Anda di halaman 1dari 2

Ikan gurami memiliki laju pertumbuhan yang relatif lambat.

Aplikasi hormon pertumbuhan


rekombinan (recombinant growth hormone, rGH) melalui pakan telah terbukti menghasilkan
peningkatan pertumbuhan. Secara umum, pemberian GH eksogen dapat meningkatkan
kapasitas metabolisme ikan gurami, khususnya metabolisme lemak serta optimasi sintesis dan
pemanfaatan protein untuk pertumbuhan pada ikan gurami. Penambahan nutrien non-protein
sebagai penghasil energi dapat menurunkan penggunaan protein sebagai sumber energi
(protein sparring effect) sehingga dapat meningkatkan fungsi protein dalam menunjang
pertumbuhan ikan. Penggunaan pakan dengan kadar protein yang rendah dapat mengurangi
harga pakan namun dapat menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi lambat sehingga waktu
produksi menjadi semakin lama. Kombinasi antara aplikasi rGH dan penggunaan pakan
berkadar protein yang berbeda yang diberikan pada benih ikan gurami diharapkan mampu
meningkatkan protein sparring effect. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efek pemberian
pakan dengan kadar protein berbeda yang diperkaya dengan rGH terhadap respons
pertumbuhan benih ikan gurami. Protein rGH yang telah disalut (coating) dengan kuning telur
dicampur dengan pakan berkadar protein berbeda (34%, 28%, dan 21%; isoenergi) dengan
dosis basah 3 mg/kg pakan, masing-masing perlakuan memiliki kontrol perlakuan pakan tanpa
penambahan rGH. Setiap perlakuan memiliki 3 ulangan. Ikan gurami (bobot tubuh 15,83±0,13 g)
diberi pakan mengandung rGH 2 kali seminggu, secara satiasi. Pemeliharaan ikan dilakukan
selama 42 hari di akuarium bervolume 100 liter, dengan padat tebar 10 ekor. Parameter yang
diuji meliputi pertambahan biomassa, laju pertumbuhan spesifik (LPS), dan rasio konversi pakan
(RKP); indeks hepatosomatik (IHS), retensi protein (RP) dan lemak (RL), ekskresi total amonia
nitrogen (TAN), kadar glukosa dan trigliserida darah; serta aktivitas enzim. Analisis data dengan
tabel sidik ragam dilakukan menggunakan software statistik SPSS 17.0. Penambahan rGH
berpengaruh nyata meningkatkan aktivitas enzim amilase, lipase, dan protease pada perlakuan
kadar protein pakan 21% (P<0,05); sedangkan pada perlakuan kadar protein pakan yang lainnya
(28% dan 34%) penambahan rGH tidak berpengaruh nyata (P>0,05). Perlakuan kadar protein
pakan menurunkan aktivitas enzim amilase, lipase, dan protease (P<0,05). Penambahan rGH
secara signifikan (P<0,05) meningkatkan kadar glukosa darah pada tiap perlakuan kadar protein
pakan, namun kadar protein tidak memberikan pengaruh terhadap kadar glukosa darah
(P>0,05). Kadar trigliserida darah pada semua perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05), kecuali
perlakuan pakan berprotein 21% tanpa penambahan rGH yang nilainya lebih rendah (P<0,05)
dari semua perlakuan. Sementara itu penambahan rGH meningkatkan kadar glikogen hati pada
perlakuan pakan berprotein 21% (P<0,05). Penambahan rGH menyebabkan terjadinya
peningkatan kadar glikogen otot pada perlakuan pakan berprotein 21% dan 28% (P<0,05),
sedangkan pada perlakuan pakan berprotein 34% pemberian rGH tidak berpengaruh nyata
(P>0,05). Nilai IHS berbanding terbalik dengan kadar protein pakan, sedangkan penambahan
rGH secara signifikan (P<0,05) meningkatkan nilai IHS pada setiap perlakuan kadar protein
pakan. Peningkatan kadar protein pakan menurunkan kadar glikogen hati dan otot. Nilai RP dan
RL pada tiap level protein pakan lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan masing-masing
kontrolnya, kecuali pada pakan berkadar 28% yang nilai RP dan RL tidak berbeda nyata
(P>0,05) dengan kontrolnya (pakan berprotein 28% tanpa rGH). Ekskresi TAN meningkat
dengan meningkatnya kadar protein pakan dan penambahan rGH secara signifikan (P<0,05)
menurunkan ekskresi TAN. Pertambahan biomassa tertinggi terjadi pada perlakuan pakan
berprotein 21% (214,88±12,31 g); yaitu 35,01% lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan kontrolnya
(159,17±13,92 g). Pertambahan biomassa terendah terjadi pada perlakuan pakan berprotein
34% (339,37±9,69 g); 16,90% lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan kontrolnya (290,33±14,93 g).
Pertambahan biomassa dan LPS tertinggi, dan RKP terendah diperoleh pada perlakuan pakan
berprotein 34% yang diperkaya rGH. Pertambahan biomassa, LPS, dan RKP pada perlakuan
pakan berprotein 28% dengan penambahan rGH menghasilkan nilai yang sama dengan pakan
berprotein 34% tanpa suplementasi rGH (P>0,05). Sebagai kesimpulan bahwa pemberian rGH
dengan dosis basah 3 mg/kg pada pakan berkadar protein berbeda mampu meningkatkan
pertumbuhan dan mengefisiensikan pemanfaatan protein pada benih ikan gurami.

Anda mungkin juga menyukai