Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anggota gerak atas merupakan salah satu alat utama dalam melakukan

sebuah aktivitas. Tangan sebagai anggota gerak atas memiliki peran penting

dalam aktivitas sehari-hari. Namun aktivitas yang berlebihan pada tangan dan

pergelangan tangan jika berlangsung lama akan menimbulkan masalah.

Masalah tersebut bisa terjadi pada siapapun karena setiap manusia disepanjang

siklus hidupnya akan selalu menggunakan tangan dalam aktivitasnya

(Purwanti, 2011)
Cidera pada berbagai otot, tendon dan saraf pada tangan biasanya

disebabkan oleh aktivitas yang membutuhkan gerakan berulang-ulang. Salah

satunya mengetik atau menekan dan menggunakan mouse. Masalah yang

biasanya timbul yaitu rasa tidak nyaman, kebas, rasa pegal atau nyeri pada

pergelangan tangan maupun jari terutama bagian ibu jari, jari telunjuk maupun

jari tengah bahkan ditelapak tangan sehingga susah menggenggam dan

mengepalkan tangan ( Septiawati, 2013).


Perkembangan zaman yang semakin pesat utamanya dalam bidang

teknologi tidak dapat dipungkiri juga membuat cara penyampaian informasi

yang semula banyak menggunakan tulisan tangan beralih menggunakan

ketikan komputer. Perubahan ini mengharuskan seseorang untuk terampil

dalam mengetik. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya profesi yang berkaitan

dengan aktivitas mengetik, diantaranya; guru, mahasiswa/pelajar, karyawan

perusahaan, penulis ataupun pekerja industri lainnya (Rambe, 2004).

1
Aktivitas yang banyak menggunakan tangan dalam waktu yang lama

sering dihubungkan dengan terjadinya gangguan berupa carpal tunnel

syndrome. Gangguan ini berhubungan dengan pekerjaan yang menggunakan

kombinasi antara kekuatan dan pengulangan gerak yang lama pada jari tangan.

Dapat pula disebabkan kerena getaran atau fibrai atau kesalahan posisi yang

terjadi dalam jangka waktu yang lama salah satunya pada pekerja komputer

(Septiawati, 2013).
Dewasa ini, penggunaan komputer yang dirasakan cukup memberikan

banyak manfaat yang dapat membatu seseorang dalam menyelesaikan tugas

secara efektif dan efisien membuat sebagian orang rela menghabiskan waktu

berjam-jam di depan komputer. Dan dalam waktu berjam-jam pula seseorang

melakukan kesalahan dalam menggunakan papan kerik dan mouse yang akan

berakibat timbulnya carpal tunnel syndrome (Somaiah A, 2017).


Carpal tunnel syndrome merupakan salah satu penyakit yang telah

banyak diteliti dan didapatkan beberapa faktor utama yang dapat

menyebabkan carpal tunnel syndrome sebagai penyakit lingkungan kerja.

Faktor-faktor tersebut antara lain gerakan pergelangan tangan atau jari tangan

berulang, kontraksi yang kuat pada tendon, gerakan pergelangan tangan yang

menekuk ke atas/bawah yang ekstrem, gerakan tangan saat bekerja (gerakan

menjepit), kompresi mekanik dan getaran. Faktor pekerjaan juga merupakan

salah satu penyebab terjadinya carpal tunnel syndrome (Septiawati, 2013).


Carpal tunnel syndrome dilaporkan oleh badan-badan statistik

perburuhan di negara maju sebagai penyakit yang sering dijumpai di kalangan

pekerja – pekerja industri (Bugajska dkk, 2007). Laporan International

Labour Organization (ILO) menunjukkan bahwa carpal tunnel syndrome

2
hampir selalu ditemukan dalam setiap kasus penyakit akibat kerja di beberapa

negara. Bahkan di negara. Bahkan di negara Cina tahun 2010 terjadi

peningkatan jumlah kasus carpal tunnel syndrome akibat kerja sebesar kurang

lebih 30% dibandingkan tahun 2001 (ILO, 2013).


Berdasarkan penelitian didapatkan data sebagian besar pekerja yang

menggunakan komputer menghabiskan waktu untuk menggunakan mouse dan

keyboard komputer sekitar 30-80% dari seluruh pekerja di depan komputer,

dan hampir 80 ribu kasus cedera yang terjadi antara tahun 1994 sampai 2006

terkait penggunaan komputer harus dirawat di rumah sakit. (Dennerlein, 2006)


Sedangkan penelitian terbaru pada karyawan di sebuah perusahaan PT.

Angkasa Pura 1 yang dilakukan oleh Made Adi dkk (2016) mendapatkan hasil

bahwa sebagian besar karyawan pada perusahaan tersebut yaitu sebanyak

59,1% berisiko untuk terkena carpal tunnel syndrome, sedangkan pada

karyawan dengan tidak berisiko carpal tunnel syndrome sebanyak 40,9%.

Penilaian ini dilakukan dengan tes spesifik pada setiap karyawan yang

menggunakan komputer. Dengan melakukan tes spesifik yang bernama phalen

test (Made Adi dkk, 2016).


Dari latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang:

Hubungan Frekuensi Mengetik Dengan Angka Kejadian Carpal Tunnel

Syndrome Pada Karyawan Universitas Islam Al-Azhar Mataram Tahun 2018.


1.2 Perumusan Masalah
Apakah ada hubungan frekuensi mengetik dengan angka kejadian

Carpal tunnel syndrome pada karyawan Universitas Islam Al-Azhar Mataram

tahun 2018?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

3
Untuk mengetahui hubungan frekuensi mengetik dengan

angka kejadian Carpal tunnel syndrome pada karyawan Universitas

Islam Al-Azhar Mataram tahun 2018.


1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui prevalensi kasus Carpal tunnel syndrome

pada karyawan Universitas Islam Al-Azhar Mataram tahun

2018.
1.3.2.2 Untuk menguji konsistensi hasil penelitian sebelumnya

mengenai hubungan frekuensi mengetik dengan angka

kejadian Carpal tunnel syndrome pada karyawan Universitas

Islam Al-Azhar Mataram tahun 2018.


1.3.2.3 Untuk melengkapi kekurangan dengan penelitian sebelumnya

yang berhubungan dengan frekuensi mengetik dengan angka

kejadian Carpal tunnel syndrome pada karyawan Universitas

Islam Al-Azhar Mataram tahun 2018.


1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Responden
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

dengan responden agar mengetahui hubungan frekuensi mengetik

dengan angka kejadian Carpal tunnel syndrome pada karyawan

Universitas Islam Al-Azhar Mataram tahun 2018.


1.4.2 Bagi Institusi
Dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan sarana

pengetahuan bagi pihak terkait serta dapat menjadi bahan rujukan

untuk dilakukan penelitian kedepannya.


1.4.3 Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan pelaksanaan penelitian

kesehatan, salah satunya mengenai kejadian Carpal tunnel syndrome

pada karyawan Universitas Islam Al-Azhar Mataram tahun 2018.

4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mengetik
2.1.1 Definisi Mengetik
Asal mula kata mengetik sebenarnya adalah tiruan bunyi tuts

atau tombol yang ditekan. Bunyi tik yang dihasilkan adalah suara dari

tuts pada mesin yang bisa ditekan. Dengan demikian mengetik adalah

menekan pada tombol dengan ujung jari sesuai fungsinya yang

menghasilkan bunyi tik-tik baik pada mesin ketik manual, mesin ketik

elektronik maupun computer ( Anis,2015).


2.2 Karyawan
2.2.1 Definisi Karyawan
Karyawana adalah sumber daya manusia yang bekerja pada

suatu institusi baik pemerintahan maupun swasta ( bisnis )

( abdullah,2014 ).
2.3 Carpal Tunnel Syndrome
2.3.1 Anatomi Pergelangan Tangan
Nervus Medianus
Nervus medianus adalah salah satu saraf lengan bawah yang

merupakan saraf utama kompartemen anterior. Nervus ini berasal dari

dua radiks yaitu radiks lateralis dan radiks medialis. Radiks lateralis

adalah lanjutan dari fusciculus lateralis yang menerima serabut dari

C6 dan C7 sedangkan radiks medialis adalah lanjutan dari fasciculus

medialis yang menerima serabut dari C8 dan T1. Radiks lateralis dan

radiks medialis bergabung membentuk nervus medianus di sebelah

lateral arteri axillaris (Moore, 2013).


Nervus medianus mempersarafi otot–otot fleksor di lengan

bawah, kecuali m. flexor carpi ulnaris, bagian ulnar m. flexor

digitorum dan lima otot tangan. Nervus medianus memasuki fossa

6
cubitalis medial dari arteri brachialis, melintas antara caput m.

pronator tere, turun antara m. flexor digitorum superficialis dan m.

flexor digitorum profundus dan terletak didekat retinaculum flexorum

sewaktu melalui canalis carpi untuk sampai di tangan (Moore, 2013).


Canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan

terletak dibagian distal lekukan dalam pergelangan tangan dan

berlanjut ke lengan bawah di regio cubiti sekitar 3cm. Sembilan ruas

tendon fleksor dan n.medianus berjalan di dalam canalis carpi yang

dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari tulang – tulang carpal. Di

bagian proksimal tulang karpal bersendi dengan bagian distal tulang

radius dan tulang ulna, sedangkan bagian distal bersendi dengan

metacarpal (Pecina dkk, 2010).


Pada canalis carpi, N. Medianus mungkin bercabang menjadi

komponen radial dan ulnar. Komponen radial dari N. Medianus akan

menjadi cabang sensorik pada permukaan palmar jari-jari pertama dan

kedua dan cabang motorik m. abductor pollicis brevis, m. opponens

pollicis, dan bagian atas dari m. flexor pollicis brevis (Pecina dkk,

2010).
Komponen ulnaris dari N. Medianus memberikan cabang

sensorik ke permukaan jari kedua, ketiga dan sisi radial jari keempat.

Selain itu, saraf median dapat memersarafi permukaan dorsal jari

kedua, ketiga, dan keempat bagian distal sendi interphalangeal

proksimal (Pecina dkk, 2010).


N. Medianus terdiri dari serat sensorik 94% dan hanya 6% serat

motorik pada canalis carpi. Namun, cabang motorik menyajikan

7
banyak variasi anatomi yang menciptakan variabilitas patologi yang

besar dalam kasus Capal Tunnel Syndrome (AAOS, 2008).

Gambar 2.1 Anatomi Nervus Medianus


2.3.2 Definisi Carpal Tunnel Syndrome
Menurut American Academy Of Othopaedic Surgeons Clinical

Guideline (2008), carpal tunnel syndrome adalah gejala neuropati

kompresi dari nervus medianus ditingkat pergelangan tangan, ditandai

dengan bukti peningkatan tekanan dalam trowongan carpal dan

penurunan fungsi saraf ditingkat itu.


Sumber lain mengatakan carpal tunnel syndrome merupakan

neuropati tekanan atau cerutan terhadap nervus medianus di dalam

terowongan carpal pada pergelangan tangan tepatnya di bawah fleksor

retinakulum. Dulu sindroma ini juga dikenal dengan acropharesthesia,

median thenar neuritis atau partial thenar athropy. carpal tunnel

syndrome petama kali dikenali sebagai suatu sindroma klinik oleh Sir

James Paget pada kasus stadium lanjut fraktur radius bagian distal.

Carpal tunnel syndrome spontan pertama kali dilaporkan oleh Pierre

Marie dan C.Foix pada tahun 1913. Dan istilah carpal tunnel

syndrome diperkenalkan oleh Moersch tahun 1938 (Campbell dkk,

2015).
2.3.3 Epidemiologi
Prevalensi carpal tunnel syndrome di seluruh dunia

diperkirakan mencapai 2,7 kasus per 1.000 orang. wanita memiliki

8
resiko terkena carpal tunnel syndrome 3 kali lebih besar dari pada

pria. pada wanita, usia tersering muncul carpal tunnel syndrome

adalah 45-54 tahun. Pada tahun 2005 statistik menunjukan hampir

setengah pekerjaan mengalami carpal tunnel syndrome dan tidak

masuk lebih dari 31 hari kerja. Di Swedia dilaporkan 2,7 - 4% dari

seluruh populasi mengalami carpal tunnel syndrome, sedangkan di

Italia 329 kasus per 100.000 orang. Seiring peningkatan jumlah kasus

carpal tunnel syndrome di tempat kerja, biaya atas penurunan

produktivitas dan biaya pengobatan terus meningkat ( Munir ,2017 ).


2.3.4 Etiologi
Penyebab dari carpal tunnel syndrome masih kontroversial.

Pada 45% kasus, penyebabnya idiopatik. Dari segi literatur medis, ada

setidaknya 60 kondisi yang dihubungkan dengan penyakit ini, antara

lain: rheumatoid arthritis, gagal ginjal, diabetes mellitus, kehamilan,

acromegali, multiple myeloma, amyloidosis, obesitas, tuberculosis dan

infeksi bakteri jamur( Munir ,2017 ).


Individu yang mengalami trauma pada pergelangan tangan

yang menyebabkan berkurangnya ukuran terowongan karpal atau

pembengkakan membran sinovial disekeliling tendon di terowongan

karpal, memiliki resiko lebih besar mengalami carpal tunnel

syndrome. Demikian juga pada individu dengan cervical spondylosis.

Perokok dan peminum alkohol akan mengalami gejala yang lebih

parah dan waktu penyembuhan yang lebih lama. Wanita yang sedang

hamil, memakai kontrasepsi oral dan menopause lebih beresiko

terkena karena retensi cairan ( Munir ,2017 ).

9
2.3.5 Faktor Risiko
Menurut Bur (2015) terdapat beberapa faktor resiko carpal

tunnel syndrome yaitu :


1. Pekerjaan
Gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan

tangan yang berulang. Seorang sekretaris yang sering mengetik,

pekerja kasar yan sering mengangkat beban berat dan pemain

music terutama pemain piano dan pemain gitar yang banyak

menggunakan tangan.
2. Inflamasi
Inflamasi dari membrane mukosa yang mengeliligi tendo

menyebabkan nervus medianus tertekan dan menyebabkan carpal

tunnel syndrome.
3. Umur
Umur dalam penelitian ini adalah usia responden dalam

tahun dimulai dari responden dilahirkan hingga saat penelitian

berlangsung.
a. Kelompok usia muda: 18-25 tahun
b. Kelompok usia dewasa : 26-35 tahun
c. Kelompok usia tengah : 36-45 tahun
d. Kelompok usia tua : > 45 tahun
4. Trauma
Dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah,

pergelangan tangan dan tangan .Sprain pergelangan tangan.

Trauma langsung terhadap pergelangan tangan.


5. Gerakan Tangan Berulang
Seseorang yang bekerja dengan melakukan aktivitas kerja

berulang yang melibatkan gerakan tangan atau pergelangan tangan

atau jari-jari adalah suatu factor risiko carpal tunnel syndrome

yang memiliki pengaruh pada factor beban fisik. Semakin tinggi

10
frekuensi gerakan berulang semakin tinggi risiko terjadinya carpal

tunnel syndrome.
6. Pekerjaan Menggenggam/menjepit dengan Kekuatan
Pekerjaan dengan tenaga/kekuatan pada tangan akan

meningkatkan risiko carpal tunnel syndrome. Terjadinya tekanan

langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh, pada saat

tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang

lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan

apabila hal ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot

yang menetap.
7. Postur Janggal Pada Pergelangan Tangan
Postur Daerah tangan/pergelangan tangan termasuk deviasi

ulnar, deviasi radial pergelangan tangan fleksi/ekstensi adalah

postur yang menjadi risiko kejadian carpal tunnel syndrome.


2.3.6 Patofisiologi
Patogenesis carpal tunnel syndrome masih belum jelas.

Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan gejala dan gangguan

studi konduksi saraf. Yang paling popular adalah kompresi mekanik,

insufisiensi mikrovaskular, teori getaran. Menurut teori kompresi

mekanik, gejala carpal tunnel syndrome adalah karena kompresi

nervus medianus di terowongan karpal. Kelemahan utama dari teori

ini adalah bahwa ia menjelaskan konsekuensi dari kompresi saraf

tetapi tidak menjelaskan etiologi yang mendasari kompresi mekanik.

Kompresi diyakini dimediasi oleh beberapa faktor seperti ketegangan,

tenaga berlebihan, hyperfunction, ekstensi pergelangan tangan

berkepanjangan atau berulang (Bachrodin, 2011).

11
Teori insufisiensi mikro - vaskular mennyatakan bahwa

kurangnya pasokan darah menyebabkan penipisan nutrisi dan oksigen

ke saraf yang menyebabkan ia perlahan-lahan kehilangan kemampuan

untuk mengirimkan impuls saraf. Secara dan jaringan fibrotik

akhirnya berkembang dalam saraf. Tergantung pada keparahan cedera,

perubahan saraf dan otot mungkin permanen. Karakteristik gejala

carpal tunnel syndrome, terutama kesemutan, mati rasa dan nyeri akut,

bersama dengan kehilangan konduksi saraf akut dan reversibel

dianggap gejala untuk iskemia. Seiler dkk menunjukkan (dengan

Doppler laser flowmetry ) bahwa normalnya aliran darah berdenyut di

dalam saraf median dipulihkan dalam 1 menit dari saat ligamentum

karpal transversal dilepaskan. Sejumlah penelitian eksperimental

mendukung teori iskemia akibat kompresi diterapkan secara eksternal

dan karena peningkatan tekanan di karpal tunnel. Gejala akan

bervariasi sesuai dengan integritas suplai darah dari saraf dan tekanan

darah sistolik . Kiernan dkk menemukan bahwa konduksi melambat

pada median saraf dapat dijelaskan oleh kompresi iskemik saja dan

mungkin tidak selalu disebabkan myelinisasi yang

terganggu(Bachrodin, 2011).
Menurut teori getara gejala carpal tunnel syndrome bisa

disebabkan oleh efek dari penggunaan jangka panjang alat yang

bergetar pada saraf median di karpal tunnel. Menurut teori getaran

gejala carpal tunnel syndrome bisa disebabkan oleh efek dari

penggunaan jangka panjang alat yang bergetar pada saraf median di

12
karpal tunnel. Lundborg dkk mencatat edema epineural pada saraf

median dalam beberapa hari berikut paparan alat getar genggam.

Selanjutnya, terjadi perubahan serupa mengikuti mekanik, iskemik,

dan trauma kimia (Bachrodin, 2011).


Hipotesis lain dari carpal tunnel syndrome berpendapat bahwa

faktor mekanik dan vaskular memegang peranan penting dalam

terjadinya carpal tunnel syndrome. Umumnya carpal tunnel syndrome

terjadi secara kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum

yang menyebabkan tekanan terhadap nervus medianus. Tekanan yang

berulang-ulang dan lama akan mengakibatkan peninggian tekanan

intrafasikuler. Akibatnya aliran darah vena intravasikuler melambat.

Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu

diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan endotel ini

akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema

epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan

sembab yang timbul terutama pada malam atau pagi hari akan

berkurang setelah tangan yang terlibat digerak - gerakkan atau diurut,

mungkin akibat terjadinya perbaikan sementara pada aliran darah.

Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis epineural yang

merusak serabut saraf. Lama-kelamaan saraf menjadi atrofi dan

digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus

medianus terganggu secara menyeluruh (Bachrodin, 2011).


Selain akibat adanya penekanan yang melebihi tekanan perfusi

kapiler akan menyebabkan gangguan mikrosirkulasi dan timbul

13
iskemik saraf. Keadaan iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian

tekanan intravasikuler yang menyebabkan berlanjutnya gangguan

aliran darah. Selanjutnya terjadi vasodilatasi yang menyebabkan

edema sehingga sawar darah-saraf terganggu yang berkibat terjadi

kerusakan pada saraf tersebut (Bachrodin, 2011).


Penelitian yang telah dilakukan Kouyoumdjian yang

menyatakan carpal tunnel syndrome terjadi karena kompresi saraf

median di bawah ligamentum karpal transversal berhubungan dengan

naiknya berat badan dan IMT. IMT yang rendah merupakan kondisi

kesehatan yang baik untuk proteksi fungsi nervus medianus. Pekerja

dengan IMT minimal ≥25 lebih mungkin untuk terkena carpal tunnel

syndrome dibandingkan dengan pekerjaan yang mempunyai berat

badan ramping. American Obesity Association menemukan ahwa 70%

dari penderita carpal tunnel syndrome memiliki kelebihan berat

badan. Setiap peningkatan nilai IMT 8% resiko carpal tunnel

syndrome meningkat (Bachrodin, 2011).


2.3.7 Manifestasi Klinis
Tanda dan manifestasi klinis carpal tunnel syndrome meliputi :

1. Mati rasa

2. Kesemutan

3. Nyeri pada tangan

4. Rasa seperti tersengat listrik pada ibu jari, telunjuk, dan jari

tengah (Mujianto, 2013).

14
Carpal tunnel syndrome memiliki karakteristik gejala yang

timbul pada bagian tangan, namun pada kasus berat, gejalanya dapat

menyebar pada bagian proksimal lengan bawah, lengan atas, dan

bahu (Luca dkk, 2015)

Tabel 2.1 Tanda dan Gejala Carpal tunnel syndrome

Sensory Motorik Signs


Hyposthesia Hypotrophy Trophic Ulcers
Hyperesthesia Weakness Edema
Numbness Atrophy
Burning
Pain
Night
Stiffnes
Sumber Munir, 2017
2.3.8 Diagnosa Carpal tunnel syndrome
Diagnosa carpal tunnel syndrome ditegakkan selain

berdasarkan gejala-klinis seperti di atas dan perkuat dengan

pemeriksaan yaitu :
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh pada

penderita dengan perhatian khusus pada fungsi, motorik, sensorik

dan otonom tangan. Beberapa pemeriksaan dan tes provokasi

yang dapat membantu menegakkan diagnosa carpal tunnel

syndrome adalah:
a. Phalen's test : Penderita diminta melakukan fleksi

tangan secara maksimal.Bila dalam waktu 60 detik timbul

gejala seperti carpal tunnel syndrome, tes ini menyokong

diagnosa. Beberapa penulis berpendapat bahwa tes ini sangat

sensitif untuk menegakkan diagnosa carpal tunnel syndrome.

15
Gambar 2.2 Phalen’s Test (Sumber Munir, 2017)

b. Torniquettest: Pada pemeriksaan ini dilakukan pemasangan

tomiquet dengan menggunakan tensi meter diatas siku dengan

tekanan sedikitdi atas tekanan sistolik. Bila dalam 1 menit

timbul gejala seperti carpal tunnel syndrome,tes ini

menyokong diagnosa.

c. Tinel'ssign: Tes ini mendukung diagnosa bila timbul

parestesia atau nyeri pada daerah distribusi nervus medianus

jika dilakukan perkusi pada terowongan karpal dengan posisi

tangan sedikit dorsofleksi.

Gambar 2.3 Tinel’s Test (Sumber Munir, 2017)


d. Flick'ssign: Penderita diminta mengibas-ibaskan tangan atau

menggerak- gerakkan jari-jarinya. Bila keluhan berkurang

atau menghilang akan menyokong diagnosa carpal tunnel


16
syndrome. Harus diingat bahwa tanda ini juga dapat dijumpai

pada penyakit Raynaud.


e. henarwasting: Pada inspeksi dan palpasi dapat ditemukan

adanya atrofi otot-otot thenar.


f. Menilai kekuatan dan ketrampilan serta kekuatan otot secara

manual maupun dengan alat dynamometer.


g. Wristextensiontest: Penderita diminta melakukan tangan

secara maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada

kedua tangan sehingga dapat dibandingkan.


h. Pressuretest: Nervus medianus ditekan diterowongan karpal

dengan menggunakan ibu jari. Bila dalam waktu kurang dari

120 detik timbul gejala seperti carpal tunnel syndrome, tes ini

menyokong diagnosa.
i. Luthy's sign (bottle's sign): Penderita diminta melingkarkan

ibu jari dan jari telunjuknya pada botol atau gelas. Bila kulit

tangan penderita tidak dapat menyentuh dindingnya dengan

rapat, tes dinyatakan positif dan mendukung diagnosa.


j. Pemeriksaan sensibilitas: Bila penderita tidak dapat

membedakan dua titik (two-point discrimination) pada jarak

lebih dari 6 mm di daerah nervus medianus, tes dianggap

positif dan menyokong diagnose (Munir 2017).

Tabel 2.2 Pemeriksaan fisik pada Carpal tunnel syndrome

Test Hasil Sensitifitas Waktu Pronos


is
Tinel’s Parestesia 80% - -
atau nyeri
Phalen’s Parestesia 80% < 1 Menit -

17
atau nyeri
Wormser Parestesia < 1 Menit
( reverse atau nyeri
Phalen)
Tourniquet Parestesia 83% 15 Detik
atau nyeri
Thenar Penurunan 36% - -
atrophy masa otot
Pressure Parestesia 60 detik
Test ( jika>10d
etik<5deti
k)
Hiperestesia Tidak
Parah
Hipoestesia Parah
Durkaan’s Parestesia <30 detik
atau nyeri
Sumber Munir, 2017
2. Pemeriksaan neurofisiologi (elektrodiagnostik)
Pemeriksaan Elektromiografi dapat menunjukkan adanya

fibrilasi, polifasik, gelombang positif dan berkurangnya jumlah

motorunit pada otot-otot thenar. Pada beberapa kasus tidak

dijumpai kelainan pada otot-otot lumbrikal. Elektromiografi bisa

normal pada 31% kasus carpal tunnel syndrome. Kecepatan

hantar saraf. Pada 15-25% kasus, kecepatan hantar saraf bisa

normal. Pada yang lainnya kecepatan hantar saraf akan menurun

dan masa laten distal (distallatency) memanjang, menunjukkan

ada nya gangguan pada konduksi saraf dipergelangan tangan.

Masa laten sensorik lebih sensitif dari masa laten motorik.


3. Pemeriksaan Radiologi

18
Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan sinar-X

terhadap pergelangan tangan dapat membantu melihat apakah

ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher

berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada

vertebra. USG, CT-scan dan MRI dilakukan pada kasus yang

selektif terutama yang akan dioperasi. USG dilakukan untuk

mengukur luar penampang dari saraf median di carpal tunnel

proksimal yang sensitive dan spesifik untuk carpal tunnel

syndrome
4. Pemeriksaan Laboratorium
Bila etiologi Carpal tunnel syndrome belum jelas,

misalnya pada penderita usia muda tanpa adanya gerakan tangan

yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan seperti

kadar gula darah , kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap

(Munir 2017).

Gambar 2.4 Skema Algoritma Diagnosis Carpal tunnel syndrome

Faktor Resiko
1. Pekerjaan
2. Inflamasi
3. Umur Sumber Munir 2017
4. Trauma 2.4 Kerangka Teori
5. Pekerjaan Menggenggam /

menjepit dengan Kekuatan


6. Postur Janggal Pada
Patofisiologi :
Pergelangan Tangan
7. Gerakan Tangan Berulang
1. Kompresi mekanik
8.
19
2. Insufisiensi Mikrovaskular

3. Teori Getaran
7. Gerakan Tangan Berulang

Pemeriksaan Fisik
2. Phalen’s Carpal tunnel syndrome
1. Tinel’s
2. Phalen’s
Ya Tidak
3. Wormser ( reverse Keterangan
Phalen) = Yang diteliti
= Tidak diteliti
2.5 Kerangka 4. Tourniquet Konsep
Variabel 5. Thenar atrophy Independen

6. Pressure Test Variabel Dependen


7. Durkaan’s
Frekuensi Mengetik Angka Kejadian Carpal
2.6 Hipotesis Penelitian tunnel syndrome
Ada hubungan frekuensi mengetik dengan angka kejadian carpal tunnel

syndrome pada karyawan di Universitas Islam Al-Azhar Mataram 2018.

BAB III

METODE PENELITIAN

20
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Observasional Analitik dengan

menggunakan rancangan penelitian cross sectional yaitu penelitian yang

dilakukan dengan pengamatan sesaat atau dalam satu periode tertentu dan

setiap subyek studi hanya dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian

(Notoatmodjo, 2014).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Islam Al-Azhar Mataram pada

bulan Januari hingga April 2018.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek dalam penelitian yang akan

diteliti (Notoatmodjo, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh karyawan yang bekerja di Universitas Islam Al-Azhar

Mataram tahun 2018.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari keseluruhan objek yang akan diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam penelitian ini tekhnik

pengambilan sampel menggunakan non propability sampling dengan

cara purposive sampling ( berdasarkan pertimbangan peneliti ) yaitu

dengan tekhnik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu

21
( Notoatmodjo, 2014 ). Jumlah sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah jumlah karyawan yang memenuhi kriteria inklusi.

3.4 Pemilihan Subyek Penelitian

3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Karyawan di Universitas Islam Al-Azhar Mataram tahun 2018

2. Karyawan yang menggunakan komputer lebih dari 1 jam

sehari.

3. Karyawan yang bersedia menanda tangani persetujuan.

3.4.2 Kriteria Kriteris Ekslusi

1. Mahasiswa Universitas Islam Al- Azhar

2. Karyawan yang tidak bekerja menggunakan komputer kurang

dari 1 jam sehari.

3. Karyawan yang tidak bersedia menanda tangani persetujuan.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel yang diteliti

3.5.1.1 Variabel Bebas (Independent)

Variabel bebas atau independent variable dalam

penelitian ini adalah frekuensi mengetik pada karyawan di

Universitas Islam Al-Azhar Mataram tahun 2018.

22
3.5.1.2 Variabel Terikat (Dependent)

Variabel terikat atau dependent variable data

penelitian ini carpal tunnel syndrome di Universitas Islam

Al-Azhar Mataram tahun 2018.

3.5.2 Definsi Operasional

N Denisi Alat Cara Hasil


Variabel Skala
o Operasional Ukur Ukur Ukur
1. Variabel Tingkat Jam Tanya Mengeti Ordinal

Bebas: keseringan Jawab k ≥ 1

Frekuensi responden jam/hari

mengetik mengetik dalam

sehari yaitu lebih

dari atau sama

dengan satu jam.


2. Variabel Merupakan gejala Phale Ya atau Nomina

Terikat: neuropati n’s tidak l

Carpal kompresi dari Test

Tunnel nervus

Syndrome medianusditingka

t pergelangan

tangan,ditandai

dengan bukti

peningkatan

23
tekanan dalam

trowongan carpal

dan penurunan

fungsi saraf

ditingkat itu

3.6 Instrumen dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian , instrumen

penelitian ini antara lain:

1. Lembar persetujuan atau lembar informed consent


2. Data identitas karyawan Universitas Islam Al-Azhar Mataram.

3.7 Cara Kerja Penelitia

Carpal Tunnel Syndrome

Kriteria Inklusi

Sampel Penelitian

Pemeriksaan Phalents Tes

Ya / Tidak CTS

24
Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Hasil Penelitian

Laporan Penelitian

3.8 Analisis Hasil

Menurut Notoadmodjo ( 2014 ), analisa data merupakan bagian yang

penting dari suatu penelitian. Dimana tujuan dari analisis ini adalah agar

diperoleh suatu kesimpulan dari masalah yang diteliti. Data yang telah

terkumpul akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan program

komputer. Adapaun langkah – langkah pengolahan data meliputi :

1. Analisis univaria

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteriksik

masing – masing variabel, baik variabel bebas dan variabel terikat. Pada

penelitian ini analisis univariat digunakan untuk mengetahui hubungan

frekuensi mengetik dengan angka kejadian carpal tunnel syndrome pada

karyawan Universitas Islam Al-Azhar Mataram tahun 2018 dengan

mengunakan rumus :

100%

25
Keterangan :

P : Prosentase

F : Frekuensi tiap kategori

N : Jumlah sampel

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi, yaitu untuk mengetahui hubungan frekuensi

mengetik dengan angka kejadian carpal tunnel syndrome. Untuk

menganalisis hubungan anatara kedua variabel tersebut digunakan uji

statistic chi-square. Adapun rumus chi-square adalah sebagai berikut :

Keterangan :

X2 = Koefisien chi square

O = Frekuensi yang diamati

E = Frekuensi yang diharapkan

Kriteria berdasarakan p value ( Probabilitas ) yang dihasilkan

dengan nilai kemaknaan yang dipilih dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jika nilai p value ≤ 0,05 maka H0 ditolak.

2. Jika nilai p value ≥ 0,05 maka H0 diterima.

26
3.9 Masalah Etika Penelitian

1. Informed concent (lembar persetujuan)

Merupakan sumber persetujuan memuat penjelasan - penjelasan

tentang maksud dan tujuan penelitian, dampak yang mungkin terjadi

selama penelitian. Apabila responden telah mengerti dan bersedia maka

responden diminta menanda tangani surat persetujuan menjadi responden.

Namun apabila responden menolak, peneliti tidak akan memaksa.

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak

mencantumkan nama subjek penelitian. Untuk memudahkan dalam

mengenali identitas, peneliti memakai simbol pada masing-masing lembar

yang hanya diketahui oleh peneliti.

3. Convidentiality (kerahasiaan)

Informasi yang diberikan oleh responden serta semua data yang

terkumpul akan disimpan, di jamin kerahasiaannya dan hanya menjadi

koleksi peneliti. Peneliti menjamin semua kerahasiaan informasi yang di

berikan oleh responden dan akan dijaga hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian (Sastroasmoro, 2011).

3.10 Jadwal kegiatan

No. Nama Bulan/Minggu


Kegiatan
Januari Februari Maret April

27
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
Pengajuan
Judul
1 Proposal
Penyusunan
Proposal
2 Penelitian
Mengurus
Perijinan
3 Penelitian
Pemilihan
Sampel
4 Penelitian
Penelitian
5 Langsung
Pengumpulan
Data
6 Penelitian
Analisis Data
7 Penelitian
Penyusunan
Laporan
8 Penelitian

28
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. 2014. Management dan Evaluasi Kinerja Karyawan.

Yogyakarta : Aswaja Pressindo.

American Academy of Orthopedic Surgeons. 2008.Clinical Practice Guidline

on The Diagnosis of Carpal Tunnel Syndrome.

Anis. 2015. Peningkatan Keterampilan Mengetik 10 Jari dengan Metode

Pembelajaran Drill Melalui Typing Master dan Ms. Word

Berbantuan Media Job Sheet Pada Kelas X Program Keahlian

Administrasi Perkantoran 1 SMK Negeri 2 Semarang. Skripsi.

Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri

Semarang, Indonesia

Ashworth, Nigel. 2009. Clinical Evidence Carpal tunnel syndrome.

Edmonton Canada: Associate Professor University Of Alberta

Bachrodin, Moch. Carpal tunnel syndrome. Malang: FK UMM. 2011. Vol.7

No. 14

Bugajska J, Jedrika A, Udol I. 2007. Metacarpal Syndrome in Occupational

Medicine Practice. International Journal of Occupational Safety

and Ergonomics (JOSE). 13(1):29-38

Bur . Hubungan Faktor Pekerjaan Dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome

Pada Karyawan Bagian Produksi PT.Sumatera Tropical Berseri Kab.

Padang Pariaman Tahun 2015 [Skripsi]. Padang: Unand; 2015

29
Campbell, William W. DeJong’s The Neurologi Examination, 6th Edition.

Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins. 2015

Dennerlein JT dan PW Johnson. 2006. Changes In Upper Extremity

Biomechanics Across Different Positions In A Computer

Workstation. Workstation Ergonomics. Jurnal of the American

Medical Association. 2006;49(45):354-375

International Labour Organization (ILO). 2013. The Prevention Occupation

Diseases. ISSA. Switzerland.pp. 30-80

Luca dkk. 2015. Carpal Tunnel Syndrome: Clinic Features, diagnosis, and

Management. Journal Vol 15.

Made Adhi dkk. 2016. Hubungan Posisi Pergelangan Tangan Saat Mengetik

Terhadap Risiko Terjadinya Carpal tunnel syndrome pada

Karyawan PT. Angkasa Pura 1 (Persero). Denpasar: Majalah Ilmiah

Fisioterapi Indonesia

Mardjono M dan Sidharta P. Neurologiklinis Dasar . Jakarta : PT Dian

Rakyat. 2009 .

Moore Kl,Dalley AF, Agur AMR,Moore ME. 2013. Anatomi berorentasi

klinis. Edisi ke 5. Jakarta:Erlangga

Mujianto, 2013. Cara Cepat Mengatasi 10 Besar Kasus Musculoskeletal

Dalam Praktik Klinik Fisioterapi. Jakarta: TIM

Munir , Badrul. 2017 . Buku Ajar Neurologi. Sagung Seto ; Jakarta.

30
Notoatmodjo, S. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Pecina, Marko M. Markiewitz, Andrew D. Tunnel Syndromes: Peripheral

Nerve Compression Syndromes Third Edition. New York: CRC

PRESS. 2010

Purwanti.2011. Hubungan Lama Mengetik dengan Resiko Terjadinya Carpal

Tunnel Syndrome pada Pekerja Rental. Skripsi. Program Studi Diploma

IV Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Rambe, Aldi S. Sindroma Terowongan Karpal. Bagian Neurologi FK USU

2004.

Sastroasmoro, Sudigdo., Ismail, Sofyan, 2011, Dasar-Dasar Metodologi

Penelitian Klinis, Ed.4. Jakarta : Sagung Seto

Septiawati,Dwi, Hasyim,Hamzah, Najmah. 2013. Faktor Risiko Ergonomi

Saat Mengetik dan Hubungannya dengan Carpal Tunnel Syndrome

Volume 4 No. 3. Diakses pada tanggal 18 Januari 2018.

https://media.neliti.com/media/publications/57980-ID-ergonomic-

risk-factors-during-typing-and.pdf

Somaiah A, Spence RAJ. Carpal Turnel Syndrome. Ulster Med Journal;

77(1)-17

31
Tana, Lusianawaty et al. Carpal tunnel syndrome Pada Pekerja Garmen di

Jakarta . Buletin Peneliti Kesehatan. 2004. vol. 32, no. 2: 73-82.

32

Anda mungkin juga menyukai