Anda di halaman 1dari 5

Nama : Asri Nur Aina

NIM : 186030100111014

ANALISIS PERAN STAKEHOLDER DALAM PEMERATAAN PENDIDIKAN


DI KABUPATEN NUNUKAN
Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) khususnya alenia ke Empat

pembukaan UUD 1945 menjelaskan bahwa salah satu tujuan pembentukan pemerintahan

Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum serta mencerdaskan kehidupan

bangsa. Pasal 28C ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Bab XA tentang Hak Asasi Manusia menyebutkan “Setiap orang berhak mendapat

Pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan

budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”.

Amanat Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

mengatakan jika kebijakan pendidikan Indonesia bersifat desentralistik. Namun, persoalan

mendesak yang dihadapi dalam pendidikan nasional Indonesia justru adalah belum

meratanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Setiap warga negara mempunyai

hak yang sama dalam memperoleh pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu pemerintah

sebagai penyelenggara negara wajib berupaya untuk memenuhinya. Dana Alokasi Khusus

(DAK) yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) diberikan untuk anggaran pendidikan minimal sebesar

20%. Pemberian DAK merupakan komando dari pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah untuk menjadikan pendidikan sebagai salah satu fokus program dalam

pembangunan. Akan tetapi realisasinya menunjukkan bahwa saat ini belum semua warga

negara memperoleh haknya atas pendidikan. Menyikapi hal tersebut, sebagai wujud

konsistensi dalam menyelenggarakan pendidikan di daerah, pemerintah daerah di Indonesia

membuat kebijakan atau peraturan daerah yang berkaitan dengan pendidikan sebagai

bentuk pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.


Berbagai kebijakan pemerintah khususnya kebijakan dalam bidang pemenuhan hak atas

pendidikan di wilayah perbatasan selama ini dalam implementasi belum dilakukan secara

terpadu dengan mengintegrasikan seluruh sektor terkait, sehingga intrumen hukum yang

ada tidak dapat secara maksimal memberikan jaminan perlindungan dan pemenuhan hak

pendidikan kepada masyarakat di wilayah perbatasan sehingga sejumlah tempat yang

berstatus tertinggal di kawasan perbatasan semakin tidak tersentuh oleh kebijakan yang

berorientasi kepada hak-hak masyarakat, khususnya di wilayah perbatasan Kalimantan

Utara. Setelah adanya peraturan Daerah mengenai pengelolaan dan penyelenggaraan

pendidikan dikabupaten Nunukan ini, sampai hari ini pendidikan dikawasan perbatasan

kondisinya masih sangat memprihatinkan. Sebagai gerbang terdepan Indonesia pendidikan

didaerah perbatasan keadaannya masih jauh dari ideal. Kabupaten Nunukan memiliki 19

kecamatan yang terdiri dari 8 keluarahan dan 232 desa. Dari Data Badan Pusat Statistik

Kabupaten Nunukan tahun 2015, di Kabupaten Nunukan secara keseluruhan hanya terdiri

dari 133 Sekolah Dasar (SD), 12 Madrasah Ibtidaiyah (MI), 45 Sekolah Menengah Pertama

(SMP), 6 Madrasah Tsanawiyah (MTs), 15 Sekolah Menengah Atas (SMA), 5 Madrasah

Aliyah, 8 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Berikut adalah Jumlah data satuan

pendidikan (sekolah) di Kabupaten Nunukan berdasarkan Data Referensi Kementrian dan

Kebudayaan
Selain itu, rasio perbandingan antara guru dan siswa sampai pada saat ini masih tidak

sesuai dengan jumlah rasio perbandingan ideal antara guru dan siswa. Sebagai contoh, di

salah satu SD di kecamatan sebatik hanya memiliki 1 guru sebagai tenaga pengajar. Yang

mana hal ini jika kita kaitkan dengan Tolok ukur umum yang bisa digunakan untuk melihat

keberhasilan pendidikan di suatu wilayah adalah penyediaan sarana dan prasarana

pendidikan, baik gedung sekolah maupun tenaga pengajar dan rasio murid terhadap guru.

Sarana dan prasarana pendidikan sebagaimana data tersebut menunjukkan bahwa masih

belum memadai baik dilihat dari kebutuhan dasar belajar maupun tenaga pendídik

profesional yang sesuai dengan tingkat pengajaran dan fasilitas pendidíkan lebih tinggi

khususnya seperti Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan anak yang akan melanjutkan

ke pendidikan SLTA harus ke tempat terdekat yakni di Kabupaten Nunukan atau di Kota

Tarakan sehingga yang bisa melanjutkan pendidikan SLTA terbatas pada anak-anak yang

orang tuanya mampu secara ekonomi, sehingga hal ini tidak jarang menyebabkan ada juga

penduduk yang tidak melepas kewarganegaraan anaknya yang lahir di Malaysia dengan
alasan agar dapat sekolah di Malaysia dengan cuma-cuma sesuai dengan ketentuan yang

berlaku bagi anak yang lahir di negara tersebut.

Masalah pemerataan pendidikan memang merupakan sebuah masalah kompleks yang

sampai pada hari ini masih belum terselesaikan, namun dalam prosesnya pendidikan tetap

memerlukan pembenahan sesuai masalah yang dihadapi. Penguatan tata kelola pendidikan

tidak saja bengantung pada kemampuan pemerintah saja tetapi juga sangat bergantung pada

kemauan dari semua lapisan masyarakat sebagai stakeholder dalam Sistem Pendidikan

Nasional, oleh sebab itu dalam pengelolaan pendidikan sebagai sebagai suatu sistem sangat

berkait dengan proses dan dinamika manusia dan lingkungannya (filsafatnya), dan cita-cita

pendidikan harus kita lihat secara komprehensif sebagai suatu sistem pendidikan nasional

yaitu adanya interdepedensi komponen stakeholders pendidikan. Dalam sektor pendidikan

stakeholder dapat diartikan sebagai orang yang menjadi pemegang dan sekaligus pemberi

support terhadap pendidikan atau lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan itu berupa

sekolah maka stakeholderya adalah : Birokrasi pendidikan (dinas pendidikan ), pengawas,

kepala sekolah, guru-guru, orang tua, komite sekolah, dewan sekolah, masyarakat, dunia

usaha dan dunia dunia indstri. Dengan kata lain stakeholder adalah orang-orang adalah

orang-orang, atau badan yang berkepentingan langsung atau tidak langsung terhadap

kegiatan pendidikan di sekolah

REKOMENDASI

Dalam pemerataan pendidikan di Kabuapaten Nunukan telah banyak dilakukan upaya-

upaya untuk mengatasi masalah tersebut seperti wajib belajar 9 tahun dan lain-lain. Namun

masih perlu upaya-upaya lainnya agar dapat menerapkan pemerataan pendidikan secara

keseluruhan di Kabupaten Nunukan yaitu :

1. Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan di seluruh sekolah dengan subsidi dari

APBN
2. Memberikan kepada siswa yang berprestasi dan/atau dari keluarga yang tidak mampu

agar siswa dapat terus menuntut ilmu tanpa mempermasalahkan biaya pendidikan.

3. Untuk di Perguruan Tinggi harus meningkatkan kapasitas tampung, terutama untuk

bidang-bidang yang menunjang kemajuan ekonomi, penguasaan sains dan teknologi,

serta meningkatkan kualitas kehidupan.

4. Menyebarkan kapasitas pendidikan tinggi secara geografis untuk mendukung

pembangunan daerah serta memberi kesempatan bagi kelompok masyarakat yang

berpenghasilan rendah termasuk kelompok masyarakat dari daerah bermasalah, dengan

menyelenggarakan pembinaan perguruan tinggi sebagai pusat pertumbuhan di kawasan

serta menyelenggarakan pembinaan program unggul di wilayah kedudukan perguruan

tinggi.

5. Menyebar lulusan guru-guru ke daerah-daerah yang masih minim tenaga pengajarnya.

Agar tidak terjadi penumpukan lulusan guru di suatu daerah sehingga banyak lulusan

guru yang bekerja di bukan keahliannya. Sedangkan di daerah lain masih kekurangan

tenaga guru.

Anda mungkin juga menyukai