Klasifikasi Difteri Dan KDI
Klasifikasi Difteri Dan KDI
Klasifikasi Difteri Dan KDI
3. Difteri Fausial
Serangan penyakit terjadi secara terselubung, pada fase permulaan timbul
demam yang tidak tinggi (< 380C), sakit kepala, lesu dan sore throat. Harus
diingat bahwa sore throat bukanlah merupakan gejala utama, karena pada
beberapa kasus gejala ini tidak ditemukan. Membran terbentuk dalam waktu 1-2
hari, bergantung pada imunitas pasiennya. Pada keadaan imunitas yang tinggi
membran bisa tidak terbentuk sama sekali. Pada permulaan akan terbentuk
membran yang tipis berwarna abu-abu, mengenai salah satu atau kedua tonsil,
kemudian menebal dan bisa meluas sampai ke pilar, uvula, palatum mole, palatum
durum, laring dan trakea. Warnanya berubah menjadi abu-abu kehitaman, sukar
dilepaskan dari dasarnya, apabila terkelupas akan menimbulkan perdarahan. Pada
pemeriksaan terlihat daerah hiperemis yang dikelilingi oleh membran dengan bau
yang karakteristik. Ditemukan juga perbesaran kelenjar getah bening leher yang
besarnya bervariasi. Pada keadaan berat (difteri hipertoksisk, malignant), terlihat
anak irritable, pucat, mulut terbuka, tidak mau makan dan minum, pembesaran
KGB leher, periadenitis, pembengkakakn soft tissue daerah leher menyerupai
leher sapi jantan (bullneck), nadi cepat, tekanan darah menurun, refleks tendon
melemah, paralisis palatum, nafas cepat dan dangkal, sianosis, dan berakhir
kematian karena terjadi kegagalan jantung.
4. Difteri Laring
Umumnya merupakan penyebaran / penjalaran dari difteri fausial, akan
tetapi pada keadaan yang tidak begitu sering bisa ditemukan hanya difteri laring
saja. Membran bisa menyebar ke bawah mengenai bronkus. Gejala-gejala yang
ditimbulkan oleh toksin tidak menonjol. Pada permulaan timbul batuk-batuk
kering, suara parau/suara hidung, dan stridor inspirasi. Pada keadaan lebih lanjut,
bisa terjadi obstruksi saluran napas, akan terlihat retraksi suprasternal dan
supraklavikular, asfiksia, dan sianosis.
5. Difteri Kulit
Merupakan keadaan yang sangat jarang terjadi, biasanya kelainan
berbentuk ulkus yang mempunyai tepi berbatas tegas dengan dasar membranous. (
Tjokronegoro, 1996)
DAFTAR PUSTAKA
Tjokronegoro, Arjatmo. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. FKUI :
Jakarta
KEDOKTERAN ISLAM
QS. AS-SYUARA: 80
“ dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku”
Makna : Jangan pernah berpaling pada Allah, percayalah bahwa Allah lah yang
Maha menyembuhkan dan dokter hanyalah perantara
QS AL-INSAN : 29
“Sesungguhnya (ayat-ayat) ini adalah suatu peringatan, maka barangsiapa
menghendaki (kebaikan bagi dirinya) niscaya dia mengambil jalan kepada
Tuhannya.”
Makna : Bila terjadi suatu penyakit yang mewabah contohnya pada kasus ini yaitu
difteri maka cobalah untuk instropeksi diri terkait dosa-dosa apa yang sering
dilakukan bisa jadi penyakit tersebut merupakan peringatan dari Allah agar kita
segera untuk bertaubat.