Persamaan Pembangun
Persamaan adveksi 1 dimensi yang digunakan:
∂F ∂F
∂t
=-u ∂t
Dimnaa F nebggambarkan konsentrasi suatu zat terlarut , u kecepatan, t waktu, dan x adalah
arah sumbu horizontal.
1.1 Metode Leap Frog
Berdasarkan persamaan adveksi 1 dimensi, dapat diselesaikan dengan pendekatan
beda hingga. Dalam metode Leap-Frog, apabila indeks n untuk waktu, i untuk ruang,
dan u konstan, persamaan adveksi 1 dimensi dapat didiskritisasi menjadi:
𝐹𝑖𝑛+1 − 𝐹𝑖𝑛−1 𝑛
𝐹𝑖+1 𝑛
− 𝐹𝑖−1
=-u
∆t ∆x
∆t
𝐹𝑖𝑛+1 − 𝐹𝑖𝑛−1 = - u ∆x
𝑛
(𝐹𝑖+1 𝑛
− 𝐹𝑖−1 )
∆t
𝐹𝑖𝑛+1 = 𝐹𝑖𝑛−1 − 𝑢 𝑛
(𝐹𝑖+1 𝑛
− 𝐹𝑖−1 )
∆x
∆t ∆t
𝐹𝑖𝑛+1 = 𝐹𝑖𝑛−1 − 𝑢 𝑛
𝐹𝑖+1 +𝑢 𝑛
𝐹𝑖−1
∆x ∆x
Pada n = 0;
𝐹𝑖𝑛+1 − 𝐹𝑖𝑛 𝑛
𝐹𝑖+1 𝑛
− 𝐹𝑖−1
= −𝑢
∆t 2∆x
𝐹𝑖1 − 𝐹𝑖0 0
𝐹𝑖+1 0
− 𝐹𝑖−1
= −𝑢
∆t 2∆x
u∆t 0 u∆t 0
𝐹𝑖1 = 𝐹𝑖−1 + 𝐹𝑖0 − 𝐹
2∆x 2∆x 𝑖+1
u∆t 0 u∆t 0
𝐹𝑖1 = 𝐹𝑖0 − ( 𝐹𝑖+1 + 𝐹 )
2∆x 2∆x 𝑖−1
u∆t
𝐹𝑖1 = 𝐹𝑖0 − 0
(𝐹𝑖+1 0
+ 𝐹𝑖−1 )
2∆x
Jika u< 0
𝐹𝑖𝑛+1 − 𝐹𝑖𝑛 𝑛
𝐹𝑖+1 − 𝐹𝑖𝑛
= −𝑢
∆t ∆x
𝑢∆t 𝑛
𝐹𝑖𝑛+1 − 𝐹𝑖𝑛 = − (𝐹𝑖+1 − 𝐹𝑖𝑛 )
∆x
𝑢∆t 𝑛
𝐹𝑖𝑛+1 = 𝐹𝑖𝑛 − (𝐹𝑖+1 − 𝐹𝑖𝑛 )
∆x
𝑢∆t 𝑢∆t 𝑛
𝐹𝑖𝑛+1 = (1 − ) 𝐹𝑖𝑛 − 𝐹
∆x ∆x 𝑖+1
START
A
l,dx,dt,u1,t,ktr
f(n,i)
nmax=l/dt
imax=l/dx END
lamda2=(u1*dt)/dx
lamda1=(u1*dt)/(2*dx)
i=1:imax
F(1,i)=0
n=1:nmax-1
F(n+1,1)=ktr
N
n>= O
YE
S
i=2:imax-1 i=2:imax-1
f(n+1,i)=f(n-1,i)-(lamda2*(f(n,i+1)-f(n,i-1))) f(n+1,i)=f(n-1,i)-(lamda2*(f(n,i+1)-f(n,i-1)))
F(n+1,imax)=f(n+1,imax-1)
A
2.2 Metode Upstream
START A
F(n,i)
l,dx,dt,u1,t,ktr
END
nmax=l/dt
imax=l/dx
lamda2=(u1*dt)/dx
i=1:im
ax
F(1,i)=0
u1>0
n=2:nmax- n=2:nmax-
1 1
F(n,1)=ktr F(n,imax)=k
tr
i=2:imax-1 i=2:imax-1
f(n+1,i)=f(n,1)-(lamda1*(f(n,i)-f(n,i-1))) f(n+1,i)=f(n,1)-(lamda1*(f(n,i)-f(n,i-1)))
F(n+1,imax)=f(n+1,imax-1) F(n+1,imax)=f(n+1,imax-1)
F(nmax,1)=ktr F(nmax,imax)=ktr
A
2.3 Metode Crank-Nicholson
3. Analisis
3.1 Leap-frog
a. Analisis 1
Input parameter: panjang kanal (L)=2000, lebar grid (Δx)=100, langkah waktu
(Δt)=2.0, kecepatan (u)=0.5, lama simulasi (t)=200, dan konsentrasi sumber
(TKr)=100
b. Analisis 2
Input parameter: panjang kanal (L)=200, lebar grid (Δx)=20, langkah waktu
(Δt)=2.0, kecepatan (u)=0.5, lama simulasi (t)=200, dan konsentrasi sumber
(TKr)=100
c. Analisis 3
Input parameter: panjang kanal (L)=200, lebar grid (Δx)=20, langkah waktu
(Δt)=2.0, kecepatan (u)=0.5, lama simulasi (t)=200, dan konsentrasi sumber
(TKr)=100
d. Poin analisis : metode leap frog memiliki syarat kestabilan yang harus dipenuhi
yaitu nilai lamda harus lebih kecil atau sama dengan 1,0. Dapat dilihat pada grafik
hasil simulasi,bahwa masih terdapat penyebaran polutan di sisi grid lain.
3.2 Upstream
a. Analisis 1
Input parameter: panjang kanal (L)=2000, lebar grid (Δx)=100, langkah waktu
(Δt)=2.0, kecepatan (u)=0.5, lama simulasi (t)=200, dan konsentrasi sumber
(TKr)=100
b. Analisis 2
Input parameter: panjang kanal (L)=200, lebar grid (Δx)=20, langkah waktu
(Δt)=2.0, kecepatan (u)=0.5, lama simulasi (t)=200, dan konsentrasi sumber
(TKr)=100
c. Analisis 3
Input parameter: panjang kanal (L)=200, lebar grid (Δx)=20, langkah waktu
(Δt)=2.0, kecepatan (u)=0.5, lama simulasi (t)=200, dan konsentrasi sumber
(TKr)=100
d. Poin analisis : dalam simulasi menggunakan metode upstream memiliki
pendekatan yang berbeda untuk arah kecepatan yang berbeda. Berbeda dengan
metode Leap-frog sehingga perembesan ke arah sebaliknya dari arah kecepatan
persebaran polutan tidak terjadi. metode upstream menggunakan pedekatan beda
maju dan mundur secara terpisah.
d. Poin analisis: diantara 2 metode sebelumnya, metode ini paling stabil karena
analisis program akan mengakibatkan nilai total konsentrasi polutan berkurang
terhadap waktu. Kalaupun ada nilai pertambahan konsentrasi polutan, tidak sebesar
metode lain. Ini karena metode Crank Nicholson menghilangkan ketergantungan
terhadap syarat kestabilan, metode ini menggunakan metode implisit dimana
turunan kedua fungsi turunan kedua fungsi didekati dengan harga harga rata-rata
pada langkah ke n+1 dan ke n.
4. Kesimpulan
Referensi
Muliddin. (2005). Penuntun Praktikum Pemodelan Oseanografi. Kendari: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.