Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Danau Paniai adalah sebuah danau yang terletak di Kabupaten


Paniai, Papua atau secara administratif terletak di distrik Paniai Timur. Danau
Paniai yang kesohor memiliki panorama alam yang rancak, alami, dan terawat
dengan baik. Keindahan Danau Paniai diakui oleh utusan dari 157 negara ketika
berlangsungnya Konferensi Danau Se-Dunia yang dihelat di India pada tanggal 30
November 2007.

Pada awalnya, Danau Paniai[1] beserta Danau Tigi dan Danau Tage
dinamakan Wisselmeren. Penamaan ini dinisbatkan kepada orang yang pertama
kali menemukan ketiga danau cantik tersebut pada tahun 1938, yaitu seorang pilot
berkebangsaan Belanda bernama Frits Julius Wissel. Pada saat itu, Frits
Wissel terbang melintasi pegunungan Pulau Irian dan melihat tiga danau yang
memiliki pemandangan yang indah. Karena terpesona dengan keindahannya,
Wissel memutuskan untuk mendarat dan menikmati eksotisme ketiga danau
tersebut dari dekat. Bahkan, pada masa kolonial Belanda, nama Wisselmeren
lebih populer ketimbang Paniai. Wisselmeren berasal dari bahasa Belanda yang
memiliki arti danau-danau Wissel.

Luas Danau Paniai yang mencapai 14.500 hektare memberi cukup ruang
kepada wisatawan untuk memilih lokasi yang sesuai dengan keinginannya ketika
berekreasi ke danau tersebut. Terdapatnya bebatuan dan pasir di tepian danau,
serta dikelilingi oleh tebing-tebing yang lumayan tinggi, menambah daya tarik
objek wisata andalan Kabupaten Paniai ini.

Sebagaimana sebagian besar topografi Kabupaten Paniai yang berada di


wilayah pegunungan dan perbukitan yang berhawa sejuk, Danau Paniai pun
terletak di daerah ketinggian, yaitu sekitar 1.700 meter di atas permukaan laut
(dpl). Meskipun demikian, Danau Paniai menyimpan aneka jenis ikan air tawar
dan udang. Ikan nila (oreochromis niloticus), ikan mujair (oreochromis
mossambicus), ikan mas/ikan karper (cyprinus carpio), ikan sembilan hitam, dan
2

ikan belut (synbranchus) adalah di antara jenis ikan yang dapat dijumpai di danau
ini. Sedangkan ikan pelangi (rainbow/melanotaenia ayamaruensis) merupakan
biota Danau Paniai yang sering dicari oleh para nelayan dan hobiis ikan hias
karena bernilai ekonomi tinggi. Bila beruntung, di Danau Paniai wisatawan dapat
melihat udang endemik Papua yang kini sudah mulai langka, yaitu udang
selingkuh (cherax albertisii). Dinamakan demikian karena udang tersebut
memiliki capit/jepit besar seperti halnya kepiting. Sampai saat ini, setiap orang
yang berkunjung ke Tanah Papua, terutama ke Kota Wamena, Ibu Kota
Kabupaten Jayawijaya, senantiasa mencari udang selingkuh sebagai menu untuk
bersantap.
3

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dibuat beberapa rumusan
masalah seperti:
1. Bagaimanakah klasifikasi ikan nila?
2. Bagaimana morfologi pada ikan nila?
3. Bagaimana anatomi pada ikan nila?
4. Bagaimana morfometrik dan meristik pada ikan nila ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah berdasarkan uraian rumusan masalah
di atas, yaitu:
1. Untuk mengetahui dan mempelajari klasifikasi dari ikan nila
2. Untuk mengetahui dan mempelajari morfologi pada ikan nila
3. Untuk mengetahui dan mempelajari anatomi ikan nila
4. Untuk mengetahui dan mempelajari morfometrik ikan nil
4

BAB II

HASIl DAN PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Ikan Nila


Introduksi ikan nila atau “serapia” (Oreochromis niloticus) di Danau
Paniai bertujuan untuk meningkatkan diversitas hasil tangkapan dan mengurangi
tekanan eksploitasi terhadap jenis ikan endemik. Pertumbuhan dan produksi ikan
nila yang cepat tanpa diiringi upaya pengelolaan akan mengancam keberlanjutan
ikan endemik di danau. Upaya pengelolaan sumberdaya ikan di suatu perairan
membutuhkan informasi dinamika populasi. Penelitian dinamika dan pengelolaan
populasi ikan nila dilakukan pada bulan Februari sampai Oktober 2016. Contoh
ikan dikumpulkan dari hasil tangkapan nelayan dengan menggunakan jaring
insang dengan berbagai ukuran mata jaring dan dari 4 (empat) enumerator pada
tujuh stasiun pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan populasi ikan nila di
Danau Paniai didominasi ukuran panjang individu antara 15-25 cm sebanyak
67,24%. Pola pertumbuhan ikan jantan dan betina adalah isometrik, panjang
maksimum rata-rata (L) adalah 37,28 cm dan koefisien pertumbuhan (K) adalah
0,50 per tahun. Mortalitas alami (M) dan mortalitas penangkapan (F) masing-
masing sebesar 0,99 dan 0,54 per tahun. Tingkat eksploitasi (E) diperoleh nilai
0,35 lebih kecil dari nilai optimum (E=0,5). Ukuran rata-rata ikan nila tertangkap
(Lc) adalah 20,55 cm lebih besar dari ukuran pertama matang gonad (Lm) sebesar
14,73 cm. Nilai Lc>Lm mengindikasikan sebagian besar populasi ikan nila di
Danau Paniai sempat melakukan pemijahan sehingga pemanfaatan lebih atau
sama dengan nilai optimum diharapkan dapat meningkatkan pemanfataan ikan
nila di Danau Paniai. Introduction of nile tilapia (Oreochromis niloticus) in Lake
Paniai known as “serapia” is aimed for improving the diversity of catches and
reducing the exploitation pressure on the endemic fish species. The rapid growth,
reproduction and production of nile tilapia without its management efforts is a
new threat to the sustainability of the existence and utilization of endemic fish
species in the lake. Management efforts of fish resources require population
dynamics information. Research on the dynamics and management of nile tilapia
populations was conducted from February to October 2016. Fish samples were
5

collected from fishermen catches using nets with various mesh sizes and from
four enumerators at seven observation stations. The results showed that the
population of nile tilapia in Lake Paniai was dominated by individual length
between 15-25 cm with frequency of 67,24%. The growth pattern of male and
female fish were isometric, the average maximum length (L) was 37.28 cm and
the growth coefficient (K) was 0.50 per year. Natural mortality (M) and fishing
mortality (F) were 0.99 and 0.54 per year respectively. Exploitation rate (E) of
0.35 was smaller than the optimum value (E=0.5). The average size of nile tilapia
captured (Lc) was 20.55 cm larger than the first size of gonad maturity (Lm) of
14.73 cm. The Lc value was higher than that the Lm value(Lc>Lm) indicating that
most of nile tilapia population in Lake Paniai has spawned so that increasing the
more or equal to the optimum value was expected to improve the of nile tilapia
fish in Lake Paniai.
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) termasuk jenis hewan vertebrata
yangseluruh badannya bersisik dan mempunyai gurat sisik. Ikan nila ini termasuk
dalam phylum chordata yang berarti hewan bertulang belakang. Bagian ikan nila
terdiridari caput (kepala), trunchus (badan), caudal (ekor), yang mana antara
trunchus dan caput tidak terdapat batas yang nyata. Tubuh ikan nila selalu dalam
kondisiberlendir, yang berfungsi untuk mempermudah gerakan dalam air.Adapun
klasifikasi ikan nila Oreochromis niloticus menurut Saanin (1984).
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Percomorphii
Famili : Cichlidan
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus.
2.2 Morfologi Ikan Nila
Morfologi dari ikan nila (Oreochromis niloticus), diantaranya sebagai
berikut :
 Ikan nila memiliki bentuk tubuh yang panjang dan pipih atau biasa disebut
dengan sebutan comprossed.
6

 Belahan mulutnya terdapat pada bagian depan kepalanya atau lebih


tepatnya berada pada bagian ujung hidungnya.
 Gigi kerongkongannya terdapat pada ujung mulut bagian dalamnya.
 Pada seluruh bagian tubuhnya diselimuti oleh sisik stenoid.
 Memiliki ukuran tubuh dengan perbandingan antara panjang dan tinggi
2:1.
 Tubuh ada yang berwarna kemerahan, kehitaman, atau keabuan, dengan
beberapa pita hitam belang yang makin mengabur pada ikan dewasa.
 Memiliki sirip punggung dengan 16-17 duri tajam dan 11-15 duri lunak
dan anl dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari.
 Bentuk sirip caudal yang homocercal.
 Terdapat operculum pada sirip dadanya.
 Insang ikan nila terdiri dari beberapa bagian seperti tulang lengkung
insang, tapis insang, dan lembaran daun insang.
2.3 Anatomi Ikan Nila
Organ-organ internal ikan ini meliputi jantung, alat-alat pencernaan,
gonad, kandung kemih, dan ginjal. Alat pencernaannya terdiri dari esophagus,
perut besar, usus halus, pankreas, dan hati. Organ-organ tersebut biasanya
diselubungi oleh jaringan pengikat yang halus dan lunak yang disebut
peritoneum. Peritoneum merupakan selaput (membran) yang tipis berwarna hitam
yang biasanya dibuang jika ikan sedang disiangi.
Sistem pencernaan Saluran pencernaan terdiri dari mulut, rongga mulut,
faring, esofagus, lambung, pilons, usus, rectum, dan anus. Sedangkan kelenjar
pencernaan terdiri dari hati dan pancreas yang berguna untuk menghasilkan enzim
pencernaan yang hasilnya akan bertugas membantu proses penghancuran
makanan. Bila ditinjau dari secara umum, sistem pencernaan pada hewan-hewan
vertebrata dibangun oleh pembuluh-pembuluh yang sifatnya sangat muskuler
yang dimulai dari bagian mulut sampai anus.
Sistem Ekskresi Sistem ekskresi pada ikan nila diantaranya ikan tidak
banyak minum, aktif menyerap ion organic melalui insang dan mengeluarkan urin
yang encer dalam jumlah yang besar. Sistem ekskresi melibatkan organ insang,
kulit dan ginjal yang berfungsi mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang
7

mengandung Nitrogen. Insang sebagai organ pernafasan ikan. Kulit sebagai organ
ekskresi karena mengandung kelenjar keringat yang mengeluarkan 5%, 10% dari
seluruh metaydisme.
Sistem Reproduksi Ikan nila umumnya memiliki gonad, terletak pada
bagian posterior rongga perut disebelah bawah ginjal. Nila berasal dari sungai nil,
secara alamiah dapat berkembang biak sepanjang tahun. Namun frekuensi
pemijahan, banyak terjadi pada musim penghujan. Ikan ini mudah berkembang
biak tanpa perlakuan khusus. Sebelum melangsungkan perkawinan, nila jantan
biasanya membuat kubangan berbentuk bulat di dasar perairan kolam.
2.4 Ciri Morfometrik Dan Meristik Ikan Nila
Untuk mengetahui ukuran dan jumlah tubuh pada suatu organisme dan
menghitung jumlah dari setiap karakter pada ikan tersebut, maka dapat dilakukan
dua metode atau cara pengukuran pada tubuh ikan yaitu pada morfometrik dan
meristik (Tjitrosoepomo, 1994).
Morfometrik adalah ukuran yang berhubungan dengan panjang, lebar, dan
tinggi dari tubuh atau bagian-bagian tubuh ikan. Misalnya panjang pada bagian
kepala, serta pada bagian lebar dan tinggi struktur atau bentuk pada ikan tersebut..
Sedangkan, meristik adalah ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu dari
tubuh ikan (counting methods) (Tjitrosoepomo, 1994). Bagian tubuh ikan yang
diukur berdasarkan ciri meristik yaitu jari-jari keras, jari-jari lunak, perumusan
sirip, jumlah sisik, jumlah sisik predorsal, jumlah sisik ventral, jumlah sisik linea
lateralis, jumlah sisik batang ekor, jumlah tapis insang dan jumlah finlet. Setiap
spesies ikan memiliki ukuran yang masing-masing berbeda disebabkan oleh umur,
jenis kelamin, tempat hidupnya serta faktor-faktor lingkungan sekitar seperti
makanan, suhu, pH, salinitas dan iklim. Ukuran yang diberikan untuk
diidentifikasi hanyalah ukuran mutlak (cm) dan ukuran perbandingan yang berupa
kisaran angka saja (Saanin, 1984).
Ukuran ikan menunjukan besar kecilnya ikan. Ikan dikatakan besar apabila
panjangnya lebih dari 10 cm, yang dimaksud panjang yang diukur dari ujung
mulut sampai dengan ujung ekor yang disebut ukuran panjang total ikan
(Wirjoatmodjo. 1993).
8

Ikan nila memiliki bentuk tubuh compress, 1 sirip dorsal, 1 pasang sirip
pectoral, 1 pasang sirip ventral, 1 sirip anal dan 1 sirip caudal. Ikan nila tidak
memiliki misai, dan ikan ini memiliki sisik ctenoid. Ikan nila bernafas dengan
menggunakan insang dan alat batu pernafasan seperti gelembung renang. Ikan ini
berkembangbiak secara ovipar atau bertelur.
Ikan nila yang di gunakan dalam penelitian ini memilliki berat 56 gram.
Berikut ini data morfometrik dari ikan nila yang di identifikasi. Morfometrik
Panjang (cm) TL 15 FL 13 SL 10 HL 4 SnL 2 OD 1 CPL 4 CPD 2 BD 2,5 DFL1
2,5 DFL2 - DFB1 6 DFB2 - PFL 5 VFL 3 AFL 3,5 AFB 1,5. Hal ini
menunjukkan bahwa ikan tersebut termasuk ke dalam ineterval dengan jumlah
individu terbanyak. Selain morfometrik ikan, dalam praktikum ini juga
mengidentifikasi meristic ikan. Berikut ini adalah data meristik ikan nila yang
telah kami identifikasi.
Data meristik Ikan nila yang telah di identifikasi memiliki satu sirip dorsal
yang terdiri dari jari-jari keras sebanyak 15 buah, jari-jari lunak mengeras 1 buah
dan 10 buah jari- jari lunak. Sepasang sirip pectoral terdiri dari 11 buah jari-jari
lunak. Sepasang sirip ventral terdiri dari 1 jari-jari keras,1 jari-jari lunak mengeras
dan 4 buah jari-jari lunak. Sirip anal terdiri dari 2 buah jari-jari keras, 2 buah jari-
jari lunak mengeras dan 8 jari-jari keras. Sirip caudal terdiri dari 1 jari-jari keras,
4 jari-jari lunak mengeras dan 20 jari-jari keras. Dan linea lateralis ikan nila
jumlahnya 22 buah. Linea lateralis adalah garis tengah pada tubuh ikan dari
operculum hingga ekor yang ditutupi sisik. Ikan nila memiliki dua linea lateralis.
Linea lateralis merupakan indera rangsang terhadap lingkungan, semakin banyak
sisik maka semakin peka pula ikan ini terhadap lingkungannya. Dorsal Keras XV
Lunak Mengeras i Lunal 10 Pectoral Keras - Lunak Mengeras - Lunak 11 Ventral
Keras I Lunak Mengeras i Lunak 4 Anal Keras II Lunak Mengeras i Keras 4
Caudal Keras - Lunak Mengeras vi Keras 15 Jumlah Linea Lateralis 22. Setelah
itu morfologi ikan nila, ikan nila tidak memiliki misai karena ikan ini mencari
makan di permukaan air. Bentuk tubuh ikan nila compressed. Bentuk mulut ikan
nila termasuk bentuk biasa dan letaknya terminal. Adapun bentuk sirip caudal
termasuk jenis homocercal dan bentuk sisiknya ctenoid. Otot ikan nila merupakan
jenis otot piscine. Otot ikan nila terdiri dari beberapa bagian seperti epaksial
9

(bagian atas), hipaksial (bagian bawah), muscular supervisialis, myomer,


myosetum dan septum skeletogeneus horizontal.
Pernafasan ikan nila menggunakan insang yang jumlahnya empat pasang,
dimana insang terluar berhubungan langsung dengan air sehingga ditutupi oleh
operculum. Ingsang terdiri dari beberapa bagian diantarnya filament branchial,
jaring branchial dan lengkung branchial. Selain insang ikan nila ini juga memiliki
gembung renang yang digunakan sebagai organ hidrostatik yaitu penyeimabang
ketika beranang dan digunakan untuk naik dan turun. Saat kelompok kami
melakukan pembedahan ikan, tidak ditemukan gelembung renang.
Kemungkinan hal ini terjadi karena ikan tersebut sudah lama mati. Alat
pencernaannya ikan nila terdiri dari gigi pharynx yang digunakan untuk
menghancurkan makanan, lambung palsu yang merupakan pelebaran dari usus
dan usus yang panjang karena ikan nila merupakan ikan herbivora. Alat
reproduksi ikan nila dinamakan gonad. Pada ikan jantan gonad berupa testis dan
berupa ovarium pada ikan betina.
10

BAB III
KESIMPULAN

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) termasuk jenis hewan vertebrata


yangseluruh badannya bersisik dan mempunyai gurat sisik. Ikan nila ini termasuk
dalam phylum chordata yang berarti hewan bertulang belakang. Bagian ikan nila
terdiridari caput (kepala), trunchus (badan), caudal (ekor), yang mana antara
trunchus dan caput tidak terdapat batas yang nyata. Tubuh ikan nila selalu dalam
kondisiberlendir, yang berfungsi untuk mempermudah gerakan dalam air.Adapun
klasifikasi ikan nila Oreochromis niloticus menurut Saanin (1984).

Danau Paniai adalah sebuah danau yang terletak di Kabupaten


Paniai, Papua atau secara administratif terletak di distrik Paniai Timur. Danau
Paniai yang kesohor memiliki panorama alam yang rancak, alami, dan terawat
dengan baik. Keindahan Danau Paniai diakui oleh utusan dari 157 negara ketika
berlangsungnya Konferensi Danau Se-Dunia yang dihelat di India pada tanggal 30
November 2007.
11

DAFTAR PUSTAKA

Adiansyah, V., Samuel, Ditya, Y.C., Mentari, R.D.P., Mersi., & Yeimo, M.
(2016). Karakteristik habitat, potensi dan biologi ikan di Danau Paniai
(p,162). Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum,
Palembang.

Amir, F., Mallawa, A., Musbir., & Zainuddin, M. (2013). Dinamika populasi ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan Laut Flores, Sulawesi Selatan
. Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan ke-
IV. Bandung, Jawa Barat. 8 p.

Bagenal, T.B. & Tesch, F.W. (1978). Age and Growth (p 365). In: methods for
assessment of fish production in freshwaters. IBP Handbook Unwin Bros Ltd.

De Vries, J. (1962). Review of inland fisheries in the Netherlands New Guinea.


South Pacific Commission Fisheries Technical Meeting Noumea, 5-13
February 1962. Restricted SPC/FTM/Tech.9. Department of Economic
Affairs, Hollandis, Netherlands New Guinea. 9 page.

Dr. Hj. Tuti Kurniawati, M.Pd, Bintari Yustiana, M.Si & Sumiyati Sa’adah, M.Si.
2012.Zoology vertebrata. HMPB painting, Bandung

Djumanto & Setyobudi, E. (2013). Kajian dinamika populasi ikan kepek


(Barbonymus collingwoodii) di Sungai Opak Yogyakarta. Prosiding Forum
Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan ke-IV. Bandung, Jawa
Barat. 12 p.

Effendie, M. I. (1979). Metoda biologi perikanan (p. 112). Penerbit Yayasan Dewi
Sri, Bogor.

Effendie, 2008.Biologi Umum. Gramedia: Surabaya.

FishBase. (2011). Growth parameters for Oreochromis niloticus. Diakses dari


http://www.fishbase.org., tanggal 20 Desember 2016.

Gayanillo Jr F.C., Sparre, P., & Pauly, D. (1995). The FAO-ICLARM stock
assessment tools (FISAT) User’s guide. FAO computerized information
series fisheries. ICLARM Contribution 1048. 126 pp.

Gulland, J.A. (1983). Fish stock assessment. A Manual of Basic Methods (p. 233).
John Willey & Sons. Chicester.

Hariati, T. (2011). Tingkat pemanfaatan ikan Layang abu-abu (Decapterus


macrosoma) dan Layang biru (Decapterus macarellus) dari perairan Kendari.
J.Lit.Perikan.Ind. 17(1): 31-40.
12

Holthuis, L.B. (1958). Freshwater crayfish in Netherlands New Guinea Mountain.


SPC quarterly Bulletin.April: 36-39.

Kartikasari, S.N., Marshall, A.J., & Beehler, B.M. (2012). Ekologi Papua (p. 981).
Yayasan Pustaka Obor Indonesia dan Conservation Internasional. Jakarta.

Kottelat, M., Whitten, J.A., Kartikasari, N., & Wiryoatmojo, S. (1993).


Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi (p. 221). Periplus
Edition and EMDI Project Indonesia, Jakarta.

Miao W., Silva S.D., & Davy, B. (eds.) (2010) Inland fisheries enhancement and
conservation in Asia. FAO Regional Office for Asia and the Pacific,
Bangkok, Thailand. RAP Publication 2010/22, 189 pp.

Mustakim, M., Sunarno, M.T.D., Affandi, R. & Kamal, M.M. (2009).


Pertumbuhan ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) di berbagai habitat di
lingkungan Danau Melintang, Kalimantan Timur. J.Lit.Perikan.Ind. 15(2):
113-121.

Noegroho, T. & Hidayat, T. (2013). Dinamika Populasi Ikan Tenggiri


(Scomberomorus commerson) di perairan Teluk Kwandang, Laut Sulawesi.
Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan ke-
IV. Bandung, Jawa Barat. 10 p.

Nurulludin & Sadhotomo, B. (2013). Karakteristik parameter populasi ikan kurisi


(Nemipterus japonicus, Bloch, 1791) di Laut Jawa (p. 1-11). Buku Status
Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di Perairan Laut Jawa. Kerjasama IPB Press,
Bogor dan BPPL-KKP, Jakarta. 270 p.

Rahardjo,. M. F. dkk. 2011.Iktiology. Lubuk Agung, Bandung.

Saanin H. 1984.Taksonomi dan kunci identifikasi ikan. Bina Cipta: Jakarta.

Suyanto, R. 2003.Nila. Penebar Swadaya: Jakarta.

Wikipedia.Ikan nila. https://id.wikipedia.org/wiki/Ikan_nila. Waktu akses 9-4-


2016
Z, Sutandar. 1992. Petunjuk Praktikum Ihtiologi. Sumedang: Universitas
Padjadjaran.

Anda mungkin juga menyukai