Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MATA KULIAH EVALUASI PENDIDIKAN

“Pemahaman Koneksi Matematika”

LISA LAILA RAFIDA (17205019)


ANGGUN OKTARI (18205051)
NOVIA MAULINA (18205064)

Dosen Pembimbing:
Dr. Yerizon, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam NCTM 2000, di Amerika, disebutkan bahwa terdapat lima kemampuan dasar
matematika yang merupakan standar yakni pemecahan masalah (problem solving), penalaran
dan bukti (reasoning and proof), komunikasi (communication), koneksi (connections), dan
representasi (representation). Dengan mengacu pada lima standar kemampuan NCTM di atas,
maka dalam tujuan pembelajaran matematika yang ditetapkan dalam Kurikulum 2006 yang
dikeluarkan Depdiknas pada hakekatnya meliputi (1) koneksi antar konsep dalam matematika
dan penggunaannya dalam memecahkan masalah, (2) penalaran, (3) pemecahan masalah, (4)
komunikasi dan representasi, dan (5) faktor afektif. Dalam kedua dokumen tersebut,
kemampuan koneksi matematik merupakan kemampuan yang strategis yang menjadi tujuan
pembelajaran matematika. Standar Kurikulum di China tahun 2006 untuk sekolah dasar dan
menengah juga menekankan pentingnya koneksi matematik dalam bentuk aplikasi
matematika, koneksi antara matematika dengan kehidupan nyata, dan penyinergian
matematika dengan pelajaran lain (http://www.apecneted. org).
Gagasan koneksi matematik telah lama diteliti oleh W.A. Brownell tahun 1930-an,
namun pada saat itu ide koneksi matematik hanya terbatas pada koneksi pada aritmetik
(Bergeson, 2000:37). Koneksi matematik diilhami oleh karena ilmu matematika tidaklah
terpartisi dalam berbagai topik yang saling terpisah, namun matematika merupakan satu
kesatuan. Selain itu matematika juga tidak bisa terpisah dari ilmu sela in matematika dan
masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan. Tanpa koneksi matematika maka siswa harus
belajar dan mengingat terlalu banyak konsep dan prosedur matematika yang saling terpisah
(NCTM, 2000:275). Konsep-konsep dalam bilangan pecahan, presentase, rasio, dan
perbandingan linear merupakan salah satu contoh topik-topik yang dapat dikait-kaitkan.
Kemampuan koneksi matematik merupakan hal yang penting namun siswa yang
menguasai konsep matematika tidak dengan sendirinya pintar dalam mengoneksikan
matematika. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa siswa sering mampu mendaftar
konsep-konsep matematika yang terkait dengan masalah riil, tetapi hanya sedikit siswa yang
mampu menjelaskan mengapa konsep tersebut digunakan dalam aplikasi itu (Lembke dan
Reys, 1994 dikutip Bergeson, 2000: 38). Dengan demikian kemampuan koneksi perlu
dilatihkan kepada siswa sekolah. Apabila siswa mampu mengkaitkan ide- ide matematika
maka pemahaman matematikanya akan semakin dalam dan bertahan lama karena mereka
mampu melihat keterkaitan antar topik dalam matematika, dengan konteks selain
matematika, dan dengan pengalaman hidup sehari-hari (NCTM, 2000:64). Bahkan koneksi
matematika sekarang dengan matematika jaman dahulu, misalkan dengan matematika zaman
Yunani, dapat meningkatkan pembelajaran matematika dan menambah motivasi siswa
(Banihashemi, 2003).
Dalam pembelajaran di kelas, koneksi matematik antar konsep-konsep dalam
matematik sebaiknya didiskusikan oleh siswa, pengkoneksian antar ide matematik yang
diajarkan secara eksplisit oleh guru tidak membuat siswa memahaminya secara bermakna
(Hiebert dan Carpenter, 1992 yang dirangkum oleh Bergeson, 2000: 37). Pembelajaran
yang sesuai adalah tidak dengan calk and talk saja namun siswa harus aktif melakukan
koneksi sendiri. Dalam hal ini siswa tidak boleh dipandang sebagai passive receivers of
ready-made mathematics (Hadi dan Fauzan, 2003) namun sebaliknya siswa dianggap
sebagai individu aktif yang mampu mengembangkan potensi matematikanya sendiri.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Koneksi Matematika

Koneksi dengan kata lain dapat diartikan sebagai keterkaitan, dalam hal ini koneksi
matematika dapat diartikan sebagai keterkaitan antara konsep-konsep matematika secara
internal yaitu berhubungan dengan matematika itu sendiri ataupun keterkaitan secara
eksternal, yaitu matematika dengan bidang lain, baik bidang studi lain maupun dengan
kehidupan sehari-hari.
Salah satu standar kurikulum yang dikemukakan oleh NCTM (1989 : 84) adalah
koneksi matematika atau mathematical connections yang bertujuan untuk membantu
perbuatan persepsi siswa, dengan cara melihat matematika sebagai sebagai bagian terintegrasi
dalam kehidupan.
Koneksi matematika memegang peranan yang amat penting dalam upaya
meningkatkan pemahaman matematika. Orang yang telah memahami suatu kaidah berarti
mampu mengerti beberapa konsep. Koneksi dengan kata lain dapat diartikan sebagai
keterkaitan, dalam hal ini koneksi matematika dapat diartikan sebagai keterkaitan antara
konsep-konsep matematika secara internal yaitu berhubungan dengan matematika itu sendiri
ataupun keterkaitan secara eksternal, yaitu matematika dengan bidang lain baik bidang studi
lain maupun dengan kehidupan sehari- hari. Bruner(Ruseffendi, 1988:152) menyatakan
dalam matematika setiap konsep berkaitan dengan konsep yang lain. Begitupula dengan yang
lainnya, misalnya dalil dan dalil, antara teori dan teori, antara topik dengan topik, ataupun
antara cabang matematika dengan cabang matematika lain.
Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral. Artinya dalam memperkenalkan
suatu konsep atau bahan yang masih baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah
dipelajari siswa sebelumnya. Menurut Sumarmo (2005 : 7), kemampuan koneksi matematis
siswa dapat dilihat dari indikator- indikator berikut: (1) mengenali representasi ekuivalen dari
konsep yang sama; (2) mengenali hubungan prosedur matematika suatu representasi
keprosedur representasi yang ekuivalen; (3) menggunakan dan menilai keterkaitan antar topik
matematika dan keterkaitan diluar matematika; dan (4) menggunakan matematika dalam
kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya Suherman, dkk (200:65) menyatakan, : “Pembelajaran matematika
mengikuti metoda spiral. Artinya dalam setiap memperkenalkan suatu konsep atau bahan
yang baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari siswa sebelumnya.
Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari, dan sekaligus untuk
mengingatkannya kembali”.
Jadi koneksi memang perlu untuk dilakukan dalam pengembangan dan perbaikan
proses pembelajaran matematika. Ada dua tipe umum koneksi matematik menurut NCTM
(1989:146) yaitu modeling connections dan mathematical connections. Modeling connections
merupakan hubungan antara situasi masalah yang muncul di dalam dunia nyata atau dalam
disiplin ilmu lain dengan representasi matematiknya, sedangkan mathematical connections
adalah hubungan antara dua representasi yang ekuiva len, dan antara proses penyelesaian dari
masing-masing representasi. Siswa hendaknya memiliki kesempatan untuk mengamati
keterkaitan matematika dengan mata pelajaran lain dan kehidupan sehari- hari. Untuk
memenuhinya, guru matematika harus melibatkan guru mata pelajaran lain untuk
berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi ide-ide/konsep matematik melalui permasalahan
yang muncul dalam pelajaran yang diberikan kepada siswa. Menyatukan matematika kedalam
konteks yang memberikan makna praktis lambang- lambang dan proses-proses adalah sebuah
tujuan utama dari keseluruhan standar. Hal ini memungkinkan siswa untuk memandang
bagaimana sebuah konsep matematika dapat membantunya memahami yang lain, dan
menggambarkan kegunaan matematika dalam pemecahan masalah, penggambaran dan
pemodelan fenomena dunia nyata, dan mengkomunikasikan pemikiran kompleks serta
informasi dalam sebuah cara yang cepat dan tepat.
Bruner [dalam Siregar N dan Surya E ,2017] states that there is no concept or
operation in mathematics that is not connected with other concepts or operations in a system,
because of the fact that the essence of mathematics is something that is always associated
with something else. Making connections is a way of creating understanding and conversely
understanding something means making connections.
Koneksi matematis merupakan pengaitan matematika dengan pelajaran lain, atau
dengan topik lain. Hal ini di jelaskan oleh Sumarmo (2003) dalam Mumun Syaban(2009)
http://educare.e- fkipunla.net, menyatakan bahwa koneksi matematik (Mathematical
Connections) merupakan kegiatan yang meliputi:
mencari hubungan antara berbagai representasi konsep dan prosedur; memahami hubungan
antar topik matematik; menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan
sehari- hari; memahami representasi ekuivalen konsep yang sama;
mencari koneksi satu prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen; menggunakan koneksi
antar topik matematika, dan antar topik matematika dengan topik lain.
Pengertian yang sama juga dijelaskan Bambang Sarbani (2008)
http://bambangsarbani.blogspot.com Koneksi matematis merupakan pengaitan matematika
dengan pelajaran lain, atau dengan topik lain. Koneksi matematik (Mathematical
Connections) merupakan kegiatan yang meliputi:
1. Mencari hubungan antara berbagai representasi konsep dan prosedur.
2. Memahami hubungan antar topik matematik.
3. Menggunakan matematika dalam bidang studi lain atau
kehidupan sehari-hari.
4. Memahami representasi ekuivalen konsep yang sama.
5. Mencari koneksi satu prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen.
6. Menggunakan koneksi antar topik matematika, dan antar topic matematika dengan
topik lain.
Mathematical connections ability required students in studying several mathematical
topics that are interconnected with each other. If a topic is given individually then the
lesson will lose a moment that is very valuable in an effort to improve student's
mathematics achievement generally. Without a mathematical connection ability students
will have difficulty learning mathematics ( Siregar N, Surya E, 2017).
Pada pengajaran matematika di masa lalu siswa diharapkan bekerja secara mandiri dan
dapat menguasai algoritma matematika melalui latihan secara intensif. Selanjutnya kurikulum
yang sekarang, matematika didesain dan dikembangkan untuk mengembangkan daya
matematis siswa, me lalui inovasi dan implementasi berbagai pendekatan dan metode. Hal
tersebut digunakan untuk membangun kepercayaan diri atas kemampuan matematika mereka
sebagaimana dijelaskan Bambang Sarbani (2008) http://bambangsarbani.blogspot.com
melalui proses:
1. Memecahkan masalah.
2. Memberikan alasan induktif maupun deduktif untuk membuat mempertahankan, dan
mengevaluasi argumen secara matematis
3. Berkomunikasi, menyampaikan ide/gagasan secara matematis.
4. Mengapresiasi matematika karena keterkaitannya dengan disiplin ilmu lain,
aplikasinya pada dunia nyata.

Coxford (1995:4) merumuskan 3 aspek yang terkait dengan koneksi matematika, yaitu :
1. Penyatuan tema-tema (unifying themes)
Penyatuan tema-tema seperti perubahan (change),data dan bentuk (shape), dapat
digunakan untuk menarik perhatian terhadap sifat dasar matematika yang berkaitan. Gagasan
tentang perubahan dapat menjadi penghubung antara aljabar, geometri, matematika diskret,
dan kalkulus. Misalnya, bagaimana kaitan antara laju perubahan tetap dengan garis dan
persamaan garis?bagaimana keliling suatu bangun datar berubah ketika bangun datar itu
ditransformasikan? Apakah atrinya laju perubahan sesaat dari suatu fungsi di suatu titik?
Setiap pertanyaan member kesempatan untuk mengaitkan topic-topik matematika dengan
menghubungkannya melalui tema perubahan. Tema lain yang member kesempatan yang luas
untuk membuat koneksi matematika adalah data. Misalnya data berpasangan menjadi konteks
dan motifasi untuk mempelajari fungsi linear, karena data berpasangan sering ditampilkan
dengan grafik fungsi

2. Proses matematika (mathematical proceses)


Aspek mathematical procesis dari koneski matematika meliputi : representasi,
aplikasi, problem solving dan reasoning. Empat kategori aktifitas ini akan terus berlangsung
selama seseorang mempelajari matematika. Agar siswa dapat memahami konsep secara
mendalam, mereka harus membuat koneksi diantara representasi. Aktifitas aplikasi, problem
solving, dan reasoning, membutuhkan berbagai pendekatan matematika, sehingga siswa dapat
menemukan koneksi. Sebagai contoh untuk mencari turunan menggunakan defenisi fungsi,
siswa harus mengaplikasikan limit dan komposisi fungsi. Komposisi fungsi dengan polinom
berderajat besar melibatkan ekspansi binomial, yang koofisiensinya dapat diperoleh melalui
perhitungan kombinatorik. Aktifitas program solving seperti pencarian nilai
optimum,melibatkan pemodelan, representasi aljabar atau kalkulus. Pembuktian rumus-rumus
turunan merupakan kegiatan reasoning yang melibatkan ide-ide matematik.

3. Penghubung-penghubung matematika (mathematical conectors)


Algoritma adalah penghubung yang sering digunakan dalam matematika. Grafik
membantu siswa melakukan koneksi matematik dengan lebih mudah. Keterkaitan matematik
dapat diperlihatkan melalui penghubung variabel. Rasio atau perbandingan berguna hamper
di setiap level pembelajaran matematika. Oleh karena itu, rasio dapat menjadi penghubung
siswa dengan matematika.
Hodgson (1995:21) membenarkan ungkapan NCTM bahwa koneksi matematik
merupakan alat pemecahan masalah. Dengan menganggap koneksi matematik sebagai alat
pemecahan masalah, maka implikasinya terhadap pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran
harus membangun koneksi baru dan menggunakan koneksi yang telah terbentuk untuk
menyelesaikan suatu masalah. Jika siswa tidak ma mpu untuk membangun suatu koneksi,
maka koneksi tidak berperan apa-apa dalam pemecahan masalah.
Bruner (dalam Suherman dan Winataputra 1992, h. 42) mengemukakan beberapa dalil
dari hasil pengamatan di sekolah. Dalil tersebut adalah dalil penyusunan, dalil notasi, dalil
kekontrasan, dan keanekaragaman, dan dalil pengaitan. Pada dalil pengaitan disebutkan
bahwa dalam matematika antara satu konsep dengan konsep lainnya terdapat hubungan yang
erat, bukan saja dari segi isi tapi dari rumus-rumus yang digunakan juga.
Menurut Bruner (dalam Ruseffendi, 1991 hal.152), setiap konsep dalam matematika
saling berkaitan dengan konsep yang lainnya. Selanjutnya Ruseffendi menyatakan bahwa
tidak ada konsep atau operasi yang tidak terkait dengan konsep atau operasi lain dalam suatu
system. Kutz (dalam Yusepa, 2002, 25) menyatakan bahwa koneksi matematika
mengharuskan siswa untuk dapat memahami adanya hubungan internal matematika meliputi
hubungan antar topic dalam matematika itu sendiri, sedangkan hubunganeksternal meliputi
hubungan antara matematika dengan mata pelajaran lain dan hubungan dengan kehidupan
sehari-hari.
Menurut NCTM (1989) kurikulum matematika biasanya dipandang orang sebagai kumpulan
sejumlah topic, sehingga pengajaran tentang hasil perhitungan dari suatu pemecahan masalah
geometri dan pengukuran cenderung dianggap saling terpisah. Padahal kurikulum matematika
bertujuan untuk membangun siswa agar dapat melihat antara topic/ide- ide didalam dan diluar
matematika tersebut saling berkaitan.
Tanpa koneksi, anak-anak harus belajar dan mengingat terlalu banyak keterampilan
dan konsep yang terisolasi bukannya mengenali prinsip umum yang relevan dari beberapa
area pengetahuan. Hal ini sesuai dengan NCTM (1989:32) yang menyatakan bahwa, melalui
koneksi matematik maka pengetahuan siswa akan diperluas, siswa akan memandang
matematika sebagai suatu kesatuan yang utuh bukan sebagai materi yang berdiri sendiri, serta
siswa akan menyadari kegunaan dan manfaat matematika baik disekolah maupun diluar
sekolah. Dengan demikian, siswa tidak hanya bertumpu pada salah satu konsep atau materi
matematika yang sedang dipelajari, tetapi secara tak langsung siswa memperoleh berbagai
konsep/area pengetahuan yang berbeda, baik didalam matematika maupun diluar matematika.
Jadi sangatlah penting agar siswa dapat mengoneksikan antara ide- ide/area pengetahuan
tersebut, yang akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.
Sebuah ruangan kelas yang didalamnya terdapat pembelaran secara koneksi
matematik maka penekanan koneksinya pada karakteristik yang terkemuka. Gagasan
mengalir secara alami dari satu topic pelajaran ke topic pelajaran lain, dan bukannya masing-
masing topic pelajaran itu terbatas pada suatu sasaran yang sempit. NCTM (1989)
mengisyaratkan pembelajaran koneksi tersebut caranya yaitu pertama-tama memperkenalkan
suatu topic yang digunakan pada seluruh program matematika kemudian para guru
menangkap peluang yang membangun dari situasi kelas untuk menghubungkan area berbeda
penggunaanmatematika.
Adanya aspek koneksi antar topic matematika (K1) akan membantu siswa
menghubungkan konsep-konsep matematik untuk menyelesaikan suatu situasi permasalahan
matematik, artinya bahwa pelajaran matematika yang tersebar ke dalam topic-topik aljabar,
pengukuran dan geometri, peluang dan statistika, trigonometri, serta kalkulus, dalam
pembelajarannya dapat dikaitkan satu sama lainnya.

B. Tujuan dan Manfaat Koneksi Matematika


Tujuan koneksi matematika antara lain :
1. Siswa mengenal dan menggunakan keterkaitan antara ide – ide matematika
2. Siswa mampu memahami ide – ide matematika yang saling berkaitan
3. Siswa mampu membangun pengetahuan yang koheren
4. Siswa mampu mengenal dan menerapkan matematika dalam konteks diluar
matematika.

Manfaat koneksi matematika yaitu :


1. Suatu topik dapat diciptakan dengan topik lain, dengan cara mengembangkan lebih
lanjut atau menggunakan pada topik lain, misalnya : bilangan dapat digunakan dalam
pengukuran panjang sehingga panjang dua buah benda atau lebih dapat dijumlahkan
2. Topik – topik pada bidang kajian lain dapat disusun berdasarkan teori
matematika tertentu, misalnya : matematika ekonomi atau matematika teknik
3. Koneksi atau keterkaitan matematika dalam kehidupan sehari – hari dapat berbentuk
pemecahan masalah sehari – hari matematika. Contoh sederhana : tugas polisi
diperempatan jalan sangat membantu polisi dengan hadirnya lampu stopan
diperempatan jalan, lampu tersebut menggunakan teori logika matematika.
Contoh lain : dengan munculny geomerti transformasi dan geometri praktal sebagai
koneksi matematika dengan kehidupan sehari – hari maka pekerjaan membatik dan
menyulam menjadi pekerjaan yang sederhana.

C. Peran Koneksi Dalam Pembelajaran Matematika


Bell (1978: 145) menyatakan bahwa tidak hanya koneksi matematik yang penting
namun kesadaran perlunya koneksi dalam belajar matematika juga penting. Apabila ditelaah
tidak ada topik dalam matematika yang berdiri sendiri tanpa adanya koneksi dengan topik
lainnya. Koneksi antar topik dalam matematika dapat difahami anak apabila anak
mengalami pembelajaran yang melatih kemampuan koneksinya, salah satunya adalah
melalui pembelajaran yang bermakna. Koneksi diantara proses-proses dan konsep-konsep
dalam matematika merupakan objek abstrak artinya koneksi ini terjadi dalam pikiran siswa,
misalkan siswa menggunakan pikirannya pada saat menkoneksikan antara simbol dengan
representasinya (Hodgson, 1995: 14). Dengan koneksi matematik maka pelajaran
matematika terasa menjadi lebih bermakna.
Johnson dan Litynsky (1995: 225) mengungkapkan banyak siswa memandang
matematika sebagai ilmu yang statis sebab mereka merasa pelajaran matematika yang
mereka pelajari tidak terkait dengan kehidupannya.
Untuk memberi kesan kepada siswa bahwa matematika adalah ilmu yang dinamis
maka perlu dibuat koneksi antara pelajaran matematika dengan apa yang saat ini dilakukan
matematikawan atau dengan memecahkan masalah kehidupan (breathe life) ke dalam
pelajaran matematika (Swetz, 1984 dalam Johnson dan Litynsky, 1995: 225). NCTM (2000:
64) merumuskan bahwa ketika siswa mampu mengkoneksikan ide matematik,
pemahamannya terhadap matematika menjadi lebih mendalam dan tahan lama. Siswa dapat
melihat bahwa koneksi matematik sangat berperan dalam topik-topik dalam matematika,
dalam konteks yang menghubungkan matematika dan pelajaran lain, dan dalam
kehidupannya. Melalui pembelajaran yang menekankan keterhubungan ide- ide dalam
matematika, siswa tidak hanya belajar matematika namun juga belajar menggunakan
matematika
Ada dua tipe umum koneksi matematik menurut NCTM (1989), yaitu modeling
connections dan mathematical connections. Modeling connections merupakan hubungan
antara situasi masalah yang muncul di dalam dunia nyata atau dalam disiplin ilmu lain dengan
representasi matematiknya, sedangkan mathematical connections adalah hubungan antara dua
representasi yang ekuivalen, dan antara proses penyelesaian dari masing- masing representasi.
Keterangan NCTM tersebut mengindikasikan bahwa koneksi mate matika terbagi kedalam
tiga aspek kelompok koneksi, yaitu:
a. Aspek koneksi antar topik matematika.
b. Aspek koneksi dengan disiplin ilmu lain, dan
c. Aspek koneksi dengan dunia nyata siswa/ koneksi dengan kehidupan sehari-hari.

a. Aspek Koneksi Antar Topik Matematika

Kemampuan mengaitkan antartopik dalam matematika, mengaitkan matematika


dengan ilmu lain, dan dengan kehidupan sehari- hari disebut kemampuan koneksi matematik.
Sesuai dengan pendapat Ruspiani (Setiawan, 2009: 16) yang menyatakan bahwa kemampuan
koneksi matematik adalah kemampuan siswa mengaitkan konsep-konsep matematika baik
antarkonsep matematika maupun mengaitkan konsep matematika dengan bidang ilmu
lainnya (di luar matematika).
Kemampuan koneksi matematik diperlukan oleh siswa dalam mempelajari beberapa
topik matematika yang memang saling terkait satu sama lain. Menurut Ruspiani (Setiawan,
2009: 15), jika suatu topik diberikan secara tersendiri maka pembelajaran akan kehilangan
satu momen yang sangat berharga dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa dalam
belajar matematika secara umum. Tanpa kemampuan koneksi matematik, siswa akan
mengalami kesulitan mempelajari matematika.
Sumarmo (Setiawan, 2009: 17) mengemukakan bahwa koneksi matematik di sekolah
bertujuan untuk:
1. Memperluas wawasan pengetahuan siswa.
2. Memandang matematika sebagai suatu kesatuan dan bukan sebagai materi yang
berdiri sendiri.
3. Mengenali relevansi matematika baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Menurut Kusuma (2008: 2), Kemampuan koneksi matematik adalah kemampuan


seseorang dalam memperlihatkan hubungan internal dan eksternal matematika, yang meliputi
koneksi antar topik matematika, koneksi dengan disiplin ilmu lain, dan koneksi dengan
kehidupan sehari-hari.
Contoh hubungan matematika dengan pembahasan matematika:
- Pecahan dihubungkan dengan desimal dan persen.
- Bilangan bulat dihubungkan dengan garis bilangan.
- Bangun segitiga dihubungkan dengan trigonometri

b. Aspek Koneksi dengan Disiplin Ilmu Lain

Sudjono (dalam Arini, 2010:16) mengungkapkan bahwa matematika merupakan alat


yang efesien dan diperlukan oleh semua ilmu penegtahuan, karena tanpa bantuan matematika,
semuanya tidak akan mendapatkan kemajuan yang berarti. Dari kedua pendapat diatas
nampak bahwa metematika merupakan dasar bagi perkembangan berbagai ilmu pengetahuan
lain.
Banyak ilmu lain yang pengembangannya bergantung dari matematika, antara lain
ilmu fisika, biologi, kimia, tehnik, pertanian, ekonomi, psikologi, filsafat, dan disiplin ilmu
yang lain. Penerapan matematika dalam disiplin ilmu lain tidak terbatas pada ilmu eksak saja
tetapi dalam bidang lain, baik disekolah maupun di luar sekolah. Ruttherford dan Algren
(dalam Ruspiani,2000:16) mengatakan bahwa matematika bermanfaat dalam aplikasi bisnis,
industri, musik, sejarah, politik, olahraga, kedokteran, pengetahuan sosial, adan pengetahuan
alam.
Matematika memang memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari- hari, namun
karena matematika memiliki sifat yang cukup abstrak sehingga sulit untuk dapat menerapkan
matematika dalam kehidupan sehari- hari jika kita hanya berpendidikan sarjana (yang
umumnya baru tahu teorinya, belum banyak aplikasinya). Matematika tidak hanya diterapkan
dalam kehidupan seorang matematisi proffesional, namun matematika juga kerap digunakan
seorang dokter, insinyur elektronik, programmer, insinyur sipil, insinyur mesin, ekonom,
akuntan, manajer, maupun banyak ahli bidang lain. (Lalu mengapa yang menggunakan semua
penggunanya berpendidikan sarjana ke atas, karena sudah jelas kalau materi matematika
SMA disusun untuk calon ilmuwan berpendidikan sarjana ke atas)
D. Indikator Kemampuan Koneksi Matematika
NCTM (Ulep dkk. 2000 : 291) menguraikan indikator koneksi matematika yaitu:
1. Saling menghubungkan berbagai representasi dari konsep – konsep suatu prosedur
2. Menyadari antar topik dalam matematika
3. Menggunakan matematika dalam kehidupan sehari – hari
4. Menggunakan ide – ide matematika untuk menggunakan ide – ide matematika lain lebih
jauh
5. Menyadari representasi yang ekuivalen dari konsep yang sama
Kemampuan-kemampuan yang diharapkan setelah siswa mendapatkan pembelajaran
yang menekankan aspek koneksi matematik adalah sebagai berikut :
1. Siswa dapat menggunakan koneksi antar topic matematika
2. Siswa dapat menggunakan koneksi antara matematika dengan disiplin ilmu lain
3. Siswa dapat mengenali representasi ekuivalen dari konsep yang sama
4. Siswa dapat menggunakan ide-ide matematika untuk memperluas pemahaman tentang
ide-ide matematika lain
5. Siswa dapat menerapkan pemikiran dan pemodelan matematika untuk menyelesaikan
masalah yang muncul pada disiplin ilmu lain.
6. Siswa dapat mengeksplorasi masalah dan menjelaskan hasilnya dengan grafik numeric,
fisik, aljabar, dan model matematika verbal atau representasi.
E. Definisi Operasional Kemampuan Koneksi matematika
Kemampuan koneksi matematik secara operasional dapat didefinisikan sebagai
kemampuan melakukan koneksi antara topic matematika, antara matematika dengan disiplin
ilmu lain dan antara matematika dengan dunia nyata. Contoh –contoh soal dengan
menggunakan kemampuan koneksi :
1. Sebuah pesawat terbang berada pada ketinggian 5 km akan melakukan maneuver dengan
menanjak membentuk sudut 300. Jika kecepatan pesawat tetap yaitu 500
km/jam, berapa waktu yang diperlukan pesawat terbang tersebut agar mencapai ketinggian 7
km ?
2. Sebuah benda bergetar selaras dengan periode 1,2 detik dan amplitudonya 5 cm. Pada saat
t = 0, benda melewati kedudukan seimbang kea rah atas.
A. Hitunglah simpangan getarannya saat t = 0,1 detik, t = 0,3 detik dan t = 0,9 detik
B. Gambarkan getaran selaras tersebut dalam bentuk grafik fungsi sinus
3. Dua buah gaya F1 dan F2 masing-masing besarnya 8 N dan 3 N. Jika resultan gayanya 7
N, Berapakah besar sudut yang dibentuk oleh F1 dan F2 ?
4. Aris, Bayu dan Carli bermain di suatu tanah lapangan yang datar. Jarak Bayu dan Carli
adalah 8 m. Besar sudut yang dibentuk oleh Bayu, Carli dan Aris adalah 400, sedangkan
sudut yang dibentuk oleh Bayu, Aris , Carli adalah 800.
A. Berapakah jarak Aris dari Bayu dan Carli ?
B. Berapakah luas lapangan terkecil yang dibutuhkan untuk permainan tersebut ?
5. Sebuah jajarangenjang ABCD mempunyai panjang sisi AB = 16 cm dan BC = 12 cm, B
sudut lancip. Jika luas jajarangenjang tersebut 962 cm2, berapakah panjang diagonal yang
lebih panjang ?
6. Jika jumlah panjang diagonal-diagonal belah ketupat 40 cm dan besar salah satu sudutnya
300, berapakah panjang sisi-sisi belah ketupat tersebut ?
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Koneksi matematika memegang peranan yang amat penting dalam upaya meningkatkan
pemahaman matematika. Orang yang telah memahami suatu kaidah berarti mampu
mengerti beberapa konsep. Koneksi dengan kata lain dapat diartikan sebagai keterkaitan,
dalam hal ini koneksi matematika dapat diartikan sebagai keterkaitan antara konsep-
konsep matematika secara internal yaitu berhubungan dengan matematika itu sendiri
ataupun keterkaitan secara eksternal, yaitu matematika dengan bidang lain baik bidang
studi lain maupun dengan kehidupan sehari- hari.

B. Saran
Diharapkan para pendidik dan calon pendidik memahami Koneksi matematika dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dapat dijadikan panduan untuk
meningkatkan kualitas kependidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Banihashemi, S.S.A.(2003). “Connection of Old and New Mathematics on Works of Islamic


Mathematician with a Look to Role of History of Mathematics on Education of
Mathematics.”[Online].InformingScience.Tersedia:http://proceedings.informingscien
ce. org/IS2003Proceedings/docs/009Banih.pdf

Sarbani B (2008) [online}, tersedia:http://bambangsarbani.blogspot.com

Bergeson, T. (2000). Teaching and Learning Mathematics: Using Research to Shift From the
“Yesterday” Mind to the “Tommorow” Mind. [Online]. Tersedia: www.k12.wa.us.
[16 September 2014].

Bell, Frederick H. (1978). Teaching and Learning Mathematics in Secondary School.


Cetakan kedua. Dubuque, Iowa: Wm. C. Brown Company Publishers.

Cuoco, A.A., Goldenberg, E.P., Mark, J. (1995). “Connecting Geometry with the Rest of
Mathematics”, dalam Connecting Mathematics across the Curriculum. Editor: House,
P.A. dan Coxford, A.F. Reston, Virginia: NCTM.

Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006: Standar Isi Mata Pelajaran Matematika untuk
SMP/MTs.

Siregar N, Surya E. 2017. Analysis of Students’ Junior High School Mathematical


Connection Ability. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research
(IJSBAR) ISSN 2307-4531
Johnson, K.M. dan Litynsky, C.L. (1995). “Breathing Life into Mathematics”, dalam
Connecting Mathematics across the Curriculum. Editor: House, P.A. dan
Coxford, A.F. Reston, Virginia:

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Tersedia di


www.nctm.org.

NCTM. National Council of Teachers of Mathematics. (1989). Curriculum and


Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM

Sumarmo (2003) dalam Mumun Syaban(2009)[online],tersedia:http://educare.e-


fkipunla.net,
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai