Anda di halaman 1dari 14

MODUL 1

KEGIATAN BELAJAR 1

HAKIKAT, FUNGSI, DAN TUJUAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SD


KEGIATAN BELAJAR 1

Hakikat , fungsi, dan tujuan PKn di SD


Dalam kurikulum Pendidikan Dasar 94, terdapat mata pelajaran “Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan”, yang di singkat dengan PPkn. Istilah “Pendidikan pancasila dan
Kewarganegaraan”, pada saat itu secara hukum tertera dalam undang-Undang No 2/1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sejak di Undangkannya UU Sisdiknas No 20 tahun
2003 secara hukum istilah tersebut sudah berubah menjadi “Pendidikan Kewarganegaraan”.
Oleh karena itu nama mata pelajaran tersebut di SD berubah menjadi Mata Pelajaran
Pendidikan Kewaganegaraan.

A. HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Dalam Kurikulum 1946, Kurikulum 1957, dan Kurikulum 1961 tidak dikenal adanya mata
Pelajaran Penendidikan Kewarganegaraan. Dalam Kurikulum 1946 dan 1957 materi tersebut
itu dikemas dalam Mata Pelajaran Pengetahuan Umum di SD atau Tata Negara di SMP dan
SMA.

Dalam Kurikulum SD tahun 1968 di kenal Mata Pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara
(PKN). Menurut Kurikulum SD 1968 Pendidikan Kewargaan Negara mencakup Sejarah
Indonesia, Geografi, dan Civics yang di artikan sebagai Pengetahuan Kewargaan Negara.
Dalam kurikulum SMP 1968 PKN tersebut mencakup materi sejarah Indonesia dan Tata
Negara, sedang dalam Kurikulum SMA 1968 PKN lebih banyak berisikan materi UUD 1945.

Menurut Kurikulum SPG 1968 PKN mencakup sejarah Indonesia, UUD, Kemasyarakatan,
dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Dalam Kurikulum Proyek Printis sekolah Pembangunan (PPSP) 1973 terdapat Mata Pelajaran
Pendidikan Kewargaan Negara (PKN) dan Pengetahuan Kewargaan Negara.

Menurut Kurikulum PPSP 1973 di perkenalkan Mata Pelajaran Pendidikan Kewargaan


Negara/Studi Sosial untuk SD 8 tahun yang berisikan integrasi materi Ilmu pengetahuan
Sosial. Di sekolah Menengah 4 tahun selain studi Sosial terpadu juga terdapat Mata pelajaran
PKN sebagai Program inti dan Civics dan Hukum sebagai program utama Jurusan Sosial.

Oleh Somantri (1967) istilah Kewargaannegara merupakan terjemahan dari “civics” yang
merupakan mata pelajaran sosial yang bertujuan membina dan mengembangkan anak didik
agar menjadi warga Negara yang baik (good citizen)
Warga Negara yang baik adalah warga Negara yang tahu, mau, dn mampu berbuat baik
“(somantri 1970) atau secara umum yang mengetahui, menyadari, dan melaksanakan hak dan
kewajibanya sebagai warga Negara”

(Winaaputra 1978) Di lain pihak, istilah Kewarganegaraan digunakan dalam perundangan


mengenai Status formal warga negara dalam suatu negara. Misalnya sebagaimana diatur
dalam UU No 2 tahun 1946 dan Peraturan tentang diri kewarganegaraan serta peraturan
tentang naturalisasi atau perolehan status sebagai warga negara Indonesia bagi Orang-orang
warga Negara Asing.

Kedua konsep tersebut kini di gunakan untuk kedua-duanya dengan istilah kewarganegaraan
yang secara konseptul diadopsi dari konsep citizenship, yang secara umum di artikan sebagai
hal-hal yang terkait pada status hukum (legal standing)dan karekter warga negara,
sebagaimana digunakan dalam Perundang-undangan Kewarganegaraan untuk status warga
negara, dan pendidikan kewarganegaraan untuk program pengembangan karekter warga
negara secara kurikuler.

B. FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara Sekolah sebagai wahana pengembangan
warga yang demokratis dan bertanggung jawab, yang secara kurikuler pendidikan
Kewarganegaraan yang harus menjadi wahana psikologis-pedagogis yang utama.

Secara yuridis ada beberapa ketentuan perundang-undangan yang mengandung amanat


tersebut, sebagai berikut.
1. Pembukaan Undang-Undang dasar negara Republik Indonesia dan Perubahannya (UUD
1945 dan Perubahannya), khususnya alinea ke-4 yang menyatakan bahwa pembentukan
Pemerintah Negara Indonesia dimaksudkan untuk : ‘’…melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekan, perdamaian abadi dan keadilan sosial maka disusunlah Kemerdekaan
Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,Kemanusian yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

2. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI N0. 20
Tahun 2003 tentang Sisdiknas) Khususnya:

a. Pasal 3 yang menyatakan bahwa ‘’Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan


kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa , bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.

b. Pasal 4 mengatakan sebagai berikut:

1) Pendidikan di selenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif


dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, Nilai Keagamaan, Nilai kultural, dan
Kemajemukan Bangsa.

2)Pendidikan di selenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka
dan Multimakna.

3) Pendidikan di selenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan


peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

4) Pendidikan diselenggarakan dengan member keteladanan, membangun kemauan, dan


mengembangkan kreatifitas pederta didik dalam proses pembelajaran.

5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan


berhitung bagi segenap warga masyarakat.

6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semu komponen masyarakat melalui


peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

c. Pasal 37 ayat (1) yang menyatakan bahwa “ kurikulum pendidikan dassar dan menengah
wajib memuat : Pendidikan Agama, Pendidikan kewarganegaraan, bahasa, Matematika, Ilmu
Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni dan Budaya, Pendidkan Jasmani dan
Olahraga, Keterampilan/Kejujuran, dan Muatan Lokal.

Ayat (2) Memuat: Pendidikan Agama, Pendidkan Kewarganegaraan, dan Bahasa.

d. Pasal 38 ayat yang menyatakan bahwa “Kurikulum Pendidkan Dasar dan Menengah
dikembangkan sesuai relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan Pendidikan dan komite
sekolah/Madrasah di bawah koordinasi dan supervise Dinas Pendidikan atau kantor
Departemen Agama kabupaten/kota untuk Pendidikan Dasar dan Propensi untuk Pendidikan
Menengah.

3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Penndidkan (PP RI NO 19 Tahun 2005 tentang SNP)
4 Pasal 6 ayat (4) menyatakan bahwa “setiap kelompok Mata Pelajaran sebagaimana di
maksud dalam ayat (1) dilaksanakan secara holistic sehinggga pembelajaran masing-masing
kelompok mata pelajaran ikut mewarnai pemahaman dan atau penghayatan peserta didik”.

5. Pasal 7 ayat (2) Menyatakan bahwa kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan
kepribadian pada SD/MI/SDLB/Paket A SMP/MTs/SMPLB/Paket B
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C. atau bentuk lain yang sederajat

Dalam konteks itu, Khususnya pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, Sekolah
seyogyanya dikembangkan sebagai pranata atau tatanan sosial-Pedagogis yang kondusif atau
membersuasana bagi tumbuh kembangnya berbagai kualitas pribadi peserta didik.

Sekolah sebagai bagian integral dari masyarakat perlu dikembangkan sebagai pusat
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, yang mampu member
keteladanan,, membangun kemauan, dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam
proses pembelajaran demokratis.

Dalam kerangka semua itu mata pelajaran PKn harus berfungsi sebagai wahana kurikuler
pengembangan karakter warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab.

Peran PKn dalam proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat,
melalui pemberian keteladanan, pembangunan kemauan, dan pengembangan kreatifitas
peserta didik dalam proses pembelajaran.

Melalui PKn sekolah perlu di kembangkan sebagai pusat pengembangan wawasan, sikap, dan
keterampilan hidup dan berkehidupan yang demokratis untuk membangun kehidupan
demokrasi.

Dari kedua konsep dasar tersebut dapat dikemukakan bahwa paradigma pendidikan
demokrasi melalui PKn yang perlu dikembangkan dalam lingkungan sekolah adalah
pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional atau bersifat jamak. Sifat
multidimensionalnya itu terletak pada:
Pandangan yang pluralistik –uniter (bermaacam-macam teetapi menyatu) dalam pengertian
Bhineka Tunggal Ika.
Sikapnya dalam menempatkan individu, Negara, dan masyarakat global secara harmonis.
Tujuannya yang diarahkan pada dimensi kecerdasan (spiritual, rasional, dan sosial)
Konteks (setting) yang menghasilkan pengalaman belajarnyayang terbuka, fleksibel atau
luwes, dan bervariasi kepada dimensi tujuannya.

Dalam program pendidikan , paradigma ini menuntut hal-hal sebagai berikut:


Pertama, memberikan perhatian yang cermat dan usaha yang sungguh-sungguh pada
pengembangan pengertian entang hakikat dan karekteristik aneka ragam demokrasi, bukan
hanya yang berkembang di Indonesia.

Kedua, mengembangkan kurikulum dan pembelajaran yang sengaja dirancang untuk


memfasilitasi siswa agar mampu mengeksplorasi sebagaimana cita-citademokrasi telah
diterjemahkan kedalam kelembagaan dan praktik diberbagai belahan bumi dn dalam berbagai
kurun waktu.

Ketiga, tersedianya sumber belajar yang memungkinkan siswa mampu mengekplorasi sejarah
demokrasi di negara untuk dapat menjawab persoalan apakah kekuatan dan kelemahan
demokrasi yang di terapkan di negaranya itu secara jernih.

Keempat, tersedianya sumber belajar yang dapat mempasilitasi siswa untuk dapat memahami
penerapandemokrasi di negara lain sehingga mereka memiliki wawasan yan.g luas tentang
ragam ide dan sistem demokrasi dalam berbagai konteks.

Stuasi sekolah dan kelas di kembangkan sebagai democratic laboratory atau lab demokrasi
dengan lingkungan sekolah/kampus yang diperlakukan sebagai micro cosmos of democracy
atau linkungan kehidupan yang demokratis yang bersifat micro ddan memperlakukan
masyarakat luas sebagai open global classroom atau sebagai kelas yang terbuka.

Dengan cara itu akan memungkinkan siswa dapat belajar demokrasi dalam stuasi yang
demokratis dan membangun kehidupan yang lebih demokratis. Itulah makna dari konsep
“learning and for democracy,and for democracy” dengan PKn sebagai wahana kurikuler yang
utama.

KEGIATAN BELAJAR 2

Ruang lingkup PKn di SD

Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan bahwa “ mata pelajaran


Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata Pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukkan warga negara yang memahami dan mampu melakssanakan hak-hak dan
kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarekter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945” Sedangkan tujuannya digariskan dengan
tegas adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menaggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti korupsi.
3. Berkembang secara fositif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karekter-
karekter masyarakat Indonesia agar dpa hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia seccara langsung atau idak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Ditetapkan pula bahwa “ Kedalaman muatan Kurikulum pada setiap Mata Pelajaran pada
setia Satuan Pendidikan di tuangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai peserta didik
sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam Struktur Kurikulum”

Kompetensi yang dimaksud terdiri atas Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang
dikembangkan berdasarkan standar Kompetensi Lulusan.

Muatan Lokal dam kegiatan Pengembangan Diri merupakan bagian integral dari stuktur
kurikulum pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.

Berdasarkan Pemendiknas No. 22 tahun 2006 Ruang lingkup Mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan untuk Pendidikan Dasar dan Menengah secara umum meliputi aspek-
aspek sebagai berikut:
Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Norma, Hukum dan Peraturan
Hak Asasi Manusia
Kebutuhan Warga Negara
Konstitusi Negara
Kekuasaan dan Pilitik
Pancasila
Globalisasi

KEGIATAN BELAJAR 3

Tuntutan Pedagogis PKn di SD

Istilah Pedagogis diserap dari bahasa Inggris paedagogical. Akar kata dari paes dan ago
(bahasa latin), artinya Saya Membimbing. Kemudian muncul istilah paedagogy yang artinya
ilmu mendidik atau Ilmu Pendidikan (Purbakawatja 1956) . tututan pedagogis dalam modul
ini diartikan sebagai pengalaman belajar (learning experiences) yang bagaimana diperlakukan
untuk mencapai tujuan Pindidikan Kewarganegaraan , dalam pengertian ketuntasan
penguasaan kompetensi penguasaan kompetesi kewarganegaraan yang tersurat dan tersirat
dalam lingkup dan kompetensi dasar.

Semua kompetensi dasar untuk setiap kelas menuntut prilaku nyata (overt behavior). Hal ini
berarti bahwa konsep dan nilai kewarganegaraan diajarkan tidak boleh berhenti pada
pemikiran semata, tetapi harus terwujudkan dalam perbuatan nyata.
Dengan kata lain PKn menuntut terwujudnya pengalaman belajar yang bersifat utuh memuat
belajar kognitf, belajar nilai dan sikap, dan belajar prilaku. PKn seharusnya tidak lagi
memisah-misahkan domain-domain prilaku dalam belajar.

Proses pendidikan yang menjadi kepedulian PKn adalah proses pendidikan yang terpadu
utuh, yang juga disebut sebagai bentuk confluent educatin (Mc, Neil, 1981), tuntutan
pedagogis ini memerlukan persiapan mental, professionalitas, sossial guru-Murid ysng
kohesif.

Guru siap memberi contoh dan menjadi contoh. Ingatlah pada postulat bahwa Value is neither
tough now cought, it is learned (Herman 1966). Nilai tidak bisa diajarkan ataupun ditangkap
sendiri, tetapi dicerna melalui proses belajar. Oleh karena itu, nilai harus termuat dalam mater
Pelaajaran PKn.

PKn mata pelajaran dengan visi utama sebagai pendidikan demokrasi yang bersifat
multidimensional. Ia merupakan pendidikan demokrasi, pendidikan moral , pendidikan sosial,
dan masalah pendidikan politik.

PKn dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung misi Pendidikan Nilai dan Moral,
dengan alasan sebagai berikut:
1. Materi PKn adalah Konsep- konsep nilai Pancasila dan UUD 1945 beserta dinamika
peerwujudan dalam kehidupan masyarakat negara Indonesia.
2. Sasaran akhir belajar PKn adalah perwujudan nilai-nilai tersebut dalam prilaku nyata
dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajaran menuntut terlibatnya emosional, intelektual, dan sosial dari peserta didik
dan guru sehingga nilai-nilai itu bukan hanya dipahami (bersifat kognitif) tetapi dihayati
(bersifat objektif) dan dilaksanakan (bersifat prilaku).

Sebagai pengayaan teoritik, pendidikan nilai dan moral sebagaimana dicakup dalam PKn
tersebut, dalam pandangan Lickona (1992) disebut “Educating for character” atau
“pendidkan watak”

Lickona mengartikan watak atau karakter sesuai dengan pandangan filosof Michael Novak
(Lickona 1992 : 50-51). Yakni compatible mix of all thoese virtues identified sense down
traditions , litersry, stories, the sages, and persons of common sense down through history.
Artinya suatu perpaduan yang harmomis dari berbagai kebijakan yang tertuang dalam
keAgamaaan, Sastra, pandangan kaum,cerdik-pandai dan manusia pada mumnya sepanjang
zaman.

Liickona (1992,51) memamdang karakter atau watak itu memiliki tiga unsur yang saling
berkaitan yakni: moral knowing, moral feeling, and moral behavior (Konsep moral, sikap
moral, Prilaku moral)
MODUL 2

Karekteristik PKn sebagai

Pendidikan Nilai dan Moral

KEGIATAN BELAJAR 1

Pendidikan PKn sebagai

Pendidikan Nilai dan Moral

Konsep Pendikan nilai secara teoritik, Herman (1972) mengemukakan suatu prinsip yang
sangat mendasar, yakni bahwa “…value is neither taught nor cought , it is learned” yang
artinya bahwa substansi nilai tidaklah semata-mata ditangkap dan diajarkan tetapi lebih jauh,
nilai dicerna dalam arti ditangkap, diinternalisasi, dibakukan sebagai bagian yang melekat
dalam kualitas pribadi seseorang melalui proses belajar.

Dalam latar kehidupan masyarakat, proses pendidikan nilai sudah berlangsung dalam
kehidupan masyarakat dalam berbagai bentuk tradisi. Tradisi ini dapat di lihat dari petatah-
petitih adat, tradisi, lisan turun-temurun seperti dongeng, nasihat, simbol-simbol, kesenian
daerah seperti “kekawihan” di tatar pesundan dan “berbalas pantun” ditatar melayu.

Sebagai salah satu unsur kebudayaan (Kuncaraningrat 1978) kesenian paada dasarnya
merupakan produk budaya masyarakat yang melukiskan penghayatan tentang nilsi ysng
berkembang dalam limgkungan masyarakat pada masing-masing jamanya.

Berkaitan dengan nilai-nilai dalam masyarakat, proses “indiginasi”, yakni pemanfaatan


budaya daerah untuk pembelajaran mata pelajaran lain dengan tujuan untuk mendekatkan
pelajaran itu dengan lingkungan sekitar siswa menjadi sangat penting. Hasil belajar akan
lebih bermakna sebagai wahana pengembangan watak individu sebagai warga negara.
Contohnya legenda dari seluruh tanah air.

Dalam pengertian generik, konsep dap roses pendidikan merupakan proses yang sengaja
dirancang dan dilakukan untuk mengembangkan potensi individu dalam interaksi dengan
lingkungannya sehingga menjadi dewasa dan dapat mengarungi kehidupan dengan baik, dala
arti selamat didunia dan diakhirat.

Oleh karena itu tepat sekali dikatakan pada dassarnya pendidikan mempunyai dua tujuan
besar yakni mengembangkan individu dan masyarakat yang “ smart and good” (Lickona 1992
: 6). Konsepsi tujuan tersebut mengandung arti bahwa tujuan pendidikan tidak lain adalah
mengembangkan individu dan masyarakat agar cerdas (smart) dan baik (good)
Secara elaboratif tujuan ini oleh bloom dkk (1962) dirinci menjadi tujuan pengembangan
kognitif, afektif, dan psikomotorik, yakni pengembangan pengetahuan dan pengertian, nilai
dan sikap, dan keterampilan psikomotorik.

Pasal 1 butir 1 UU Sidikan 20/2003, ditegaskan bahwa pendidikan adalah …….ussaha dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
penendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam pasal 3 dikemukakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsimengembangkan


kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Selanjutnya sebagai prinsip pendidikan ditegaskan hal-hal sebagai
berikut:
Pendidikan disekengarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatifdengan menjunjung itnggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultual,dan
kemajemukan bangsa.
Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematis dengan sistem terbuka
ddan multimakna.
Pedidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan pesserta
didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
Pendidikan diselenggarakan demgan mengembangkan budaya membaca , menulis, dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat.
Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui
peran serta dalam penyelenggaraan dan pngendalian mutu pendidikan (Pasal 4)

Aspek cerdas dan baik itu seyogyanya dipandang sebagai satu kesatuan utuh. Hal itu
tercermin dari konsep kecerdasan saat ini, dimana kecerdasan tidak semata-mata berkenaan
denga aspek nalar atau intelektualitas atau kognitif, tetapi melingkupi ssegala poensi
individu.

Didalam konteks pemikiran taksonomi bloom pengembangan nilai dan sikap termasuk dalam
kategori afektif, yang secara khusus berisikan perassaan dan sikap (value and attitudes)

Proses pendidikan yang memusatkan perhatian pada penembangan nilai dan sikap ini didunia
barat dikenal dengan “value education, effective education, moral education, caracteer
education” (Winataoutra 2001)
Di Indonesia wacana pendidikan nilai tersebut secara kurikulerterintegrasi antara lain dala
pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan bahasa dan seni.

Bagaimana PKn sebagai mata pelajaran yang memiliki misi adalah pendidikan Nilai dan
Moral?

Pendidikan nilai dalam penjelasan pasal 37 Undang-Undang Republik Indonesia No 20


Tahun 2003, secara khusus tidak menebutkan tetapi secara Implisit, antara lain tercakup
dalam muatan pendidikan kewarganegaraan yang secara substantif dan pedagogis
mempunyai misi mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsan dan rasa cinta tanah air.

Hal itu juga di topang oleh rumusan landasan kurikulum, yang pada pasal 36 ayat (3) secara
eksplesit perlu memperhatikan persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan, perkembangan
ilmu pengetahuan teknologi dan seni, keragaman potensi daerah dan lingkungan dan
peningkatan potensi, kecerdasan dan minat pesrta didik.

Dalam konteks kehidupan masyarakat, kita melihat betapa masih besarnya kesenjangan
antara konsep dan muatan nilai yang tercermin dalam sumber-sumber normatif
konstitusional dengan fenomena sosial,cultural, politik, ideologis, dan regiositas. Kita
menyaksikan kondisi paradoksl antara nilai dan fakta dalam keidupan masyarakat berbangsa
dan bernegara RI sampai dengan saat ini.

Alisyahbana (1976) mengatakan bahwa “value as integrating forces and personality, society
and culture” nilai merupakan perekat-pemersatu dalam diri masyarakat dan kebudayaan.

Secara psikologis dan sosial yang dimaksudkan dengan cerdas itu bukanlah hanya cerdas
rasional tetapi jugs cerdas emosional, ceerdas sosial dan cerdas spiritual. (Sanusi 1998,
winataputra 2001) dengan kata lain indivvidu yang cerdas pikirannya, perasaannya, dan
prilakunya.

Oleh karena itu proses pendidikan tidak boleh dilepaskan dari proses kebudayaanyang pada
akhirnya akan mengantarkan manusia menjadi inssan yang berbudaya dan berkeadaban.

Secara umum yang dimaksud dengan pembudayaan adalahproses pengembangan nilai norma
dan moral dalam diri individumelalui proses perlibatan pesrta didik dalam proses pendidikan
yang merupakan bagian integral dari proses kebudayaan bangsa Indonesia.

Jika dianalisis lebih cermat dan mendalam, pendidikan nilai memiliki dimensi pedagogis
praktis yang jauh lebih kompleks daripada dimensi teoritasnya karena terkait pada konteks
sosial-kultural dimana pendidian nilai dilaksanakan.
Perlunya upaya pendidikan nilai moral yang di lakukan secara menyaluaruh dengan
pertimbsngan sebagai berikut:
Pendidikan moral merupakan suatu kebutuhan sosiokultural yang jelas dan mendesak bagi
kelangsungan kehidupan yang berkeadaban
Pewarisan nilai antar generasi dan dalam suatu generasi merpakan ahana sosiopsikologis dan
sselalu menjadi tugas dari proses peradaban
Eranan sekolah sebagai wahana psikopedagogis dan sosiopsikologis yang berfungsi sebagai
pendidik moral menjadi semakin penting, pada saat dimana hanya sebagian kecil anak yang
mendapat pendidikan moral dari orang tuanya da peranan lembaga keagamaan semakin kecil.
Dalam setiap masyassrakat terdapat landasan etika umum, yang bersifat universal melintasi
batas ruang dan waktu sekalipun dalam masyarakat pluralistik yang mengandung banyak
potensi terjadi konflik nilai.
Demokrasi mempunyai banyak kebutuhan khususnya pendidikan moral karena inti dari
demokrasi adalah pemerintah yang berakar dari rakyat dilakukan oleh wakil pembawa
amanah rakyat, dan mengusung komitmen mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat.
Pertanyaan yang selalu dihadapi baik individu maupun masyarakat adalah peertanyaan moral
Terdapat dukungan yang mendasar dan luas bagi pendidikan nilai disekolah.
Komitmen yang uat terhadap pendidikan moral sangatlah esensial untuk menarik dan
membina guru-guru yang berkeadaban dan fropesional.
Pendidikan nilai adalah pekerjaan yang dapat dan haarus dilakukan sebagai suatu
keniscayaan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat global.

Dilihat dari substansidan prosesnya, Lickona (1992 : 53-63) yang perlu dikembangkan dalam
rangka pendidikan nilaitersebut adalah Nilai karakter yang baik, (good character) yang
didalamnya mengandung tiga dimensi nilai moral yaitu dimensi wawasaan moral, dimensi
perasaan moral, dimensi prilaku moral.

Ketiga domain moralita tersebut satu dengan yang lainya memiliki keterkaitan substantifdan
fungsional. Artinya bahwa wawasan dan perasaan atau sikap dan prilaku moral merupakan
tigs hal yang secara psikologis bersinergi.

Modul 3

KETERKAITAN NPENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN DENGAN IPS DAN

MATA PELAJARAN LAINNYA

Keterkaitan pendidikan kewarganegaraan dengan IPS dan Mata Pelajaran lain, masudnya
adalah agar para guru SD memahami bahwa kewarganegaraan terdapat hubungan yang erat
antara mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan dengan mata pelajaran lainnya khususnya
dengan IPS.
Hal itu dimungkinkan olehh karena baik pendidikan kewarganegaraan maupun IPS adalah
berasal dari satu rumpun, ,yaitu rumpun-rumpun ilmu sosial. Hubungan dengan Mata
pelajaran lainnya adalah dimaksudkan agar mempelajari pendidikan kewarganegraan tidak
dibangun atas dasar-dasar pengetahuan yang luas. Keterkaitanya dengan demikian tidak
terbatas hanya antar mata pelajaran serumpun (Ilmu-ilmu sosial), tetapi juga dengan lintas
rumpun, misalnya rupun humaniora (Bahasa dan Seni, pedidikan Agama) dan juga denan
rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

KEGIATAN BELAJAR 1

GAMBARAN UMUM DAN KAREKTERISTIK

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SERTA

MATA PELAJARAN IPS DAN

MATA PELJARAN LAINNYA DI SD

A. PENGANTAR

Pembahasan tentang hubungan tau keterkaitan anar mata pelajaran di SD. Maksudnya tiada
lain adalah upaya mengaitkan antar mata pelajaran dapat berlangsung dengan baik sesuai
dengan dasar-dasar pertimbangan psikologis untuk tujuan-tujuan pendidikan.

Dasar pertimbangan untuk hal tersebut adalah siswa SD berpikir dalam kerangka yang
bersifat holistic (menyeluruh) dan belum bersifat fragmentaris dan detail. Artinya, upaya
mengsitkansecara alami tersebut memang sesuai dengan tingkat perkembangan dan
kematangan anak, dengan demikian anak akan belajar lebih wajar, bermakna, dan dalam
suasana yang menanang.
B. GAMBARAN UMUM, HAKIKAT DAN KAREKTERISTIK
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
1. Latar belakang masalah

Pembaruan dan inovasi dalam pendidikan kewarganegaraan serta keterkaitan dan aplikasinya
menjadi sebuah pembelajaran yang kreatif, produktif, yang bersifat kooperatif,dan
kolaboratif, menuntut konsep pembelajaran terpadumelalui pengkajian dan pelatihan yang
berwawasan demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM)

Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memang mengalami
perubahan nama dengan sangat cepatkarena mata pelajaran tersebut memang rentan terhadap
perubahan politik, namun ironisnya nama berubah berkali-kali, tetapi secara umum serta
pendekatan cara penyampaianya kebanyakan tidak berubah.
Dari sisi isi misalnya,lebih menekankan pengetahuan untuk dihafal dan bukan materi
pembelajaran yang mendorong berpikir apalagi berpikir kritis siswa.

Dari segi pendekatan yang lebih ditonjolkan adalah pendekatan politis dan kekuasaan

Dari segi pembelajaran atausistem penyampaiannya lebih menekankan padapembelajaran


satu arahdengan dominasi guru yang lebih menonjolsehingga hasilnya sudah dapat diduga,
yaitu verbalisme yang selama ini sudah dianggap sangat Melakat padapendidikan umumnya
di Indonesia.

Unntuk dapat mengatasi hal itulsh kiranya dibutuhkan oerubahan-perubahan dalm pendidikan
kewarganegaraan psling tidak untuk ketiga aspek tersebut.
2. Tujuan pendidikan kewarganegaraan
Tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah untuk mengembagkan
kemampuan-kemampuan sebagai berikut:
Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
Berpartisifasi secara aktifdan bertanggung jawab, serta beeertindak cerdas dalam kegiatan
kemasyararakatan, berbangsa dan bernegara.
Berkembang secara positif dan demokratisuntuk membentuk diri beerdasarkan pada karakter-
karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa lainnya.
Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam pecaturan dunia secar langsung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
C. HAKIKAT DAN KAREKTERISTIK BIDANG STUDI

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

1. Hakikat bidang studi pendidikan kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan Nilai-nilai


pancasilasebagai wahana untuk mengembangkan dan melestatikan nilai luhur dan Moral yang
berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan
dalam bentuk prilaku dalam kehidupan sehari-hari para Mahasiswa baik sebagai individu,
sebagai calon guru/pendidik, anggota masyarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha
Esa.

Hakikat Pendidikan kewarganegaraan adalah merupakan mata pelajaran yang memfokuskan


pada pembentukkan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku
bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
dilandasi oleh Pancasila dan UUD1945.

Secara umum tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah sebagai berikut:


Memberikan pengertian pengetahuan dan pemahaman tentang Pancasila yang benar dan sah
Meletakkan dan membentuk pola pikir yang sesuai dengan Pancasila dan ciri khas serta
watak ke-Indonesian

Anda mungkin juga menyukai