Anda di halaman 1dari 16

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Pengadaan Obat Di Rumah Sakit


Merupakan proses kegiatan manajemen obat, meliputi : perencanaan dan
pengadaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan dan anggaran rumah sakit.
4.1.1 Perencanaan Obat
Perencanaan menurut Surat Keputusan Mentri Kesehatan RI No.
1197/SK/MenKes/X/2004 merupakan proses kegiatan dalam pemilihan
jenis , jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan
dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan
metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan
yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi
konsumsi yang disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. . Pedoman
perencanaan, meliputi : DOEN, formularium rumah sakit, standar terapi
rumah sakit, ketentuan setempat yang berlaku, data catatan medik, anggaran
yang tersedia, penetapan prioritas, siklus penyakit, sisa persediaan, data
pemakaian periode yang lalu, dan rencana pengembangan (Depkes RI,
2004).
Perencanaan merupakan tahap yang penting dalam pengadaan obat di
instalasi farmasi rumah sakit (IFRS). Perencanaan pengadaan obat perlu
mempertimbangkan jenis obat, jumlah yang diperlukan, serta efikasi obat
dengan mengacu pada misi utama yang diemban oleh rumah sakit. Untuk
menentukan beberapa macam obat yang harus direncanakan, fungsi
kebijakan rumah sakit sangat diperlukan agar macam obat dapat dibatasi.
Penetapan jumlah obat yang diperlukan dapat dilaksanakan berdasarkan
polulasi yang akan dilayani, jenis pelayanan yang diberikan, atau
berdasarkan data penggunaan obat yang sebelumnya (Dep Kes RI, 2002).
Pedoman perencanaan menurut KepMenKes 1197/SK/MenKes/X/2004
adalah:
a. DOEN, formularium rumah sakit, standar terapi rumah sakit dan
ketentuan setempat yang berlaku.
b. Data catatan medik
c. Anggaran yang tersedia
d. Penetapan prioritas
e. Siklus penyakit
f. Sisa persediaan
g. Data pemakaian periode yang lalu.
h. Rencana pengembangan
Tujuan perencanaan obat:
1. Mendapatkan jenis dan jumlah obat tepat sesuai kebutuhan
2. Menghindari kekosongan obat
3. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional
4. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat
Perencanaan merupakan tahap awal pada pengadaan obat. Ada
beberapa macam metode perencanaan yaitu:
a. Metode morbiditas/epidemiologi:
Metode ini diterapkan berdasarkan jumlah kebutuhan perbekalan
farmasi yang digunakan untuk beban kesakitan (morbidity load), yang
didasarkan pada pola penyakit, perkiraan kenaikan kunjungan dan waktu
tunggu (lead time). Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam
metode ini, yaitu menentukan jumlah pasien yang akan dilayani dan
jumlah kunjungan kasus berdasarkan prevalensi penyakit, menyediakan
formularium/ standar/ pedoman perbekalan farmasi, menghitung
perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi, dan penyesuaian dengan
alokasi dana yang tersedia. Persyaratan utama dalam metode ini adalah
rumah sakit harus sudah memiliki standar pengobatan, sebagai dasar
untuk penetapan obat yang akan digunakan berdasarkan penyakit.
Langkah-langkah perhitungan metode morbiditas adalah:
1. Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok umur
penyakit.
2. Menyiapkan data populasi penduduk.
3. Menyediakan data masing-masing penyakit/tahun untuk seluruh
populasi pada kelompok umur yang ada.
4. Menghitung frekuensi kejadian masing-masing penyakit/tahun untuk
seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.
5. Menghitung jenis, jumlah, dosis, frekuensi dan lama pemberian obat
menggunakan pedoman pengobatan yang ada.
6. Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk tahun anggaran yang
akan datang (Dep Kes RI, 2008).
Tabel 1. Keunggulaan dan Kelemahan Metode Epidemiologi
Keunggulan Kelemahan
- Perkiraan kebutuhan - Membutuhkan waktu dan
mendekati kebenaran tenaga terampi
- Standar pengobatan - Data penyakit sulit diperoleh
mendukung usaha secara pasti
memperbaiki pola - Perlu pencatatan data
penggunaan obat pelaporan yang baik

b. Metode konsumsi
Metode ini diterapkan berdasarkan data riel konsumsi perbekalan
farmasi periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi.
Hal yang harus diperhatikan dalam menghitung jumlah perbekalan
farmasi yang dibutuhkan, yaitu dengan melakukan pengumpulan dan
pengolahan data, analisa data untuk informasi dan evaluasi, perhitungan
perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi, dan penyesuaian jumlah
kebutuhan perbekalan farmasi dengan alokasi dana. Metode konsumsi
ini mempersyaratkan bahwa penggunaan obat periode sebelumnya harus
dipastikan rasional. Hal ini disebabkan metode konsumsi hanya
berdasarkan pada data konsumsi sebelumnya yang tidak
mempertimbangkan epidemiologi penyakit. Kalau penggunaan obat
periode sebelumnya tidak rasional, disarankan untuk tidak menggunakan
metode ini, karena kalau tidak justru mendukung pengobatan yang tidak
rasional di rumah sakit.
Berdasarkan pada penggunaan obat tahun sebelumnya (untuk RS
yang sudah berdiri)
Dasar: * analisa data
* konsumsi obat tahun sebelumnya
Sumber data:
1) Pencatatan dan pelaporan ( Kartu stok)
2) Pencatatan dan pelaporan beberapa fasilitas kesehatan
3) Hasil pertemuan beberapa tenaga medis
Jenis data:
Alokasi dana, daftar obat, stok awal, penerimaan, pengeluaran, sisa
stok, kadaluwarsa, obat kosong, stok pengaman.
Kelebihan metode konsumsi:
a. Datanya akurat metode paling mudah.
b. Tidak perlu data penyakit dan standar pengobatan
c. Kekurangan dan kelebihan obat sangat kecil
Kekurangan:
1. Data konsumsi, obat dan jumlah kontak pasien sulit.
2. Tidak dapat untuk dasar penggunaan obat dan perbaikan pola
peresepan
3. Kekurangan,kelebihan dan kehilangan obat sulit diandalkan
4. Tidak perlu catatan morbiditas yang baik
Rumus yang digunakan adalah:
A = (B+C+D) – E
Ket :
A = Rencana pengadaan
B = Pemakaian rata-rata x 12 bulan
C = Stok Pengaman 10% - 20%atau sesuai kebijakan RS
D = Waktu tunggu
E = Sisa stok
c. Metode Gabungan:
Yaitu gabungan dari mordibitas dan konsumsi. Metode ini untuk
menutupi kelemahan kedua metode tersebut (mordibitas dan konsumsi).
Kelebihan metode gabungan:
Metode gabungan ini untuk menutupi kelemahan metode
mordibitas dan konsumsi (Hassan, 1986)
Dalam melakukan perencanaan dapat menggunakan peramalan
(forecasting) sebagai usaha untuk memprediksi kebutuhan obat dimasa
yang akan datang.
4.1.2 Pengadaan Obat Di Rumah Sakit
Pengadaan barang dan jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang
dan jasa oleh Kementerian/ Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah/
Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai
diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa
(Anonim, 2012). Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui pembelian,
produksi atau pembuatan sediaan farmasi, dan sumbangan atau hibah.
Tujuan pengadaan adalah untuk mendapatkan perbekalan farmasi dengan
harga yang layak, mutu yang baik, pengiriman barang yang terjamin tepat
waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga serta waktu
yang berlebihan. Secara umum pengadaan obat di rumah sakit dapat
dilakukan dengan cara tahunan, triwulan, mingguan. Dalam menentukan
jumlah pengadaan perlu diketahui adanya stok minimum dan maksimum,
stok rata-rata, stok pengaman, reordering level, economic order quantity,
waktu tunggu dan batas kadaluarsa. Beberapa jenis obat dan bahan aktif
yang mempunyai kadaluarsa relatif pendek harus diperhatikan waktu
pengadaannya, untuk itu harus dihindari pengadaan dalam jumlah besar
(Depkes RI, 2004).
Pengadaan obat merupakan suatu proses dari penentuan item obat dan
jumlah tiap item berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, pemilihan
pemasok penulisan surat pesanan (SP) hingga SP diterima pemasok.
Tujuannya adalah memperoleh obat yang dibutuhkan dengan harga yang
layak, mutu baik, pengiriman obat terjamin tepat waktu, proses berjalan
lancar, tidak memerlukan waktu dan tenaga yang berlebihan (Quick et al,
1997)
Menurut WHO (1996), pengadaan obat merupakan bagian terbesar
dari anggaran kesehatan. Di negara maju, biaya obat berkisar 10-15 % dari
anggaran kesehatan. Sementara di negara berkembang, biaya ini lebih besar
lagi antara 35-65 % sedangkan di Indonesia 39 %. Tanggung jawab
pengadaan obat esensial untuk pelayanan kesehatan dasar bukan lagi
menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, akan tetapi menjadi tanggung
jawab pemerintah daerah kabupaten/kota.
Tujuan pengadaan obat yakni tersedianya obat dengan jenis jumlah
yang cukup sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan dengan mutu yang
terjamin serta dapat diperoleh pada saat yang diperlukan, maka hal-hal yang
perlu diperhatikan pada pengadaan ini adalah kriteria obat, persyaratan
pemasok, penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat serta
penerimaan dan pemeriksaan obat (DepKes RI, 2002).
a. Kriteria/Persyaratan Pemasok
Pemilihan pemasok secara hati-hati adalah penting karena dapat
mempengaruhi baik kualitas maupun biaya obat yang dibutuhkan.
Untuk pemilihan pemasok perlu diperhatikan / dibatasi dengan hal-hal
sebagai berikut:
1. Memilih izin pedagang besar farmasi atau industri farmasi
2. Bagi pedagang besar farmasi (PBF) harus mendapat dukungan dari
industri farmasi yang memiliki sertifikat CPOB (Cara Pembuatan
Obat yang Baik) atau c-GMP.
3. Bagi industri farmasi harus yang telah memiliki sertifikat CPOB.
4. Pedagang besar farmasi atau industri farmasi sebagai supplier harus
memilki reputasi yang baik dalam bidang pengadaan obat.
5. Pemilik dan atau apoteker penanggung jawab PBF, apoteker
penanggung jawab produksi dan quality control industri farmasi
tidak dalam proses pengadilan atau tindakan yang berkaitan dengan
profesi kefarmasian.
b. Penentuan Waktu Pengadaan dan Kedatangan Obat
Waktu pengadaan dan waktu kedatangan obat dari berbagai
sumber anggaran perlu ditetapkan atau diusulkan oleh Unit Pengelola
Obat (UPO)/Gudang Farmasi, berdasarkan hasil analisis data:
1. Sisa stok
2. Jumlah obat yang akan diterima sampai dengan akhir tahun
anggaran.
3. Frekuensi pemakaian/indeks musiman
4. Waktu tunggu/lead time
Berdasarkan data tersebut dapat dibuat:
a. Bagan pemakaian/penggunaan obat.
b. Penetapan waktu pesan dan waktu kedatangan obat
4.1.2.1 Metode Pengadaan Obat
Dalam proses pengadaan ada 3 hal penting yang harus diperhatikan, yaitu
a. Pengadaan yang dipilih, bila tidak teliti dapat menjadikan “biaya tinggi”.
b. Penyusunan dan persyaratan kontrak kerja sangat penting untuk menjaga
agar pelaksanaan pengadaan terjamin mutu (misalnya persyaratan masa
kadaluarsa, sertifikat analisa/ standar mutu, harus mempunyai Material
Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan berbahaya, khusus untuk alat
kesehatan harus mempunyai certificate of origin.
c. waktu dan kelancaran bagi semua pihak dan lain-lain.
Pengadaan/pembelian perbekalan farmasi dapat dilakukan melalui beberapa
carra yaitu :
1. Pembelian merupakan rangkaian proses pengadaan untuk mendapatkan
perbekalan farmasi.
Pengadaan adalah proses penyediaan obat yang bertujuan untuk
mendapatkan obat dengan harga yang wajar, mutu yang baik,
pengiriman yang tepat waktu. Menurut Quick, et al., (2012), agar proses
pengadaan dapat berjalan lancar dan teratur maka diperlukan struktur
komponen berupa personil yang terlatih dan menguasai masalah
pengadaan, metode dan prosedur yang jelas, sistim informasi yang baik
serta didukung dengan dana dan fasilitas yang memadai.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengadaan adalah penentuan
pemasok, penentuan jumlah item obat, jumlah barang tiap item obat dan
kelengkapan surat pesanan atau kontrak, negoisasi harga, kapan dipesan
dan cara pembayaran. Keadaan ini harus diperhatikan karena keluaran
dari tahap pengadaan akan dapat dimonitor pada tahap penyimpanan.
Pengadaan persediaan sangat penting karena diharapkan dapat
memperoleh manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya-
biaya yang ada. Pengadaan obat tahun 2009-2012 diatur dalam Perpres
No. 54 tahun 2010, dimana diatur pelaksanaan pengadaan barang dan
jasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dari anggaran BLUD.
Tujuannya adalah agar pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang
sebagian atau seluruhnya dibiayai anggaran BLUD dilakukan secara
efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil/tidak
diskriminatif, dan akuntabel .
Khusus untuk pengadaan obat, diatur dengan ketentuan-ketentuan
dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa instansi pemerintahan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap pengadaan antara
lain sebagai berikut :
a) Memilih metode pengadaan yang paling menguntungkan
Ada empat metode dalam pengadaan perbekalan farmasi yaitu
sebagai berikut:
1) Open Tender (tender secara terbuka)
Open tender adalah suatu prosedur formal pengadaan obat
yang mana dilakukan dengan cara mengundang berbagai
distributor baik nasional maupun internasional. Metode ini
dilakukan dalam jangka waktu tertentu misalnya 2-3 kali
setahun, hal ini disebabkan karena proses tender memerlukan
waktu yang lama dan harganya lebih murah. Selain itu biasanya
metode ini dipakai oleh pemerintah karena khusus sesuai
sistemnya. Jadi untuk nominal tertentu dapat melakukan
pengadaan dalam jumlah tertentu pula.
2) Restricted tender (tender terbatas)
Metode ini dilakukan pada lingkungan yang terbatas, tidak
diumumkan di Koran, biasanya berdasarkan kenalan, nominalnya
tidak banyak, serta sering ada yang melakukan pengaturan tender
yaitu penawaran tertutup atau selektif, para penyalur yang
tertarik harus menerima semua persyaratan yang diajukan,
melalui suatu proses formal pre-kualifikasi yang mengacu pada
good manufacturing practices (GMPS). Performa supply
terdahulu, dan kekuatan financial.
3) Competitive Negotiation (kontrak)
Pembeli membuat persetujuan dengan pihak supplier untuk
mendapatkan harga khusus atau persetujuan pelayanan dan
pembeli dapat membayar dengan harga termurah. Metode
kontrak jauh lebih menguntungkan, karena pihak Rumah Sakit
dapat melakukan negoisasi langsung dengan pabrik sehingga
dapat mengurangi dana (diskon).
4) Direct Procurement
Merupakan cara yang paling mudah dan sederhana, namun
cenderung lebih mahal karena jarang memperoleh diskon. Ciri
dari metode pengadaan langsung adalah pihak Rumah Sakit
secara langsung melakukan pengadaan perbekalan farmasi
(setelah barang habis) kepada pihak PBF.
b) Melakukan negoisasi atas dasar kualitas, jaminan ketersediaan,
pelayanan purna jual, dan harga yang wajar.
c) Membuat kontrak yang spesifik sesuai hasil negoisasi
d) Memonitor surat pesanan yang dibuat
e) Memastikan kesesuaian antara surat pesanan, spesifikasi barang
dan dokumen pendukung yang menyertai
f) Melakukan pembayaran sesuai waktu yang telah disepakati (Quick,
et al., 2012)
Menurut perpres No. 54 tahun 2010 Proses pengadaan dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain :
a. Pelelangan Sederhana
Pelelangan sederhana merupakan metode pemilihan penyedia
barang/jasa untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua
pnyedia barang/jasa yang memenuhi syarat yang bernilai antara Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp.
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
b. Pelelangan Umum
Pelelangan umum adalah metode pemilihan penyedia
barang/jasa untuk pekerjaan yang brnilai paling tinggi Rp.
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
c. Pelelangan Terbatas
Pelelangan terbatas atau seleksi terbatas adalah metode
pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan
pengumuman secara luas melalui media massa dan papan
pengumuman resmi dengan mencantumkan penyedia barang/jasa
yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan kepada
penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.
d. Penunjukan langsung
Persyaratan penunjukan langsung adalah :
1) Penunjukan Langsung terhadap 1 (satu) Penyedia
Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya dapat dilakukan dalam hal:
(a) Keadaan tertentu; dan/atau
(b) Pengadaan Barang khusus/Pekerjaan Konstruksi khusus
Jasa Lainnya yang bersifat khusus.
2) Penunjukan Langsung dilakukan dengan mengundang 1 (satu)
Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang
dinilai mampu melaksanakan pekerjaan dan/atau memenuhi
kualifikasi.
3) Penunjukan Langsung dilakukan dengan negoisasi baik teknis
maupun harga sehingga diperoleh harga yang sesuai dengan
harga pasar yang berlaku dan secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan.
4) Kriteria keadaan tertentu yang memungkinkan dilakukan
penunjukan langsung terhadap penyedia barang/pekerjaan
konstruksi/jasa lainnya.
5) Kriteria Barang khusus/Pekerjaan Konstruksi khusus/Jasa
lainnya yang bersifat khusus yang memungkinkan dilakukan
Penunjukan Langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b, meliputi:
a. Barang/Jasa Lainnya berdasarkan tariff resmi yang
ditetapkan pemerintah;
b. Pekerjaan Konstruksi bangunan yang merupakan satu
kesatuan sistem konstruksi dan satu kesatuan tanggung
jawab atas risiko kegagalan bangunan yang secara
keseluruhan tidak dapat direncanakan/diperhitungkan
sebelumnya (unforeseen condition);
c. Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bersifat
kompleks yang hanya dapat dilaksanakan dengan
penggunaan teknologi khusus dan hanya ada 1 (satu)
Penyedia yang mampu;
d. Pekerjaan Pengadaan dan distribusi bahan obat, obat dan
alat kesehatan habis pakai dalam rangka menjamin
ketersediaan obat untuk pelaksanaan peningkatan
pelayanan kesehatan masyarakat yang jenis dan harganya
telah ditetapkan olh Menteri yang bertanggungjawab di
bidang kesehatan;
e. Pengadaan kendaraan bermotor dengan harga khusus untuk
pemerintah yang telah dipublikasikan secara luas kepada
masyarakat;
f. Sewa penginapan/hotel/ruang rapat yang tarifnya terbuka
dan dapat diakses oleh masyarakat;
g. Lanjutan sewa gedung/kantor dan lanjutan sewa ruang
terbuka atau tertutup lainnya dengan ketentuan dan tata
cara pembayaran serta penyesuaian harga yang dapat
dipertanggungjawabkan; atau
h. Pekerjaan pengadaan Prasarana, Sarana, dan utilitas umum
di lingkungan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan
rendah yang dilaksanakan oleh pengembang/developer
yang bersangkutan.
e. Pengadaan Langsung
Tata cara pengadaan langsung adalah sebagai berikut :
1) Pengadaan Langsung dapat dilakukan terhadap Pengadaan
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai
paling tinggi Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah),
dengan ketentuan:
(a) Kebutuhan operasional
Kementrian/Lembaga/Departemen/ Instansi (K/L/D/I);
(b) Teknologi sederhana;
(c) Risiko kecil; dan/atau
(d) Dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa usaha orang-
perseorangan dan/atau badan usaha kecil serta koperasi
kecil, kecuali untuk paket pekerjaan yang menuntut
kompetensi teknis yang tidak dapat dipenuhi oleh
Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan koperasi kecil
2) Pengadaan Langsung dilaksanakan berdasrkan harga yang
berlaku di pasar kepada Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa Lainnya.
3) Dihapus.
4) PA/KPA dilarang menggunakan metode Pengadaan Langsung
sebagai alasan untuk memecah paket Pengadaan menjadi
beberapa paket dengan maksud untuk menghindari pelelangan.
f. Kontes/Sayembara
Metode sayembara dapat dipilih dengan persyaratan sebagai
berikut :
1) Sayembara digunakan untuk Pengadaan Jasa Lainnya yang
memiliki karakteristik sebagai berikut:
(a) Merupakan proses dan hasil dari gagasan, kreativitas,
inovasi, budaya dan metode pelaksanaan tertentu; dan
(b) Tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.
2) Kontes digunakan untuk Pengadaan Barang yang memiliki
karakteristik sebagai berikut:
(a) Tidak mempunyai harga pasar; dan
(b) Tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan.
3) ULP/Pejabat Pengadaan menetapkan persyaratan
administrative dan teknis bagi:
(a) Penyedia Barang yang akan mengikuti Kontes;
(b) Penyedia Jasa Lainnya yang akan mengikuti Sayembara.
4) Dalam menetapkan persyaratan administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), ULP/Pejabat Pengadaan dapat
menetapkan syarat yang lebih mudah dari persyaratan
Penyedia Barang/Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19.
5) Persyaratan teknis disusun oleh tim yang ahli di bidangnya.
6) Penyusunan metode evaluasi dan pelaksanaan evaluasi
dilakukan oleh tim yang ahli di bidangnya.
g. Swakelola
Metode pengadaan lainnya adalah swakelola, adapun ketentuannya
adalah :
1) Swakelola merupakan kegiatan Pengadaan Barang/Jasa dimana
pekerjaannya direncanakan, dikerjakan, dan/atau diawasi
sendiri oleh K/L/D/I sebagaimana penanggungjawab anggaran,
instansi pemerintah lain, dan/atau kelompok masyarakat.
2) Pekerjaan dapat dilakukan dengan Swaklola meliputi:
(a) Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
dan/atau memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya
manusia, serta sesuai dengan tugas dan fungsi K/L/D/I;
(b) ) Pekerjaan operasi dan pemeliharaannya memerlukan
partisipasi
(c) langsung masyarakat setempat atau dikelola oleh K/L/D/I;
(d) Pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau
pembiayaannya tidak diminati oleh Penyedia Barang/Jasa;
Pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat
dihitung/ditentukan terlebih dahulu, sehingga apabila
dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa akan
menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang besar
(e) Penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar,
lokakarya atau penyuluhan;
(f) Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan
survey yang bersifat khusus untuk pengembangan
teknologi/metode kerja yang belum dapat dilaksanakan
oleh Penyedia Barang/Jasa;
(g) Pekerjaan survey, pemrosesan data, perumusan kebijakan
pemerintah, pengujian di laboratorium, dan pengembangan
system tertentu;
(h) Pekerjaan yang bersifat rahasia bagi K/L/D/I yang
bersangkutan;
(i) Pekerjaan Industri Kreatif, inovatif, dan budaya dalam
negeri;
(j) Penelitian dan pengembangan dalam negeri; dan/atau
(k) Pekerjaan pengembangan industry pertahanan, industry
alutsista, dan industry almatsus dalam negeri.
3) Prosedur Swakelola meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, penyerahan, pelaporan, dan pertanggungjawaban
pekerjaan.
4) Pengadaan melalui Swakelola dapat dilakukan oleh:
(a) K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran;
(b) Instansi Pemerintah lain Pelaksana Swakelola; dan/atau
(c) Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola
5) PA/KPA menetapkan jenis pekerjaan serta pihak yang akan
melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa secara Swakelola.
2. Produksi/pembuatan sediaan farmasi
Produksi sediaan farmasi dirumah sakit merupakan kegiatan
membuat, mengubah bentuk dan pengemasan kembali sediaan farmasi
steril atau non-steril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di
rumah sakit.
Kriteria perbekalan farmasi yang diproduksi di rumah sakit adalah:
a. Sediaan farmasi dengan formula khusus. b.
b. Sediaan farmasi dengan mutu sesuai standar dengan harga lebih
murah.
c. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil.
d. Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran.
e. Sediaan farmasi untuk penelitian.
f. Sediaan nutrisi parenteral.
g. Rekonstruksi sediaan obat kanker.
h. Sediaan farmasi yang harus selalu dibuat baru.
Dep Kes RI, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tentang
Standar Pelayanan Farmasi Di Rumah Sakit dan Apotek, Jakarta.

Dep Kes RI, 2002, Pedoman Supervisi dan Evaluasi Obat Publik dan Perbekalan
Farmasi, DepKes RI, Jakarta

Dep Kes RI., 2008, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomor :
129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimum Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Hasan, W.E., 1986, Hospital Pharmacy, Fifth ed, Lea and Febiger, Philadelphia

Quick, J.P., Rankin, J.R., Laing, R.O., O’Cornor, R.W., 1997, Managing Drug
Supply, the selection, procurement, distribution and use of pharmaceutical, second
edition, Kumarin Press, Conecticus, USA

Quick, J.P., Rankin, J.R., Laing, R.O., O’Cornor, R.W., 2012, Managing Drug
Supply, the selection, procurement, distribution and use of pharmaceutical, third
edition, Kumarin Press, Conecticus, USA

Anda mungkin juga menyukai