Anda di halaman 1dari 19

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi kehidupan seekor ikan

adalah suplay oksigen yang memadai. Oksigen diperlukan untuk melepaskan

energi, melangsungkan oksidasi lemak dan gula. Energi yang terlepaskan

dipergunakan untuk melakukan kegiatan tubuh dalam menjalani kehidupan

(Windarti at al., 2017).

Perairan yang sehat akan mendukung proses respirasi ikan. Tetapi perairan

yang tercemar akan mengganggu proses pernafasan ikan. Sekarang ini perairan

Riau sudah banyak yang tercemar. Adanya berbagai industri yang membuang

limbah ke perairan umum serta penggunaan perairan umum sebagai pembuangan

limbah rumah tangga mengakibatkan menurunnya kualitas air sehingga

mengganggu biotayang ada, termasuk ikan (Windarti at al., 2017).

Pada umumnya limbah yang ditemukan di dalam pencemaran perairan

daratan salah satunya adalah limbah rumah tangga. Limbah rumah tangga dapat

bersifat iritant (menyebabkan iritasi) yang menyebabkan gangguan respirasi pada

ikan karena kerusakan insang saat bernafas di dalam air. Limbah rumah tangga

yang ditemukan salah satunya adalah wipol. Maka dari itu kenapa praktikum kali

ini menggunakan wipol karena wipol dapat menyebabkan iritasi pada insang ikan

dan bahkan dapat mengakibatkan kematian pada ikan.

Ikan yang berada di dalam perairan tercemar oleh limbah wipol dan lain-

lain, ikan tersebut akan banyak berada dipermukaan air untuk mencari oksigen

karena perairan yang tercemar oleh limbah wipol mengandung sedikit kandungan

O2 di dalam perairan. Insang ikan sebagai organ utama respirasi akan mengalami

gangguan karena sifat dari limbah wipol dapat menyebabkan iritasi pada insang
2

ikan. Ikan yang sudah mengalami gangguan akan berwarna lebih pucat daripada

ikan yang hidup dilingkungan terkontrol (Syawalia, 2012).

Adanya masukan bahan-bahan polutan ini akan mengganggu proses

metabolisme ikan secara umum dan bahkan dapat menimbulkan kematian masal

pada ikan. Pada laporan kali ini akan membahas bentuk-bentuk perubahan yang

terjadi pada jantung dan insang ikan (berapa banyak jumlah bukaan mulut, bukaan

operculum, laju denyut jantung, serta melihat keadaan insang, warna insang,

warna tubuh serta warna jantung pada ikan) baik ikan yang hidup di lingkungan

terkontrol maupun yang diberi bahan pencemar.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah untuk menentukan laju

pernafasan pada ikan, mengamati morfologi insang dan jantung pada ikan

beberapa menit setelah mati karena pencemaran, serta menentukan laju denyut

jantung pada ikan, baik ikan yang hidup di lingkungan terkontrol maupun yang

diberi bahan pencemar.

Manfaat dilaksanakan praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu

menentukan berapa banyak jumlah bukaan mulut, bukaan operculum, laju denyut

jantung, serta melihat keadaan insang, warna insang, warna tubuh serta warna

jantung pada ikan, baik ikan yang hidup di lingkungan terkontrol maupun yang

diberi bahan pencemar.

II. TINJAUAN PUSTAKA


3

2.1 Menentukan Laju Pernafasan


Salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi kehidupan seekor ikan

adalah adanya sublay oksigen yang cukup di dalam jaringan. Oksegen diperlukan

untuk melepas energi melalui oksidasi lemak dan gula. Energi yang terlepaskan

digunakan untuk kegiatan tubuh di dalam menjalani masa kehidupannya (Ridwan

Manda et al., 2016)

Masuknya bahan pencemar merupakan salah satu penyebab rendahnya

konsentrasi oksigen dalam air. Jika konsentrasi oksigen dalam perairan jauh lebih

rendah bila dibandingkan dengan keadaan jenuh, dapat diartikan telah terjadi

pencemaran. ( Bachtiar, 2002 )

Respirasi atau pernafasan adalah proses pertukaran oksigen dan

karbondioksida antara organisme dan lingkungannya. Pada sebagian besar ikan,

alat pernafasan utamanya adalah insang, tetapi pada beberapa jenis ikan terdapat

juga alat pernafasan tambahan yang dapat digunakan untuk mengambil oksigen

langusng dari udara (Windarti et al., 2013).

2.2 Melihat Morfologi Insang Dan Jantung Ikan Beberapa Menit Setelah Mati
Karena Pencemaran
Respirasi pada ikan sangat berbeda dengan mamalia karena perbedaan

konsentrasi oksigen di udara dan air. Udara mengandung 20% oksigen, sedangkan

air mengandung oksigen dengan konsentrasi yang jauh lebih rendah. Pada ikan,

proses respirasi melibatkan kinerja operculum dan rongga mulut. Sistem “pompa”

dari kinerja rongga mulut dan operculum ini dapat mengatur cepat rambatnya laju

air ke rongga insang, sehingga oksigen yang diserap oleh insang bervariasi sesuai

dengan keperluan tubuh akan oksigen (Windarti et al., 2017).


4

Insang merupakan organ tubuh yang cocok untuk melakukan proses

respirasi, karena mempunyai permukaan yang luas dan dinding yang tipis serta

permeable. Insang terletak dibagian kepala ikan dan posisinya melebar dari

dinding dorsal pharink ke arah ventral. Insang dilindungi oleh tutup insang dan

operculum (Windarti et al., 2013).

2.3 Menentukan Laju Denyut Jantung Pada Ikan


Jantung juga berperan penting dalam sistem pernafasan ikan karena

jantung berfungsi untuk memompa darah yang merupakan pembawa (carrier) O 2

dari insang ke jaringan tubuh dan mengambil CO2 dari berbagai organ tubuh serta

membuangnya melalui insang (Windarti et al., 2017).

Suksesnya proses respirasi tergantung pada 3 komponen utama, yakni: alat

pernapasan (dapat berupa insang); oksigen dan karbondioksida serta darah;

khususnya sel darah merah. Organ pernafasan harus mempunya permukaan yang

luas dan lembab, mempunyai membran yang tipis dan bersifat permeabel sehingga

memungkinkan terjadinya proses difusi/ osmosis O 2 dan CO2 dan oksigen dari air

dapat diambil oleh sel darah merah yang mengalir di dalam lamella insang,

sedangkan karbondioksida dapat dikeluarkan/ dibuang ke lingkungan (Windarti et

al., 2013).

Dampak negatif (pengaruh yang membahayakan) bagi kehidupan biota,

sumber daya, kenyamanan ekosistem, kesehatan manusia dan nilai guna lainnya

dari ekosistem, baik disebabkan secara langsung maupun secara tidak langsung

oleh pembuangan bahan-bahan atau limbah ke dalam perairan yang berasal dari

kegiatan manusia merupakan pengertian dari pencemaran. ( Murnida, 2004 )


5

Pencemaran dapat disebabkan oleh padatan ataupun cairan. Pencemaran

dalam bentuk padatan, misalnya pasir, tanah, tinja, sampah dan sebagainya.

Sedangkan pencemaran dalam bentuk cairan ditentukan oleh tersusupensi atau

bahan terlarut didalamnya.

Proses pernapasan pada ikan tidak selalu berjalan dengan sempurna. Hal

ini terjadi karena insang sebagai organ utama dalam pernafasan ikan merupakan

bagian tubuh yang rentan atau mudah rusak karena adanya berbagai gangguan

pada kualitas air dan adanya perubahan kadar O2 di dalam perairan. Salah satu

penyebab rendahnya O2 di dalam perairan adalah masuknya bahan pencemar

seperti limbah deterjen, pestisida, dan lain - lain (Windarti et al., 2017).
6

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Fisiologi Hewan Air dengan judul “Pengamatan Pergerakan

Sirip-Sirip Ikan, Mekanisme Ikan Mengambil Makanan dan Laju Menghancurkan

Makanan di dalam Lambung” dilaksanakan pada tanggal 07 Maret 2019 pukul

10:30 WIB bertempat di Laboratorium Biologi Perairan, Fakultas Perikanan dan

Kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan saat praktikum yaitu 3 toples berukuran sama,

tangguk, gunting bedah, stopwatch, buku penuntun praktikum dan alat tulis.

Bahan yang digunakan yaitu air untuk tiap toples, ikan lele dumbo (Clarias

gariepinus) dan wipol dengan kadar 1 ml dan 2 ml.

3.3. Metode Praktikum

Metode praktikum yang digunakan adalah metode pengamatan secara

langsung yaitu dengan cara mengamati berapa banyak jumlah bukaan mulut,

bukaan operculum, laju denyut jantung, serta melihat keadaan insang, warna

insang, warna tubuh serta warna jantung pada ikan, baik ikan yang hidup di

lingkungan terkontrol maupun yang diberi bahan pencemar.

3.4. Prosedur Praktikum

Tiga toples yang berukuran sama besar di isi masing-masing air sebanyak 7

cm. Toples pertama diberi lebel A, toples kedua diberi lebel B dan toples ketiga

diberi lebel C. Toples A diberi 1 ml Deterjen dan toples B diberi 2 ml Deterjen ,

sedangkan toples C tidak diberi apa-apa. Toples C dijadikan kontrol. Pada masing-
7

masing toples masukkan 3 ekor ikan. Sesudah ikan dimasukkan, lihat dan catat

tingkah laku ikan tersebut.

Data yang dicatat adalah keadaan insang, bukaan mulut, bukaan operculum,

warna insang, warna tubuh, kecepatan jantung, dan warna jantung pada 5 menit

pertama, kedua, dan ketiga. Untuk melihat laju pernafasan ikan, tiap lima menit

ikan diangkat, kemudian gerakan mulut dan operculum permenit dihutung dengan

menggunakan stopwatch. Untuk melihat warna insang dan warna jantung, bedah

masing-masing ikan pada toples A, B dan C. Warna insang dan jantung diamati

pada 5 menit pertama, kedua dan ketiga. Untuk menentukan laju denyut jantung,

bedah ikan dari bagian perut ke operculum. Pada proses pembedahan, harus dijaga

agar alat seksio (gunting/ scalpel) tidak mengenai jantung ikan. Hitung gerakan

jantung tersebut permenit dengan menggunakan stopwatch.


8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Adapun klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

Kingdom: animalia

Phylum: Chordata

Kelas: Pisces

Sub kelas: Teleoistei

Ordo: Ostariophysi

Sub ordo: Siluroidae

Family: Clariidae

Genus: Clarias

Spesies: Clarias gariepinus

4.1.2. Menentukan Laju Pernafasan, Melihat Morfologi Insang dan


Jantung Ikan Beberapa Menit Setelah Mati karena Pencemaran
9

dan Menentukan Laju Denyut Jantung pada Ikan

SL TL
Kontrol 4 cm 3,5 cm
5 menit 4 ,5 cm 3,6 cm

A 10 menit 4 cm 3,4 cm

15 menit 4,5 cm 3,7 cm

5 menit 3,5 cm 2,7 cm


B
10 menit 3,6 cm 34 cm

15 menit 3,5 cm 2,8 cm


Tabel 1. Hasil Pengukurn Ikan Di Larutan Byclin

SL TL
Kontrol 2,5 cm 3 cm
5 menit 3 ,5 cm 3 cm

A 10 menit 3 cm 3,5 cm

15 menit 4 cm 4,5 cm

5 menit 2 cm 2,5 cm

B 10 menit 3 cm 1,5 cm

15 menit 4 cm 4 cm

Tabel 2. Hasil Pengukurn Ikan Di Larutan Detergen

J. Gerakan Sirip J. J. J. Warna Warna Kondis


Bukaa Deny Deny Jantung Ingsang i
n ut ut Pencer
10

Mulut Operc Jantun naan


ulum g Tubuh
Kontrol 50 136 71 83 Merh Merah Merah
Segar segar segar
5m 107 94 26 92 Merah Merah Berlen
Pucat Pucat dir

10 m 53 49 13 101 Merah Merah Berlen


A Pucat Pucat dir

15 m 44 15 4 134 Merah Merah Berlen


Pucat Pucat dir
141
5m 33 24 83 Merah Merah Berlen
B Pucat Pucat dir

10 m 103 31 10 95 Kehijauan Merah Berlen


Pucat dir

15 m 82 19 8 139 Merah Merah Berlen


Pucat Tua dir

Tabel 3. Pengamatan Ikan Menggunakan 1 ml Larutan Byclin

J. Gerakan Sirip J. J. J. Warna Warna Kondis


Bukaa Deny Deny Jantung Ingsang i
n ut ut Pencer
Mulut Operc Jantun naan
ulum g Tubuh
Kontrol Norm Norm Norm Norm Merh Merah Tidak
al al al al Darah Cerah Banya
k
Lendir
5m 534 447 363 8 Merah Merah Berlen
Pucat Pucat dir

10 m 403 429 309 5 Merah Merah Berlen


A Pucat Pucat dir

15 m 228 217 217 2 Merah Merah Berlen


Pucat Pucat dir

5m 579 513 413 2 Merah Merah Berlen


B Pucat Pucat dir

10 m 409 382 312 - Kehijauan Merah Berlen


Pucat dir
11

15 m 192 155 114 - Merah Merah Berlen


Pucat Tua dir

Tabel 4. Pengamatan Ikan Menggunakan 2 ml Larutan Deterjen

4.2. Pembahasan
Pada pengamatan toples A (toples yang diberi bahan pencemar detergen 1

ml) didapatkan hasil sebagai berikut untuk panjang total (TL) ikan 1, 2 dan 3

(yang diambil dalam waktu 5 menit, 10 menit dan 15 menit) yaitu 4,5 cm, 4 cm

dan 4,5 cm dan panjang baku (SL) ikan 1, 2 dan 3 yaitu 3,5 cm, 3,6 cm dan 3,5

cm. Bukaan mulut pada ikan 1, 2 dan 3 dalam 1 menit berjumlah 534 kali, 192

kali dan pada ikan yang ke 3 mulut tertutup (terhenti). Warna insang pada ikan 1,

2 dan 3 berwarna merah pucat, merah pudar dan merah pekat. Warna tubuh ke 3

ikan pucat. Warna jantung pada ikan 1, 2 dan 3 adalah kecoklatan, merah gelap

dan merah gelap. Detak jantung pada ikan 1, 2 dan 3 dalam 1 menit berjumlah 95

kali, 80 kali dan pada ikan yang ke 3 tidak berdetak lagi.

Sedangkan untuk pengamatan toples B (toples yang diberi bahan

pencemar wipol 2 ml) didapatkan hasil sebagai berikut untuk panjang total (TL)

ikan 1, 2 dan 3 (yang diambil dalam waktu 5 menit, 10 menit dan 15 menit) yaitu

5 cm, 5 cm dan 4,5 cm dan panjang baku (SL) ikan 1, 2 dan 3 yaitu 4,3 cm, 4,0

cm dan 4 cm. Bukaan mulut pada ikan 1, 2 dan 3 dalam 1 menit berjumlah 170

kali, 100 kali dan 50. Warna insang pada ikan 1, 2 dan 3 berwarna merah

kecoklatan, merah pudar dan merah pucat keputihan. Warna tubuh pada ikan

pertama sedikit pucat dan untuk ikan kedua, ketiga warna tubuhnya pucat. Warna

jantung pada ikan 1, 2 dan 3 adalah merah, merah pekat dan merah kecoklatan.

Detak jantung pada ikan 1, 2 dan 3 dalam 1 menit berjumlah 115 kali, 135 kali

dan 40 kali.
12

Terakhir kondisi ikan kontrol pada toples C yang tidak dimasukan bahan

pencemar wipol didapatkan panjang total (TL) ikan kontrol yaitu 5.5 cm dan

panjang baku (SL) ikan kontrol yaitu 4.2 cm. Bukaan mulut pada ikan kontrol

dalam 1 menit berjumlah 4 kali, bukaan operculum 4 kali, warna tubuh coklat

kehitaman, warna insang merah segar, dan warna jantung merah segar, dan

detakan jantung dalam 1 menit berjumlah 134 kali.

Semakin lama ikan berada dalam suatu perairan yang tercemar oleh wipol

maka bukaan mulut, bukaan operculum dan detak jantung semakin lambat. Hal

tersebut karena limbah wipol mengandung sedikit kandungan O2 di dalam

perairan. Insang ikan sebagai organ utama respirasi akan mengalami gangguan

karena dapat menyebabkan iritasi pada insang, warna insang dan tubuh ikan yang

sudah terkena bahan pencemar akan terlihat memudar/ pucat.


13

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan sebelumnya dapat ditarik

kesumpulan bahwa semakin lama ikan berada di dalam suatu perairan yang

tercemar oleh wipol maka bukaan mulut, bukaan operculum dan detak jantung

semakin lambat. Jumlah bahan pencemar (wipol) juga mempengaruhi kecepatan

bukaan mulut, bukaan operculum dan detak jantung. Semakin banyak bahan

pencemar (wipol), semakin kuat bukaan mulut, bukaan operculum dan detak

jantung ikan tersebut. Disebabkan oleh limbah wipol mengandung sedikit

kandungan O2 di dalam perairan dan insang ikan sebagai organ utama respirasi

akan mengalami gangguan karena dapat menyebabkan iritasi pada insang ikan.

Warna insang dan tubuh ikan yang sudah terkena bahan pencemar akan terlihat

memudar/ pucat

5.2. Saran

Demi kelancaran pembelajaran praktikum Fisiologi Hewan Air kita harus

mempelajari dengan sungguh-sungguh dan memahaminya dengan saksama.

Sebaiknya, praktikum ini dilakukan dengan penuh ketelitian sehingga data yang

diperoleh tidak terdapat kekeliruan dan datanya akan akurat. Data yang keliru/

tidak akurat akan berakibat pada penarikan kesimpulan yang salah dan tidak

selaras dengan teori yang ada.


14

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Y. 2007. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Pembesaran Ikan Mas


di Kolam Pekarangan. Jakarta : Agromedia Pustaka
Murnida. 2008. Fisiologi Ikan. Bogor : Rieka Cipta
Ridwan Manda et al. 2016. Penuntun Praktikum Ikhtiologi. Laboratorium Biologi
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau.
Pekanbaru.
Syawalia, 2012. Sifat Limbah Deterjen Di Perairan. Diakses tanggal 31 Maret
2017.(www.bulansyawalia.wordpress.com/2012/09/limbah_deter_.php)

Windarti et al. 2013. Buku Ajar Fisiologi Hewan Air. Laboratorium Biologi
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Unri Press. Pekanbaru.
2017. Buku Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan Air. Laboratorium
Biologi Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Unri Press.
Pekan baru.
15

LAMPIRAN
16
17

Lampiran 1. Alat dan Bahan yang Digunakan Selama Praktikum

Buku Praktikum Pena Pensil Penggaris

Penghapus Serbet Tissue gulung Nampan


Gunting bedah Tangguk Toples Clarias

gariepinus

Detergen ml
18

Lampiran 2. Prosedur Pratikum

Toples A (diberi 1 ml Toples B (diberi 2 ml Toples C ( tidak diberi


larutan Beclin) larutan Beclin) larutan Beclin)

Saat pengamatan bukaan mulut, Saat pengukuran Tl dan sl


bukaan operculum, warna tubuh,
warna insang, warna jantung dan
detak jantung pada ikan.
19

Anda mungkin juga menyukai