seluruh pelayanan puskesmas yang dapat dipenuhi
yang dapat dipenuhi

Semua komponen Puskesmas memiliki komitmen yang kuat untuk selalu meningkatkan
kualitas pelayanan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, kami menjabarkannya dalam
sasaran—sasaran sebagai berikut :
Sasaran 2. 1

Meningkatnya kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan


kesehatan perorangan dan kesehatanmasyarakat

Puskesmas selalu berusaha meingkatkan


SASARAN 1.3 kualitas pelayanan kepada pelanggannya baik
Meningkatnya kepuasan
pelayanan medis, penunjang medis dan
pelanggan terhadap kualitas
pelayanan kesehatan
administrative serta pelayanan kesehatan
perorangan dankesehatan masyarakat
masyarakat

Strategi untuk mencapai Sasaran 2.1


Kebijakan umum Puskesmas adalah puskesmas
mengembangkan program program yang berkaitan dengan
sistemmanajemen mutu serta mengimplemtasisystem
akreditasi

Implementasi dari kebijakan tersebut adalah dengan melaksanakan program pelayanan medis dan
pelayanan administrative serta pelayanan kesehatan masyarakat yang berorentasi kepada
kepuasan pelanggan
Dengan program tersebut diharapkan kepuasan pelanggan baik internal maupun eksternal
akanmeningkat.


"Kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu adalah
pelayanan kesehatan yang berorentasi pada kepuasan
pelanggan”

Meningkatnya kualitas pelayanan Puskesmas dalam bidang medis, penunjang medis, dan
administratif

TARGET KINERJA

INDIKATOR HASIL 2015 2016 2017 2018 2019


Meningkatnya indeks kepuasan pelanggan
75% 80% 85% 90% 90%

Meningkatnya prosentase persyaratan pelanggan atas


90% 92% 93% 94% 95%
seluruh pelayanan puskesmas yang dapat dipenuhi

Anggaran Belanja Indikatif ( Rp.000.00 ) dalam ribuan rupiah

PROGRAM 2015 2016 2017 2018 2019


Program pengembangan peningkatan
mutu

Rincian kegiatan utama dalam program-program tersebut beserta tolak ukur kinerja output
yang akan dicapai setiap tahun selama 5 tahun ke depan ( tahun 2015 – tahun 2019 ) disajikan
dalam lampiran 4 dokumen ini.

“Terwujudnya sistem manajemen mutu yang efektif,


efisien dan dapat dipetanggungjawabkan”
Kualitas pelayanan Puskesmas Randulawang sangat dipengaruhi oleh kompentensi dan
keterampilan kerja yang dimiliki SDM yang didukung oleh sistem informasi manajemen yang
handal dan pelayanan ketatatusahaan yang prima.Oleh karena itu pengelolaan samber daya
secara efektif sagat penting dalam mewujudkan seluruh tujuan yang telah ditetapkan dan
secara berkelanjutan pada akhirnya dapat meningkatkan kemandirian dan akuntabilitas
Puskesmas. Oleh karena itu Puskesmas Randulawang berkomitmen penuh demi terwujudnya
sistem manajemen mutu yang efektif, efisien dan dapat dipertanggungjawabkan dengan
mengadopsi sistem akreditasi

Pengukuran Kinerja Tujuan Ketiga

TARGET KINERJA
Indikator Ultimate Outcomes 2016 – 2020
Tercapainya kinerja puskesmas yang optimal Meningkatnya sumber daya puskesmas untuk
mencapai kinerja optimal dari tahun ke tahun
Terwujudnya sisteam informasi kesehatan Meningkatnya keakuratan & kecepatan sistem
puskesmas yang handal infromasi kesehatan berbasis teknologi informasi

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, kami menjabarkannya dalam sasaran-sasaran

Sasaran 3.1
Meningkatnya kualitas manajemen mutu sumber daya manusia,
keuangan dan barang

Sasaran 3.2 Meningkatnya keakuratan & kecepatansistem


informasi kesehatan yang berbasis teknologi
Puskesmas berkotmitment untuk selalu
meningkatkan sumber daya internal karena
SASARAN 3.1
merupakan modal utama organisasi
Meningkatnya kualitas
manajemen mutu sumber daya
manusia, keuangan dan barang

Strategi untuk mencapai Sasaran 3.1

Kebijakan umum Puskesmas adalah Kebijakan


umum Puskesmas adalahmengembangkan kualitas SDM,
meningkatkan pendapatan dan saranaprasarana
Implementasi dari kebijakan tersebut adalah dengan melaksanakan program pengembangan
kapasitas sumber daya baik manusia, anggaran maupun barang.
Dengan program tersebut diharapkan kinerja pelayanan Puskesmas dapat memenuhi target yang telah
ditetapkan.


"Kualitas SDM yang Handal & Berkualitas adalah
kunci kesuksesan suatu organisasi”

Pengukuran Kinerja Untuk Sasaran 3.1


Menigkatnya Kualitas manajemen sumberdaya manusia, keuangan dan barang

TARGET KINERJA
INDIKATOR HASIL 2016 2017 2018 2019 2020
Realisasi pendapatan
(dalam jutaan rupiah )
Persentase pemenuhan
70 75 80 85 90
kompentensi pegawai
Persentase pemenuhan
pegawau sesuai 80 85 90 95 100
kebutuhan
Persentase pemenuhan
saranan prasarana 80 85 90 95 100
sesuai kebutuhan

Anggaran Belanja Indikatif ( Rp.000.00 ) dalam ribuan rupiah

PROGRAM 2016 2017 2018 2019 2020


Program pengembangan sistem
pelaporan capaian kenerja dan
ekuangan
Program peningkatan kapasitas sumber
daya aparatur
Program penigkatan sarana dan
prasarana aparatur

Rincian kegiatan utama dalam program tersebut beserta tolak ukur kinerja output yang akan
dicapai setiap tahun selama 5 tahun ke depan ( tahun 2015 – tahun 2019 ) disajikan dalam
lampiran 4 dokumen ini.
Puskesmas selalu berusaha meningkatkan
SASARAN 3.2 keakuratan & kecepatan sistem informasi
Meningkatnya keakuratan & kesehatan yang berbasis teknologi informasi
kecepatan sistem informasi
kesehatan yang berbasis
teknologi

Strategi untuk mencapai Sasaran 3.1

Kebijakan umum Puskesmas adalah berusaha untuk


selalu memenuhi kebutuhan sarana prasarana sistem
infromasi kesehatan yang handal untuk menghasilkan
infromasi yang akurat dan cepat

Implementasi dari kebijakan tersebut adalah dengan melaksanakan program sistem informasi
kesehatan yang handal yang berbasis teknologi informasi.
Dengan program tersebut diharapkan kinerja manajemen berjalan dengan baik.


"Informasi yang akurat dan cepat akan menghasilkan
keputusan yang tepat dan cepat”
Pengukuran Kinerja Untuk Sasaran 3.1
Menigkatnya Keakuratan & kecepatan sistem informasi kesehatan yang berbasis teknologi

TARGET KINERJA

INDIKATOR HASIL 2016 2017 2018 2019 2020


Persentase kebutuhan
ketatausahaan dapat 80 85 90 95 100
terpenuhi
Persentase penyampaian
92 94 96 98 100
laporan tepat waktuai

Anggaran Belanja Indikatif ( Rp.000.00 )

PROGRAM 2016 2017 2018 2019 2020


Pelayanan administrasi perkantoran
Pemeliharan sistem informasi
kesehatan

Rincian kegiatan utama dalam program tersebut beserta tolak ukur kinerja output yang akan
dicapai setiap tahun selama 5 tahun ke depan ( tahun 2015 – tahun 2019 ) disajikan dalam
lampiran 4 dokumen ini.
"Meningkatnya kernandirian dan peran serta
masyarakat dalam upaya kesehatan promotif,
preventif maupun kuratir
Di bidang kesehatan masyarakat, tugas puskesmas berikutnya adalah
bagaimana -lenjadikan masyarakat tidak hanya sebagai objek pembangunan tetapi
menjadikan masyarakat sebagai subjek pembangunan. Jadi dalam hal ini
menjadikan masyarakat sebagai pelaku. Oleh karena itu puskesmas berusaha
untuk selalu meningkatkan pengetahuan masyarakat yang pada akhirnya diharapkan
dapat meningkatkan kesadaran dan kemandirian untuk hidup sehat.

Pengukuran Kinerja Tujuan Keempat


TARGET KINERJA

Indikator Ultimate Outcomes 2015 – 2019


Persentase desa yang menerapkan PHBS Meningkatnya persentase desa yang menerapkan
PHBS
Presentase cakupan desa siaga aktif Meningkatnya presentase cakupan desa siaga aktif
Presentase cakupan kemadirian posyandu Meningkatnya presentase cakupan kemandirian
Posyandu

Presentasekualitas lingkungan yang sehat Meningkatnya kualitas lingkungan yang sehat


Presentasecakupan rumah/bangunanbebas jentik Meningkatnya presentase cakupan rumah/bangunan
bebas jentik
Presentasecakupan tempat umum yang sehat Meningkatnya presentase cakupan tempat umum
yang sehat

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, kami menjabarkannya dalam sasaran-sasaran sebagai


berikut :

Sasaran 4.1
Meningaktnya peran serta masyarakat dalam pemasyarakatan gaya hidup sehat melalui
penerapan PHBS.

Meningkatnya cakupan desa siaga aktif


Sasaran 4.3
Meningkatnya cakupan kemandirian posyandu
Sasaran 4.4
Meningkatnya kualitas lingkungan yang sehat
Sasaran 4.5
Meningkatnya cakupan rumah/bangunan bebas jentik

Sasaran 4.6
Meningkatnya cakupan tempat umum yang sehat
Untuk terciptanya masyarakat yang berperilaku hidup
SASARAN 4.1
bersih & sehat Puskesmas berkomitmen untuk selalu
Meningkatnya peran serta meningkatkan pengetahuan masyarakat dibidang
masyarakat dalam kesehatan serta mendorong peran serta masyarakat
pemasyarakatan ya hidup sehat dalam pemasyarakatan gaya hidup sehat
melalui penerapan PHBS
Strategi untuk mencapai Sasaran 4.1

Kebijakan umum Puskesmasadalah pengembangan


kegiatan promosi kesehatan yang berbasis pada kemandirian
masyarakat

Implementasi dari kebijakan tersebut adalah dengan melaksanakan kegiatan pengembangan


pemasyarakatan gaya hidup sehat dengan penerapan PHBS di tingkat keluarga dengan
mengedapankan peran serta aktif dan kemandirian masyarakat.
Denganprogram tersebut diharapkan masyarakat mau menjadikan PHBS sebagai gaya hidup
sehat sehari-hari di tingkat keluarga .


" Perilaku hidup yang sehat hanya dapat dicapai bila
masyarakat mempunyai pengetahuan di bidang
KESEHATAN YANG CUKUP DAN BENAR “

Pengukuran Kinerja Untuk Sasaran 4.1


Menigkatnya peran serta masyarakat dalam pemasyarakatan gaya hidup sehat memalui penerapan
PHBS
TARGET KINERJA

INDIKATOR HASIL 2016 2017 2018 2019 2020


Cakupan desa siaga aktif 60 75 80 80 80
Cakupan rumah tangga sehat 45 50 55 55 55
Persentase angka bebas jentik 85 87 90 90 90
Cakupan keluarga sadar gizi 80 82 83 83 83

Anggaran Belanja Indikatif


PROGRAM 2016 2017 2018 2019 2020
Program promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat
Program penyehatan lingkungan
masyarakat
Program pemberantasan penyakit
menular
Program perbaikan gizi masyarakat

Rincian kegiatan utama dalam program tersebut beserta tolak ukur kinerja output yang akan
dicapai setiap tahun selama 5 tahun ke depan ( tahun 2015 – tahun 2019 ) disajikan dalam
lampiran 4 dokumen ini.

Puskesmas berkomitmen untuk seralu meningkatkan

SASARAN 4.2 pengetahuan dan peran serta masyarakat dibidang kesehatan

Meningkatnya cakupan desa


siaga aktif

Strategi untuk mencapai Sasaran 4.2


Kebijakan umum Puskesmas adalah pengembangan
kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

Implementasi dari kebijakan tersebut adalah dengan melaksanakanprogram


pengembangan desa siaga

Denganprogram tersebut diharapkan masyarakat mengantisipasi berbagai penyakit dan


.
ancaman bencana serta mampu menolong dirinya sendiri


"DESA S1AGA ADALAH SALAH SATU BENTUK
IMPLEMENTASI DARI KEMANDIRIAN MASYARAKAT“

Pengukuran Kinerja Untuk Sasaran 4.2


Menigkatnya cakupan desa siaga aktif

TARGET KINERJA
INDIKATOR HASIL 2016 2017 2018 2019 2020
Cakupan desa siaga aktif 60 75 80 80 80
Cakupan rumah tangga sehat 45 50 55 55 55
Meningkatnya cakupan rumah/bangunan bebas
85 87 90 90 90
jentik
Meningkatnya Cakupan keluarga sadar gizi 80 82 83 83 83

Anggaran Belanja Indikatif

PROGRAM 2016 2017 2018 2019 2020


Program promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat
Program penyehatan lingkungan
Program pemberantasan penyakit
menular
Program perbaikan gizi masyarakat

Rincian kegiatan utama dalam program tersebut beserta tolak ukur kinerja output yang akan
dicapai setiap tahun selama 5 tahun ke depan ( tahun 2015 – tahun 2019 ) disajikan dalam
lampiran 4 dokumen ini.
Puskesmas berkomitmen untuk selalu meningkatkan
peran serta masyarakat dididang kesehatan dengan
SASARAN 4.3
mengoptimalkan peran dan fungsi posyandu dalam
Meningkatnya cakupan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat
kmandirian posyandu sebagai salah satu bentuk kemandirian masyarakat
di bidang kesehatan

Strategi untuk mencapai Sasaran 4.3

Kebijakan umum Puskesmas adalah pengembangan


kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

Implementasi dari kebijakan tersebut adalah dengan melaksanakanprogram


pengembangan revitalisasi posyandu dan pembinaan kader kesehatan Posyandu

Dengan program tersebut diharapkan posyandu menjadi ujung tombak upaya


.
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.


" KEMANDIRIAN POSYANDU ADALAH PINTU
UTAMA MENUJU PENINGKATAN DERAJAT
KESEHATAN MASYARAKAT“
Pengukuran Kinerja Untuk Sasaran 4.3
Menigkatnya cakupan Kemandirian Posyandu

TARGET KINERJA

INDIKATOR HASIL 2016 2017 2018 2019 2020


Cakupan desa siaga aktif 60 75 80 80 80
Cakupan Posyandu purnama-mandiri 40 43 45 45 45

Anggaran Belanja Indikatif

PROGRAM 2016 2017 2018 2019 2020


Program promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat
Program perbaikan gizi masyarakat

Rincian kegiatan utama dalam program tersebut beserta tolak ukur kinerja output yang akan
dicapai setiap tahun selama 5 tahun ke depan ( tahun 2015 – tahun 2019 ) disajikan dalam
lampiran 4 dokumen ini.
Salah satu faktor yang mempunyai pengaruh
besar terhadap peningkatan derajat kesehatan
SASARAN 4.4 masyarakat adalah faktor kualitas kesehatan
Meningkatnya Kualitas lingkungan (H.L. Bloom)

lingkungan yang sehat

Strategi untuk mencapai Sasaran 4.4

Kebijakan umum Puskesmas adalah pengembangan


kegiatan penyehatan lingkungan

Implementasi dari kebijakan tersebut adalah dengan melaksanakan program


peningkatan kualitas kesehatan lingkungan sehat

.
Dengan program tersebut diharapkan terjadi peningkatan kualitas lingkungan yang
sehat .ang diharapkan mampu membantu peningkatan kualitas lingkungan.


"kualitas lingkungan yang sehat merupakan faktor
yang dominan dalam upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat"

Pengukuran Kinerja Untuk Sasaran 4.3


Menigkatnya cakupan Lingkungan yang sehat

TARGET KINERJA

INDIKATOR HASIL 2016 2017 2018 2019 2020


Cakupan desa siaga aktif 60 75 80 80 80
Cakupan rumah tangga sehat 45 50 55 55 55
Persentase angka bebas jentik 85 87 90 90 90
Peningkatan cakupan tempat umum yang sehat 80 75 80 80 80

Anggaran Belanja Indikatif


PROGRAM 2016 2017 2018 2019 2020
Program promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat
Program pemberantasan penyakit
menular
Program penyehatan lingkungan

Rincian kegiatan utama dalam program tersebut beserta tolak ukur kinerja output yang akan
dicapai setiap tahun selama 5 tahun ke depan ( tahun 2015 – tahun 2019 ) disajikan dalam
lampiran 4 dokumen ini.

Dalam rangka untuk menurunkan angka


kejadian penyakit dernam berdarah salah satu
SASARAN 4.5 upaya yang harus dilakukan adalah dengan
Meningkatnya Cakupan rumah memastikan cakupan rumah bangunan bebas
jentik >95%
& bangunan bebas jentik

Strategi untuk mencapai Sasaran 4.5


Kebijakan umum Puskesmas adalah pengembangan
kegiatan pemberantasan penyakit menular & penyehatan
lingkungan

Implementasi dari kebijakan tersebut adalah dengan melaksanakan program


pemberantasan penyakit menular dengan kegiatan pemantauan jentik berkala &
program 3 M plus.

Dengan program tersebut diharapkan terjadi peningkatan peran serta masyarakat dalam
Pencega han& pemberantasan penyakit demam berdarah.
.

"PROMOTIF & PREVENTIF ADALAN


TINDAKAN CERDAS DALAM KEGIATAN
PENCEGAHAN & PEMBERANTASAN”

Pengukuran Kinerja Untuk Sasaran 4.4


Menigkatnya cakupan Rumah & Bangunan bebas jentik

TARGET KINERJA
INDIKATOR HASIL 2016 2017 2018 2019 2020
Cakupan desa siaga aktif
Cakupan rumah tangga sehat
Persentase angka bebas jentik

Anggaran Belanja Indikatif

PROGRAM 2016 2017 2018 2019 2020


Program promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat
Program pemberantasan penyakit
menular
Program penyehatan lingkungan

Rincian kegiatan utama dalam program tersebut beserta tolak ukur kinerja output yang akan
dicapai setiap tahun selama 5 tahun ke depan ( tahun 2015 – tahun 2019 ) disajikan dalam
lampiran 4 dokumen ini.
Tempat-tempat umum yang memenuhi syarat
kesehatan sangat menunjang keberhasilan
SASARAN 4.6 peningkatan derajat kesehatan masyarakat
Meningkatnya Cakupan tempat
umum yang sehat

Strategi untuk mencapai Sasaran 4.6

Kebijakan umum Puskesmas adalah pengembangan


kegiatan penyehatan lingkungan dan pemukiman

Implementasi dari kebijakan tersebut adalah dengan melaksanakan program


pengembangan penyehatan tempat-tempat umum

Dengan program tersebut diharapkan peran serta pengelola tempat-tempat umum


dalam menjaga kualitas kesehatan lingkungan tempat usahanya.
.

"LINGKUNGAN SEHAT ADALAH MODAL


UTAMA PENINGKATAN KUALITAS HIDUP
YANG SEHAT”

.
Pengukuran Kinerja Untuk Sasaran 4.6
Menigkatnya cakupan tempat umum yang sehat

TARGET KINERJA

INDIKATOR HASIL 2016 2017 2018 2019 2020


Cakupan desa siaga aktif 60 75 80 80 80
Cakupan rumah tangga sehat 45 50 55 55 55
Persentase angka bebas jentik 85 87 90 90 90

Anggaran Belanja Indikatif

PROGRAM 2016 2017 2018 2019 2020


Program promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat
Program pemberantasan penyakit
menular
Program penyehatan lingkungan

Rincian kegiatan utama dalam program tersebut beserta tolak ukur kinerja output yang akan
dicapai setiap tahun selama 5 tahun ke depan ( tahun 2015 – tahun 2019 ) disajikan dalam
lampiran 4 dokumen ini.
PROYEKSI Keungann

Dengan pelaksanaan Badan Layanan Umum, proyeksi keuangan Puskesmas dalam lima kedepan diharapkan
dapat menggambarkan suatu peningkatan yang cukup signifikan .
A. PROYEKSI PENDAPATAN

Pendapatan yang dikelola oleh Puskesmas sebagai sebuah Badan Layanan Umum terdiri dari:

1. Penerimaan dari jasa layanan,

2. Pinjaman baik dari dalam maupun luar negeri,

3. Hibah/Donasi/Kerjasama dengan mitra baik dari dalam maupun luar negeri,

4. Rupiah murni yang berasal dari Pemerintah Kabupaten Blora

1. Penerimaan dari jasa layanan

Penerimaan dari jasa layanan yang dikelola oleh Puskesmas terdiri atas tiga kelompok besar yaitu:

1. Penerimaan yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pelayanan medis.

2. Penerimaan yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pelayanan penunjang medis.

3. Penerimaan yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pelayanan lainnya.

Penerimaan dari jasa layanan tersebut akan kami kelola secara profesional sehingga dapat mendorong
peningkatan kualitas pelayanan diklat, pengembangan sesuai dengan standar pelayanan rninimum yang
telah ditetapkan dengan mengedepankan pengelolaan sumber daya yang ekonomis, efisien dan efektif sesuai
dengan praktek bisnis yang sehat.
2. Proyeksi Penerimaan dari Kegiatan Pelayanan Medis, Penunjang Medis
dan Penerimaan lainnya

Anggaran Pendapatan Indikatif ( Rp )

JENIS
2016 2017 2018 2019 2020
PENDAPATAN

Retribusi
Pelayanan
Subsidi
Operasional :
Rutin APBD II
BOK (Bantuan
Operasional
Kesehatan)

Gaji Pegawai

Kapitasi 8P)5

TOTAL

3. Proyeksi Pinjaman, Hibah/Donasi/Kerjasama dan Rupiah Murni (SOP)


Anggaran Pendapatan Indikatif ( Rp )

PROGRAM 2016 2017 2018 2019 2020


Pinjaman LN 0 0
Hibah/Donasi/Kerjasama 0 0 0 0 0
Rupiah Murni 0 0 0 0 0

4. Grafik Pertumbuhan Pendapatan


Melihat perkiraan sumber dana yang akan diterima, Puskesmas Randulawang mampu tumbuh dan
berkembang.

B. PROYEKSI BELANJA
Belanja sesuai dengan ketentuan dalam Standar Akuntansi Pemerintah (PP 24 Tahun 2005) terdiri
atas :
1. Belanja Operasi, dengan rincian belanja yang terdiri atas; Belanja Pegawai, Belanja
Barang, Bunga, Subsidi, Hibah, dan Bantuan Sosial.
2. Belanja Modal, dengan rincian belanja yang terdirl atas; Belanja Aset Tetap, dan Belanja Lainnya.
3. Belanja Lain-Lain/Tak Terduga.

Belanja yang diproyeksikan disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan Puskesmas


ke depan dengan mengedepankan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber
1. Belanja Operasional

Anggaran Belanja Indikatif (Rp. 000,00 )

PROGRAM 2016 2017 2018 2019 2020


Belanja Pegawai
Belanja Barang
Gaji PNS
Gaji PTT
Belanja BOK
Bunga 0 0
Subsidi 0 0
Hibah 0 0
Bantuan Sosial 0 0
Jumlah Belanja
Operasi
40

2. Belanja Modal
3. Belanja
Anggaran Lain-Lain/Tak
Belanja Indikatif (Rp.Terduga
000,00 )

PROGRAM 2016 2017 2018 2019 2020


Belanja 0 0 0 0 0
Modal/Penggadan
LCD Proyektor
Belanja Aset 0 0 0 0 0
lainnya
Jumlah Belanja 0 0 0 0 0
Modal
3. Belanja Lain-Lain/Tak Terduga

Anggaran Belanja Indikatif (Rp. 000,00 )

PROGRAM 2016 2017 2018 2019 2020


Jumlah Belanja 0 0 0 0 0
Lain-Lain/Tak
Terduga

C.PROYEKSI SURPLUS / DEFISIT


Belanja penentuan proyeksi pendapatan dan belanja di atas kami memproyeksikan besaran
surplus/deficit yang dpaat dihasilkan dari pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut :

Anggaran Belanja Indikatif (Rp. 000,00 )

PROGRAM 2016 2017 2018 2019 2020


surplus/deficit 1.172.152,2 996.765 661.173 456.831 258.291

PROSEDUR PELAKSANAAN PROGRAM


Dalam pelaksanaan program dan kegiatan dilaksanakan melalui prosedur / tahapan
1. Perencanaan
a. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan ( RUK )
1) Mengacu kepada permasalahan kesehatan yang ada
2) Berdasarakan pada hasil evaluasi / hasil capaian tahun yang lalu.
Disusun secara sistematis dengan berazaskan efesiensi, efektifitas dan kualitas hasil;
4) Disusun berdasarkan prioritas permasalahan

b. Penyusunan POA (Planing of Action) / RKA / DPA


1) RUK yang telah disusun setiap penanggung jawab program selanjutnya dibawa dalam lokakarya
mini Puskesmas untuk dilakukan pembahasan.
2) Menetapkan POA/RKA yang telah disusun berdasarkan Jenis Program / kegiatan, dengan
didalamnya mencakup uraian kegiatan, uraian belanja, waktu kegiatan serta besaran
anggaran.
3) Setelah DPA ditetapkan, penanggung jawab program membuat rencana pelaksanaan kegiatan
yang dijabarkan melalui POA / Rencana Bulanan.

2. Pelaksananaan
a. Pelaksanaan kegiatan masing — masing program berdasarkan dengan POA bulanan yang
disusun berdasarkan POA tahunan/DPA.
b. Pelaksana kegiatan membuat usulan penggunaan anggaran yang disertai dengan POA
bulanan
c. Setelah pelaksanaan kegiatan pelaksana kegiatan langsung melaporkan dan menyerahkan
bukti pelaksanaan kegiatan.

3. Monitoring dan evaluasi


Monitoring dan evaluasi bertujuan :
a. untuk melihat tingkat efektifitas dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan;
b. mengetahui permasalahan dan kendala yang terjadi serta menentukan langkah / solusi
penyelesaiannya
c. menjadi acuan dalam perencanaan program / kegiatan untuk periode yang akan datang.
PENANGGUNG JAWAB PROGRAM
No PROGRAM JABATAN NAMA PETUGAS
1 2 3 4
1 Obat dan perbekalan kesehatan Koordinator Farmasi Ninik Nur Endah
2 Pelayanan administrasi perkantoran Bagian Keuangan Siti Ariyatun
Pencegahan dan penanggulangan Koordinator P2M Sugino
3
penyakit menular
4 Pengembangan Lingkungan Sehat Koordinator Kesling Mujiono
5 Peningkatan disiplin aparatur Kasubag. Suyadi
Kepegawaian
Peningkatan kualitas sunber daya Koordinator UGD M Guntur
6 / Ranap
manusia bidang kesehatan
Peningkatan pelayanan kesehatan Koordinator KIA - Yety Fitriana
7 KB
Anak Balita
Peningkatan sarana dan prasarana Bagian Evaluasi Suyadi
8 &Perencanaan
aparatur
9 Perbaikan gizi masyarakat Koordinator Gizi Tutuk Sri Sunarti
Promosi kesehatan dan pemberdayaan Koordinator Promkes Mujiono
10
masyarakat

11 Upaya kesehatan masyarakat Koordinator Dr. Hartono


Pengobatan
PENUTUP

Rencana Strategis Bisnis Puskesmas Randulawang merupakan komitmen kinerja yang akan
dilaksanakan oleh Puskesmas Randulawang dan dijabarkan dalam bentuk Rencana Bisnis Anggaran
dan Penetapan Kinerja sebagai alat komitmen kepada Kepala Daerah.
Rencana Bisnis Anggaran dan Penetapan Kinerja yang merupakan turunan dari Rencana
Strategis Bisnis dengan target tahunan yang harus dilaksanakan dan dicapai oleh jajaran Puskesmas
dalam pelaksanaannya harus tetap memperhatikan tujuan kepuasan pelanggan karena dengan status
BLUD kita punya komitmen untuk mencapai kepuasan pelanggan demi untuk mempertahankan
customer loyality.
Hasil implementasi perencanaan tersebut akan dilakukan evaluasi kinerja internal dan akan
dilaporkan selain kepada Kepala Daerah juga kepada publik dalam bentuk Laporan Akuntabilitas
Kinerja sehingga seluruh pihak dapat mengakses akuntabilitas Puskesmas dengan mudah.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai