TIC FASIALIS
OLEH:
Andra Yuliandi
0910312101
PEMBIMBING:
PENDAHULUAN
dipersarafi oleh saraf VII (N.fasialis), yang gerakannya bersifat setempat pada
otot tertentu, sejenak, namun berkali. Tempat terjadinya biasanya di satu sisi saja
misalnya pada pipi, mulut, atau kelopak mata. Gerakannya dapat berupa wajah yang
dikurangi dengan relaksasi dan tidur. Kelainan tic, suatu diagnosis klinis, sering
menunjukkan respon baik terhadap terapi medis. Tic fasialis terjadi karena pembuluh
darah menekan N. Fasialis sehingga otot-otot sekitar menjadi kedut atau kejang.
Penyakit ini umumnya timbul setelah umur 40 tahun, namun juga dapat terjadi pada
Tics yang paling ringan mungkin tidak terlihat oleh orang yang mengalaminya
atau orang lain. Namun, beberapa tics dapat sering dan parah. Tics juga bisa menjadi
gejala dari sindrom tourette. Sindrom Gilles de la Tourette adalah suatu kelainan
tik onset masa kanak-kanak yang berasosias dengan abnormalitas perilaku (96% pada
usia 11). Gangguan kepribadian kompulsif, gangguan defisit atensi, dan gangguan
cemas tampak pada kebanyakan individu ini. Hanya 10% sampai 20% memiliki
koprolalia1,3.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Tic fasialis berasal dari kata tic dan fasialis. Tic termasuk salah satu
myoclonus, dan tremor. Tic merupakan gerakan involunter yang sifatnya, mendadak,
cepat, singkat, stereotipik, kompulsif dan tak berirama, dapat merupakan bagian
Tic fasialis adalah suatu keadaan terjadinya gangguan gerakan wajah tidak
disadari, yang tidak terasa sakit yang disebabkan karena kerusakan syaraf cranial
VII (N. Fasialis). Gerakan pada tic fasialis bersifat lokal pada otot tertentu,
disebabkan oleh kelainan posisi arteri atau simpul pada arteri yang menekan syaraf
2.2 ANATOMI
Nukelus fasialis menerima serabut-serabut yang menyilang dan tidak menyilang
terdapat suatu lesi rostral dari nukleus fasialis akan menimbulkan paralisis dari
Karena otot frontalis dan orbikularis okuli menerima persarafan dari kortikal
bilateral, maka otot-otot tersebut tidak akan dilumpuhkan oleh lesi yang mengenai
superior. Serabut saraf ini mengurus glandula dan mukosa faring, palatum,
dan lakrimalis.
4. Serabut somato-sensorik rasa nyeri (dan mungkin juga rasa suhu dan rasa raba)
dari sebagian daerah kulit dan mukosa yang disarafi oleh nervus trigeminus.
Daerah overlapping (disarafi oleh lebih dari satu saraf (tumpang tindih))
ini terdapat di lidah, palatum, meatus akustikus elsterna dan bagian luar
gendang telinga.
ekspresi wajah. Disamping itu saraf ini membawa serabut parasimpatis ke kelenjar
ludah, kelenjar air mata dan ke selaput mukosa rongga mulut dan hidung. Dan ia juga
sensasi 2/3 depan lidah, dan sensasi viseral umum dari kelenjar ludah, mukosa
hidung, dan faring. Dan sensasi proprioseptif dari otot-otot yang disarafinya2.
di kanal fasialis. Sensasi pengecapan dari 2/3 depan lidah dihantar melalui saraf
dan berakhir pada akar desenden dan inti-inti akar desenden dari saraf trigeminus3.
keluar di bagian lateral pons. N. VII bersama N. Intermedius dan N. VIII kemudian
dan menjadi satu berkas saraf yang berjalan dalam kanalis fasialis dan kemudian
2.3 ETIOLOGI
A. Herediter/diwariskan (inherited)
1. Distonia torsi.
2. Neuroakantosis.
3. Penyakit Huntington.
4. Penyakit Wilson.
B. Didapatkan/diperoleh (acquired)
2. Obat-obatan
Dicetuskan misalnya oleh:
a. Stimulan.
b. Levodopa.
d. Neuroleptik.
3. Pertumbuhan/perkembangan (developmental)
4. Stroke
6. Trauma kepala
2.4 PATOGENITAS
Sebagian besar kasus Tic Fasialis sebelumnya yang dianggap idiopatik itu
mungkin disebabkan oleh pembuluh darah yang menyimpang (misalnya cabang distal dari
fasialis dalam cerebellopontine angle. Lesi kompresi misalnya pada tumor mungkin
Gerakan involuntar pada tik timbul akibat lesi difus pada putamen dan globus
yang masuk, yang dalam keadaan normal ikut memengaruhi putamen dan globus palidus.
Ini disebut release phenomenon, yang berarti hilangnya aktivitas inhibisi yang
normal.
Gerakan klonik berlangsung untuk kontraksi tonik berkelanjutan dari otot
yang terlibat. Iritasi kronis pada nervus fasialis atau nukleus fasialis merupakan
penyebab yang mungkin dari tic fasialis. Iritasi dari nucleus nervus fasialis
iritasi pada segmen proksimal saraf dapat menyebabkan ephatic transmisi dalam
nervus fasialis.
Gerakan otot wajah involunter pada tic bisa bangkit sebagai suatu pencerminan
kegelisahan atau depresi. Pada gerakan involunter tersebut, sudut mulut dapat
terangkat dan kelopak mata memejam secara berlebihan. Gerakan otot wajah sebagai
gerakan kebiasaan sering dijumpai pada anak atau orang dewasa yang spikolabil.
Nervositas dan kurang kepercayaan diri sering terlihat pada wajah seseorang.
Adakalanya gerakan involunter kebiasaan itu sangat keras dan bilateral, sehingga
raut muka saling berubah. Meringis, mencucu, memejamkan mata merupakan gerakan
Adakalanya kata-kata yang kotor atau ludah dikeluarkan pada waktu yang
bersamaan pada saat gerakan involunter terjadi. Sindrom tic fasialis yang disertai
tourette.
2.5 EPIDEMIOLOGI
Tik sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari. Gejala awal muncul
sekitar usia 5-10 tahun. Prevalensi tertinggi usia 9-11 tahun. Rasio pria : wanita
= 3:15.
Gerakan involunter pada wajah hanya sebuah gejala. Lelah, anxietas, dan
membaca mungkin merangsang gerakan tersebut. Otot pada salah satu bagian wajah
tidak sengaja kejang, biasanya diawali dengan kelopak mata, kemudian menyebar
menuju pipi dan mulut. Gangguan tersebut pada hakekatnya tidak menyakitkan tetapi
bisa memalukan1,5.
2.7 DIAGNOSIS
wajah yang dipersarafi N.VII ( N. fasialis ), tidak disadari, yang tidak terasa
sakit yang bersifat setempat pada otot tertentu, sejenak, namun berkali. Tempat
terjadinya biasanya di satu sisi saja misalnya pada pipi, mulut, atau kelopak mata.
Gerakannya dapat berupa wajah yang berkedut, meringis atau mata yang
berkedip-kedip3.
facial myokimia berupa suatu gerakan menyerupai getaran otot muka yang menetap dan
berlanjut. Gambaran EMG berupa salah satu cetusan (discharge) spontan yang asinkron
demikian penderita merasa lega. Penderita tic biasanya berhubungan dengan penyakit
obsesive compulsive3.
tic fasialis dapat dengan pemeriksaan fisik saja, tidak ada pemeriksaan penunjang
untuk menyingkirkan kemungkinan adanya kejang Ada beberapa penyebab yang dapat
menimbulkan tic fasialis yaitu tumor, malformasi pembuluh darah dan proses infeksi
Sebagai penyebab terbanyak dan telah dibuktikan yaitu adanya penekanan oleh
pembuluh darah . Dari 140 kasus tic fasialis yang dilakukan tindakan mikrovaskular
dekompresi didapatkan copressing vessel yang paling sering adalah Anterior
2.8 KLASIFIKASI
1. Tic Motor
Tic motor dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh, tetapi mereka
a. Simple/ sederhana
b. Kompleks / Kronik
lebih lama. Melibatkan lebih dari satu kelompok otot atau mereka terdiri
a. Simple / Sederhana
b. Kompleks / kronik
6
coprolalia.
3. Sindrome Tourete
2.9 PENATALAKSANAAN
medika mentosa dengan pemberian Carbamazepin dengan dosis 600-1200 mg/hr. Pada
hasil penelitian lain dikatakan carbamazepin efektif pada lebih dari 50% kasus.
Dapat pula diberikan pelemas otot (baclofen dengan dosis 10-60 mg/ hari).
Bila dengan kedua macam obat tersebut kurang berhasil maka dapat digunakan
Botulinum Toxin injeksi (BOTOX) dengan dosis rata-rata 3,22 unit/cm2 secara langung
Cara kerjanya yaitu menimbulkan efek paralisis pada otot yang disuntik dengan jalan
Dosis yang digunakan tergantung dari daerah otot yang akan disuntik. Obat suntikan
ini merupakan hasil pengolahan toksin botulinum serotipe A. Secara klinis kelemahan
akan tampak 1-3 hari setelah pemberian toksin ini dan akan berakhir 3-6 bulan
pengobatan terhadap Tic fasialis. Operasi ini memiliki efek samping yang cukup
1. Facial myokimia
Tic dapat dibedakan dengan fasial myokimia .Secara klinis karakteristik
facial myokimia berupa suatu gerakan menyerupai getaran otot muka yang
menetap dan berlanjut. Gambaran EMG berupa salah satu cetusan (discharge)
spontan yang asinkron dari motor unit yang berdekatan. Facial myokimia muncul
gelombang. Hal ini dibedakan dari gerakan wajah abnormal lainnya dengan
proses di batang otak. Pada kasus yang berat mungkin bermanfaat jika
2. Hemifacial spasme
oculi dan menjalat secara bertahap ke otot daerah pipi dan menyebar ke daerah
Prognosis dari tic fasialis tergantung pada pengobatan dan bagaimana respon
pasien terhadap pengobatan. Beberapa individu akan relatif bebas dari gejala,
dengan toksin botulinum atau obat-obatan. Pada tic fasialis kurang dari 10 % pasien
BAB II
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN :
Nama : Tn. P
Umur : 43 tahun
Alamat : Padang
Alloanamnesis :
Neurologi RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 14 Juni 2017 dengan:
Keluhan Utama :
Kelopak mata kiri terasa berkedip sendiri sejak 2 bulan yang lalu terutama
dirasakan ketika sore hari setelah pasien mandi atau malam hari sebelum tidur. Pada
mata kanan kedipan tidak dirasakan. Pasien merasa kedipan kelopak mata tidak
dirasakan ketika pagi hari maupun siang hari saat bekerja. Kedipan kelopak mata
dirasakan hilang timbul, dimana pada awal kedipan terasa sangat kuat, kemudian
melemah dan hilang sementara. Ketika terjadi, kedipan tidak bisa hilang walau
Riwayat bibir mencong dan lumpuh otot wajah sebelumnya tidak ada
Tidak diketahui ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini
Pasien seorang karyawan di bagian marketing pada sebuah Bank Swasta di kota
Padang.
PEMERIKSAAN FISIK
I. Umum
Suhu : 36,8 0c
Torak
Paru
Perkusi : Sonor
wheezing
Jantung
Abdomen
Perkusi : Timpani
Korpus vertebrae
· Pupil isokor, diameter 3m/3mm, reflek cahaya +/+, papil edema tidak ada
uvula ditengah
5. Refleks
Fisiologis:
Biseps : ++/++
Triseps : ++/++
KPR : ++/++
APR : ++/++
Patologis :
Babinsky : -/-
Chaddok : -/-
Oppenheim :-/-
Schaefer : -/-
Gordon : -/-
Pemeriksaan laboratorium
Darah :
Hb : 12,5 gr/dl
Leukosit : 9.200/mm3
Trombosit : 257.000/mm3
Hematokrit : 31%
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis :
Diagnosis Banding
Prognosis :
Terapi :
- Umum :
- Khusus :
Anjuran pemeriksaan
1. Brain CT-Scan
BAB IV
DISKUSI
Seorang pasien lak-laki datang poliklinik Neurologi RSUP dr. M.Djamil Pdang
dengan keluhan kelopak mata kiri terasa berkedip sendiri sejak 2 bulan yang lalu
terutama dirasakan ketika sore hari setelah pasien mandi atau malam hari sebelum
tidur. Gangguan tic biasanya terjadi pada saat isriahat dan tidak dirasakan pada
saat beraktivitas, misalnya pada pasien ini kedipan kelopak mata tidak dirasakan
ketika pagi hari maupun siang hari saat bekerja. Pada mata kanan pasien kedipan
tidak dirasakan karena biasanya gangguan tic bersifat unilateral. Kedipan kelopak
mata dirasakan hilang timbul, dimana pada awal kedipan terasa sangat kuat, kemudian
melemah dan hilang sementara. Ketika terjadi, kedipan tidak bisa hilang walau
pasien mengucek mata karena tic terjadi akibat gangguan pada saraf fasialis (NVII)
dan gangguan ini dapat bersifat idiopatik karena pada pemerikssan fisik pasienn
DAFTAR PUSTAKA
1) Carpenter D. O., Hemifacial spasm, HANDBOOK OF PATHOPHYSIOLOGY
4) http://emedicine.medscape.com/article/1170722
5) http://www.medlink.com/medlinkcontent.asp
6) http://www.mountsinai.org/patient-care/health-library/diseases_neurologi