Disusun Oleh
Clara Yollanda. R, S.Kep
NIM 4006180011
Pembimbing Akademik
A. Definisi
B. Anatomi Fisiologi
Tanda dan Gejala pada ISPA adalah batuk, sakit kepala, sakit
tenggorokan, pilek, dan pegal-pegal (Febiani, 2007). Menurut Misnadiarly,
(2008), tanda dan gejala ISPA jika dilihat dari klasifikasinya, yaitu :
1. Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
2. Pneumonia, ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Tanda gejala dari tingkat keparahannya menurut Keputusan Menteri
Kesehatan (Kemenkes) RI tahun 2008:
1. ISPA Ringan, yaitu jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala berikut :
a. Batuk
b. Pilek dengan atau tanpa demam
2. ISPA Sedang, yaitu jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau
lebih dengan gejala-gejala sebagai berikut:
a. Pernapasan cepat :
1) Umur 2bulan - <12 bulan : 50 kali atau lebih per menit
2) Umur 12 bulan - <5 tahun : 40 kali atau lebih per menit
b. Wheezing (mengi) yaitu napas bersuara
c. Sakit atau keluar cairan dari telinga
d. Bercak kemerahan (campak)
3. ISPA Berat, ditandai dengan gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang
disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
a. Penarikan dinding dada
b. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) saat bernapas
c. Kesadaran menurun
d. Bibir/kulit pucat kebiruan
e. Stridor yaitu suara napas seperti mengorok
D. Etiologi
ISPA merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen,
yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300 lebih
jenis virus, bakteri dan riketsia serta jamur (Keperawatan. 2009). Virus,
bakteri dan jamur penyebab ISPA terdiri dari:
1. Virus : Influenza, Adenovirus, Sitomegalo Virus
2. Bakteri : Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcuspyogenes,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza, Bordetella pertusis,
Corinebacterium diffteria.
3. Jamur : Aspirgilus sp, Candida albicans, Histoplasma
Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada
saluran pernapasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya
bakteri tersebut menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah
misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan. Virus para-influensa
merupakan penyebab terbesar dari sindrom batuk rejan, bronkiolitis dan
penyakit demam saluran napas bagian atas. Untuk virus influensa bukan
penyebab terbesar terjadinya terjadinya sindroma saluran pernapasan kecuali
hanya epidemi-epidemi saja. Pada bayi dan anak-anak, virus-virus influenza
merupakan penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran napas bagian
atas daripada saluran napas bagian bawah. (Keperawatan. 2009).
Selain etiologi penyebab ISPA tersebut di atas, aspirasi juga
merupakan salah satu penyebab terjadinya ISPA. Misalnya aspirasi makanan,
asap kendaraan bermotor, Bahan Bakar Minyak (BBM) biasanya minyak
tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian, mainan plastik
kecil, dan lain-lain).
Faktor umur dapat mengarahkan kemungkinan penyebab atau etiologi
ISPA. (Ostapchuk, 2004 dalam DepKes, 2009).
1. Grup B Strepptococcus dan gram negatif bakteri enterik merupakan
penyebab yang paling umum pada neonatal (bayi berumur 0-28 hari) dan
merupakan transmisi vertical dari ibu sewaktu persalinan.
2. Pneumonia pada bayi berumur 3 minggu sampai 3 bulan yang paling
sering adalah bakteri, biasanya bakteri Streptococcus pneumoniae (Correa,
1998 dalam DepKes, 2009).
3. Balita usia 4 bulan sampai 5 tahun, virus merupakan penyebab tersering
dari pneumonia, yaitu respiratory syncytial virus.
4. Pada usia 5 tahun sampai dewasa pada umumnya penyebab dari
pneumonia adalah bakteri.
E. Patofisiologi
F. Pathway
G. Klasifikasi
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan kultur atau biakan kuman (swab), hasil yang didapatkan
adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman.
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count), laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia.
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Benny, 2010).
I. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
J. Komplikasi
K. Diagnosa Banding
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
b. Tanda Vital : suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah klien
c. Kepala : kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah ada
kelainan atau lesi pada kepala
d. Wajah : bentuk wajah, kulit wajah pucat atau tidak.
e. Mata : bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterik
atau tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam
penglihatan
f. Hidung : Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada
hidung serta cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan
dalam penciuman
g. Mulut : Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah
kotor/ tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada
gangguan dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara
h. Leher : Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan
distensi vena jugularis
i. Thoraks : bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah ada
wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.
j. Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan
1) Inspeksi
a. Membran mukosa faring tampak kemerahan
b. Tonsil tampak kemerahan dan edema
c. Tampak batuk tidak produktif
d. Tidak ada jaringan parut dan leher
e. Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan,
pernafasan
2) Palpasi
a. Adanya demam
b. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri
tekan pada nodus limfe servikalis
c. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
3) Perkusi : Suara paru normal (resonance)
4) Auskultasi : Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua
sisi paru.
k. Abdomen : bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat
nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan
pemeriksaan bising usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.
l. Genitalia : bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna rambut
kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak.
Pada wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup
oleh labia mayora.
m. Integumen : kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/
tidak, apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas
n. Ekstremitas atas : adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri
otot serta kelainan bentuk.
3. ANALISIS DATA
4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DepKes RI. 2004. Profil Kesehatan Indonesia. Departemen Kesehatan RI: Jakarta
DepKes RI. 2007. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta
Depkes RI. 2008. Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Departemen Kesehatan RI: Jakarta
DepKes RI. 2009. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Departemen Kesehatan RI:
Jakarta
Febiani, Tessa dkk. 2007. Banjir dan Tanah Longsor. Jakarta : Erlangga
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada anak Balita,
Orang Dewasa dan Usia Lanjut. Jakarta : Pustaka Obor Populer
Muttaqin, Arif. 2007. Buku Ajar: Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Whalley, Wong. 1991. Nursing Care of Infant and Children. Volume II book
1, USA : CV. Mosby-Year book. Inc