Anda di halaman 1dari 34

A.

Latar Belakang Masalah

Mahasiswa akuntansi merupakan calon pelaku bisnis dan calon

akuntan di Indonesia. Adanya mahasiswa akuntansi diharapkan kelak

mereka dapat memajukan perekonomian di Indonesia (Ni Putu Ika Parianti

dkk, 2016). Perekonomian yang semakin maju dan berkembang , diwarnai

pula dengan berkembangnya praktik kejahatan perekonomian dalam

berbagai macam bentuknya. Praktik-praktik kejahatan tersebut dalam

akuntansi disebut sebagai kecurangan atau fraud (Mellisa Fitri Dwi

Handika, 2017).

Kasus-kasus kecurangan di Indonesia banyak ditemukan dan sering

dibahas terutama terkait dengan praktik korupsi pada sektor pemerintahan.

Misalnya kasus Setya Novanto, mantan ketua DPR yang terlibat kasus

dugaan korupsi pada proyek pengadaan e-KTP yang menelan anggaran

hingga 5,9 triliun rupiah (sumber: KOMPAS. COM, diakses 30 Januari

2018).

Selain di Sektor pemerintahan, kecurangan juga banyak ditemukan

di lingkungan universitas. Berdasarkan wawancara singkat dengan Sugeng

Riyanto (seorang mahasiswa akuntansi UNSIQ) didapat informasi bahwa

masih banyak mahasiswa UNSIQ yang melakukan kecurangan. Beberapa

contoh kecurangan yang dilakukan mahasiswa adalah metitip absen, copy

paste tugas, menitip nama dalam tugas kelompok, kerjasama dalam

mengerjakan tugas mandiri, dan membayar orang lain untuk

menyelesaikan tugas individu.

1
Kecurangan dikalangan mahasiswa harus dicegah , karena apabila

kecurangan akademik terus-menerus dilakukan akan menimbulkan

beberapa dampak negatif. Mulyawati et al (2010) dalam Nashirotun Nisa

Nurhajanti (2017) menyatakan bahwa akibat dari kecurangan akademik:

tingkat produktifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah, proses belajar

mengajar dalam lembaga pendidikan gagal untuk mendidik generasi muda

yang diidamkan. Sistem pendidikan yang menghasilkan manusia yang

tidak jujur akan menjelma menjadi seorang polisi, guru, dokter,

pengusaha, dan profesi lainnya yang bisa melakukan tindak ketidakjujuran

yang lebih canggih lagi.

Untuk mencegah atau mengatasi tindakan kecurangan tersebut,

maka diperlukan alat yang mampu untuk mengatasi kecurangan yang akan

berdampak buruk bagi organisasi. Salah satu alat yang efektif mengungkap

kecurangan dalam lingkungan adalah memberdayakan whistleblowing

(Widya Wahyuningsih, 2016). Menurut lembaga perlindungan saksi dan

korban (LPSK, 2011) whistleblowing didefinisikan sebagai tindakan

mengungkap atau melaporkan suatu tindak pidana atau tindakan yang

dianggap ilegal ditempatnya bekerja atau orang lain berada, kepada

otoritas internal organisasi atau kepada publik seperti media masa atau

lembaga pemantau publik. Pengungkapan tersebut tidak selalu didasari

iktikad baik sang pelapor, tetapi tujuannya untuk mengungkap kejahatan

atau penyelewengan yang diketahuinya. Dalam hal ini orang yang

melakukan tindakan whistleblowing disebut whistleblower.

2
Untuk menanggulangi meluasnya dampak buruk dari kecurangan

akademik, niat mahasiswa untuk melakukan tindakan whistleblowing perlu

ditingkatkan. Menurut Jogiyanto (2007) menjelaskan teori perilaku

rencanaan bahwa niat berperilaku tidak hanya dipengaruhi oleh sikap

terhadap perilaku dan norma subyektif, tetapi juga dipengaruhi oleh

kontrol perilaku yang dirasakan. Menurut Klingle dalam Caesar (2012)

dalam Widya Wahyuningsih (2016) teori pengukuhan (reinforcement

theory) bahwa perilaku manusia digerakkan oleh kebutuhan untuk

memperoleh reward dan mengeliminasi suatu yang tidak disukai. Faktor

yang diduga berpengaruh dalam penelitian ini yaitu sikap,norma-norma

subyektif, kontrol perilaku persepsian, dan reward.

Sikap bukanlah perilaku, namun sikap menghadirkan suatu

kesiapsiagaan untuk tindakan yang mencegah pada perilaku (Sulistomo,

2012). Menurut pendapat Jogiyanto (2007) sikap sebagai jumlah dari

perasaan yang dirasakan seseorang untuk menerima atau menolak suatu

objek atau perilaku dan diukur dengan suatu prosedur yang menempatkan

individual pada skala evaluatif dua kutub, misalnya baik atau jelek, setuju

atau menolak, dan lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Ika

Parianti dkk (2016) membuktikan bahwa sikap berpengaruh positif

terhadap niat mahasiswa melakukan tindakan whistleblowing.

Norma-norma subyektif adalah persepsi tekanan sosial dalam

melaksanakan perilaku tertentu, sehingga timbul kesadaran bagi individu

untuk dapat mengatasi tekanan sosial yang akan diterima atas perilakunya

3
(Feldman, 1995 dalam Destriana Kurnia Kreshastuti, 2014). Jogiyanto

(2007) dalam Mellisa Fitri Dwi Handika (2017) juga berpendapat bahwa

norma-norma subyektif adalah persepsi atau pandangan seseorang

terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi

niat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang

dipertimbangkan. Hasil penelitian Mellisa Fitri Dwi Handika (2017)

membuktikan bahwa norma-norma subyektif berpengaruh positif terhadap

niat untuk melakukan tindakan whistleblowing.

Kontrol perilaku persepsian adalah bagaimana seseorang mengerti

bahwa perilaku yang ditunjukkannya merupakan hasil pengendalian yang

dilakukan oleh dirinya. Semakin besar seseorang memiliki kesempatan

serta seberapa halangan yang dapat diantisipasi maka semakin besar pula

kontrol yang dirasakan atas tingkah laku tersebut (Ajzen, 1988 dalam Ni

Putu Ika Parianti dkk, 2016). Hasil penelitian Akmal Sulistomo (2012)

membuktikan kontrol perilaku persepsian berpengaruh positif terhadap

niat untuk melakukan tindakan whistleblowing.

Reward adalah ganjaran, hadiah atau bisa juga dikatakan sebagai

pemberian berupa penghargaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Reward

diberikan atas dasar jasa atau prestasi yang telah diraih oleh anggota dalam

suatu organisasi. Pemberian reward dimaksudkan untuk menjaga kinerja

dan loyalitas seorang individu. Menurut reinforcement theory, orang

termotivasi untuk melakukan perilaku tertentu karena dikaitkan dengan

adanya penghargaan yang ada atas perilaku tersebut. Perilaku manusia

4
digerakkan oleh kebutuhan untuk memperoleh reward dan mengeliminasi

sesuatu yang tidak disukai (Klingle, 1996 dalam Caesar Marga Putri,

2015). Hasil penelitian Widya Wahyuningsih (2016) membuktikan reward

tidak berpengaruh positif terhadap niat untuk melakukan tindakan

whistleblowing.

Meskipun penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi niat

mahasiswa melakukan tindakan whistleblowing telah banyak dilakukan,

namun penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan hasil

yang berbeda antara satu peneliti dengan peneliti yang lain. Sehingga

penelitian dibidang ini masih menjadi masalah yang menarik. Berdasarkan

ketidaksamaan hasil penelitian terdahulu, maka variabel yang

mempengaruhi niat mahasiswa melakukan tindakan whistleblowing yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sikap, norma-norma subyektif,

kontrol perilaku persepsian, dan reward.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan

oleh Mellisa Fitri Dwi Handika (2017). Perbedaan penelitian Mellisa Fitri

Dwi Handika (2017) dengan penelitian ini adalah variabel independen

yang diteliti. Pada penelitian ini variabel independen ditambah dengan

variabel reward, dengan alasan adanya reward akan memotivasi seseorang

untuk melakukan pengungkapan kecurangan (Dworkin, 2007 dan Dyck et

al, 2007 dalam Caesar Marga Putri, 2015).

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

rendahnya niatan mahasiswa untuk melakukan tindakan whistleblowing

didalam lingkungan universitas, maka pertanyaan yang diajukan dalam

rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah sikap berpengaruh positif terhadap niat mahasiswa melakukan

tindakan whistleblowing?

2. Apakah norma-norma subyektif berpengaruh positif terhadap niat

mahasiswa melakukan tindakan whistleblowing?

3. Apakah kontrol perilaku persepsian berpengaruh positif terhadap niat

mahasiswa melakukan tindakan whistleblowing?

4. Apakah reward berpengaruh positif terhadap niat mahasiswa

melakukan tindakan whistleblowing?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk membuktikan pengaruh sikap terhadap niat mahasiswa

melakukan tindakan whistleblowing.

2. Untuk membuktikan pengaruh norma-norma subyektif terhadap niat

mahasiswa melakukan tindakan whistleblowing.

3. Untuk membuktikan pengaruh kontrol perilaku persepsian terhadap

niat mahasiswa melakukan tindakan whistleblowing.

6
4. Untuk membuktikan pengaruh reward terhadap niat mahasiswa

melakukan tindakan whistleblowing.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut :

1. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai

pengetahuan yang dapat memotivasi mahasiswa untuk melakukan

tindakan whistleblowing.

2. Bagi universitas, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan

pertimbangan dalam menyikapi kecurangan akademik yang terjadi

dilingkungan universitas dan sebagai bahan pertimbangan evaluasi

kebijakan yang akan diberikan kepada mahasiswa yang berani

melakukan tindakan whistleblowing.

E. Telaah Teori

Mahasiswa Akuntansi

Mahasiswa akuntansi adalah sebutan bagi orang yang sedang

menempuh pendidikan tinggi akuntansi disebuah perguruan tinggi yang

terdiri atas sekolah tinggi, akademi, dan yang paling umum adalah

universitas (Wikipedia. Org). menurut Budi Santoso (2012) mahasiswa

adalah seorang agen pembawa perubahan, keberadaan dan segala

7
perbuatannya tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri, tetapi juga

harus membawa manfaat bagi lingkungan sekitarnya.

Ni Putu Ika Parianti dkk (2016) berpendapat bahwa mahasiswa

akuntansi merupakan calon pelaku bisnis dan calon akuntan di Indonesia,

adanya mahasiswa akuntansi diharapkan kelak mereka dapat memajukan

perekonomian di Indonesia.

Niat (Intention)

Niat atau intensi adalah keinginan kuat untuk melakukan sesuatu

yang muncul dari dalam diri setiap individu (Destriana Kurnia Krehastuti,

2014). Niat sebagai disposisi tingkah laku yang hingga terdapat waktu dan

kesempatan yang tepat akan diwujudkan dalam bentuk tindakan. Niat juga

diartikan rencana atau resolusi individu untuk melaksanakan tingkah laku

yang sesuai dengan sikap mereka (Ajzen dan Fishbein, 1975 dalam

Amaliah, 2008).

Sikap (Attitude)

sikap merupakan jumlah dari afeksi (perasaan) yang dirasakan

seseorang untuk menerima atau menolak suatu obyek atau perilaku dan

diukur dengan suatu prosedur yang menempatkan individual pada skala

evaluatif dua kutub, misalnya baik atau jelek,setuju atau menolak, dan

lainnya (Ajzen dan Fishbein, 1975 dalam Jogianto, 2007).

8
Anis Chariri (2016) berpendapat bahwa sikap merupakan faktor

personal seseorang yaitu adanya keyakinan bahwa perilaku yang

dipikirkannya memiliki dampak yang menguntungkan atau merugikan

dirinya, kemudian terjadi proses pertimbangan evaluasi atau penilaian

konsekuensi yang dihasilkan dari perilaku tersebut. Apabila penilaian

tersebut positif, maka orang akan cenderung memiliki niat melakukan

perilaku yang dipikirkannya. Dapat disimpulkan bahwa sikap adalah

perilaku seseorang yang didasarkan dari proses pertimbangan yang

dihasilkan dari perilaku tersebut.

Norma-Norma Subyektif

Norma-norma subyektif adalah persepsi atau pandangan seseorang

terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi

niat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang

dipertimbangkannya. Dalam norma-norma subyektif, kepercayaan-

kepercayaan orang lain yang berbeda dapat dibobot berdasarkan

kepentingannya sesuai dengan persepsi individu apakah kepercayaan

orang lain tersebut dapat mempengaruhi niat pelakunya (Jogiyanto, 2007

dalam Ratu Chatarine Fajri, 2017).

Menurut Ajzen (1991) dalam Jogiyanto (2007) norma-norma

subyektif adalah faktor diluar individu yang menunjukkan persepsi

seseorang mengenai perilaku yang dilaksanakan. Ajzen (1991) dalam

Jogianto (2007) juga menambahkan bahwa norma-norma subyektif

9
sebagai tekanan yang dirasakan seseorang untuk melakukan atau tidak

melakukan suatu perilaku.

Norma-norma subyektif mengacu pada keyakinan seseorang bahwa

individu/ kelompok tertentu akan menyetujui atau menolak suatu perilaku

yang dilakukan seseorang (Bobek dan Hatfield, 2003 dalam Ni Putu Ika

Parianti dkk, 2016). Dari definisi-definisi tersebut dapat dijelaskan bahwa

norma-norma subyektif adalah faktor diluar individu yang berupa

pandangan yang mengacu pada keyakinan seseorang bahwa individu/

kelompok tertentu akan menyetujui atau menolak suatu perilaku yang

dilakukan seseorang.

Kontrol Perilaku Persepsian

Kontrol perilaku persepsian adalah kemudahan atau kesulitan

persepsian untuk melakukan perilaku. Kontrol perilaku persepsian adalah

bagaimana seseorang mengerti bahwa perilaku yang ditunjukkannya

merupakan hasil pengendalian yang dilakukan oleh dirinya (Jogiyanto,

2007 dalam Mellisa Fitri Dwi Handika, 2017).

Ajzen (2005) dalam Jogiyanto (2007) berpendapat bahwa kontrol

perilaku persepsian adalah perasaan seseorang mengenai mudah atau

sulitnya mewujudkan suatu perilaku tertentu. Pusat kendali kontrol

perilaku persepsian berkaitan dengan keyakinan seseorang yang relatif

stabil dalam segala situasi.

10
Kontrol perilaku persepsian dapat berubah tergantung situasi dan

jenis perilaku yang akan dilakukan. Keyakinan individu berkaitan dengan

keberhasilannya melakukan segala sesuatu tergantung pada usahanya

sendiri (Rotter’s, 1966 dalam Ali Maskur dkk, 2014). Dari definisi-definisi

tersebut dapat dijelaskan bahwa kontrol perilaku persepsian adalah

keyakinan seseorang mengenai mudah atau sulitnya mewujudkan suatu

perilaku tertentu.

Reward

Reward adalah ganjaran, hadiah, atau biasa dikatakan sebagai

pemberian berupa penghargaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Caesar

(2015) berpendapat bahwa reward merupakan suatu mekanisme dimana

sebuah organisasi menerapkan penghargaan bagi individu dalam

organisasi yang melakukan tindakan sejalan dengan tujuan organisasi.

Reward diberikan atas dasar jasa atau prestasi yang telah diraihnya.

Dapat disimpulkan bahwa reward adalah ganjaran, hadiah, atau berupa

penghargaan yang diberikan atas dasar jasa atau prestasi yang telah diraih

oleh anggota dalam sebuah organisasi.

11
F. Review Penelitian Sebelumnya

Tabel 1

Review Penelitian Sebelumnya

No Nama Judul Sampel Alat Variabel Hasil


Penelitian Penelitian Penelitian Analisis Independe Penelitian
n

1. Akmal Persepsi Mahasiswa Regresi Norma Berpengaruh


Sulistomo Mahasiswa Akuntansi Subyektif positif
(2012) Akuntansi UNDIP Linier
Terhadap dan UGM Sikap Berpengaruh
Pengungkapan Berganda positif
kecurangan
Kontrol Berpengaruh
Perilaku positif

2 Anis Sikap, Norma Seluruh Partial Sikap Tidak


Chariri Subyektif, dan Pegawai Least Berpengaruh
(2016) Intensi Negeri Squares
Pegawai Sipil yang (PLS)
Negeri Sipil Bekerja Norma Berpengaruh
Untuk pada Perilaku Positif
Mengadukan Lembaga
Pelanggaran Negara
(Whistle- Pemerintah
Blowing) Pusat

3 Ilham Pengaruh Tenaga Hierarchi Sikap Berpengaruh


Maulana Sikap dan Kependidi Regression Positif
Saud Persepsi kan UMY Analysis Kontrol Tidak
(2016) Kontrol yang Perilaku Berpengaruh
Perilaku memiliki
terhadap Niat Budaya Persepsi
Whistle- Organisasi dukungan
blowing Berbeda organisasi
Internal- dengan memoderasi
Eksternal Perguruan Kontrol
dengan Tinggi atau Perilaku
Persepsi Instansi terhadap niat
Dukungan Lainnya Whistleblowi
Organisasi ng internal-
Sebagai eksternal
Variabel
Pemoderasi Persepsi
dukungan
organisasi
memoderasi

12
Sikap
terhadap niat
Whistleblowi
ng internal-
eksternal

4 Ni Putu Faktor-Faktor Mahasiswa Path Sikap Berpengaruh


Ika yang Magister Analysis Kearah Positif
Parianti, I Mempengaruh Akuntansi Model Perilaku
wayan i Niat dan dan
Suartana, Perilaku Mahasiswa Norma Berpengaruh
dan I Whistle- PPAK Subyektif Positif
Dewa blowing Universitas
Nyoman Mahasiswa Udayana Persepsi Berpengaruh
Badera Akuntansi Kontrol Positif
(2016) Perilaku

5 Widya Pengaruh Seluruh Analisis Reward Tidak


Wahyunin Pemberian Karyawan Regresi Berpengaruh
gsih (2016) Reward, PT. PLN Linier Komitmen Berpengaruh
Komitmen (Persero) Berganda Organisasi Positif
Organisasi, Wilayah
Gender, dan Sumatera Gender Tidak
Masa Kerja Barat Berpengaruh
terhadap Masa Berpengaruh
Whistle- Kerja Positif
blowing

6 Kadek Pengaruh Mahasiswa Regresi Norma Berpengaruh


Shintya Norma Akuntansi Linier Subyektif Positif
Rahayu Subyektif, Program Berganda
Dewi Sikap pada S1 dan Sikap pada Berpengaruh
Damayant Perilaku, Program Perilaku Positif
hi, Edy Persepsi D3
Sujana, Kontrol Universitas Persepsi Berpengaruh
dan Perilaku Pendidikan Kontrol Positif
Nyoman terhadap Niat Ganesha Perilaku
Trisna Melakukan
Herawati Pengungkapan
(2017) Kecurangan
(Whistle-
blowing)

7 Mellisa Analisis Mahasiswa Analisis Sikap Berpengaruh


Fitri Dwi Faktor yang Akuntansi Regresi Positif
Handika Mempengaruh STIE Linier Norma Berpengaruh
(2017) i Niat ASIA Berganda Subyektif Positif
Mahasiswa MALANG
Melakukan Kontrol Berpengaruh
Tindakan Perilaku Positif
Whistle- Persepsian
blowing

13
G. Kerangka Pemikiran Teoritis dan Pengembangan Hipotesis

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen

dan variabel dependen. Variabel independen meliputi sikap, norma-norma

subyektif, kontrol perilaku persepsian, dan reward. Variabel dependennya

adalah niat mahasiswa untuk melakukan tindakan whistleblowing.

Whistleblowing merupakan pengungkapan praktik ilegal, tidak

bermoral, atau melanggar hukum yang dilakukan oleh anggota organisasi

(baik mantan anggota atau anggota yang masih aktif dalam organisasi)

yang terjadi didalam organisasi. Pengungkapan dilakukan kepada seorang

atau organisasi lain sehingga memungkinkan dilakukan suatu tindakan.

Whistleblowing system memungkinkan pelanggaran dapat dengan

cepat diidentifikasi dan dikoreksi sehingga dapat meningkatkan efisiensi,

meningkatkan moral anggota organisasi, menghindari tuntutan hukum, dan

menghindari citra negatif.

Namun saat ini niat mahasiswa melakukan tindakan

whistleblowing masih rendah. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi

niat mahasiswa sehingga mahasiswa tersebut akan mengambil keputusan

untuk melakukan atau tidak melakukan whistleblowing.

Beberapa faktor yang diperkirakan mempengaruhi niat mahasiswa

melakukan tindakan whistleblowing dalam penelitian ini meliputi : sikap,

norma-norma subyektif, kontrol perilaku persepsian, dan reward.

14
Pengaruh Sikap Terhadap Niat Mahasiswa Melakukan Tindakan

Whistleblowing

Sikap merupakan faktor personal seseorang yaitu adanya

keyakinan bahwa perilaku yang dipikirkannya memiliki dampak yang

menguntungkan atau merugikan dirinya, kemudian terjadi proses

pertimbangan evaluasi atau penilaian konsekuensi yang dihasilkan dari

perilaku tersebut (Ajzen dan Fishbein, 1975 dalam Anis Chariri, 2016).

Kadek Shintya Rahayu Dewi Damayanti dkk (2017) berpendapat

bahwa secara umum seseorang akan melakukan suatu perilaku tertentu

yang diyakini dapat memberikan hasil positif (sikap yang

menguntungkan), dibandingkan melakukan perilaku yang diyakini dapat

memberikan hasil negatif (sikap yang tidak menguntungkan).

Dalam penelitian yang dilakukan Ni Putu Ika Parianti dkk (2016)

dan Akmal Sulistomo (2012), membuktikan bahwa variabel sikap

berpengaruh positif terhadap niat melakukan tindakan whistleblowing.

Penelitian ini didukung juga dengan penelitian Ilham Maulana Saud

(2016) dan Kadek Shintya Rahayu Dewi Damayanthi dkk (2017) yang

membuktikan bahwa variabel sikap berpengaruh positif terhadap niat

melakukan tindakan whistleblowing. Hal ini dikarenakan secara umum

whistleblowing mempunyai tujuan yang positif, yakni ingin melaporkan

kecurangan-kecurangan yang ada di suatu organisasi. Jadi semakin

seorang individu tersebut memiliki pemikiran bahwa suatu tingkah laku

akan memberikan efek positif maka individu tersebut akan cenderung

15
bersikap favorable pada suatu perilaku, begitu juga sebaliknya, semakin

individu mempunyai pemikiran bahwa suatu perilaku akan memberikan

efek negatif maka seorang individu akan cenderung bersikap unfavorable

terhadap perilaku tersebut.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Anis Chariri (2016) dan

Mellisa Fitri Dwi Handika (2017) membuktikan bahwa variabel sikap

tidak berpengaruh terhadap niat melakukan tindakan whistleblowing. Hal

ini dikarenakan seseorang kurang mengetahui bagaimana sikapnya dan

baru terbentuk sikap setelah mengamati perilakunya sendiri terhadap suatu

objek sikap. Seseorang yang belum pernah mengalami dan menghadapi

suatu praktek kecurangan, akan merasa kurang memahami m anfaat

whistleblowing baik bagi dirinya pribadi maupun bagi suatu organisasi.

Sehingga mereka kurang memahami apakah perilaku tersebut akan

memberikan dampak yang negatif atau positif.

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan semakin tinggi

penilaian dampak positif (sikap yang menguntungkan) dari tindakan

whistleblowing maka semakin tinggi pula niat seseorang untuk melakukan

tindakan whistleblowing,sehingga dapat disusun hipotesis sebagai berikut :

H1 : Sikap berpengaruh positif terhadap niat mahasiswa melakukan

tindakan whistleblowing.

16
Pengaruh Norma-Norma Subyektif Terhadap Niat Mahasiswa

Melakukan Tindakan Whistleblowing

Norma-norma subyektif adalah persepsi atau pandangan seseorang

terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi

niat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang

dipertimbangkan (Jogiyanto, 2007 dalam Mellisa Fitri Dwi Handika,

2017).

Bobek dan Hatfield (2003) dalam Ni Putu Ika Parianti dkk (2016)

menyatakan bahwa norma-norma subyektif mengacu pada keyakinan

seseorang bahwa individu/ kelompok tertentu akan menyetujui atau

menolak suatu perilaku yang dilakukan seseorang.

Norma-norma subyektif bisa mempengaruhi dengan kuat, tujuan

berperilaku adalah bagaimana pendapat orang lain terhadap perilaku yang

akan dilakukannya atau tidak dilakukannya.

Seseorang individu akan melakukan suatu perilaku tertentu jika

perilkunya dapat diterima oleh orang-orang yang dianggapnya penting

dalam kehidupannya dapat menerima apa yang akan dilakukannya.

Hasil penelitian Anis Chariri (2016) dan Kadek Shintya Rahayu

Dewi Damayanthi dkk (2017) membuktikan bahwa variabel norma-norma

subyektif berpengaruh positif terhadap niat melakukan tindakan

whistleblowing. Hal ini dikarenakan seseorang akan melakukan suatu

perilaku tertentu jika perilakunya dapat diterima oleh orang-orang yang

dianggapnya penting dalam kehidupannya.

17
Hasil penelitian Ni Putu Ika Parianti dkk (2016) dan Mellisa Fitri

Dwi Handika (2017) juga membuktikan bahwa variabel norma-norma

subyektif berpengaruh positif terhadap niat melakukan tindakan

whistleblowing. Hal ini dikarenakan bahwa norma-norma subyektif

diasumsikan sebagai fungsi dari suatu keyakinan, yaitu keyakinan

seseorang atas orang lain atau sekelompok orang lain yang memandang

bahwa dirinya harus melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan

perilaku. Sehingga seseorang akan cenderung mengikuti pendapat orang-

orang yang dianggapnya penting ketika mereka ingin melakukan suatu

tindakan perilaku.

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan semakin

banyak orang yang dapat menerima tindakan whistleblowing, maka

semakin besar niatan seseorang untuk melakukan tindakan whistleblowing,

sehingga dapat disusun hipotesis sebagai berikut :

H2 : Norma-norma subyektif berpengaruh positif terhadap niat mahasiswa

melakukan tindakan whistleblowing.

18
Pengaruh Kontrol Perilaku Persepsian Terhadap Niat Mahasiswa

Melakukan Tindakan Whistleblowing

Kontrol perilaku persepsian adalah suatu persepsi seseorang

terhadap suatu perilaku yang dilakukan, dimana orang tersebut yakin

bahwa persepsi yang dimilikinya merupakan hasil dari kontrol dirinya

sendiri mengenai persepsi perilaku tersebut (Akmal Sulistomo, 2012).

Seseorang akan memiliki niat untuk melakukan suatu perilaku

ketika mereka memiliki persepsi bahwa perilaku tersebut mudah mudah

untuk ditunjukkan atau dilakukan (Kadek Shintya Rahayu Dewi

Damayanthi dkk, 2017).

Hasil penelitian Mellisa Fitri Dwi Handika (2017) dan Kadek

Shintya Rahayu Dewi Damayanthi (2017) membuktikan bahwa variabel

kontrol perilaku persepsian berpengaruh positif terhadap niat melakukan

tindakan whistleblowing. Penelitian ini didukung juga dengan penelitian

Ni Putu Ika Parianti dkk (2016) dan Akmal Sulistomo (2012) yang

membuktikan variabel kontrol perilaku persepsian berpengaruh positif

terhadap niat melakukan tindakan whistleblowing. Hal ini dikarenakan

individu akan memiliki niat melakukan suatu perilaku pada saat individu

tersebut mempunyai persepsi suatu perilaku mudah dilakukan karena

adanya hal-hal yang mendukung perilaku tersebut. Adanya perlindungan

terhadap whistleblower dapat menjadi faktor pendukung bagi individu

sehingga mereka merasa memiliki kesempatan dan merasa mudah untuk

melakukan whistleblowing.

19
Namun penelitian yang dilakukan oleh Ilham Maulana Saud (2016)

membuktikan bahwa variabel kontrol perilaku persepsian tidak

berpengaruh terhadap niat melakukan tindakan whistleblowing. Hal ini

dikarenakan seseorang meyakini bahwa tidak ada hambatan dan memiliki

kesempatan besar untuk melaporkan tindakan kecurangan.

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan semakin baik

kontrol perilaku persepsian, maka niat melakukan pengungkapan

kecurangan (whistleblowing) juga akan meningkat, sehingga dapat disusun

hipotesis sebagai berikut :

H3 : Kontrol perilaku persepsian berpengaruh positif terhadap niat

mahasiswa melakukan tindakan whistleblowing.

Pengaruh Reward Terhadap Niat Mahasiswa Melakukan Tindakan

Whistleblowing

Reward merupakan suatu mekanisme dimana organisasi

menerapkan penghargaan bagi individu yang melakukan tindakan yang

sejalan dengan tujuan organisasi (Caesar Marga Putri, 2015).

Pemberian reward merupakan pemberian penghargaan kepada

anggota organisasi, penghargaan tersebut dapat berupa penghargaan

meteril maupun penghargaan non materil atas kejujuran ataupun prestasi

yang dilakukan oleh anggota dalam suatu organisasi (Widya

Wahyuningsih, 2016).

20
Reward atau imbalan bertujuan untuk dapat memotivasi anggota

dalam suatu organisasi agar mampu mencapai tujuan organisasi dengan

baik.

Menurut pendapat Klingle (1996) dalam Caesar Marga Putri

(2015) perilaku manusia digerakkan oleh kebutuhan untuk memperoleh

reward.

Hasil penelitian Widya Wahyuningsih (2016) membuktikan bahwa

variabel reward tidak berpengaruh terhadap niat melakukan tindakan

whistleblowing. Hal ini dikarenakan pandangan seseorang yang lebih

mengutamakan kepentingan dan keselamatan organisasi tanpa memandang

reward apa yang akan diterima jika melaporkan tindakan kecurangan atau

pelanggaran yang terjadi tersebut.

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan adanya

penawaran reward yang optimal akan memotivasi seseorang untuk

melakukan tindakan whistleblowing, sehingga dapat disusun hipotesis

sebagai berikut :

H4 : Reward berpengaruh positif terhadap niat mahasiswa melakukan

tindakan whistleblowing.

21
Berdasarkan uraian sebelumnya, dibuat model penelitian sebagai

berikut :

Gambar 1

Model Penelitian

Sikap
(X1)
H1 (+)

Norma-norma Subjektif H2 (+)


(X2)
Niat whistleblowing
H3 (+)
Kontrol Perilaku Persepsian
(X3) H4(+)

Reward
(X4)

Sumber : Data Primer yang diolah, 2018.

H. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri dari dua

macam variabel, yaitu variabel dependen (Y) dan variabel independen (X).

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijelaskan

sebagai berikut :

22
Variabel Dependen (Y)

Variabel dependennya adalah niat mahasiswa melakukan tindakan

whistleblowing. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, niat adalah suatu

keadaan dimana seseorang ingin melakukan suatu perilaku. Sedangkan

whistleblowing adalah pelaporan oleh anggota dari suatu organisasi

(sekarang atau terdahulu) terhadap praktek ilegal, imoral, dan haram

(Elias, 2008). Sehingga dapat disimpulkan bahwa niat melakukan tindakan

whistleblowing adalah keinginan seseorang untuk melakukan tindakan

pelaporan praktek kecurangan. Adapun parameter niat mahasiswa

melakukan tindakan whistleblowing yaitu: tingkat niat mahasiswa menjadi

whistleblower, rencana mahasiswa menjadi whistleblower, dan usaha

mahasiswa menjadi whistleblower (Akmal Sulistomo, 2012). Variabel ini

diukur dengan kuesioner yang dikembangkan oleh Akmal Sulistomo

(2012), terdiri dari 3 pertanyaan dengan 3 poin skala likert.

Variabel Inpenden (X)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel

dependen, variabel independen dalam penelitian ini adalah :

Sikap (X1)

Menurut Ajzen dan Fishbein (1975) sikap adalah faktor personal

seseorang yaitu adanya keyakinan bahwa perilaku yang dipikirkannya

memiliki dampak yang menguntungkan atau merugikan dirinya, kemudian

23
terjadi proses pertimbangan evaluasi atau penilaian konsekuensi yang

dihasilkan dari perilaku tersebut. Adapun parameter sikap yaitu : tingkat

penerimaan terhadap whistleblowing system, tingkat penerimaan terhadap

seorang whistleblower, dukungan terhadap whistleblowing system,

dukungan terhadap seorang whistleblower, dan manfaat whistleblowing

system (Ratu Chatarine Fajri, 2017). Variabel ini diukur dengan kuesioner

yang dikembangkan oleh Ratu Chaterine Fajri (2017), terdiri dari 5

pertanyaan dengan 5 poin skala interval.

Norma-Norma Subyektif (X2)

Menurut Jogiyanto (2007) dalam Mellisa Fitri Dwi Handika dkk

(2017) norma-norma subyektif adalah persepsi atau pandangan seseorang

terhadap kepercayaan-kepercayaan orang lain yang akan mempengaruhi

niat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang sedang

dipertimbangkan. Seorang individu akan melakukan suatu perilaku tertentu

jika perilakunya dapat diterima oleh orang-orang yang dianggapnya

penting dalam kehidupannya dapat menerima apa yang akan dilakukannya.

Adapun parameter norma-norma subyektif yaitu : persepsi pandangan

orang yang penting bagi mahasiswa terhadap whistleblowing, persepsi

pandangan keluarga yang penting bagi mahasiswa terhadap

whistleblowing, dan persepsi lingkungan pergaulan mahasiswa terhadap

whistleblowing (Akmal Sulistomo, 2012). Variabel ini diukur dengan

24
kuesioner yang dikembangkan oleh Akmal Sulistomo (2012), terdiri dari 3

pertanyaan dengan 3 poin skala likert.

Kontrol Perilaku Persepsian (X3)

Menurut Akmal Sulistomo (2012) kontrol perilaku persepsian

adalah suatu persepsi seseorang terhadap suatu perilaku yang dilakukan,

dimana orang tersebut yakin bahwa persepsi yang dimilikinya merupakan

hasil dari kontrol dirinya sendiri mengenai persepsi perilaku tersebut.

Seseorang akan memiliki niat untuk melakukan suatu perilaku ketika

mereka memiliki persepsi bahwa perilaku tersebut mudah untuk

ditunjukkan atau dilakukan (Kadek Shintya Rahayu Dewi Damayanthi

dkk, 2017). Adapun parameter kontrol perilaku persepsian yaitu :

kesempatan untuk menjadi whistleblower, kemudahan untuk menjadi

seorang whistleblower, dan manfaat yang dapat diperoleh jika menjadi

seorang whistleblower ( Ratu Chaterine Fajri, 2017). Variabel ini diukur

dengan kuesioner yang dikembangkan oleh Ratu Chaterine Fajri (2017),

terdiri dari 3 pertanyaan dengan 3 poin skala interval.

Reward (X4)

Menurut Widya Wahyuningsih (2016) reward merupakan

pemberian penghargaan kepada anggota organisasi, penghargaan tersebut

dapat berupa penghargaan materil maupun penghargaan non materil atas

kejujuran ataupun prestasi yang diraih oleh anggota organisasi. Klingle

25
(1996) dalam Caesar Marga Putri (2015) berpendapat bahwa perilaku

manusia digerakkan oleh kebutuhan untuk memperoleh reward. Adapun

parameter reward yaitu : adanya kompensasi finansial, adanya kesempatan

promosi, adanya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan, dan adanya

pemberian piagam penghargaan (Ratu Chaterine Fajri, 2017). Variabel ini

diukur dengan kuesioner yang dikembangkan oleh Ratu Chaterine Fajri

(2017), terdiri dari 4 pertanyaan dengan 4 poin skala interval.

I. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif yaitu penelitian dengan memperoleh data yang

berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiono, 2012).

J. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi

Universitas Sains Al-Qur’an Jawa Tengah di Wonosobo. Tujuan

pengambilan populasi ini karena mahasiswa akuntansi adalah seorang

calaon pelaku bisnis dan calon akuntan, mahasiswa akuntansi diharapkan

mempunyai keberanian untuk menjadi seorang whistleblower atau

pengungkap kecurangan. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan purposive sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan

kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Kholidiah dan Siti

Asiah Murni, 2014). Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini adalah

26
mahasiswa akuntansi yang masih aktif mengikuti perkuliahan. Tujuan

kriteria penentuan sampel adalah untuk memudahkan mendatangi secara

langsung ketika menyebarkan kuesioner. Untuk menjaga kerahasiaan

responden maka identitas diri yang dicantumkan akan dijamin

kerahasiaannya. Penjelasan petunjuk pengisian kuesioner dibuat sederhana

dan sejelas mungkin untuk memudahkan pengisian jawaban sesungguhnya

dengan lengkap.

K. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

kualitatif. Data kualitatif dapat dijelaskan melalui penghitungan jumlah

setiap kategori yang diamati (Indriantoro dan Supomo, 2012:115). Data

kualitatif dalam penelitian ini berupa pendapat responden yang diperoleh

dengan menyebarkan kuesioner, yang dikuantitatifkan agar dapat diproses

menggunakan statistik.

L. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan

menggunakan angket (kuesioner) dengan cara mendatangi responden

secara langsung diharapkan tingkat response rate akan tinggi.

27
M. Teknik Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau

deskripsi variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini. Uji

deskriptif yang digunakan antara lain rata-rata (mean), standar deviasi,

maksimum dan minimum. Statistik deskriptif menyajikan ukuran-ukuran

numerik yang sangat penting bagi data sampel, sehingga secara kontektual

dapat lebih mudah dimengerti oleh pembaca (Imam Ghozali, 2011).

2. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid

tidaknya suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan kuesioner

tersebut mengungkapkan Sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut.

Uji validitas yang digunakan adalah menghitung korelasi antara skor

masing-masing butir pertanyaan dengan total skor konstruknya (Imam

Ghozali, 2011). Pengujian ini menggunakan Pearson Correlation.

b. Uji Reliabilitas

Suatu kuesioner dinyatakan reliabel atau handal jika jawaban

seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu

ke waktu (Imam Ghozali, 2011). Pengujian reliabilitas menggunakan

teknik Cronbach Alpha (α). Menurut Nunnaly (1997) dalam Imam

Ghozali (2011), suatu variabel dinyatakan reliabel atau handal jika

memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,6.

28
3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah analisis

antara variabel dependen dan variabel independen mempunyai

distribusi normal. Model regresi yang baik adalah distribusi datanya

normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi

normal dilakukan dengan cara menggunakan uji kolmogorov-smirnov.

Dasar pengambilan keputusan adalah jika probabilitas signifikannya

diatas kepercayaan 5% maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas (Imam Ghozali, 2011).

b. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel independen. Untuk melihat ada atau tidaknya

multikolonieritas maka dilakukan dengan melihat nilai tolerance

lawannya variance inflation factor (VIF). Apabila nilai VIF < 10 dan

nilai tolerance > 0,1 maka tidak terjadi multikolonieritas antar

variabel independennya (Imam Ghozali, 2011).

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu

29
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas

dan jika berbeda maka disebut heterokedastisitas. Model regresi yang

baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi

heterokedastisitas. Untuk melakukan pengujian terhadap asumsi ini

dilakukan dengan metode Glejser. Uji heterokedastisitas dengan

metode Glejser dilakukan dengan meregresikan semua variabel bebas

terhadap nilai mutlak residualnya. Jika terdapat pengaruh variabel

bebas yang signifikan terhadap nilai residualnya maka dalam model

terdapat masalah heterokedastisitas.

|ui| = α + βXi + δi

Keterangan:

|ui| = Nilai residual mutlak

Xi = Variabel bebas

Jika β signifikan maka terdapat pengaruh variabel bebas

terhadap nilai residual mutlak sehingga dinyatakan bahwa terdapat

gejala heterokedastisitas. Demikian pula sebaliknya (Suliyanto, 2011).

4. Uji Hipotesis

Model yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam

penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda.

Persamaanya adalah sebagai berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e

Keterangan :

Y : Niat melakukan tindakan whistleblowing.

30
α : Nilai konstan

β : Koefisien Regresi

X1 : Sikap

X2 : Norma-norma subyektif

X3 : Kontrol perilaku persepsian

X4 : Reward

e : error

Jika koefisien regresi (β1,β2,β3,β4) signifikan dan positif, berarti

bahwa sikap, norma-norma subyektif, kontrol perilaku, dan reward

memiliki pengaruh positif terhadap niat mahasiswa melakukan

tindakan whistleblowing.

Pengujian hipotesis dengan menggunakan tingkat signifikan

0,05. Jika tingkat signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak, sebaliknya

jika tingkat signifikan < 0,05 maka hipotesis diterima (Imam Ghozali,

2011).

31
DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. 1991. The theory of planned behaviour. Organizational Behaviour and


Human Decision Processes, 50 (2), 179–211.
Banda, F. L. 2012. Pengaruh Penalaran Moral, Sikap, Normatif Subyektif dan
Persepsi Kontrol Perilaku Terhadap Whistleblowing Intention. Tesis.
Univerasitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Bobek, Donna. D., dan Hatfield, Richard. C. 2003. An Investigation of The
Theory of Planned Behavior and The Role of Moral Obligation in Tax
Compliance. Behavior Research in Accounting.Vol. 15, pp 13-38.
Chariri, Anis. 2016. Sikap, Norma Subjektif, dan Intensi Pegawai Negeri Sipil
Untuk Mengadukan Pelanggaran (Whistleblowing). Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia. Vol 13(01): 1-15.
Damayanthi, Kadek Shintya Rahayu Dewi., Edi Sujana & Nyoman Trisna
Herawati. Pengaruh Norma Subyektif, Sikap Pada Perilaku, Persepsi
Kontrol Perilaku Terhadap Niat Melakukan Pengunkapa Kecurangan
(Whistleblowing).E-jurnal S1 AK Universitas Pendidikan
Ganesha.VOL8(2):2017.
Dworkin, T. 2007. SOX and whistleblowing.Michigan Law Review, June. Pp
1757–1780.
Dyck, A., Morse, A., & Zingales, L. 2007. Who blows the whistle oncorporate
fraud? CEPR discussion paper no. DP6126, SSRN.
<http://ssrn.com/abstract=1133771>.
Elias, R. 2008. Auditing Students’ Professional Commitment and Anticipatory
Socialization and Their Relationship to Whistleblowing.Managerial
Auditing Journal, Vol. 23 No.3. Pp 283-294.
Fajri, Ratu Chaterine. 2017. Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Perceived
Behavior Control, Reward dan Locus of Control Terhadap intensi
Perilaku Whistleblower.Tesis. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

32
Fishbein, M. and I. Ajzen. 1975. Belief, Attitude,Intention, and Behavior: An
Introductionto Theory and Research. Massachusetts:Addison-Wesley
Publishing Company.
Fishbein, M. and I. Ajzen. 1981. Attitudes andVoting Behaviour: An Application
of the Theory of Reasoned Action. In Progressin Applied Social
Psychology, edited by Geoffrey M. Stephenson and James H. Davis, 1,
253-313. Chichester: John Wiley & Sons.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program spss.
Badan Penerbit UNDIP: Semarang.
Handika, Melisa Fitri Dwi. 2017. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Niat
Mahasiswa Melakukan Tidakan Whistleblowing (Studi pada mahasiswa
akuntansi STIE Asia Malang). Jibeka. VOL 11(01): 56-63.
Indriantoro dan Supomo. 2009. Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi &
Manajemen. Edisi Pertama. BPFE: Yogyakarta.
Jogiyanto. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Penerbit Andi:
Yogyakarta.
Jogiyanto. 2007. Sistem Informasi Keperilakuan. Edisi Revisi. Penerbit Andi:
Yogyakarta.
Kreshastuti, Destriana Kurnia. 2014. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Intensi Auditor Untuk Melakukan Tindakan
Whistleblowing.Skripsi.UNDIP: Semarang.
LPSK. 2011. Memahami Whistleblower. LPSK: Jakarta, diakses melalui
www.lpsk.go.id
Nurharjanti,Nashirotun Nisa. 2017.Persepsi Mahasiswa Dalam Mengurangi Fraud
Akademik: Whistleblowing Sistem.Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Vol. 17
No. 1: 1-12.
Parianti, Ni Putu Ika., Suartana, I Wayan & Badera, I dewa Nyoman. 2016.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Niat dan Perilaku Whistleblowing
Mahasiswa Akuntansi. E-jurnal ekonomi dan bisnis Universitas Udayana.
VOL 5(12).

33
Putri, Caesar Marga. 2015. Pengujian Keefektifan Jalur Pelaporan Pada Structural
Model Dan Reward Dalam Mendorong Whistleblowing: Pendekatan
Eksperimen. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Hal: 1-24.
Saud, Ilham Maulana. 2016. Pengaruh Sikap dan Persepsi Kontrol Perilaku
Terhadap Niat Whistleblowing Internal-Eksternal dengan Persepsi Duknan
organisasi Sebagai Variable Pemoderasi. Jurnal Akuntansi dan investasi.
VOL 17(2): 209-219.
Semendawai, et al. 2011. Memahami Whistleblower. Jakarta, Indonesia: Lembaga
Perindungan Saksi dan Korban (LPSK).
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sulistomo, Akmal & Prastiwi, Andri. 2012. Persepsi Mahasiswa Akuntansi
Terhadap Pengungkapan Kecurangan (Studi empiris pada mahasiswa
akuntansi UNDIP dan UGM). Hal: 1-28.
Wahyuningsih, Widya, 2016. Pengaruh Pemberian Reward, Komitmen Organisasi,
Gender, dan Masa Kerja Terhadap Whistlblowing (Studi Empiris Pada
Kantor PT. PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat). Hal: 1-22.
http://www.suaramerdeka.com
www.kompas.com, diakses 30 Januari 2018.

34

Anda mungkin juga menyukai