Anda di halaman 1dari 48

Kelompok 4 :

Nadya Fatmala Munir (15010210011)


Lili Marselina Airi (15010210009)
BARANG ATAU BENDA BERGERAK
YANG DAPAT DIPAKAI SEBAGAI ALAT
DALAM PELAKSANAAN TUGAS FUNGSI
UNIT KERJA. CONTOH KOMPUTER,
PULPEN, KERTAS, TINTA PRINTER, DLL

BARANG ATAU BENDA TIDAK


BERGERAK YANG DAPAT MENUNJANG
ATAU MENDUKUNG PELAKSANAAN
TUGAS DAN FUNGSI UNIT KERJA.
CONTOH GEDUNG KANTOR.
PERMENDIKNAS RI NO. 24 TAHUN 2007

SARANA
ADALAH PERLENGKAPAN YANG DIPERLUKAN UNTUK
MENYELENGGARAKAN PEMBELAJARAN YANG DAPAT
DIPINDAH-PINDAH

PRASARANA
ADALAH FASILITAS DASAR YANG DIPERLUKAN UNTUK
MENJALANKAN FUNGSI SATUAN PENDIDIKAN.
Kegiatan menata, mulai merencanakan
kebutuhan sampai pentaan lahan,
bangunan, perlengkapan dan perabotan
sekolah secara efektif dan efisien.
1. Menciptakan sekolah atau madrasah yang bersih, rapi,
indah, sehingga menyenangkan bagi warga sekolah atau
madrasah.

2. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai baik


secara kuantitatis maupun kualitatif dan relevan dengan
kepentingan pendidikan.
Prinsip pencapaian tujuan, yaitu
sarana dan prasarana pendidikan
di sekolah harus selalu dalam
kondisi siap pakai apabila akan
didayagunakan oleh personil
sekolah dalam rangka
pencapaian tujuan pembelajaran
di sekolah.
Prinsip Efisiensi

Prinsip efisiensi, yaitu pengadaan sarana dan prasarana di sekolah


harus dilakukan melalui perencanaan yang seksama, sehingga
dapat diadakan sarana dan prasarana pendidikan yang baik dengan
harga yang murah. Demikian juga pemakaiannya harus dengan
hati-hati sehingga mengurangi pemborosan.
Prinsip administratif, yaitu manajemen sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah harus selalu memperhatikan UU, peraturan,
instruksi, dan petunjuk teknis yang diberlakukan oleh pihak yang
berwenang.
Prinsip kejelasan tanggung jawab, yaitu
manajemen sarana dan prasarana pendidikan di
sekolah harus didelegasikan kepada personel
sekolah yang mampu bertanggung jawab, apabila
melibatkan banyak personel sekolah dalam
manajemennya, maka perlu adanya deskripsi tugas
dan tanggung jawab yang jelas untuk tiap personel
sekolah.
Prinsip kekohesifan, yaitu manajemen sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah harus
direalisasikan dalam bentuk proses kerja sekolah
yang sangat kompak.
1. Penentuan Kebutuhan

2. Pengadaan

3. Pemakaian

4. Pengurus dan Pencatatan

5. Penanggung Jawab
Melaksanakan analisis kebutuhan, analisis
anggaran, dan penyeleksian sarana prasarana
sebelum mengadakan alat-alat tertentu.
Perencanaan Pengadaan Barang Bergerak
• Barang yang habis dipakai, direncanakan dengan urutan sebagai
berikut.
1. Menyusun daftar perlengkapan yang disesuaikan
dengan kebutuhan dari rencana kegiatan sekolah.
2. Memperkirakan biaya untuk pengadaan barang
tersebut tiap bulan.
3. Menyusun rencana pengadaan barang menjadi
rencana triwulan dan kemudian menjadi rencana tahunan.
• Barang tak habis dipakai, direncanakan dengan urutan sebagai
berikut.
1. Menganalisis dan menyusun keperluan sesuai dengan rencana
kegiatan sekolah serta memperhatikan perlengkapan yang
masih ada dan masih dapat dipakai.
2. Memperkirakan biaya perlengkapan yang direncanakan dengan
memperhatikan standar yang telah ditentukan.
3. Menetapkan skala prioritas menurut dana yang tersedia,
urgensi kebutuhan dan menyusun rencana pengadaan tahunan.
Penentuan Kebutuhan Barang Tidak Bergerak
1. Mengadakan survei tentang keperluan bangunan yang akan direnovasi
dengan maksud untuk memperoleh data mengenai: fungsi bangunan, struktur
organisasi, jumlah pemakai dan jumlah alat-alat/ perabot yang akan
ditempatkan.
2. Mengadakan perhitungan luas bangunan yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan disusun atas dasar data survei.
3. Menyusun rencana anggaran biaya yang disesuaikan dengan harga standar
yang berlaku di daerah yang bersangkutan.
4. Menyusun pentahapan rencana anggaran biaya yang disesuaikan dengan
rencana pentahapan pelaksanaan secara teknis, serta memperkirakan
anggaran yang disediakan setiap tahun, dengan memperhatikan skala
prioritas yang telah ditetapkan, sesuai dengan kebijaksanaan departemen.
Perhitungan Kebutuhan Ruang Belajar
1. Menghitung kebutuhan ruang belajar harus memperhatikan
tambahan jumlah siswa yang diperkirakan akan ditampung pada
tahun yang akan datang. Perkiraan tambahan julah siswa didasrkan
pada anak usia sekolah yang akan ditampung dan arus lulusan yang
akan memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi di tingkat
propinsi/ kabupaten
Ada dua prinsip yang harus diperhatikan dalam pemakaian
perlengkapan pendidikan, yaitu prinsip efektivitas dan prinsip efisiensi.
1. Prinsip efektivitas berarti semua pemakaian perlengkapan
pendidikan di sekolah harus ditujukan semata-mata untuk
memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2. Prinsip efisiensi berarti, pemakaian semua perlengkapan pendidikan
secara hemat dan hati-hati sehingga semua perlengkapan yang ada
tidak mudah habis, rusak, atau hilang.
Semua sarana prasarana harus diinventarisasi secara
periodik, artinya secara teratur dan tertib berdasarkan
ketentuan atau pedoman yang berlaku. Melalui
inventarisasi perlengkapan pendidikan diharapkan dapat
tercipta administrasi barang, penghematan keuangan,
dan mempermudah pemeliharaan dan pengawasan.
Apabila dalam inventarisasi terdapat sejumlah
perlengkapan yang sudah tidak layak pakai maka perlu
dilakukan penghapusan.
Penggunaan sarana prasarana inventaris sekolah harus
dipertanggungjawabkan dengan jalan membuat laporan
penggunaan barang-barang tersebut yang ditujuakn
kepada instansi terkait. Laporan tersebut sering disebut
dengan mutasi barang. Pelaporan dilakukan sekali
dalam setiap triwulan, terkecuali bila di sekolah itu ada
barang rutin dan barang proyek maka pelaporan pun
seharusnya dibedakan.
Dalam hal ini, perencanaan yang dimaksud adalah merinci
rancangan pembelian, pengadaan, rehabilitasi, distribusi atau
pembuatan peralatan, perlengkapan sesuai dengan kebutuhan.
Dengan demikian, perencanaan sarana dan prasarana
persekolahan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses
perkiraan secara matang rancangan pembelian, pengadaan,
rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan, dan
perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.
2. Pengadaan
Dalam konteks persekolahan, pengadaan merupakan segala
kegiatan yang dilakukan dengan cara menyediakan semua
keperluan barag atau jasa berdasarkan hasil perencanaan
dengan maksud untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar
berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang
diinginkan.
3. Investarisasi
Inventarisasi berasal dari kata inventaris (Latin=inventarium)
yang berarti daftar barang-barang, bahan, dan sebagainya,
inventarisasi sarana dan prasarana pendidikan adalah
pencatatan atau pendaftaran barang-barang milik sekolah ke
dalam suatu daftar inventaris barang secara tertib dan teratur
menurut ketentuan dan tata cara yang berlaku.
TUJUAN INVENTARISASI

1. TERTIB ADMINISTRASI,
2. HEMAT UANG NEGARA,
3. SEBAGAI BAHAN KONTROL,
4. MEMPERMUDAH PENGENDALIAN
5. MEMPERMUDAH PENGAWASAN
6. AKURASI LAPORAN
TAHAP INVENTARISASI
1. MENGHITUNG JUMLAH BARANG PER SUB KELOMPOK
BARANG
2. M E N C A T A T B A R A N G K E D A L A M K E R T A S K E R J A
INVENTARISASI
3. M E N E M P E L K A N L A B E L P A D A B A R A N G Y G T E L A H
DIHITUNG
4. MENENTUKAN KONDISI BARANG : BAIK, RUSAK RINGAN
ATAU RUSAK BERAT
5. MENYUSUN LAPORAN HASIL INVENTARISASI (LHI)
6. PENYAMPAIAN LHI KEPADA PENGELOLA BARANG
PENGGOLONGAN BARANG
INVENTARIS
GOL BID KEL SUB SUB-SUB KEL URAIAN
KEL
1 00 00 00 000 BARANG TDK BERGERAK

1 01 00 00 000 TANAH

1 10 01 04 000 PAGAR

2 00 00 00 000 BARANG BERGERAK

2 03 00 00 000 ALAT BENGKEL & ALAT UKUR

2 08 08 04 003 TACHO METER


PENGKODEAN BARANG
1. X Golongan barang
2. XX Bidang
3. XX Kelompok
4. XX Sub kelompok
5. XXX Sub-sub kelompok
6. XX XX No. urut barang

• CONTOH : 2.03.02.08.013.004 – KUNCI PAS 1 SET


1. 2 Barang bergerak
2. 03 Alat bengkel/ukur
3. 02 Alat bengkel tak bermesin
4. 08 Peralatan tukang besi
5. 013 Kunci pas 1 set
6. 0004 No. urut barang
PENGKODEAN LOKASI
1. XXX Nama departemen
2. XX Eselon 1
3. XX Wilayah
4. XXXXXX Satuan kerja
5. XXX Pembantu satuan kerja
6. XX XX Tahunpelaksanaan

• Contoh : 023.08.05.54912.000.2006
1. 023 Depdiknas
2. 08 Ditjen PMPTK
3. 01 Jawa Timur
4. 54912 PPPPTK- Malang
5. 000 Tidak ada pembantu
6. 2013 Tahun penginventarisan
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan adalah kegiatan
untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua
sarana dan prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap untuk
digunakan dalam mencapai tujuan pendidikan.
TUJUAN PEMELIHARAAN

1. UNTUK MENGOPTIMALKAN USIA PAKAI PERALATAN.


2. UNTUK MENJAMIN KESIAPAN OPERASIONAL PERALATAN
UNTUK MENDUKUNG KELANCARAN PEKERJAAN SEHINGGA
DIPEROLEH HASIL YANG OPTIMAL.
3. UNTUK MENJAMIN KETERSEDIAAN PERALATAN YANG
DIPERLUKAN MELALUI PENGECEKAN SECARA RUTIN DAN
TERATUR.
4. UNTUK MENJAMIN KESELAMATAN ORANG ATAU SISWA YANG
MENGGUNAKAN ALAT TERSEBUT.
Penghapusan
Penghapusan sarana dan prasarana merupakan kegiatan
pembebasan sarana dan prasarana dari pertanggungjawaban
yang berlaku dengan alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Secara lebih operasional,
penghapusan sarana dan prasarana adalah proses kegiatan yang
bertujuan untuk mengeluarkan atau menghilangkan sarana dan
prasarana dari daftar inventaris karena sarana dan prasarana
tersebut sudah dianggap tidak berfungsi sebagaimana yang
diharapkan terutama untuk kepentingan pelaksanaan
pembelajaran di sekolah.
TUJUAN PENGHAPUSAN
1. MENCEGAH KERUGIAN/PEMBOROSAN BIAYA PEMELIHARAAN SARPRAS
YANG KONDISINYA SEMAKIN BURUK.
2. MERINGANKAN BEBAN KERJA PELAKSANAAN INVENTARIS.
3. MEMBEBASKAN RUANGAN DARI PENUMPUKAN.
4. MEMBEBASKAN PENGURUSAN KERJA.
STANDAR SARANA DAN PRASARANA SEKOLAH
DASAR/ MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI)
SATUAN PENDIDIKAN
• Satu SD/MI memiliki minimum 6 rombongan belajar dan maksimum 24
rombongan belajar.
• Satu SD/MI dengan enam rombongan belajar melayani maksimum 2000
jiwa.
• Untuk pelayanan penduduk lebih dari 2000 jiwa dilakukan penambahan
rombongan belajar di sekolah yang telah ada, dan bila rombongan belajar
lebih dari 24 dilakukan pembangunan SD/MI baru.
• Satu desa/kelurahan dilayani oleh minimum satu SD/MI.
• Satu kelompok permukiman permanen dan terpencil dengan banyak
penduduk lebih dari 1000 jiwa dilayani oleh satu SD/MI dalam jarak
tempuh bagi peserta didik yang berjalan kaki maksimum 3 km melalui
lintasan yang tidak membahayakan.
Sebuah SD/MI sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:
1. ruang kelas,
2. ruang perpustakaan,
3. laboratorium IPA,
4. ruang pimpinan,
5. ruang guru,
6. tempat beribadah,
7. ruang UKS,
8. jamban,
9. gudang,
10.ruang sirkulasi,
11.tempat bermain/berolahraga.
1. Ruang Kelas
• Fungsi ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktek
yang tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktek dengan alat
khusus yang mudah dihadirkan.
• Banyak minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar.
• Kapasitas maksimum ruang kelas 28 peserta didik.
• Rasio minimum luas ruang kelas 2 m /peserta didik. Untuk rombongan
belajar dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang
kelas 30 m . Lebar minimum ruang kelas 5 m.
• Ruang kelas memiliki fasilitas yang memungkinkan pencahayaan yang
memadai untuk membaca buku dan untuk memberikan pandangan ke luar
ruangan.
• Ruang kelas memiliki pintu yang memadai agar peserta didik dan guru
dapat segera keluar ruangan jika terjadi bahaya, dan dapat dikunci dengan
baik saat tidak digunakan.
2. Ruang Perpustakaan
• Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan
peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai
jenis bahan pustaka dengan membaca, mengamati, mendengar,
dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan.
• Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu
ruang kelas. Lebar minimum ruang perpustakaan 5 m.
• Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi
pencahayaan yang memadai untuk membaca buku.
• Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah
dicapai.
3. Laboratorium IPA
• Laboratorium IPA dapat memanfaatkan ruang kelas.
• Sarana laboratorium IPA berfungsi sebagai alat bantu
mendukung kegiatan dalam bentuk percobaan.
4. Ruang Pemimpin
• Ruang pimpinan berfungsi sebagai tempat melakukan
kegiatan pengelolaan sekolah, pertemuan dengan sejumlah
kecil guru, orang tua murid, unsur komite sekolah, petugas
dinas pendidikan, atau tamu lainnya.
• Luas minimum ruang pimpinan 12 m dan lebar minimum 3 m.
• Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah,
dapat dikunci dengan baik.
5. Ruang Guru
• Ruang guru berfungsi sebagai tempat guru bekerja dan
istirahat serta menerima tamu, baik peserta didik maupun
tamu lainnya.
• Rasio minimum luas ruang guru 4 m/pendidik dan luas
minimum 32 m.
• Ruang guru mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari
luar lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang pimpinan.
6. Tempat Ibadah
• Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga sekolah
melakukan ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-
masing pada waktu sekolah.
• Banyak tempat beribadah sesuai dengan kebutuhan tiap
satuan pendidikan, dengan luas minimum 12 m.
7. Ruang UKS
• Ruang UKS berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini
peserta didik yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah.
• Ruang UKS dapat dimanfaatkan sebagai ruang konseling.
Luas minimum ruang UKS 12 m.
8. Jamban
• Jamban berfungsi sebagai tempat buang air besar dan/atau
kecil.
• Minimum terdapat 1 unit jamban untuk setiap 60 peserta didik
pria, 1 unit jamban untuk setiap 50 peserta didik wanita, dan 1
unit jamban untuk guru. Banyak minimum jamban setiap
sekolah 3 unit.
• Luas minimum 1 unit jamban 2 m.
• Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah
dibersihkan.
• Tersedia air bersih di setiap unit jamban.
9. Gudang
• Gudang berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan
pembelajaran di luar kelas, tempat menyimpan sementara
peralatan sekolah yang tidak/belum berfungsi di satuan
pendidikan, dan tempat menyimpan arsip sekolah yang telah
berusia lebih dari 5 tahun.
• Luas minimum gudang 18 m.
• Gudang dapat dikunci.
10. Ruang Sirkulasi
• Ruang sirkulasi horizontal berfungsi sebagai tempat penghubung antar ruang
dalam bangunan sekolah dan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan
bermain dan interaksi sosial peserta didik di luar jam pelajaran, terutama pada
saat hujan ketika tidak memungkinkan kegiatan-kegiatan tersebut berlangsung
di halaman sekolah.
• Ruang sirkulasi horizontal berupa koridor yang menghubungkan ruang-ruang di
dalam bangunan sekolah dengan luas minimum 30% dari luas total seluruh
ruang pada bangunan, lebar minimum 1,8 m, dan tinggi minimum 2,5 m.
• Ruang sirkulasi horizontal dapat menghubungkan ruang-ruang dengan baik,
beratap, serta mendapat pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
• Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi pagar
pengaman dengan tinggi 90-110 cm.
• Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan
bertingkat tidak lebih dari 25 m.
• Lebar minimum tangga 1,5 m, tinggi maksimum anak tangga 17
cm, lebar anak tangga 25-30 cm, dan dilengkapi pegangan
tangan yang kokoh dengan tinggi 85-90 cm.
• Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus
dilengkapi bordes dengan lebar minimum sama dengan lebar
tangga.
• Ruang sirkulasi vertikal dilengkapi pencahayaan.
11. Tempat bermain/Berolahraga
• Tempat bermain/berolahraga berfungsi sebagai area bermain, berolahraga,
pendidikan jasmani, upacara, dan kegiatan ekstrakurikuler.
• Rasio minimum luas tempat bermain/berolahraga 3 m/peserta didik. Untuk
satuan pendidikan dengan banyak peserta didik kurang dari 167, luas minimum
tempat bermain/berolahraga 500 m. Di dalam luasan tersebut terdapat ruang
bebas untuk tempat berolahraga berukuran 20 m x 15 m.
• Tempat bermain/berolahraga yang berupa ruang terbuka sebagian ditanami
pohon penghijauan.
• Tempat bermain/berolahraga diletakkan di tempat yang tidak mengganggu proses
pembelajaran di kelas.
• Tempat bermain/berolahraga tidak digunakan untuk tempat parkir.
• Ruang bebas yang dimaksud di atas memiliki permukaan datar, drainase baik,
dan tidak terdapat pohon, saluran air, serta benda-benda lain yang mengganggu
kegiatan olahraga.

Anda mungkin juga menyukai