Anda di halaman 1dari 10

NASKAH PUBLIKASI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF (NYHA III)

DENGAN FOKUS STUDI PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN

DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

KTI

Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir

Pada Program Studi D III Keperawatan Semarang

Oleh:

DHINAR BINUGRAHENI

NIM P1337420115022

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2018
Asuhan Keperawatan pada Klien Gagal Jantung Kongestif (NYHA III) dengan Fokus
Studi Pemenuhan Kebutuhan Oksigen
Di RSUD Tugurejo Semarang

A Nursing Care to Client with NYHA III Congestive Heart Failure Focusing Study on
Fulfillment of Oxygen Needs at RSUD Tugurejo Semarang

Dhinar Binugraheni1)
S. Eko Ch. Purnomo, S.Kp., M.Kes.2), Mugi Hartoyo, MN.2)
1) Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang
2) Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang
Email: Binugdhinaarr@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang, gagal jantung kongestif merupakan kondisi dimana jantung tidak
mampu memompakan darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan
oksigen dan nutrisi. Sesak napas, nyeri dada, kelelahan, dan ketidaknyamanan fisik adalah
gejala awal akibat kondisi tersebut. Sesak napas terjadi pada saat klien melakukan aktivitas
ringan dan berkurang saat klien istirahat, sesak napas merupakan bentuk kompensasi tubuh
untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Tujuan, untuk mendiskripsikan asuhan keperawatan
pada dua klien gagal jantung kongestif NYHA III dengan fokus studi pemenuhan kebutuhan
oksigen di RSUD Tugurejo Semarang. Metode, desain penelitian ini adalah studi kasus,
dengan metode penulisan deskriptif. Subjek, dua klien yang memenuhi kriteria inklusi yaitu
klien dengan gagal jantung kongestif NYHA III, mengalami masalah pemenuhan kebutuhan
oksigen. Tempat, penelitian dilakukan di Ruang Dahlia 2 RSUD Tugurejo Semarang.
Instrumen yang digunakan adalah tabel pengkajian oksigenasi dan lembar observasi.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan studi
dokumentasi. Hasil, menunjukkan bahwa pemberian terapi oksigen dan pengaturan posisi
Fowler dan posisi tiga titik mampu meningkatkan status oksigenasi klien. Simpulan,
pemberian terapi oksigen dan pengaturan posisi mampu menurunkan frekuensi pernapasan,
memaksimalkan ekspansi paru, dan meningkatkan status oksigenasi. Saran, tenaga
keperawatan memiliki keterampilan dan mampu berpikir kritis dalam pemenuhan kebutuhan
oksigen, keluarga memberi dukungan penuh terhadap klien.

Kata Kunci : Gagal jantung kongestif, kebutuhan oksigen, asuhan keperawatan


ABSTRACT
Background, congestive heart failure is a condition which the heart is unable to
maintain adequate circulation of blood in the tissues of the body to complete nutrients and
oxygen. Dyspnea, chest pain, and physical discomfort are early symptoms that result from
this condition. Dyspnea occurs when clients perform light activity and decrease when the
client breaks, dyspnea is a form of body compensation to meet the needs of oxygen.
Objectives, to describe the nursing care in two clients with NYHA III congestive heart
failure focusing study on fulfillment of oxygen needs at RSUD Tugurejo
Semarang.Methods, the research design is a case study, with descriptive writing methods.
Subject, two clients who met the inclusion criteria of clients with NYHA III congestive heart
failure and had problems on meeting oxygen needs. Place, this study was done in Dahlia 2
RSUD Tugurejo Semarang. The instruments used are oxygenation assessment tables and
obervation sheets. Data collection was done by interview, observation, physical examination,
and documentation study. Result, shows that oxygen therapy, Fowler positioning and
positioning of three points were able to improve client oxygenation status. Conclusion,
giving oxygen therapy and positioning can decrease respiratory frequency, maximize lung
expansion, and increase oxygen status. Suggestion, nursing personnel have the skills and
think critically in the fulfillment of oxygen needs, the family gives full support to the client.

Keywords: Congestive heart failure, oxygen needs, nursing care

PENDAHULUAN pendahuluan yang dilakukan di RSUD


Congestive Heart Failure (CHF) Tugurejo Semarang, jumlah pasien gagal
atau sering disebut dengan gagal jantung jantung kongestif mengalami
kongestif adalah suatu keadaan patologis peningkatan pada tahun 2015 sebanyak
dimana jantung mengalami kegagalan 193 pasien, tahun 2016 menjadi 288
dalam memompa darah guna mencukupi pasien dengan angka kematian sebanyak
kebutuhan jaringan dan sel-sel tubuh 122 pasien (Rekam Medis RSUD
akan nutrien dan oksigen secara adekuat Tugurejo, 2017).
atau hanya dapat memenuhi kebutuhan Gagal jantung kongestif
jaringan dengan meningkatkan tekanan menimbulkan berbagai gejala klinis
pengisian (McPhee & Ganong, 2010; diantaranya dispnea, ortopnea,
Udjianti, 2011; Brunner & Suddarth, pernapasan Cheyne-Stokes, Paroxymal
2015). Nocturnal Dyspnea (PND), asites, piting
Menurut World Health edema, berat badan meningkat (Udjianti,
Organization (WHO) (2013), 17,3 juta 2011). Sesak napas disebabkan karena
orang meninggal akibat gangguan ventrikel kiri gagal dalam memompa
kardiovaskular pada tahun 2008 dan lebih darah yang datang dari paru sehingga
dari 23 juta orang akan meninggal setiap menyebabkan penimbunan cairan dalam
tahun dengan gangguan kadiovaskular. paru terutama di alveoli yang
Menurut Riset Kesehatan Dasar (2007 & menyebabkan masalah gangguan
2013), penyakit gagal jantung di pertukaran gas (Aspiani, 2016).
Indonesia sebanyak 0,9 % berdasarkan Penimbunan cairan yang tidak segera
riwayat penyakit, 12,5% berdasarkan diatasi menyebabkan cairan tertahan di
diagnosis dokter. Provinsi Jawa Tengah paru dan menimbulkan masalah
menempati peringkat ke 3 berdasarkan ketidakefektifan bersihan jalan napas
diagnosis/gejala, Menurut Profil (Padila, 2012), selain itu sesak napas
Kesehatan Kota Semarang (2014 & yang terjadi dapat juga disebabkan oleh
2015), penyakit gagal jantung sebanyak hepatomegali, splenomegali yang apabila
1956 kasus pada tahun 2014, mengalami proses ini berkembang maka tekanan
peningkatan pada tahun 2015 sebanyak dalam pembuluh portal meningkat
2094 kasus. Berdasarkan studi sehingga cairan terdorong keluar rongga
abdomen, pengumpulan cairan dalam menjadi abu-abu, tangan klien menjadi
rongga abdomen ini dapat menyebabkan dingin dan basah, denyut nadi melemah
tekanan pada diafragma dan distres dan cepat dan vena leher menegang
pernapasan, menyebabkan masalah (Brunner & Suddarth, 2015). Kekurangan
keperawatan ketidakefektifan pola napas oksigen juga akan menyebabkan
(Padila, 2012; Brunner & Suddarth, kecemasan dan ketakutan yang
2015). berlebihan, emosi yang muncul ini akan
Terjadinya gejala sesak napas membuat kondisi semakin sulit karena
dijadikan sebagai batasan oleh New York klien mengalami perasaan akan
Heart Association (NYHA) untuk menjelang ajal setiap kali merasa sesak
membuat klasifikasi fungsional gagal napas dan pengetahuan bahwa
jantung. Menurut NYHA, klien gagal jantungnya tidak berfungsi dengan baik
jantung kelas II-IV akan merasakan (Brunner & Suddarth, 2015).
keluhan sesak napas pada saat Pemenuhan kebutuhan oksigen
beraktivitas fisik biasa atau sehari-hari ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
(Morton, Fontaine, Hudak, dan Gallo, oksigen tubuh, mengatasi hipoksia,
2016). Pada klien gagal jantung kongestif meringankan sesak napas, dan
NYHA III akan mengalami sesak napas memudahkan pertukaran oksigen dan
saat melakukan aktivitas fisik ringan atau karbondioksida, hal ini dapat dilakukan
aktivitas sehari-hari dan berkurang saat dengan pemberian terapi oksigen baik
klien istirahat, gejala ini merupakan yang melalui nasal kanul maupun masker
paling sering dirasakan oleh klien di (Keresztes & Wcisel 2009; Hidayat,
rumah sakit (Padila,2012; Wijaya, Putri, Uliyah, 2015), mengatur posisi semi
2013). Fowler atau setengah duduk untuk
Menurut Melanie (2011), klien mendorong isi perut kebawah dan
gagal jantung kongestif NYHA III akan mengurangi tekanan dinding thorak pada
mengalami sesak napas berat saat paru-paru sehingga ekspansi maksimal
berbaring di tempat tidur karena aliran (Nurlaela, 2017). Untuk meringankan
balik ke jantung yang cepat. Kelanjutan ortopneu (sesak napas saat berbaring)
dari sesak napas (dispnea) pada gagal klien dapat didudukkan di sisi tempat
jantung adalah ortopnea yaitu kesulitan tidur dengan kedua kaki disokong kursi,
bernapas saat berbaring, ortopnea yang kepala dan lengan diletakkan di meja
terjadi pada malam hari yang tempat tidur dan vertebra lumbosakral
menyebabkan klien terbangun tiba-tiba disokong dengan bantal atau disebut
karena sesak napas pendek dan hebat posisi tiga titik (Keresztes & Wcisel,
disebut Paroxymal Nocturnal Dyspnea 2009; Brunner & Suddarth, 2015),
(PND) (Fachrunnisa, Nurchayati & mengatur posisi tirah baring yang ideal
Arnelicwati, 2015). yaitu kepala tempat tidur harus dinaikkan
Masalah sesak napas merupakan 45 derajat untuk mengurangi kesulitan
bentuk kompensasi tubuh untuk bernapas atau dengan posisi duduk dan
memenuhi kebutuhan oksigen termasuk tangan bersandar pada bantal untuk
di dalamnya kebutuhan miokard akan mencegah kelelahan bahu (Mutaqqin,
oksigen, apabila tidak terpenuhi 2009).
menyebabkan iskemi miokard yang Menurut penelitian Julie (2008)
akhirnya dapat timbul beban miokard dalam Melanie (2011) yang berjudul The
yang tinggi dan serangan jantung yang Effect of Positioning Cardiac Output
berulang (Wijaya & Putri, 2013). Measurement, menyebutkan bahwa
Kebutuhan oksigen adalah kebutuhan posisi kepala dielevasikan dengan tempat
dasar manusia yang digunakan untuk tidur kurang lebih 45 derajat akan
kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan curah jantung sehingga
mempertahankan hidup dan aktivitas sesak napas berkurang yang pada
berbagai organ sel (Hidayat & Uliyah, akhirnya akan berpengaruh terhadap
2015), kekurangan oksigen dalam tubuh perubahan tanda-tanda vital terutama laju
disebut hipoksia yang ditandai dengan respirasi klien. Selama ini di rumah sakit
kuku menjadi kebiruan, warna kulit perawat tidak sering berinteraksi dengan
klien, asuhan keperawatan yang observer dan memperdalam respon
dilakukan harus memprioritaskan responden dengan bercakap-cakap
kepentingan klien dengan memperbanyak berhadapan muka dengan orang tersebut
kehadiran perawat di samping klien, klien (face to face), artinya peneliti merupakan
harus sering diberi informasi yang mudah bagian dari kelompok yang ditelitinya
dan ringkas mengenai apa yang telah Sampel dalam penelitian ini
dilakukan untuk merawat penyakitnya adalah pasien rawat inap di RSUD
dan bagaimana dia harus berespon Tugurejo Semarang, dengan jumlah
terhadap gejala yang dialami dalam hal sampel sebanyak 2 pasien Ruang Dahlia
ini adalah sesak napas (Brunner & 2. Dalam penelitian ini menggunakan
Suddarth, 2015). teknik sampling. Teknik sampling yang
Berdasarkan latar belakang di digunakan dalam penelitian ini adalah
atas, penulis tertarik untuk melakukan random dengan sampel yang memenuhi
studi kasus “Asuhan Keperawatan pada kriteria inklusi sebagai berikut : klien
Klien Gagal Jantung Kongestif (NYHA usia 45-67 tahun, didiagnosa oleh dokter
III) dengan Fokus Studi Pemenuhan menderita gagal jantung kongestif
Kebutuhan Oksigen”. NYHA III, mengalami masalah
pemenuhan kebutuhan oksigen, mampu
TUJUAN berkomunikasi dengan baik dan bersedia
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjadi responden.
untuk mendiskripsikan pengkajian, Penelitian ini dilakukan pada
diagnosa, intervensi, implementasi, dan bulan Maret 2018 di RSUD Tugurejo
evaluasi asuhan keperawatan pada klien Semarang. Dalam penelitian ini peneliti
gagal jantung kongestif (NYHA III) mengambil pasien di ruang anak sebagai
dengan fokus studi pemenuhan populasi. Sedangkan sampel dalam
kebutuhan oksigen, membandingkan penelitian ini yaitu 2 pasien gagal jantung
asuhan keperawatan pada dua klien gagal kongestif NYHA III di ruang penyakit
jantung kongestif (NYHA III) dengan dalam, dimana penelitian ini dilakukan di
fokus studi pemenuhan kebutuhan ruang Dahlia2 di RSUD Tugurejo
oksigen. Semarang

MANFAAT HASIL DAN PEMBAHASAN


Manfaat dari penelitian ini bagi Kedua klien didiagnosa Gagal
pelayanan keperawatan yaitu untuk Jantung Kongestif NYHA III dengan
menjadi referensi tentang perkembangan persamaan kondisi pada keduanya yaitu
ilmu keperawatan, terutama dalam klien sesak napas, gelisah, frekuensi
memberikan Asuhan Keperawatan pada pernapasan klien pertama 30x/menit
Klien Gagal Jantung Kongestif (NYHA sedangkan klien kedua 28x/menit, sulit
III) dengan Fokus Studi Pemenuhan bernapas dalam posisi berbaring
Kebutuhan Oksigen dan meningkatkan (ortopnea), hipoksia, menggunakan otot
kualitas asuhan keperawatan. Sebagai bantu pernapasan tambahan, terdengar
motivasi dan pemberi informasi yang suara napas tambahan ronkhi,
tepat tentang pemenuhan kebutuhan pemeriksaan diagnostik menunjukkan
oksigen bagi klien gagal jantung NYHA kardiomegali. Dari hasil asuhan
III. keperawatan selama 3x24 jam klien
menunjukkan perubahan status
BAHAN DAN METODE oksigenasi yang cukup baik, hal ini dapat
Penelitian yang digunakan dalam dilihat dari penurunan frekuensi
karya tulis ilmiah ini adalah studi kasus pernapasan pada klien pertama menjadi
yaitu menggunakan pendekatan observasi 23x/menit sedangkan klien kedua
partisipatif dan wawancara, dimana 22x/menit setelah diberikan terapi
peneliti melakukan observasi yang oksigen dan pengaturan posisi. Pada
melibatkan peneliti atau observer secara klien pertama menggunakan Non
langsung dalam kegiatan pengamatan di Rebreathing Mask (NRM) 6L/menit
lapangan. Jadi, peneliti bertindak sebagai sedangkan klien kedua menggunakan
nasal kanul 6L/menit, perbedaan jika nilai hb rendah maka
penggunakan oksigen dikarenakan dari mengindikasikan kekurangan oksigen
hasil analisa gas darah klien pertama dalam tubuh. Terapi obat yang
menunjukkan hasil CO2 dalam darah menunjang dalam memenuhi kebutuhan
tinggi yaitu 62 mmHg sehingga diberikan oksigen kedua klien adalah obat isosorbid
NRM sedangkan klien kedua tidak dinitrat yang diberikan melalui
menunjukkan indikasi diberikan dengan sublingual, merupakan golongan obat
NRM. anti angina, bekerja dengan merelaksasi
Selain pemberian terapi oksigen pembuluh darah ke jantung sehingga
klien juga diberikan pengaturan posisi suplai darah dan oksigen ke jantung
untuk memaksimalkan ekspansi paru meningkat dan mengurangi nyeri dada,
sehingga kebutuhan oksigen terpenuhi, kedua klien juga mendapat terapi
pada klien pertama menunjukkan tingkat nebulizer untuk mengeluarkan sekret
kenyamanan saat diberikan posisi yang tertahan.
condong ke depan sambil memeluk Evaluasi dari proses keperawatan
bantal atau disebut posisi tiga titik, klien pemenuhan kebutuhan oksigen teratasi
kedua nyaman dengan posisi Fowler, dengan kriteria hasil klien
perbedaan tingkat kenyamanan mengungkapkan tidak sesak napas, tidak
disebabkan perbedaan kondisi gagal gelisah, tidak ada sianosis, PaO2 dalam
jantung dimana kegagalan jantung klien batas normal, pH dalam batas normal,
pertama lebih parah dibanding klien saturasi O2 dalam batas normal, tetapi
kedua yang ditunjukkan dengan ada masalah pada kedua klien yang
penurunan nilai fraksi ejeksi yaitu 39% belum teratasi yaitu hasil pemeriksaan
dari nilai normal 50% sehingga klien analisa gas darah dan laboratorium darah.
pertama akan menunjukkan upaya lebih Hasil laboratorium klien pertama yaitu
dalam memenuhi kebutuhan oksigen, PCO2 masih di atas normal, (PCO2
pada klien pertama juga ditemukan 47mmHg), klien mengatakan tidak sesak
adanya odem pulmonal. napas tetapi frekuensi pernapasan masih
Perbedaan kondisi keparahan 23x/menit pada klien pertama dan
gagal jantung dan hasil pengkajian pada 22x/menit pada klien kedua, menurut
kedua klien dapat disebabkan karena WHO normal RR bagi orang dewasa
berbagai faktor diantaranya perbedaan adalah 16-20 x/ menit. Hasil analisa gas
usia dimana klien pertama lebih tua darah terakhir klien pertama didapatkan
dibandingkan klien kedua, semakin hasil Ph 7.40 PCO2 47 mmHg (normal
bertambah usia maka fungsi organ tubuh 35-45 mmHg), PO2 96 mmHg (normal
juga semakin menurun dalam 80-100 mmHg), HCO3 28.2 mmol/L
menjalankan fungsinya termasuk jantung, (normal HCO3 22-26 mmol/L) SO2 97%
faktor selanjutnya adalah riwayat normal (90-100%) . Hb : 9,5 g/dL TD :
menderita penyakit jantung dimana klien 160/80 mmHg, Nadi : 110 x/menit, RR :
pertama memiliki riwayat penyakit 23x/menit, Suhu : 36.50C. Sedangkan
jantung sudah tiga tahun sedangkan klien pada klien kedua Hb : 13.9 g/dL, TD :
kedua baru satu tahun. Faktor pola hidup 150/80 mmHg, RR: 22x/menit, Nadi :
seperti lama merokok juga berpengaruh 100 x/menit, Suhu : 37OC. Terdapat
dimana klien pertama merokok sudah 35 peningkatan Hb setelah diberikan tranfusi
tahun sedangkan klien kedua 20 tahun. darah dan terapi oksigen.
Faktor-faktor tersebut yang menyebabkan Selain evaluasi mengenai masalah
kondisi gagal jantung klien pertama lebih pemenuhan kebutuhan oksigen, evaluasi
parah dibandingkan klien kedua. juga diberikan kepada keluarga tentang
Selain tindakan berupa pemberian bagaimana dukungan keluarga dan
terapi oksigen dan pengaturan posisi, discharge planning atau perencanaan
terdapat terapi pemberian tranfusi PRC pulang yang sudah diberikan oleh
pada klien pertama dikarenakan hasil Hb perawat, keluarga memahami dan mampu
klien pertama 7.8 g/dL, hb adalah menjelaskan bagaimana tindakan atau
komponen darah yang berfungsi perawatan yang tepat saat klien sudah
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, diperbolehkan pulang ke rumah termasuk
bagaimana diet yang diberikan seperti ketika klien merasa sesak napas, dan
rendah garam dan lemak. Masalah ketika klien diperbolehkan pulang
teratasi sebagian. Lanjutkan intervensi keluarga dapat merawat dengan baik dan
monitor laju respirasi klien, pertahankan memberikan diet yang tepat sesuai
posisi tiga titik, Fowler, dan latih napas dengan program perencanaan pulang
dalam, auskultasi bunyi napas, lanjutkan yang sudah diberikan oleh perawat.
terapi oksigen, berikan terapi nebulizer
dengan obat yang tepat, monitor laju DAFTAR PUSTAKA
respirasi dan tanda-tanda vital setelah
dilakukan tindakan keperawatan, dan Aaronson, P.I., & Jeremy, P.T.W.
lanjutkan pemberian tranfusi PRC pada (2007). At a glance sistem
klien pertama. kardiovaskuler. Jakarta: Erlangga.
Alimoenthe. (2011). Pengaruh transfusi
KESIMPULAN PRC dan WB terhadap kadar
Dari hasil proses keperawatan hemoglobin. Naskah Publikasi.
yang dilakukan pada dua klien gagal Semarang: Universitas
jantung kongestif NYHA III dapat Muhammadiyah Semarang.
disimpulkan masalah pemenuhan Asmadi. (2009). Teknik prosedural
kebutuhan oksigen pada dua klien teratasi keperawatan: konsep dan aplikasi
sebagian dan lanjutkan intervensi. kebutuhan dasar klien. Jakarta:
Intervensi yang dilanjukan yaitu monitor Salemba Medika.
laju respirasi klien, pertahankan posisi Aspiani, R.Y. (2016). Buku ajar asuhan
tiga titik, Fowler, dan latih napas dalam, keperawatan klien gangguan
auskultasi bunyi napas, lanjutkan terapi kardiovaskuler. Jakarta: EGC.
oksigen, berikan terapi nebulizer dengan Black, J.M., & Jane, H.H. (2009).
obat yang tepat, monitor laju respirasi Medical surgical nursing. Singapore
dan tanda-tanda vital setelah dilakukan : Elsevier.
tindakan keperawatan, dan lanjutkan Bulechek, G.M., Howard, K.B., Joanne,
pemberian tranfusi PRC pada klien M.D., & Cheryl M.W. (2013).
pertama. Nursing Interventions Classification
(NIC), 6th edition. Yogyakarta: CV.
Mocomedia.
SARAN Cahyana, N.H., Kaswidjanti, W., & Sari,
Bagi tenaga keperawatan diharapkan A.A.K. (2011). Sistem informasi
adanya peningkatan dalam memonitor berbasis web panduan diet bagi
pemberian terapi oksigen sesuai indikasi penderita penyakit jantung, jurnal
dan tingkat kenyamanan klien sebagai telematika volume 7 nomor 2,
bentuk tindakan kolaborasi perawat. Januari 2011:87-94. Yogyakarta:
Perawat juga diharapkan dapat UPN “Veteran” Yogyakarta.
menjalankan perannya sebagai advokator Dinas Kesehatan. (2013). Profil
atau pelindung klien jika terdapat hal-hal Kesehatan Jawa Tengah Tahun
yang tidak sesuai dengan hak-hak klien 2013. Semarang: Dinkes.
termasuk diantaranya program Dinas Kesehatan. (2014). Profil
pengobatan yang diterima. Tenaga Kesehatan Jawa Tengah Tahun
keperawatan diharapkan memiliki 2014. Semarang: Dinkes.
kemampuan dan keterampilan yang Dinas Kesehatan. (2015). Profil
memadai serta mampu berpikir kritis dan Kesehatan Jawa Tengah Tahun
rasional dalam pemenuhan kebutuhan 2015. Semarang: Dinkes.
oksigen klien. Keluarga Keluarga Dinas Kesehatan Kota Semarang. (2014).
diharapkan untuk selalu memberikan Profil Kesehatan Kota Semarang
dukungan secara penuh terhadap proses Tahun 2014. Semarang: Dinkes
pemenuhan kebutuhan oksigen pada Kota Semarang.
klien gagal jantung kongestif NYHA III, Dinas Kesehatan Kota Semarang. (2015).
selalu mendampingi dan membantu klien Profil Kesehatan Kota Semarang
dalam pengaturan posisi yang tepat
Tahun 2015. Semarang: Dinkes Kementerian Kesehatan RI. (2013).
Kota Semarang. Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun
Dinas Kesehatan Kota Semarang. (2016). 2013. Jakarta: Kemenkes.
Profil Kesehatan Kota Semarang Kozier, B., Erb, G., Berman, A., &
Tahun 2016. Semarang: Dinkes Snyder, S.J. (2004). Buku ajar
Kota Semarang. fundamental keperawatan konsep,
Fachrunnisa, Nurchayati, S., & proses, & praktik edisi 7 volume 1.
Arneliwati. (2015). Faktor-faktor Terjemahan oleh Pamilih Eko
yang berhubungan dengan kualitas Karyuni. 2016. Jakarta: EGC.
tidur pada pasien congestive heart Melanie, R. (2011). Analisis pengaruh
failure, sudut posisi tidur terhadap kualitas
https://media.neliti.com/media/publi tidur dan tanda-tanda vital pada
cations/186070-ID-faktor-faktor- pasien gagal jantung di ruang rawat
yang-berhubungan-dengan-ku.pdf, intensif rsup dr hasan sadikin
diakses pada tanggal 30 Oktober bandung volume 2 nomor 2.
2017. http://stikesayani.ac.id/publikasi/ejo
Hasanah, L. (2013). Analisis praktik urnal/filesx/2012/201208/201208-
klinik keperawatan kesehatan 008.pdf, diunduh pada tanggal 30
masyarakat perkotaan pada pasien Oktober 2017.
dengan gangguan kardiovaskuler: Moorhead, S., Marion, J., Meriden,
congestive heart failure, di ruang L.M., & Elizabeth, S. (2013).
rawat kardiovaskuler, lantai 6 zona Nursing Outcomes Classification
b, rs dr. Cipto mangunkusumo, (NOC), 5th edition, Pengukuran
tahun 2013. Naskah Publikasi. Outcomes Kesehatan. Yogyakarta:
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan, CV. Mocomedia.
Program Profesi Ners Universitas Morton, P.G., Dorrie, F., Carolyn, M., &
Indonesia. Barbara, M.G. (2016). Keperawatan
Herdman, T.H., & Shigemi, K. (2015). kritis pendekatan asuhan holistik.
NANDA International Diagnosis Terjemahan oleh Fruriolina Ariani,
Keperawatan Definisi & Klasifikasi. Alfrina Hanny, & Esty
Jakarta: EGC. Wahyuningsih. 2016. Jakarta: EGC.
Hidayat, A.A., & Masrifatul, U. (2015).
Pengantar kebutuan dasar manusia. Muttaqin, A. (2009). Buku ajar asuhan
Jakarta: Salemba Medika. keperawatan klien dengan
Irawan, D.S. (2009). Pengaruh gangguan sistem kardiovaskuler
kebiasaan merokok terhadap daya dan hematologi. Jakarta: Salemba
tahan jantung paru.Naskah Medika.
Publikasi.. Surakarta: Fakultas Ilmu Nurlaela, E.S. (2017). Upaya
Kesehatan Universitas penatalaksanaan pola nafas tidak
Muhammadiyah Surakarta. efektif pada pasien congestive heart
Kasron. (2012). Kelainanan penyakit failure. Naskah Publikasi.
jantung pencegahan serta Surakarta: Program Studi D III
pengobatannya. Yogyakarta: Nuha Keperawatan, Fakultas Ilmu
Medika. Kesehatan Universitas
Kementerian Kesehatan RI. (2007). Muhammadiyah Surakarta.
Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun Padila. (2012). Buku ajar: keperawatan
2007. Jakarta: Kemenkes. medikal bedah. Yogyakarta: Nuha
Kementerian Kesehatan RI. (2010). Medika.
Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun Rachma, L.N. (2014). Patomekanisme
2010. Jakarta: Kemenkes. penyakit gagal jantung
Kementerian Kesehatan RI. (2011). kongestif.Naskah Publikasi. Malang:
Pedoman interpretasi data klinik. Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Jakarta: Kemenkes Maliki.
Smeltzer, S.C., & Brenda G.B. (2002).
Keperawatan medikal bedah
brunner & suddarth, edisi 8, vol 2. pemeriksaan oksimetri pada pasien
Terjemahan oleh Monica Ester. infark miokard akut (ima)
2015 Jakarta: EGC. http://download.portalgaruda.org/a
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian rticle.php?article=171589&val=42
Kuanitatif, Kualitatif, dn R&D. 6&title=TERAPI%20OKSIGEN%2
Bandung: Alfabeta. 0TERHADAP%20PERUBAHAN%2
Tarwoto & Wartonah. (2010). 0SATURASI%20OKSIGEN%20ME
Kebutuhan dasar manusia dan LALUI%20PEMERIKSAAN%20OK
proses keperawatan. Jakarta: SIMETRI%20PADA%20PASIEN%2
Salemba Medika. 0INFARK%20MIOKARD%20AKU
Udjianti, W.J. (2011). Keperawatan T%20(IMA) diakses pada tanggal 30
kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Desember 2017.
Medika. Wijaya, A.S., & Yessie, M. (2013).
Widiyanto, B., & Yamin, L.S. (2014). Keperawatan medikal bedah
Terapi oksigen terhadap perubahan (keperawatan dewasa). Yogyakarta:
saturasi oksigen melalui Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai