Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA ANAK


DI RUANG MTBS UPT PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


“Keperawatan Anak”

Disusun Oleh
Clara Yollanda. R, S.Kep
NIM 4006180011

Pembimbing Akademik

Mona Yulianti Kusumah, S.Kep., Ners., M.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
2018
LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA ANAK

A. Definisi

ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Akut adalah penyakit infeksi


akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai
dari hidung (saluran atas) sampai alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga bawah, dan pleura (WHO, 2011).
Menurut DepKes RI (2007), ISPA adalah infeksi saluran pernapasan
akut yang ditandai dengan batuk pilek, anak sering sekali terkena 2 sampai 3
kali dalam sebulan. Anak dengan batuk pilek pada anak lamanya sekitar 2
sampai 3 hari, namun bila lebih dari satu minggu terjadi infeksi lanjutan.
Infeksi saluran pernapasan akut adalah proses inflamasi yang
disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikoplasma), atau aspirasi substansia
asing, yang melibatkan suatu atau semua bagian saluran pernapasan (Wong,
2008)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut dalam bahasa Inggris dikenal dengan
istilah Acute Respiratory Infection (ARI), istilah infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA) mengandung tiga unsur yaitu infeksi, saluran pernapasan, dan
akut :
1. Infeksi ialah peristiwa masuk dan penggandaan mikroorganisme (agen) di
dalam tubuh pejamu (host).
2. Penyakit infeksi merupakan manifestasi klinik bila terjadi kerusakan
jaringan atau fungsi bila reaksi radang pejamu terpanggil. Saluran
pernafasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli beserta
organ adneksanya (sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura)
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari,
walaupun beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA dapat
berlangsung lebih dari 14 hari, misalnya pertusis.
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai
14 hari, dimana secara klinis suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang
terjadi di setiap bagian saluran pernafasan dengan berlangsung tidak lebih dari
14 hari (Depkes, 2004).

B. Anatomi Fisiologi

Saluran pernapasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring,


laring, trakea, dan paru. Laring membagi saluran pernapasan menjadi 2
bagian, yakni saluran pernapasan atas dan saluran pernapasan bawah. Pada
pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan external, oksigen di pungut
melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernapas, oksigen masuk melalui
trakea dan pipa bronchial ke alveoli dan dapat erat hubungan dengan darah di
dalam kapiler pulmunaris. Hanya satu lapis membran yaitu membran alveoli,
memisahkan oksigen dan darah oksigen menembus membran ini dan dipungut
oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di
dalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada
tekanan oksigen 100 mmhg dan tingkat ini hemoglobinnya 95%. Karbon
dioksida adalah salah satu hasil buangan di paru-paru. Metabolisme
menembus membran alveoli, kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah
melalui pipa bronchial, trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut.
(Sirait, 2010)
Ahli anatomi besar Jerman, Wilhelm Waldeyer (1991), menguraikan
tentang cincin Waldeyer, pita jaringan limfoid sirkuler yang menjaga jalan
masuk ke saluran pernapasan dan gastrointestinal. Cincin mempunyai
anyaman kaya saluran limfa dan limfonodi servikal regional. Struktur limfoid
ini sering bereaksi terhadap infeksi pada daerah-daerah yang berdekatan
(hyperplasia, hipertrofi), biasanya membantu mengendalikan infeksi tetapi
kadang-kadang menimbulkan gejala-gejala, paling khas adalah faringitis
streptokokus akut. Obstruksi saluran penghubung seperti tuba eustachi yang
berdekatan dengan farings atau ostoa sinus, membantu secara bermakna
perkembangan infeksi dalam ruangan ini. (Fakultas Kedokteran UI, 2012).
C. Tanda dan Gejala

Tanda dan Gejala pada ISPA adalah batuk, sakit kepala, sakit
tenggorokan, pilek, dan pegal-pegal (Febiani, 2007). Menurut Misnadiarly,
(2008), tanda dan gejala ISPA jika dilihat dari klasifikasinya, yaitu :
1. Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
2. Pneumonia, ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Tanda gejala dari tingkat keparahannya menurut Keputusan Menteri
Kesehatan (Kemenkes) RI tahun 2008:
1. ISPA Ringan, yaitu jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala berikut :
a. Batuk
b. Pilek dengan atau tanpa demam
2. ISPA Sedang, yaitu jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau
lebih dengan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Pernapasan cepat :
1) Umur 2bulan - <12 bulan : 50 kali atau lebih per menit
2) Umur 12 bulan - <5 tahun : 40 kali atau lebih per menit
b. Wheezing (mengi) yaitu napas bersuara
c. Sakit atau keluar cairan dari telinga
d. Bercak kemerahan (campak)
3. ISPA Berat, ditandai dengan gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang
disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
a. Penarikan dinding dada
b. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) saat bernapas
c. Kesadaran menurun
d. Bibir/kulit pucat kebiruan
e. Stridor yaitu suara napas seperti mengorok
D. Etiologi
ISPA merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen,
yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih
jenis virus, bakteri dan riketsia serta jamur (Keperawatan. 2009). Virus,
bakteri dan jamur penyebab ISPA terdiri dari:
1. Virus : Influenza, Adenovirus, Sitomegalo Virus
2. Bakteri : Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcuspyogenes,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza, Bordetella pertusis,
Corinebacterium diffteria.
3. Jamur : Aspirgilus sp, Candida albicans, Histoplasma
Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada
saluran pernapasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya
bakteri tersebut menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah
misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan. Virus para-influensa
merupakan penyebab terbesar dari sindrom batuk rejan, bronkiolitis dan
penyakit demam saluran napas bagian atas. Untuk virus influensa bukan
penyebab terbesar terjadinya terjadinya sindroma saluran pernapasan kecuali
hanya epidemi-epidemi saja. Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza
merupakan penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran napas bagian
atas daripada saluran napas bagian bawah. (Keperawatan. 2009).
Selain etiologi penyebab ISPA tersebut di atas, aspirasi juga
merupakan salah satu penyebab terjadinya ISPA. Misalnya aspirasi makanan,
asap kendaraan bermotor, Bahan Bakar Minyak (BBM) biasanya minyak
tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian, mainan plastik
kecil, dan lain-lain).
Faktor umur dapat mengarahkan kemungkinan penyebab atau etiologi
ISPA. (Ostapchuk, 2004 dalam DepKes, 2009).
1. Grup B Strepptococcus dan gram negatif bakteri enterik merupakan
penyebab yang paling umum pada neonatal (bayi berumur 0-28 hari) dan
merupakan transmisi vertical dari ibu sewaktu persalinan.
2. Pneumonia pada bayi berumur 3 minggu sampai 3 bulan yang paling
sering adalah bakteri, biasanya bakteri Streptococcus pneumoniae (Correa,
1998 dalam DepKes, 2009).
3. Balita usia 4 bulan sampai 5 tahun, virus merupakan penyebab tersering
dari pneumonia, yaitu respiratory syncytial virus.
4. Pada usia 5 tahun sampai dewasa pada umumnya penyebab dari
pneumonia adalah bakteri.

E. Patofisiologi

Infeksi pernapasan akut menurut Somantri (2007), disebabkan karena


peningkatan produksi mukus, peningkatan rangsang otot polos bronkial, dan
edema mukosa. Aliran udara yang terhambat akan meningkatkan kerja napas
dan menimbulkan dispneu. Patogenesis secara konkritnya yaitu adanya faktor-
faktor penyebab terdapatnya infeksi seperti perilaku terhadap lingkungan
maupun pengetahuan yang kurang tentang pencegahan. Mikroba menyerang
anak yang memiliki imun lemah masuk melalui saluran pernapasan yakni
dengan cara anak menghirup udara yang terdapat mikrobanya. Mikroba masuk
ke saluran pernapasan dan menginfeksi saluran pernapasan. Pertahanan tubuh
dengan mengluarkan sel- sel yang untuk membunuh mikroba sehingga terjadi
reflek batuk dan juga terdapatnya mukosa yang berusaha membunuh hingga
terjadi penumpukan sekret pada saluran pernapasan (Muttaqin, 2008).
Pertahanan tubuh yang baik maka tubuh terus berusaha untuk
mengeluarkan mikroba dengan batuk. Pertahanan tubuh yang tidak baik, tubuh
lemah tidak dapat melawan mikroba, hingga mikroba dapat terus berjalan
hingga saluran pernpasan bawah yaitu melalui bronkus dan bronkiolus menuju
alveoli. Reaksi peradangan terjadi, maka saluran pernapasan meradang atau
berwarna merah bengkak, terjadi peningkatan
produksi sekret sehingga tubuh merasa tidak nyaman, merasa gatal
dalam tenggorokan, batuk produktif, sesak napas, dan penurunan batuk efektif
(Muttaqin, 2008).
Peradangan bronkus menyebar ke parenkim paru sehingga terjadi
konsolidasi pada rongga alveoli dengan eksudat menyebabkan penurunan
jaringan paru dan terjadi kerusakan membran alveolar kapiler sehingga terjadi
sesak napas, menggunakan otot bantu napas dan napas menjadi tidak efektif.
Mikroba dapat menyebar keseluruh tubuh sehingga terjadi demam, tidak nafsu
makan, mual, berat badan menurun, lemah, dan aktifitas menjadi terganggu
(Muttaqin, 2008).

F. Pathway

Sumber : Juju Juariah (2016)

G. Klasifikasi

Infeksi saluran pernapasan akut memiliki berbagai macam jenisnya.


Berdasarkan letaknya terbagi menjadi infeksi di saluran pernapasan atas,
sindrom croup (epiglotis, laring dan trakea), dan saluran pernapasan bawah
terdiri dari bronkus dan bronkiolus. Infeksi saluran pernapasan atas terdiri dari
pilek (nasofaring), faringitis, influenza. Sindrom croup terdiri dari laringitis
akut, laringitis spasmodik akut, epiglotitis akut, dan trakeitis akut. Infeksi
saluran pernapasan bawah terdiri dari bronchitis pneumoni, TBC, dan Aspirasi
substansi asing (Wong, 2008)
Klasifikasi penyakit ISPA menurut (Widoyono, 2005), berdasarkan
hasil pemeriksaan dapat dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan
untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2
bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu Pneumonia berat, diisolasi dari cacing
tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas
napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau
lebih dan Bukan pneumonia, batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda
tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi
penyakit yaitu :
1. Pneumonia berat, bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
2. Pneumonia, bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2-
12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1-4 tahun
adalah 40 kali per menit atau lebih.
3. Bukan pneumonia, batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding
dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan kultur atau biakan kuman (swab), hasil yang didapatkan
adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count), laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia.
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Benny, 2010).
I. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

Penatalaksanaan dilakukan dalam pelayanan sesuai klasifikasinya


dengan petunjuk bagan MTBS, untuk gejala batuk bukan Pneumonia beri
pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman, jika batuk lebih dari 3
minggu rujuk untuk pemeriksaan lanjutan, kunjungi pelayanan kesehatan bila
selama 5 hari tidak ada perbaikan. Klasifikasi Pneumonia diberikan antibiotik
yang sesuai, beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman dan
Pneumonia berat beri dosis pertama antibiotik yang sesuai dan dirujuk ke
sarana kesehatan yang lebih memadai (Depkes, 2008).
Perawatan di rumah sangat penting dalam penatalaksanaan anak
dengan penyakit ISPA, dengan cara (WHO, 2012):
1. Pemberian makanan
a. Berilah makanan secukupnya selama sakit,
b. Tambahlah jumlahnya setelah sembuh,
c. Bersihkan hidung agar tidak mengganggu pemberian makanan.
2. Pemberian cairan
a. Berilah anak minuman lebih banyak
b. Tingkatkan pemberian asi.
3. Pemberian obat pelega tenggorokan dan pereda batuk dengan ramuan yang
aman dan sederhana.
4. Paling penting, amati tanda‐tanda pneumonia
Bawalah kembali ke petugas kesehatan, bila nafas menjadi sesak,
nafas menjadi cepat, anak tidak mau minum, sakit anak lebih parah.

J. Komplikasi

SPA (Saluran Pernafasan Akut), merupakan self limited disease


yangsembuh sendiri dalam 5 ± 6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lain,
tetapi penyakit ISPAyang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang
baik dapat menimbulkan penyakit seperti :
1. Semusitis Paranosal,
2. Penutuban Tuba Eustachii,
3. Lanyingitis,
4. Tracheitis,
5. Bronchtis,
6. Brhonco Pneumonia
7. Berlanjut pada kematian karena danya sepsis yang meluas (Soegijanto,S.
2009)

K. Diagnosa Banding

Infeksi Saluran Peranafasan Akut : Batuk Bukan Pneumonia

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. DATA FOKUS PENGKAJIAN


a. Identitas Pasien : Meliputi : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat,
Pendidikan, Tanggal masuk RS, Tanggal pengkajian, No RM, Diagnosa
Medis, Nama orang tua, Pekerjaan, Agama, dll
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama, biasanya klien mengeluh batuk, demam, pilek dan
sakit tenggorokan
2) Riwayat Penyakit Sekarang biasanya klien mengalami demam
mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu
makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
3) Riwayat Penyakit Dahulu, biasanya klien sebelumnya sudah pernah
mengalami penyakit ini
4) Riwayat Penyakit Keluarga, menurut anggota keluarga ada juga yang
pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut.
5) Riwayat Sosial, klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan
yang berdebu dan padat penduduknya.

2. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan Umum : keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
b. Tanda Vital : suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah klien
c. Kepala : kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada
kelainan atau lesi pada kepala
d. Wajah : bentuk wajah, kulit wajah pucat atau tidak.
e. Mata : bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterik
atau tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam
penglihatan
f. Hidung : Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada
hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan
dalam penciuman
g. Mulut : Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah
kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada
gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara
h. Leher : Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan
distensi vena jugularis
i. Thoraks : bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada
wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.
j. Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan
1) Inspeksi
a. Membran mukosa faring tampak kemerahan
b. Tonsil tampak kemerahan dan edema
c. Tampak batuk tidak produktif
d. Tidak ada jaringan parut dan leher
e. Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan,
pernafasan
2) Palpasi
a. Adanya demam
b. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri
tekan pada nodus limfe servikalis
c. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
3) Perkusi : Suara paru normal (resonance)
4) Auskultasi : Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua
sisi paru.
k. Abdomen : bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat
nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan
pemeriksaan bising usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.
l. Genitalia : bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut
kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak.
Pada wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup
oleh labia mayora.
m. Integumen : kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/
tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas
n. Ekstremitas atas : adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri
otot serta kelainan bentuk.

3. ANALISIS DATA

Symptom Etiologi Problem

Ds : klien mengeluh batuk Penumpukan Secret Bersihan jalan nafas


Do : adanya penumpukan tidak efektif
secret, suara nafas ronchi
atau wheezing, ada retraksi
otot dada
Ds : klien mengeluh batuk Kongesti Hidung Pola nafas tidak efektif
Do : adanya penumpukan
secret, infeksi pada saluran
pernafasan, ada retraksi otot
dada.

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan


nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
b. Pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan,
nyeri.

5. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

a. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan


nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
1) Tujuan : Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret dengan kriteria,
jalan nafas yang bersih dan patent, meningkatnya pengeluaran sekret.
2) Intervensi:
a) Lakukakan penyedotan sekret jika diperlukan.
b) Cegah jangan sampai terjadi posisi hiperextensi pada leher.
c) Berikan posisi yang nyaman dan mencegah terjadinya aspirasi
sekret (semiprone dan side lying position).
d) Berikan nebulizer sesuai instruksi dokter.
e) Anjurkan untuk tidak memberikan minum agar tidak terjadi aspirasi
selama periode tachypnea.
f) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan perparenteral
yang adekuat.
g) Berikan kelembaban udara yang cukup.
h) Observasi pengeluaran sekret dan tanda vital.
b. Pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan,
nyeri.
1) Tujuan : Pola nafas kembali efektif dengan kriteria, usaha nafas
kembali normal dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.
2) Intervensi:
a) Berikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan sekret
dengan mudah
b) Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas
c) Anjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih
longgar, tipis serta menyerap keringat
d) Berikan O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter
e) Berikan obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator).
f) Observasi tanda vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman
dalam pernafasan.
DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI. 2004. Profil Kesehatan Indonesia. Departemen Kesehatan RI: Jakarta
DepKes RI. 2007. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta

Depkes RI. 2008. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Departemen Kesehatan RI: Jakarta

DepKes RI. 2009. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2012. Dasar Biologis dan Klinis


Penyakit Infeksi. Edisi Keempat. Penerjemah Wahab, S.A. Penyunting
Sutaryo. Indonesia University Press. Depok

Febiani, Tessa dkk. 2007. Banjir dan Tanah Longsor. Jakarta : Erlangga

Juju, Juariyah. 2016. Laporan Pendahuluan Infeksi Saluran Pernafasan Akut.


Erlangga : Jakarta

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang


“Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota. Kementeria Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada anak Balita,
Orang Dewasa dan Usia Lanjut. Jakarta : Pustaka Obor Populer

Muttaqin, Arif. 2007. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

Sirait. 2010. Tinjauan Pustaka Sistem Pernapasan. Fakultas Kedokteran.


Universitas Sumatera Utara

Soegijanto, S. 2007. Ilmu penyakit anak, diagnosa dan penatalaksanaan. Jakarta:


Salemba medika

Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada


Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Whalley, Wong. 1991. Nursing Care of Infant and Children. Volume II book
1, USA : CV. Mosby-Year book. Inc

Widoyono. 2008. Penyakit Tropis. Epidemiologi, Penularan, Pencegahan Dan


Pemberantasannya. Erlangga. Semarang
WHO. 2008. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Jakarta : EGC
WHO. 2012. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana.
Jakarta: Bakti Husada.
Wong, Donna L dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai