Keracunan Bahan Kimiaektasiopiatmakanan PDF
Keracunan Bahan Kimiaektasiopiatmakanan PDF
Dr Nadrizal, SpPD
PENDAHULUAN
Baik di luar negeri maupun di Indonesia jumlah
penderita keracunan, terutama akibat usaha bunuh
diri tampak meningkat terus.
Etiologi
• Dapat akut/kronik
• Dapat akibat bunuh diri,
pembunuhan,
kecelakaan
Gambaran Klinik
Tergantung pd jenis
bahan kimia
penyebab keracunan
Diagnosis
menggunakan sirup
Ipecac mengeluarkan
sebagian isi lambung jk
diberikan dg segera
setelah keracunan, tapi
menghambat kerja karbon
aktif, sekarang tdk dipakai
lagi
Indikasi: Jarang
Dapat mengabsorbsi
hampir semua jenis
obat & racun, kecuali
besi, lithium, Na, K,
sianida, mineral asam
& alkohol.
• Indikasi: sebagai pilihan utama pada keracunan
lewat lambung dan usus
• Kontra Indikasi:
Tidak boleh diberikan:
> pada pasien dg penurunan kesadaran /kejang
kec jk diberikan melalui NGT & jalan nafas hrs
dilindungi dg ETT
> pada pasien dg obstruksi ileus atau intestinal
• Cara pemberian:
Berikan 60-100 mg oral. Pengulangan dosis
dapat dilakukan untuk meningkatkan absorbsi
racun.
( HD/Dialisis Peritoneal)
pada keracunan bahan
yang dapat didialisis
g. Mandi dan keramas
4.Antidotum
• Hanya kurang dari 10% bahan kimia yang mempunyai
antidotumnya.
• Beberapa contoh antidotum:
-Nallorphine untuk keracunan morphine.
-Atrophine sulfat untuk keracunan fosfat organik.
-Na-thiosulfate untuk keracunan sianida.
B.Pengobatan khusus
• Khusus untuk keracunan obat yang sudah
dapat dipastikan jenisnya.
KERACUNAN INSEKTISIDA FOSFAT
ORGANIK
Pendahuluan
• Nama lain (IFO):
-Insektisida organo fosfat atau
-Insektisida cholinesterase
inhibitor.
Pendahuluan
Ada 2 bentuk:
a. Asam kuat
b. Basa/alkali kuat
Etiologi
• Asam kuat; asam oksalat, asam
asetat glasial, asam sulfat/air
aki, HCl, asam format, asam
laktat.
• Basa Kuat: KOH, NaOH, NH4OH,
CaOH, K/Na karbonat, Na fosfat
Gambaran klinik:
• Segera setelah kontak, timbul rasa nyeri yang hebat
seperti terbakar sekitar mulut, faring, dan
abdomen.
• Kemudian muntah, diare, dan kolaps.
• Muntahan sering disertai darah segar.
• Dapat timbul gejala asfiksia akibat edema glottis.
• Adanya demam yang tinggi dapat disebabkan
timbulnya mediastinitis/peritonitis, perforasi
esofagus/ lambung.
Diagnosis:
• Sangat mudah, cukup dengan gambaran
klinis yang khas.
• Pemeriksaan Hb perlu bila timbul
hematemesis melena/syok.
Pengobatan:
a. KL, emesis dan katarsis merupakan kontra
indikasi.
b. Segera suruh minum air/ air susu sebanyak
mungkin.
c. Infus D5%, kalau perlu koloid / transfusi.
d. Kortikosteroid iv selama 4-7 hari, kemudian dosis
diturunkan 10-20 hari.
e. Antibiotika
f. Diet/ obat oral ditunda sampai dilakukan
pemeriksaan laringoskopi indirek /esofagoskopi.
g. Bila lesi ringan; diet oral segera dengan makanan cair,
steroid-antibiotika dipercepat penghentiannya. Bila
lesi luas; perlu sonde lambung atau penderita
dipuasakan dan diberi nutrisi parenteral total atau
konsul bedah untuk pemasangan sonde lewat
gastrostomi.
Clinical feature of hydrocarbon poisoning
Type Example Risk of Risk of Treatment
pneumona sistemikToxicity
High viscosity -Vaselin Low Low
Low viscosity -Motor oil
Non toxic -Furniture polish High Low -Observasi Pneumoni
-Mineral seal oil
-kerosene -Do not use emersi
-Lighter flow
-terpentin -Observasi Pneumoni
Low viscosity -Pure oil High variable -Do not use emersi if
Unknow less than 1-2 ml/ kg
systemic -comphor non sistemik
toxicity -phenol High High
Low viscosity Callorinusid
-Performe lavage
insectisida
know
Aromatik -give laxative
systemic
hidrokarbon, charcort
toxicity (benzene,
topluen, ethane)
KERACUNAN BAHAN HIPNOTIK SEDATIF
Pendahuluan
• Banyak obat-obat yang
dapat menimbulkan sedasi
dan hipnotis dengan cara
menekan SSP.
Etiologi
a.Gol. Barbiturat
b. Nonbarbiturat
c.Antiepilepsi
d. Antihistamin
e. Phenothiazine
f. Bromidum
g. Analgetika Narkotik
Gambaran Klinik
• Keluhan pertama adalah rasa ngantuk,
bingung, perasaan menurunnya
keseimbangan.
• Kemudian cepat diikuti dengan koma &
pernafasan pelan dan dangkal.
• Selanjutnya otot melemah, hipotensi, sianosis,
hipotermi, refleks-refleks hilang.
• Lama koma bervariasi antara 1-7 hari.
Diagnosis:
• Ditegakkan terutama atas dasar gambaran
klinik
Pengobatan:
a. Resusitasi
b. Eliminasi
-Penderita sadar; emesis, norit, laksans MgSO4.
-Koma ringan-sedang; kumbah lambung, kemudian
diuresis paksa selama 12 jam, bila ada keraguan
penyebab keracunan.
-Koma berat; kumbah lambung dengan pipa
endotrakeal berbalon untuk mencegah aspirasi ke
paru. Selanjutnya diuresis paksa netral/ alkali, atau
dialisis sampai penderita sadar.
• Antidotum:
Tidak ada antidotum spesifik.
Penyalahgunaan Obat :
Analisis laboratorium :
• Bahan: darah, urine, cairan lambung
• Amfetamin dalam urin bertahan 2 hari
• Kasus keracunan berat: periksa fungsi ginjal, gas darah,
elektrolit, sakar darah, urinalisis, EKG
Pengobatan
Prinsip pengobatan menghindari kontak/eliminasi
obat dengan cara :
Mencegah konsumsi obat tersebut
Beri norit / obat katarsis
Rangsang muntah bila kesadaran baik
Bilas lambung
Diuresis paksa (karena obat ini di ekskresikan ke
ginjal)
Pengobatan simtomatis : (ectasy)
• Ansietas : diazepam 0,05-0,1 mg/kgBB IV atau oral. Dapat
diulang 5-10 menit
• Agitasi/psikosis : haldol 5-19 mg iv. Dapat diulang 10-60
menit
• Hipertensi berat : beta blocker/vasodilator
• Takikardi supraventrikular dengan iskemia jantung : beta
blocker
• Iskemia miokard : morfin, nitrat
• Hipertermia : ruangan dingin
• Koagulopati : heparin
Perawatan intensif :
• Kasus berat dan kesadaran turun
OPIAT
• Umum digunakan untuk
mengatasi nyeri melalui
efek depresi pada otak
1. Penatalaksanaan kegawatan
2. Penilaian klinis
3. Dekontaminasi racun
4. Pemberian antidotum
5. Terapi suportif
6. Observasi dan konsultasi
7. rehabilitasi
1. Penatalaksanaan kegawatan :
Nilai tanda vital seperti jalan nafas, sirkulasi,
kesadaran
Tindakan resusitasi yang umum seperti: airways
(A), Breathing (B), Circulation (C)
2. Penilaian klinis :
Perhatikan adanya koma, kejang, henti jantung,
henti nafas dan syok
Anamnesis :
2. Penilaian klinis (LANJUTAN):
Pemeriksaan fisis :
Cari tanda atau kelainan fungsi otonom seperti
tekanan darah, nadi, pupil, keringat, air liur dan
peristaltic usus
Misal pada gejala simpatis (simpatomimetik) :
ditemukan delirium, paranoid, takikardi, hipertensi,
hiperpireksia, diaforesis, midriasis, aritmia dan
kejang
3. Dekontaminasi :
Kulit: untuk bahan yg cepat diserap melalui kulit
Sal. Cerna; agar bahan sedikit diabsorpsi biasanya
diberi arang aktif, pencahar, perangsang muntah dan
kumbah lambung
4. Pemberian antidot
Tidak semua keracunan ada penawarnya, apalagi
antidot belum tentu tersedia
Atasi sesuai dengan besar masalah
5. suportif, konsultasi dan rehabilitasi
Cost effectiveness disesuaikan dengan masing-masing
pelayanan kesehatan
Pengobatan :
Nalokson 0,4-2,0 mg. Dosis dapat diulang pada
keracunan yang berat dengan panduan klinis. Efek
sekitar 2-3 jam. Bila respon tidak ada setelah dosis
total 10 mg maka diagnosis intoksikasi opiat dikaji
ulang
Edema paru : nalokalion
Hipotensi : dopamine 2-5 ug/kgBB/menit
Jangan dimuntahkan bila intoksikasi oral
Kumbah lambung: segera setelah intoksikasi oral,
awasi jalan nafas
Kejang : diazepam iv 5-10 mg. Diulang bila perlu
PROTOKOL PENAGANAN OVERDOSIS OPIAT DI
UGD
I. Gejala klinis :
Penurunan kesadaran disertai salah satu dari :
Respirasi < 12 kali.menit
Pupil miosis (seringkali pin-pint)
Ada riwayat memakai morfin/heroin terdapat needle track sign
II. Tindakan :
A. Penanganan kegawatan :
Bebaskan jalan nafas
Beri O2 sesuai kebutuhan
IVFD NaCl 0,9% atau D5% emergensi
PROTOKOL PENAGANAN OVERDOSIS OPIAT DI
UGD
II. Tindakan (LANJUTAN):
B. Pemberian antidot nalokson :
Tanpa hipoventilasi: dosis awal 0,4 mg IV pelan atau
diencerkan
Dengan hipoventilasi dosis awal 1-2 mg IV
Bila tidak ada respon: beri nalokson 1-2 mg iv setiap
5-10 menit hingga timbul respon (perbaikan
kesadaran, depresi pernafasan hilang, dilatasi pupil)
atau telah mencapai dosis maksimal 10 mg
PROTOKOL PENANGANAN OVERDOSIS OPIAT DI
UGD
B. Pemberian antidot nalokson (lanjutan):
Efek nalokson berkurang setelah 20-40 menit;
sehingga pasien dapat jatuh ke dalam keadaan
overdosis kembali. Bila perlu drips nalokson satu
ampul dalam D5% 500 cc atau NaCl 0,9% diberikan
dalam 4-6 jam
Simpan sample urin, lakukan toraks foto
Puasakan ± 6 jam untuk menghindari aspirasi
Endotracheal tube (ETT) bila ; pernafasan tidak
adekuat, oksigenasi kurang walau ventilasi cukup,
hipoventilasi menetap setelah 3 jam
III. Dalam tindakan: perhatikan prinsip-prinsip
kewaspadaan universal karena tingginya angka
prevalensi hepatitis C dan HIV
IV. Bila diperlukan, dapat dipasang NGT untuk
mencegah aspirasi
V. Penderita dirawat dan dikonsultasikan ke Tim
Narkoba
PUTAU
Bubuk kristal putih yang sering
diperjualbelikan dalam
bungkusan kristal putih (white
Snow)
Dikalangan medis dikenal
sebagai heroin yang tergolong
opiat semisintetik dan turunan
morfin
OPIUM
Getah berwarna putih berasal dari
tanaman papaver somniferum
Bila dikeringkan seperti karet
berwarna coklat
Ditumbuk menjadi serbuk opium
Lama Waktu deteksi urine
beberapa jenis opiat
Jenis obat Waktu deteksi
Amfetamin 2 hari
Barbiturat 1 hari (Short acting)
3 mgg (long acting)
Benzodiazepin 3 hari
Kokain 2-4 hari
Kodein 2 hari
Heroin 1-2 hari
Methadone 3 hari
Morfin 2-5 hari
KERACUNAN MAKANAN
KERACUNAN JENGKOL
• Nama latin adalah Phitecolobium
lobatum
• Dalam jengkol terdapat asam
jengkol dianggap sebagai
penyebab keracunan.
Gejala:
1. Sakit perut disertai muntah, sakit pinggang,
nyeri BAK.
2. Sesudah air kemih keluar, benda putih dan
tetesan darah menyusul.
3. Mulut, nafas dan urin berbau jengkol.
4. Kesadaran umumnya tidak menurun.
5. Pemeriksaan laboratorium memerlukan urin
segar sebab kristal cepat hilang dalam urin
yang jadi alkalis.
Pengobatan
1. Jika ringan, dinasehati minum banyak, beri
natrium bikarbonat/soda.
2. Keracunan berat; penderita perlu dirawat.
3. Dikerjakan sistoskopi & kateterisasi ureter,
kateter setinggi mungkin untuk
mengeluarkan kristal yang menyumbat,
dilanjutkan dengan ureter dengan lar.
Natrium bikarbonat untuk melarutkan
kristal.
Pencegahan
• Melarang makan jengkol
• Mengolah jengkol jadi kerupuk, membakarnya
/ menanamnya.
KERACUNAN SINGKONG
• Akar maupun daun singkong
mengandung asam
hydrocyanate (HCN).
• Terjadi proses sbb; HCN
mengikat cytochrome oxydase
hingga terbentuk cytochrome
oxydase HCN compleks, dengan
akibat bahwa semua proses
oksidasi di jaringan tubuh
dihambat.
Gejala:
1. Timbul beberapa menit-jam setelah makan
singkong.
2. Timbul mual dan muntah, kadang diare. Penderita
sesak dan sianosis, apatis, lambat laun koma, syok.
Pengobatan:
1. Diusahakan penderita muntah & dilakukan KL.
2. Berikan suntikan Natrium thiosulfat 10 cc larutan
10 % iv.