Anda di halaman 1dari 8

POLA PERTUMBUHAN BALITA DAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH

TERKAIT PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI ANAK


DI KABUPATEN MALANG

Prillinsya Violetha Herlambang


Jurusan Gizi, Poltekkes Kemenkes Malang
email : prillinsya.violetha62@gmail.com

Abstrak

Latar Belakang: Salah satu faktor yang dapat menyebabkan masalah gizi pada balita adalah
penyakit infeksi yang pernah atau sering diderita. Hal tersebut dikarenakan penyakit infeksi
dapat menurunkan nafsu makan serta balita tidak merasa lapar. Penyakit ini juga menghabiskan
sejumlah kalori dan protein yang seharusnya digunakan untuk pertumbuhan. Tidak semua orang
tua dapat mengasuh balitanya yang sedang sakit dengan benar. Beberapa orang tua tidak
membawa balitanya ke petugas kesehatan dan hanya memberikan obat biasa yang dijual bebas
diwarung, serta banyak orang tua yang mengiyakan ketika balita tidak mau makan saat sakit.
Hal tersebut dapat memperburuk keadaan kesehatan balita serta dapat menurunkan berat badan
dan status gizi balita. Berdasarkan hasil kegiatan Riskesdas tahun 2013, prevalensi gizi buruk
dan gizi kurang pada balita di Kabupaten Malang sebesar 14,9%. Penelitian dilakukan di 3
kecamatan yaitu di Kecamatan Wagir, Pagak, dan Pujon dengan prevalensi gizi buruk masing-
masing sebesar 0,95%, 0,86%, dan 0,30%. Berdasarkan data tersebut, maka diperlukan
penelitian mengenai pola pertumbuhan balita dan hubungan antara pola asuh terkait penyakit
infeksi dengan status gizi anak di Kabupaten Malang.
Tujuan: Mengetahui pola pertumbuhan balita dan hubungan antara pola asuh terkait penyakit
infeksi dengan status gizi anak di Kabupaten Malang.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan desain cross sectional.
Responden penelitian ini berjumlah 60 anak. Pengumpulan data diperoleh melalui kuesioner
dan buku KMS yang dimiliki. Cara pengolahan data akan diolah dan dianalisis secara deskriptif
dengan uji chi square.
Hasil dan Kesimpulan: Sebagian besar usia ibu responden antara 30-39 tahun, berpendidikan
SMP sederajat, dengan pekerjaan ibu rumah tangga, pendapatan keluarga sebagian besar <UMR
Kabupaten Malang. Pola pertumbuhan balita (BB/U) di tiga kecamatan di Kabupaten Malang
pada umumnya termasuk dalam daerah normal. Namun, ada beberapa yang pola
pertumbuhannya masih fluktuatif. Pola asuh terkait penyakit infeksi di Kecamatan Wagir,
Pagak, dan Kabupaten Malang paling banyak termasuk dalam kategori baik dengan presentase
masing-masing 63,6%, 52,6%, dan 53,3%. Di Kecamatan Pujon, pola asuh terkait penyakit
infeksi dalam kategori kurang baik dan baik memiliki presentase sama yaitu 50%. Hasil analisis
statistik chi square pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan (p = 0,002) antara pola asuh terkait penyakit infeksi dengan status gizi anak di
Kabupaten Malang.

Kata kunci: Penyakit Infeksi, Pola Asuh, Pola Pertumbuhan, Status Gizi
PENDAHULUAN pada bulan September hingga Oktober 2016 di
Status gizi bayi dan balita merupakan 3 kecamatan di wilayah Kabupaten Malang,
salah satu indikator gizi masyarakat dan yaitu Kecamatan Wagir, Kecamatan Pagak,
bahkan telah dikembangkan menjadi salah dan Kecamatan Pujon.
satu indikator kesehatan dan kesejahteraan Populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat. Hal ini karena bayi dan balita semua balita yang sudah berusia 5 tahun di 3
merupakan kelompok yang sangat rentan kecamatan di wilayah Kabupaten Malang,
terhadap berbagai penyakit kekurangan gizi. yaitu Kecamatan Wagir, Kecamatan Pagak,
Balita merupakan masa dimana terjadinya dan Kecamatan Pujon dengan jumlah total 60
proses pertumbuhan dan perkembangan responden
dengan cepat, dengan begitu balita Variabel bebas dalam penelitian ini
membutuhkan asupan gizi berkualitas baik adalah pola asuh terkait penyakit infeksi yang
dan seimbang, karena pada masa inilah terjadi diderita responden Variabel terikat dalam
banyak aktifitas yang tentunya tinggi. Jika penelitian ini adalah pola pertumbuhan
kebutuhan gizi balita tidak terpenuhi, maka responden dan status gizi responden.
dikhawatirkan tidak tercapainya pertumbuhan Data karakteristik responden dan
dan perkembangan yang optimal. Hal tersebut orang tua responden dikumpulkan dengan cara
dapat menyebabkan masalah kekurangan gizi wawancara. Data berat badan responden
misalnya gizi kurang ataupun gizi buruk, yang diperoleh dengan melihat hasil penimbangan
selanjutnya dapat beresiko menurunkan pada KMS atau buku KIA. Data pola asuh
derajat kesehatan (Depkes RI, 2002). terkait penyakit infeksi dilakukan dengan cara
Berdasarkan hasil kegiatan Riskesdas wawancara. Data tentang pola pertumbuhan
tahun 2013, prevalensi gizi buruk dan gizi responden dikumpulkan dengan melihat hasil
kurang pada balita di Kabupaten Malang penimbangan pada KMS dan dibandingkan
sebesar 14,9%, balita pendek dan sangat dengan standar pertumbuhan WHO-Antro
pendek 27,3%, sedangkan balita yang kurus 2005.
dan sangat kurus sebesar 8,8% dan ada Data karakteristik responden dan
kecenderungan meningkat dari data tahun orang tua responden dianalisis secara
2010. Penelitian dilakukan di 3 kecamatan deskriptif. Data berat badan responden
yaitu di Kecamatan Wagir, Pagak, dan Pujon dianalisisis dengan menentukan nilai z-score.
dengan prevalensi gizi buruk masing-masing Data pola asuh terkait penyakit infeksi
sebesar 0,95%, 0,86%, dan 0,30%. dianalisis secara deskriptif. Data tentang pola
Masalah yang berkaitan dengan gizi pertumbuhan responden dianalisis secara
ataupun tumbuh kembang sebenarnya bisa deskriptif berkaitan dengan sifat-sifat pola
dicegah dengan memperhatikan faktor-faktor pertumbuhan responden dibandingkan standar.
yang bisa mengakibatkan masalah gizi seperti Untuk mengetahui hubungan antara riwayat
tingkat konsumsi, pola asuh balita, riwayat penyakit infeksi dengan status gizi responden
penyakit infeksi balita dan yang lebih penting diolah dengan uji chi square.
dengan mengamati pola pertumbuhan balita
pada Kartu Menuju Sehat maupun dokumen HASIL DAN PEMBAHASAN
yang lain agar masalah gizi bisa dideteksi
sedini mungkin. A. Karakteristik Responden
Berdasarkan keadaan tersebut maka
diperlukan studi lebih lanjut berkaitan dengan Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan usia
ibu Tahun 2016
pola pertumbuhan balita dengan masalah gizi
sejak kelahirannya sebagai bahan deteksi dini Usia Wagir Pagak Pujon
Kab.
dalam rangka pencegahan kejadian masalah Malang
(tahun)
n % n % n % n %
gizi pada balita di Kabupaten Malang.
20-29 3 27.27 4 21.05 16 53.33 23 38
30-39 5 45.46 8 42.11 12 40.00 25 42
METODE PENELITIAN >39 3 27.27 7 36.84 2 6.67 12 20
Penelitian ini merupakan penelitian TOTAL 11 100 19 100 30 100 60 100
survei analitik dengan desain cross sectional,
dan bersifat deskriptif. Penelitian dikakukan
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian terutama ibu memiliki pendidikan yang tinggi,
besar usia ibu responden di Kabupaten maka secara tidak langsung kebutuhan akan
Malang antara 30-39 tahun (42%). Usia gizi anak lebih diperhatikan, sehingga jarang
termuda dari ibu responden yaitu 20 tahun dan terjadi masalah gizi buruk atau gizi kurang.
yang paling tua berusia 55 tahun. Dalam hal
ini, usia ibu ikut serta berpengaruh pada daya Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan
menerima informasi mengenai kesehatan. pekerjaan ibu Tahun 2016
Ibu balita yang usianya masih Kab.
tergolong muda akan lebih mampu untuk Pendidikan Wagir Pagak Pujon
Malang
menyerap informasi yang diberikan, termasuk n % n % n % n %
informasi mengenai gizi dan kesehatan. Ibu Tidak tamat 1 9,10 0 0 1 3.33 2 4
balita yang usianya sudah tidak muda lagi SD
SD 6 54,54 7 36,84 5 16,67 18 30
sebagian besar memiliki daya ingat yang SMP 2 18,18 8 42,10 17 56,66 27 45
menurun sehingga penyerapan informasi SMA 2 18,18 4 21,06 5 16,67 11 18
mengenai gizi dan kesehatan dan penerapan PT 0 0 0 0 2 6,67 2 3
yang dilakukan (pola asuh) setelah mendapat TOTAL 11 100 19 100 30 100 60 100
informasi akan kurang maksimal.
Hanifah (2010) juga berpendapat Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian
bahwa pada golongan umur menjelang usia besar ibu responden di Kabupaten Malang
lanjut kemampuan penerimaan atau adalah seorang ibu rumah tangga (75%).
mengingat sesuatu pengetahuan akan Untuk yang lainnya bekerja sebagai guru
berkurang. (3%), petani (8%), pedagang (5%), dan swasta
(9%). Pekerjaan ibu berpengaruh terhadap
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan pola asuh makan responden.
pendidikan ibu Tahun 2016 Seperti yang diketahui di Kabupaten
Kab. Malang ibu rumah tangga adalah yang paling
Wagir Pagak Pujon dominan. Ibu rumah tangga memiliki waktu
Pekerjaan Malang
n % n % n % n % yang luang untuk mengasuh anak-anaknya
Ibu RT 5 45,46 14 73,70 26 86,66 45 75 sehari-hari. Perhatian dan waktu ibu rumah
Swasta 4 36,36 1 5,26 0 0 5 9 tangga akan sepenuhnya diberikan untuk
Pedagang 1 9,09 2 10,52 0 0 3 5
Petani 1 9,09 2 10,52 2 6,67 5 8
keluarganya termasuk untuk anak-anaknya.
Guru 0 0 0 0 2 6,67 2 3 Sehingga balita yang sehari-harinya diasuh
TOTAL 11 100 19 100 30 100 60 100 oleh ibunya sendiri lebih dipantau dan diatur
pola makannya daripada balita yang memiliki
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian
ibu yang bekerja.
besar pendidikan terkakhir ibu responden di
Diana (2006) juga memiliki pendapat
Kabupaten Malang adalah lulusan SMP
yang sama yaitu seorang ibu yang tidak
(45%), sedangkan sebagian kecil adalah
bekerja atau menjadi ibu rumah tangga jauh
lulusan perguruan tinggi (3%).Untuk yang
lebih memiliki waktu luang terhadap
lainnya memiliki pendidikan terkakhir tidak
balitanya, sehingga pola asuh makannya pun
tamat SD (4%), SD (30%), dan SMA (18%).
dapat terpantau dengan baik.
Berdasarkan tabel 7, pendidikan terakhir ibu
balita yang dominan adalah SMP. Tabel 4. Distribusi responden berdasarkan
Tingkat pendidikan SMP masih pendapatan kepala keluarga Tahun
dianggap kurang dalam hal pengetahuannya 2016
tentang pola asuh terkait penyakit infeksi Kab.
maupun terkait dengan gizi. Semakin tinggi Wagir Pagak Pujon
Pendapatan Malang
pendidikan seseorang, maka seseorang n % n % n % n %
semakin tau mana yang baik dan mana yang >UMR 2 18.18 4 21.05 0 0 6 10
kurang baik tentang suatu hal termasuk <UMR 9 81.82 15 78.95 30 100 54 90
masalah gizi. TOTAL 11 100 19 100 30 100 60 100
Hal tersebut didukung oleh pendapat
Seprianty (2015) yaitu apabila orang tua
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian B. Pola Pertumbuhan Balita (BB/U)
besar keluarga responden memiliki
pendapatan <UMR Kabupaten Malang (90%), Pola pertumbuhan balita selama 5
sedangkan sisanya sudah memiliki >UMR (lima) tahun merupakan gambaran perubahan
Kabupaten Malang (10%). Dapat disimpulkan berat badan anak berdasarkan usia sejak lahir
bahwa tingkat ekonomi responden di (0 bulan) s/d 60 bulan. Pola pertumbuhan
Kabupaten Malang sebagian besar adalah yang ideal yaitu jika mengikuti garis pola
menengah kebawah. pertumbuhan yang terdapat pada KMS, yaitu
Kemiskinan sebagai penyebab gizi garis diantara -2SD s/d 2SD. Berikut
kurang menduduki posisi pertama pada merupakan gambar pola pertumbuhan balita
kondisi yang umum di masyarakat. Pada di tiga kecamatan di wilayah Kabupaten
masyarakat miskin pendapatan yang Malang.
diterimanya sangat terbatas, hal tersebut
menyebabkan alokasi dana yang digunakan Pola Pertumbuhan Balita Perempuan
untuk membeli kebutuhan pangan juga (BB/U) di Kabupaten Malang
terbatas. Sehingga banyak penduduk miskin
yang tidak mampu untuk mengkonsumsi
makanan yang lengkap dan beraneka ragam,
bahkan untuk sekedar memenuhi kebutuhan
energi basalnyapun ada beberapa keluarga
yang tidak mampu.
Latief dkk (2000) dalam Ernawati
(2006) menyatakan masalah utama penduduk
miskin pada umumnya sangat tergantung
terhadap pendapatan keluarga dimana pada
penduduk miskin pendapatan keluarganya Gambar 7 menunjukkan bahwa pola
tidak mencukupi kebutuhan dasar secara pertumbuhan balita perempuan (BB/U) di
normal. Hal tersebut mengakibatkan Kabupaten Malang mulai usia awal berada di
penduduk miskin cenderung tidak memiliki bawah median sampai usia 43 bulan,
cadangan pangan sehingga terjadilah kemudian menurun memotong garis -1 SD
kekurangan konsumsi pangan yang dapat ketika berusia 54 bulan. Namun secara umum,
mempengaruhi status gizi anggota keluarga pola pertumbuhan balita perempuan di
tersebut. Kabupaten malang masih tergolong normal.
Sama seperti pola pertumbuhan balita di
Tabel 5. Distribusi responden berdasarkan jenis
Kecamatan Wagir, Pagak, dan Pujon,
kelamin Tahun 2016
menurunnya grafik pola pertumbuhan dapat
Jenis Wagir Pagak Pujon
Kab. disebabkan karena menurunnya nafsu makan,
Kelamin Malang
n % n % n % n % berkurangnya porsi makan, serta frekuensi
Laki-laki 7 63.64 5 26.32 15 50 26 43 makan yang kurang dari 3 kali sehari ketika
Perempuan 4 36.36 14 73.68 15 50 34 57 balita sakit.
TOTAL 11 100 19 100 30 100 60 100 Rata-rata kenaikan berat badan pada
balita perempuan di Kabupaten Malang yaitu
Tabel 5 menunjukkan bahwa 57% sebesar 0,48 kg. Bila dibandingkan dengan
jenis kelamin responden adalah perempuan, kenaikan berat badan minimal untuk
sedangkan 43% lainnya berjenis kelamin pertumbuhan balita, rata-rata kenaikan berat
perempuan. Pola pertumbuhan anak juga badan lebih besar daripada kenaikan berat
dapat dilihat dari jenis kelaminnya, sebab badan minimal terjadi saat balita berusia 3
antara laki-laki dan perempuan memiliki pola bulan, 5 bulan, dan 8-11 bulan. Sedangkan
pertumbuhan yang berbeda, baik dari segi rata-rata kenaikan berat badan lebih kecil
fisik, mental, dan kapasitas emosional. daripada kenaikan berat badan minimal terjadi
saat balita berusia 1-2 bulan, 4 bulan, 6-7
bulan, dan 12-60 bulan.
Pola Pertumbuhan Balita Laki-laki (BB/U) Tabel 6 menunjukkan bahwa pola
di Kabupaten Malang asuh terkait penyakit infeksi di Kecamatan
Wagir paling banyak termasuk dalam kategori
baik dengan presentase 63,6%. Di Kecamatan
Pujon, pola asuh terkait penyakit infeksi
dalam kategori kurang baik dan baik memiliki
presentase sama yaitu 50%. Sedangkan di
Kecamatan Pagak sebagian besar dalam
kategori baik (52,6%) dan di Kabupaten
Malang juga paling panyak tergolong pada
kategori baik (53,3%). Berdasarkan Tabel 6
diketahui bahwa pola asuh ibu balita terkait
penyakit infeksi sebagian besar dalam
kategori baik, namun selisih yang didapatkan
Rerata pola pertumbuhan balita laki-
dengan pola asuh ibu yang memiliki kategori
laki (BB/U) di Kabupaten Malang berada di
kurang baik hanya sedikit yaitu hanya 6,6%.
sekitar garis -1 SD sampai dengan usia 45
Hal tersebut menunjukkan bahwa
bulan, kemudian menurun memotong garis -1
pebandingan antara ibu yang memiliki pola
SD dan berada di antara garis -1 SD s/d -2 SD
asuh dalam kategori baik dan kurang baik
sampai berusia 60 bulan. Namun secara
hampir sama. Pola asuh anak merupakan
umum, pola pertumbuhan balita laki-laki di
praktek pengasuhan yang diterapkan kepada
Kabupaten malang masih tergolong normal.
anak balita termasuk dalam hal pemeliharaan
Menurunnya grafik pola pertumbuhan dapat
kesehatan. Pola asuh yang benar tidak hanya
disebabkan karena hal-hal yang berkaitan
diberikan saat balta dalam keadaan sehat saja,
dengan penyakit infeksi termasuk pola
namun justru pola asuh yang benar juga
asuhnya, misalnya menurunnya nafsu makan,
sangat dibutuhkan ketika balita sakit termasuk
berkurangnya porsi makan, serta frekuensi
saat menderita penyakit infeksi. Apabila balita
makan yang kurang dari 3 kali sehari ketika
yang sedang sakit diberikan pola asuh yang
balita sakit.
benar maka kemungkinan balita tersebut
Rata-rata kenaikan berat badan pada
mengalami penurunan berat badan atau
balita laki-laki di Kabupaten Malang yaitu
penurunan status gizi dapat dihindari.
sebesar 0,54 kg. Bila dibandingkan dengan
kenaikan berat badan minimal untuk
D. Pola Asuh terkait Penyakit Infeksi dengan
pertumbuhan balita, rata-rata kenaikan berat Status Gizi Anak di Kabupaten Malang
badan lebih besar daripada kenaikan berat
badan minimal terjadi saat balita berusia 1-2 Kekurangan gizi dapat dipengaruhi
bulan dan 5 bulan. Sedangkan pada usia 3-4 oleh beberapa faktor, misalnya asupan makan,
bulan dan 6-60 bulan kenaikan berat badan perawatan (pola asuh) dan pelayanan
balita laki-laki di Kabupaten Malang lebih kesehatan. Pendapat lain juga mengatakan
kecil dari pada kenaikan berat badan minimal. bahwa infeksi mempunyai efek terhadap
status gizi untuk semua umur, tetapi lebih
C. Pola Asuh terkait Penyakit Infeksi Balita nyata pada kelompok anak. Infeksi juga
mempunyai kontribusi terhadap defisiensi
Tabel 6. Distribusi Skor Pola Asuh Ibu terkait
Penyakit Infeksi Anak di Kabupaten energi, protein, dan gizi lain karena
Malang Tahun 2016 menurunnya nafsu makan sehingga asupan
Kab. makanan berkurang.
Pola Asuh terkait Wagir Pagak Pujon
Malang Untuk menghindari keadaan dimana
Penyakit Infeksi
n % n % n % n % penyakit infeksi yang diderita oleh balita
Kurang Baik (≤60) 4 36,4 9 47,4 15 50 28 46,7 menyebabkan status gizi balita memburuk,
Baik (>60) 7 63,6 10 52,6 15 50 32 53,3 maka dibutuhkan pola asuh yang benar terkait
Total 11 100 19 100 30 100 60 100 dengan penyakit infeksi tersebut. Pola asuh
tersebut bisa meliputi hal-hal yang berkaitan
tentang gizi maupun kesehatan.
akibat keterbatasan ekonomi ataupun
Tabel 7. Distribusi responden berdasarkan pola keterbatasan pelayanan kesehatan membuat
asuh terkait penyakit infeksi dengan masyarakat mengurungkan niat untuk
status gizi responden (BB/U) tahun 2016 memeriksakan anaknya ke tenaga kesehatan.
Status Gizi Padahal hal tersebut sangat penting untuk
Pola Asuh terkait Gizi Gizi Baik Total pemantauan kesehatan balita.
Penyakit Infeksi Kurang Tidak semua masyarakat di Indonesia
n % n % n %
menyadari pentingnya memeriksakan
Kurang Baik (≤60) 11 18,33 17 28,33 28 46,66
Baik (>60) 1 1,67 31 51,67 32 53,34 balitanya yang sedang sakit ke petugas
Total 12 20,00 48 80,00 60 100 kesehatan. Beberapa beranggapan bahwa
penyakit tersebut nantinya akan sembuh
Data pada Tabel 7 menunjukkan dengan sendirinya. Sebagian orang juga ada
bahwa responden sebagian besar berstatus gizi yang beranggapan bahwa tidak perlu repot-
baik dan mendapatkan pola asuh terkait repot untuk pergi ke petugas kesehatan, cukup
penyakit infeksi yang baik pula (51,67%). dengan memberikan obat-obatan bebas yang
Untuk responden yang memiliki status gizi dijual di toko biasa sudah dapat
kurang sebanyak 18,33% mendapatkan pola menyembuhkan penyakit balita tersebut.
asuh terkait penyakit infeksi yang kurang Padahal peran petugas kesehatan dalam hal ini
baik. sangat penting, petugas kesehatan pastinya
Hasil analisis uji statistik yang lebih menguasai maslaah yang dihadapi balita
dilakukan terhadap pola asuh terkait penyakit tersebut sehingga dapat memberikan
infeksi dengan status gizi responden pengobatan atau jalan keluar yang lebih tepat
didapatkan p value = 0,002 atau p value < α dan aman sehingga balita pun akan lebih cepat
(0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada untuk sembuh.
hubungan yang signifikan antara pola asuh Pola asuh yang lainnya yaitu pola
terkait penyakit infeksi dengan status gizi asuh yang terkait dengan gizi saat balita sakit.
anak di Kabupaten Malang. Hasil penelitian Balita yang menderita penyakit infeksi
ini sejalan dengan hasil penelitian yang cenderung sulit untuk diberikan asupan
dilakukan oleh Munawaroh (2015) yang juga makanan, hal tersebut menyebabkan
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang kekurangan konsumsi energi dan zat gizi lain
signifikan antara pola asuh dengan status gizi dalam jangka waktu tertentu sehingga
pada balita. Balita yang memiliki status gizi mengakibatkan berat badan balita yang
kurang maupun gizi buruk cenderung mengalami penyakit infeksi menurun dan
memiliki pola asuh terkait penyakit infeksi mempengaruhi status gizinya. Apabila ibu
yang kurang baik. balita lebih intensif dalam memberikan
Berdasarkan penelitian yang telah makanan kepada balita saat balita sakit, balita
dilakukan, dapat diketahui pola asuh terkait tidak akan kekurangan asupan makanan,
penyakit infeksi mempengaruhi status gizi sehingga penurunan berat badan tidak akan
balita. Hal tersebut karena pola asuh adalah terjadi pada balita tersebut. Selain itu apabila
salah satu cara menghindari penurunan berat pemilihan makanan, cara pengolahan, serta
badan hingga status gizi balita yang sedang bentuk makanan yang diberikan juga tepat
menderita penyakit infeksi. Pola asuh tersebut untuk balita yang sedang sakit, hal tersebut
antara lain terkait dengan kesehatan yaitu turut mempengaruhi kecepatan proses
penanganan/pengobatan yang dilakukan oleh penyembuhan balita serta dapat pula
ibu balita, serta terkait dengan gizi yaitu mencegah penurunan berat badan balita saat
pemberian makan yang dilakukan oleh ibu sakit.
balita. Hubungan yang sangat kuat antara
Pada umumnya keluarga telah malnutrisi dan kematian anak balita
memiliki pengetahuan tentang penyakit dikarenakan anak menderita gizi kurang
infeksi pada anak. Namun demikian banyak disertai dengan penyakit infeksi. Beberapa
masyarakat yang beranggapan penyakit bisa penyakit yang menyebabkan terjadinya
sembuh dengan sendirinya dan selain itu malnutrisi antara lain adalah penyakit diare,
campak, ISPA, malaria dan lainnya. Supariasa
(2002) menyatakan bahwa penyakit infeksi kategori baik dengan presentase masing-
(bakteri, virus, parasit) mempunyai hubungan masing 63,6%, 52,6%, dan 53,3%. Di
yang sangat erat dengan malnutrisi. Kaitan Kecamatan Pujon, pola asuh terkait
penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang penyakit infeksi dalam kategori kurang
merupakan hubungan timbal balik, yaitu baik dan baik memiliki presentase sama
hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat yaitu 50%.
memperburuk keadaan gizi, dan keadaan gizi 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara
yang jelek dapat mempermudah terkena pola asuh terkait penyakit infeksi dengan
infeksi. Hal ini dapat dijelaskan melaui status gizi anak di Kabupaten Malang
mekanisme pertahanan tubuh yaitu pada balita (p=0,002).
yang kekurangan konsumsi makanan di dalam
tubuh sehingga kemampuan tubuh untuk B. Saran
membentuk energi baru berkurang. Hal ini
kemudian menyebabkan pembentukan 1. Perlu diadakan penyuluhan secara berkala
kekebalan tubuh terganggu, sehingga tubuh setiap 6 bulan sekali oleh petugas
rawan terkena serangan infeksi. kesehatan setempat khususnya bagian
Penyakit infeksi mempunyai promosi kesehatan kepada ibu balita di
kontribusi terhadap defisiensi energi, protein, posyandu tentang penyakit infeksi serta
dan zat gizi lain karena menurunnya nafsu pola asuh yang disarankan. Untuk
makan sehingga menyebabkan asupan mempermudah penyuluhan/pemberian
makanan berkurang. Kebutuhan energi pada edukasi dapat menggunakan bantuan
saat infeksi bisa mencapai dua kali kebutuhan leaflet.
normal karena meningkatnya metabolisme 2. Bagi peneliti lain, diperlukan pengkajian
basal, sehingga hal ini menyebabkan deplesi lebih mendalam mengenai faktor-faktor
otot dan glikogen hati (Thoha 1995 dalam lain yang dapat mempengaruhi status gizi
Welasasih 2012). Maka dari itu peran dari anak atau balita.
pola asuh ibu terkait dengan penyakit infeksi
yang diderita balita berperan penting dalam DAFTAR PUSTAKA
mencegah terjadinya penurunan berat badan Adriani, Merryana dan Wirjatmadi, Bambang.
hingga status gizi balita. 2012. Pengantar Gizi Masyarakat.
Cetakan ke-1. Kencana Prenada Media
PENUTUP Group. Jakarta.
Adriani, Merryana dan Wirjatmadi, Bambang.
A. Kesimpulan 2012.Peranan Gizi Dalam Siklus
Kehidupan. Cetakan Ke-1. Kencana
1. Sebagian besar usia ibu responden di Prenada Media Group. Jakarta.
Kabupaten Malang antara 30-39 tahun Depkes RI. 2002. Pemantauan Pertumbuhan
(42%). Pendidikan terkakhir ibu responden Anak. Direktorat Gizi Masyarakat.
di Kabupaten Malang sebagian besar Jakarta.
adalah lulusan SMP (45%), Pekerjaan ibu Diana, F.M. 2006. Hubungan Pola Asuh
responden di Kabupaten Malang sebagian dengan Status Gizi Anak Balita di
besar adalah seorang ibu rumah tangga Kecamatan Kuranji Kelurahan Pasar
(75%). Pendapatan keluarga responden Ambacang Kota Padang Tahun 2004.
sebagian besar <UMR Kabupaten Malang Jurnal Kesehatan Masyarakat. PSIKM
(90%) FK Unand.
2. Pola pertumbuhan balita (BB/U) di tiga Ernawati, A. 2006. Hubungan Faktor Sosial
kecamatan di wilayah Kabupaten Malang Ekonomi, Higiene Sanitasi Lingkungan,
pada umumnya masih termasuk dalam Tingkat Konsumsi, dan Ineksi dengan
daerah normal. Namun, ada beberapa yang Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun di
pola pertumbuhannya masih fluktuatif. Kabupaten Semarang Tahun 2003. Tesis
3. Pola asuh terkait penyakit infeksi di : Program Pasca Sarjana, Universitas
Kecamatan Wagir, Pagak, dan Kabupaten Diponegoro, Semarang.
Malang paling banyak termasuk dalam
Hanifah, M. 2010. Hubungan Usia dan Sandjaja, Budiman, B., Herartri, R.,
Tingkat Pendidikan dengan Afriansyah., N., Soekatri, M., Sofia, G.,
Pengetahuan Wanita Usia 20-50 Tahun Surhayati, Sudikno, dan Pamesih, D.
tentang Periksa Payudara Sendiri 2010. Kamus Gizi. Kompas Media
(SADARI). Skripsi : Fakultas Nusantara. Jakarta.
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Seprianty, V., Tjekyan, R.M.S., dan Thaha,
Universitas Islam Negeri Syarif M.A. 2015. Status Gizi Anak Kelas III
Hidayatullah, Jakarta. Sekolah Dasar Negeri 1 Sungalilin
Irianto, Koes. 2014. Gizi Seimbang Dalam Jurnal Kedokteran dan Kesehatan, 1
Kesehatan Reproduksi. Alfabeta. (2) : 129-134.
Bandung. Setyobudi, S.I. 2016. Pola Pertumbuhan
Kartasapoetra, G. 2005. Ilmu Gizi Korela Balita sebagai Bahan Edukasi Masalah
Gizi, Kesehatan dan Produktivitas Gizi Pada Balita di Kabupaten Malang.
Kerja. Rineka Cipta. Jakarta. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kurniasih, D, Himansyah, H, Astuti, Malang.
M.P.& Imam, S. 2010. Sehat & Supariasa, I.D.N., Bakri, Bachyar., dan Fajar,
bugar berkat gizi seimbang. Gramedia. Ibnu. 2012. Penilaian Status Gizi. EGC.
Jakarta. Jakarta.
Munawaroh, S. 2015. Pola Asuh Welasasih, Bayu Dwi., dan Wirjatmadi,
Mempengaruhi Status Gizi Balita. R.Bambang. 2012. Beberapa Faktor
Jurnal Keperawatan : 44 – 50 yang Berhubungan dengan Status Gizi
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Pendidikan Balita Stunting.The Indonesian Journal
dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. of Public Health, 8 (3) : 99-104
Jakarta. 3.
Nugroho, A.W., dan Santoso, N. 2011. Ilmu 4.
Gizi Menjadi Sangat Mudah. Edisi ke- 5.
2. EGC. Jakarta. 6.
7.
RISKESDAS. 2013. RISKESDAS Provinsi
Jawa Timur Tahun 2013. Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai