Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MODUL I
PENCANAIAN
1. Koefisien Friksi
Perhitungan
∆ℎ = 𝜇2 𝑅
∆ℎ
𝜇 = √ 𝑅 ............................................................................................................. (1)
0,77
𝜇=√
52
𝜇 = 0,122
0,799
𝜇=√
52
𝜇 = 0,124
0,75
𝜇=√
52
𝜇 = 0,120
0,756
𝜇=√
52
𝜇 = 0,121
Analisis Perbedaan Nilai Koefisien Friksi
Nilai koefisien friksi material sangat bergantung pada kondisi permukaan dan
pelumasan proses. Permukaan yang semakin kasar dengan bidang sentuh yang
sempit-sempit dan tidak rata akan meningkatkan nilai koefisien friksi, sehingga
gaya gesek pada proses akan membesar. Permukaan yang halus dengan bidang
sentuh yang luas dan rata akan menurunkan nilai koefisien friksi. Penggunaan
pelumas berguna menurunkan nilai koefisien friksi dengan menambahkan
material perantara yang menghalangi gesekan kedua permukaan, sehingga
menurunkan nilai koefisien friksi.
Berdasarkan percoban diperoleh nilai koefisien friksi dengan urutan dari terkecil
sebagai berikut:
Analisis Cacat
Perhitungan
𝐹 = 2𝜇𝜎𝑦 𝑤√𝑅∆ℎ
2
𝐹 1
∆ℎ = (2𝜇𝜎 ) ..................................................................................................... (2)
𝑦 𝑤 𝑅
∆ℎ = 3,36 𝑚𝑚
∆ℎ = 19,75 𝑚𝑚
∆ℎ = 3,50 𝑚𝑚
∆ℎ
%𝑟𝑒𝑑 = 100%
ℎ0
Reduksi 20%
∆ℎ = 6,28 × 20%
ℎ0 − ℎ𝑓 = 1,256
ℎ𝑓 = 5,024𝑚𝑚
Reduksi 40%
∆ℎ = 6,28 × 40%
ℎ0 − ℎ𝑓 = 2,512
ℎ𝑓 = 3,768𝑚𝑚
Reduksi 30%
∆ℎ = 6,256 × 30%
ℎ0 − ℎ𝑓 = 1,876
ℎ𝑓 = 4,38𝑚𝑚
Reduksi 50%
∆ℎ = 6,29 × 50%
ℎ0 − ℎ𝑓 = 3,145
ℎ𝑓 = 3,145𝑚𝑚
Δℎ
Σ𝑝𝑎𝑠𝑠 = ∆ℎ %𝑟𝑒𝑑 ....................................................................................................... (4)
𝑚𝑎𝑘𝑠
Reduksi 20%
1,256
Σ𝑝𝑎𝑠𝑠 =
3,36
Σ𝑝𝑎𝑠𝑠 = 0,373
Reduksi 40%
2,512
Σ𝑝𝑎𝑠𝑠 =
3,36
Σ𝑝𝑎𝑠𝑠 = 0,746
Reduksi 30%
1,876
Σ𝑝𝑎𝑠𝑠 =
2,405
Σ𝑝𝑎𝑠𝑠 = 0,78
Reduksi 50%
3,145
Σ𝑝𝑎𝑠𝑠 =
1,92
Σ𝑝𝑎𝑠𝑠 = 1,63
Proses pencanaian dilakukan dengan membuka celah canai sesuai nilai yang telah
diperhitungkan. Perhitungan melibatkan perhitungan perbedaan tebal akhir yang
ingin dicapai, dibagi tebal reduksi maksimum yang dapat dihasilkan oleh mesih
canai.
Untuk reduksi 20%, 30% dan 40% diperoleh total pass dibutihkan berdasarkan
teori adalah < 1. Dimana hal ini menyebabkan celah canai dibuka sesuai dengan
ukuran tebal target akhir reduksi. Untuk reduksi 50% dimana jumlah pass
diperoleh >1, maka celah canai diset pada reduksi tebal maksimum yang dapat
dicapai mesin.
Logam yang telah dicanai pada setiap pass diukur ketebalan akhir. Ketebalan
akhir ini kemudian dibandingkan dengan celah canai terbuka. Perbandingan celah
terbuka dan tebal akhir material setiap pas ditunjukan pada tabel dibawah ini.
Urutan Tebal Celah Tebal
%reduksi springback
Pass Awal Terbuka Akhir
Dapat dilihat pada tabel bahwa celah canai dan tebal akhir logam mengalami
perbedaan dimana logam mengalami penebalan kembali pasca proses pencanaian
yang disebut fenomena springback. Springback disebabkan oleh pelepasan
tegangan sisa oleh material. Gaya gesek pada logam menghasilkan panas, panas
yang terakumulasi dalam logam akan melepaskan sedikit tegangan yang diberikan
ketika pencanaian. Pelepasan tegangan ini menyebabkan penebalan kembali pada
material.
Pada proses pencanaian, nilai kekuatan (yield strength/σy) merupakan nilai yang
penting pada parameter proses. Nilai ini menentukan gaya yang harus dicapai agar
material dapat terdeformasi plastis (tidak kembali kebentuk semula), sehingga
nilai σy menentukan persen reduksi yang dapat dicapai pada satu kali pass pada
material.
Semakin rendah σy maka semakin besar persen reduksi yang dapat dicapai satu
kali pass. Al 1xxx merupakan material yang lemah dengan nilai σy: 140 mPa.
Sehingga persen reduksi yang dapat dicapai satu kali pass akan semakin besar ∆h:
19,75mm. Al 5xxx memiliki kekuatan yang jauh lebih unggul, karena merupakan
aluminum paduan tinggi dengan σy: 340 mPa, sehingga ∆h dengan variable yang
sama hanya akan mencapai 3,36mm.
Analisis Cacat
Cacat tidak terbentuk pada hasil pencanaian. Dapat disimpulkan parameter uji
telah baik, dimana distribusi gaya pada canai telah seragam, dan posisi canai juga
telah terkalibrasi dengan baik.
3. Kesimpulan
Pencanaian melibatkan beberapa parameter proses seperti diameter canai, gaya gesek
antar canai dan logam kerja, serta logam yang ingin dicanai (nilai resistansi logam).
Diameter canai berpengaruh terhadap besar beban canai yang dapat diaplikasikan.
Pembebanan ini akan mempengaruhi nilai persen reduksi yang dapat dicapai setiap
kali pass pada proses.
Gaya gesek merupakan faktor penting yang harus dijagapada pencanaian. Gaya gesek
yang tinggi akan menurunkan persen reduksi yang dapat dihasilkan satu kali pass.
Namun gaya gesek juga diperlukan untuk mencengkram logam masuk kedalam canai,
dikarenakan proses yang tidak melibatkan penarikan. Gaya gesek yang terlalu kecil
akan menyebabkan logam sulit msauk, dan menyebabkan celah canai harus dibuka
lebih lebar.
Logam yang dicanai akan mempengaruhi proses. Setiap logam memiliki nilai
resistansi yang berbeda-beda. Nilai resistansi ini berkaitan dengan kemampuan logam
untuk menahan deformasi plastis, sehingga semakin tinggi akan mempersulit reduksi
ukuran pada proses.
4. Saran
5. Referensi
ONO
L/D = 140/104
ROLL 20 v=8 DATE: 12 April
R = 52 ∆hmax NOT GREASED
TONF MM/MIN 2019
= 15 w=10,9
MAX.
MODUL II
PENGUJIAN TARIK KHUSUS UNTUK LEMBARAN LOGAM
ANISOTROPI (r) DAN KOEFISIEN PENGERASAN RENGANGAN
(n)
Perhitungan
Perhitungan r
ln(𝑤𝑓 ⁄𝑤0 )
𝑟= ..................................................................................................... (5)
ln (𝑡𝑓 ⁄𝑡0 )
Perhitungan r Al 1XXX 0°
ln(11,62⁄12,4)
𝑟=
ln(0,54⁄0,73)
𝑟 = 0,215
Perhitungan r Al 1XXX 45°
ln(11,37⁄12,53)
𝑟=
ln(0,53⁄0,73)
𝑟 = 0,303
ravg menunjukan nilai koefisien anisotropi rata-rata pada ketiga arah (0°,45°,dan
90°). Semakin besar nilai tersebut, maka semakin tinggi nilai r maka semakin
besar regangan kearah y dan semakin kecil nilai regangan pada sumbu z. Sumbu
z merupakan wilayah tebal lembaran. Hal ini menyebabkan regangan lebih
banyak didistribusikan kearah luas dibandingkan kearah tebal, sehingga material
lebih tahan terhadap penipisan.
Aluminum seperti ditunjukan pada data pengujian memiliki nilai r avg yang jauh
lebih tinggi dari kuningan. Nilai ini menandakan aluminum lebih memiliki
ketahanan yang baik terhadap penipisan dibandingkan kuningan.
Prediksi Pengaruh Nilai ravg dan Δr yang didapat terhadap Drawability Material
ASTM E 646
1) Mengukur ketebalan awal daerah reduksi pada specimen 0.0005 in. (0.013
mm) dan lebar pada daerah reduksi 0.001 in. (0.025 mm).
2) Memasang spesimen di testing machine dengan mencengkram spesimen
dan pastikan kesejajaran axial dari specimen sesuai tertulis pada metoda
tes E8, lalu memasang ekstensometer untuk pengukuran regangan.
3) Untuk kecepatan pengujian sebagai berikut :
Beban dan regangan yang diukur secara akurat.
Kecepatan pengujian, didefinisikan sebagai laju separasi dari head
selama tes, laju free running crosshead, atau laju regangan yang
harus berada diantara 0.05 dan 0.50 in./in. (m/m) dari panjang
daerah reduksi per menit. Laju yang diatur tidak perlu diubah
selama interval regangan saat nilai n akan diuji.
Jika titik luluh, elongasi titik luluh, kekuatan luluh, atau kombinasi
lain dari nilai yang ingin didapatkan juga dan laju aplikasi
tegangan selama tes berlangsung harus pada rentang yang
tercantum pada metoda E8 .
4) Mencatat beban dan regangan minimal lima titik dengan rentang yang
sama untuk menandai daerah pentingnya. Biasanya, nilai terbesar dari
reganan ini terdapat pada sekitar daerah regangan pada tegangan
maksimum dan batas bawah dari nilai reganan ini berada pada reganan
luluh.
Menggunakan minimal 5 nilai tegangan dan regangan untuk
menghitung nilai n pada tiap interval regangannya.
Mencatat parameter lain seperti beban dan reganan yang diberikan
yang dapat dikalkulasi menjadi true stress dan true strain yang
setidaknya sama akurat dengan menggunakan perhitungan telah
dijelaskan pada metode tes.
Perhitungan
Keterangan:
𝑥 = log(𝜀)
𝑦 = log(𝜎)
Aluminum
Aluminum
2,7
2,65
2,6
2,55
2,5
2,45 y = 1,1127x + 2,5101
R² = 0,9979
2,4
2,35
2,3
2,25
-0,25 -0,2 -0,15 -0,1 -0,05 0 0,05 0,1 0,15
Kuningan
Kuningan
4,5
4
3,5
y = 2,8739x + 2,4274
3 R² = 0,9927
2,5
2
1,5
1
0,5
0
0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5 0,55
3. Kesimpulan
4. Saran
Pengujian sebaiknya dilakukan secara langsung agar data yang dihasilkan sesuai
dengan kondisi pengujian yang ada.
5. Referensi
Modul Praktikum Teknik Pengubahan Bentuk 2019
ASTM E 517. Standard Test Method for Plastic Strain Ratio for Sheet Metal
ASTM E 8. Standard Test Methods for Tension Testing of Metallic Materials
ASTM E 646. Tensile Strain-Hardening Exponents (n-Values) of Metallic
Sheet Metals
6. Lampiran
COEFFICIENT
SHIMADZU 2 v = 0.05- ASTM E 8
OF DATE: ID:
TONF 0.50 M/M ASTM E 517
ANISOTROPY
t0 w0 tf wf
NO MATERIAL DIRECTION R rave ∆r
(mm) (mm) (mm) (mm)
1 0 0.73 12.4 0.54 11.62 0.215 -
2 Al 1XXX 45 0.73 12.53 0.53 11.37 0.303 0.186 0.082
3 90 0.73 12.3 0.54 11.49 0.225
4 0 0.9 12.65 0.75 12.57 0.034
-
5 Kuningan 45 0.9 12.35 0.75 12.07 0.125 0.051
0.086
6 90 0.9 12.75 0.75 12.65 0.043
STRAIN
SHIMADZU 2 v = 0.05- ASTM E 8
HARDENING DATE: ID:
TONF 0.50 M/M ASTM E 646
EXPONENT
σ log ɛ log σ
NO MATERIAL F (MPa) e ɛ xy x2 n*
(MPa) (x) (y)
MODUL III
PENGUJIAN SIMULATIF SHEET METAL FORMING
𝐿𝐷𝐻𝐵𝑎𝑗𝑎 = 32,8𝑚𝑚
𝐿𝐷𝐻𝐴𝑙𝑢𝑚𝑖𝑛𝑢𝑚 = 11,8𝑚𝑚
𝐿𝐷𝐻𝐾𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = 19,9𝑚𝑚
Nilai LDH akan berbeda setiap material bergantung pada nilai koefisien
pengerasan regangan tiap material. Nilai LDH merupakan batas tinggi maksimum
dome dapat di-stretching sebelum kegagalan. Oleh karena itu, LDH akan berbeda-
beda tiap material.
2. Deep Drawing
Analisis Proses, Perhitungan Tekanan Blank, dan Perhitungan LDR
Deep drawing dilakukan dengan menggunakan lembaran logam yang terdiri dari
baja, kuningan, dan aluminum yang dibentuk melingkar dengan jangka.
Lembaran kemudian dipotong dengan pemotong logam hingga lembaran logam
melingkar terbentuk.
Tekanan Jepit
1
𝑃𝐵 = 𝜋(𝐷2 − 𝑑 2 )𝑃∗ .................................................................................. (14)
400
𝐷 2 0.5 𝑑
𝑃∗ = 0.25 [(𝑑 − 1) + ] 𝜎𝑈𝑇𝑆 ................................................................. (15)
100 𝑠
Kuningan
2
80 0.5(40)
𝑃∗ = 0.25 [( − 1) + ] 345
40 100(0.8)
𝑃 ∗ = 107.8125
1
𝑃𝐵 = (3.14)(802 − 402 )107.8125
400
𝑃𝐵 = 4.062,375
Aluminum
2
∗
41,9 0.5(40)
𝑃 = 0.25 [( − 1) + ] 345
40 100(0,8)
𝑃∗ = 56,25
1
𝑃𝐵 = (3.14)(41,92 − 402 )56,25
400
𝑃𝐵 = 2119,5
Baja
2
∗
45,7 0.5(40)
𝑃 = 0.25 [( − 1) + ] 345
40 100(0,8)
𝑃∗ = 159,37
1
𝑃𝐵 = (3.14)(45,72 − 402 )159,37
400
𝑃𝐵 = 6005,25
Tekanan blank dan LDR dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Kelompok Material Tekanan Blank LDR
12 Kuningan 4062.375 1.1025
11 Baja 6005.25 1.14375
10 Aluminium 2119.5 1.0475
Tekanan blank akan menghambat aliran material, sehingga semakin tinggi nilai
tekanan jepit maka akan menurunkan nilai LDR dari logam lembaran.
Drawability berpengaruh terhadap nilai r pada material.
Nilai Δr yang kecil menandakan nilai anisotropi yang lebih seragam pada seluruh
arah. Keseragaman ini akan sangat baik pada proses drawing, dikarenakan proses
yang melibatkan peregangan lembaran kesegala arah.
Analisis Cacat
Cacat tidak terbentuk pada hasil drawning. Dapat disimpulkan parameter uji telah
baik, dimana distribusi regangan dan tegangan pada pons telah seragam.
3. Forming Limit Diagram (FLD)
FLD diuji dengan menandai lembaran logam dengan lingkaran kecil berukuran
4mm pada 9 titik di pusat lingkaran. Lembaran logam kemudian di-stretching
hingga terjadi perobekan dengan menggunakan metode automatis. Regangan pada
lingkaran kemudian dihitung dengan mengukur perubahan panjang lingkaran
pada mayor dan minornya.
minor mayor
No.
strain strain
1 0,4 0,8
2 -0,5 0,7
3 0 0,3
4 -0,4 0,3
5 0 0
6 0,05 0,1
7 0,1 0,2
8 0,6 0,7
9 -0,6 0,3
FLD
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
-0,8 -0,6 -0,4 -0,2 0 0,2 0,4 0,6 0,8
Analisis Hasil FLD
FLD menunjukan hasil peregangan lingkaran dikedua sumbu, dimana peregangan
ini dapat memprediksi kondisi material lembaran saat di-stretching. Kondisi kurva
FLD berdasarkan literatur dijelaskan pada gambar di bawah ini.
Regangan pada sumbu dapat terdistribusikan baik secara merata ke kedua sumbu,
peregangan hanya/dominan pada sumbu mayor, atau peregangan pada sumbu
mayor diikuti penyempitan pada sumbu minor.
4. Kesimpulan
Proses pengubahan bentuk logam lembaran dapat dilakukan dengan dua cara utama,
yaitu deep drawing dan stretching. Proses penubahan bentuk ini dapat diprediksi
dengan dua pengujian yaitu simulatf dan non-simulatif. Pengujian dengan melakukan
proses secara langsung disebut pengujian simulatif.
Deep drawing merupakan proses penekanan lembaran pada blank dengan pons ratio
antara diameter blank dan diameter maksimum produk menggambarkan kemampuan
material untuk dilakukan proses deep drawing.
FLD atau Forming Limit Diagram menggambarkan distribusi regangan antara sumbu
minor dan mayor yang menggambarkan kemampuan material untuk di stretching.
5. Saran
Pengujian sebaiknya dilakukan dengan logam melingkar yang telah terpotong rapih,
sehingga dapat dibedakan dengan mudah apabila terjadi cacat. Pemotongan
lingkaran yang tidak rapih membuat cacat seperti earing tidak terlihat dengan jelas
6. Referensi
Modul Praktikum Teknik Pengubahan Bentuk 2019
Black, J., and Kohser, R, R. DeGarmo’s Materials and Process in
Manufacturing, 10th ed. John Wiley & Sons, Hoboken, New Jersey, 2008.
Flinn, R. A,. And Trojan, P.K. Engineering Materials and Their Applications,
5th ed. John Wiley & Sons, New York, 1995.
Kalpakjian, S., and Schamid S.R. Manufacturing Process for Engineering
Materials, 6th ed. Pearson Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey,
2010
7. Lampiran
MODUL IV
METALURGI SERBUK
1. Proses
Hot Isotactic Pressing (HIP) merupakan proses metalurgi serbuk yang memanfaatkan
tekanan istactic (segala arah) dan panas pada proses densifikasi serbuk (kompaksi)
sehingga menghasilkan material dengan densitas yang lebih tinggi dengan porositas
yang sedikit. Proses ini sangat unggul untuk memproduksi produk kecil dengan
kerumitan geometri/bentuk yang tinggi.
2. Aplikasi
Proses HIP memiliki sifat mekanik yang jauh lebih unggul dari prose metalurgi
serbuk lain. Hal ini disebabkan oleh proses kompaksi yang melibatkan panas dan
tekanan isotaktik yang menghasilkan densifikasi yang tinggi dengan porositas yang
minimal. Proses HIP juga menghasilkan produk dengan dimensi akhir yang sangat
mendekati produk jadi sehingga pengerjaan akhir produk dapat minimal.
Bahan baku yang digunakan adalah kaleng minuman penyegar cap B***k. Kaleng
minuman ini terbuat dari aluminum. Aluminum memiliki deep drawability yang cukup
baik. Aluminum bersifat ulet sehingga dapat diubah bentuk dengan mudah.
Pada lapisan tengah diberikan foam HDPE kemasan elektronik. Material ini memiliki
densitas yang tinggi (High Density Polyethylene) yang diberikan udara di lembaran
produknya sehingga densitas produk menurun. Namun kekuatan material ini cukup baik
dan sangat fleksibel. Sehingga material mudah dibentuk dan tidak mudah sobek.
Gabungan kedua material ini membuat aliran material tidak terdistribusi dengan baik antar
lapisan. Dikarenakan kekuatan antar-muka yang lemah, sehingga terjadi wringkling tidak
hanya di ujung tepian produk namun, juga di bagian muka produk. Hal ini mementuk
produk yang terlihat seperti bunga.
Pembuatan komposit laminar dibuat dengan menempelkan kedua lembaran kaleng diantara
lembaran plastik dengan menggunakan adhesive. Kekuatan adhesive sangatlah
berpengaruh terhadap proses, karena menetukan kekuatan antar-muka komposit yang
dibentuk.
Lembaran ini kemudian dipress menggunakan mesin pneumatik coldpress. Tekanan yang
diaplikasikan dan luas area penekanan merupakan parameter penting dalam proses.
Tekanan yang digunaka hingga 15kg, dan material dilapisi beban lebar untuk memeratakan
tekan ke seluruh permukaan material.
Pengubahan bentuk
5. Analisis Cacat
Terbentuk wrinkling pada produk dibagian ujung dan muka dalam produk. Wrinkling
disebabkan oleh pertemuan tegangan radial dari pons dan tegangan tangensial kompresif,
sehingga bagian ujung material mengkerut.
Pada produk terbentuk kerutan pada muka produk bagian dalam. Hal ini disebabkan oleh
aliran material yang terhalang lembaran HDPE, dimana tegangan tidak dapat ditransfer
dengan baik. Aliran material ini menyebabkan material mengerut.
6. Kesimpulan
Material kaleng dan plastik dapat dimanfaatkan untuk produk-produk sederhana, sehingga
meminimalisir sampah. Kekuatan antar-muka kedua material harus baik, agar aliran
material dapat ditransfer dengan baik, sehingga pengubahan bentuk dapat baik.
7. Saran
Adhesive yang digunakan sebaiknya benar-benar merata dan kuat untuk mentrasfer
tegangan yang diterima produk.
8. Referensi
Modul Praktikum Teknik Pengubahan Bentuk 2019
Black, J., and Kohser, R, R. DeGarmo’s Materials and Process in Manufacturing,
10th ed. John Wiley & Sons, Hoboken, New Jersey, 2008.
Flinn, R. A,. And Trojan, P.K. Engineering Materials and Their Applications, 5th
ed. John Wiley & Sons, New York, 1995.
Kalpakjian, S., and Schamid S.R. Manufacturing Process for Engineering Materials,
6th ed. Pearson Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey, 2010
9. Lampiran