Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ANNISA DHARMA PUSPHA

NIM : 201604014
KELAS : 3A D3 KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN


PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS
Di RS Dr.WAHIDIN SUDIRI HUSODO, MOJOKERTO
Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan
komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi
menjadi dua yaitu gagal ginjal akut dan kronis. Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan
gagal ginjal yang progesif dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun
dan tidak reversible), gagal ginjal akut sering kali berkaitan dengan penyakit kritis, berkembang
cepat dalam hitungan beberapa hari hingga minggu, dan biasanya reversible bila pasien dapat
bertahan dengan penyakit kritisnya. (Price & Wilson, 2012)
Gagal ginjal kronis adalah dimana kondisi ginjal yang rusak/atau tidak dapat menyaring
darah secara normal. (minneapolis, 2012) menurut Kidnet Disease Outcome Quality Initiative
(KDOQI) gagal ginjal dibagi menjadi dua yaitu kerusakan ginjal muncul minimal 3 bulan dan laju
filtrasi glomerulus (GFR) < 60Ml/MIN/1,73M2.
Gagal ginjal kronsi merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan
dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). Ini dapat
disebabkan oleh penyakit sistematik sperti diabetes miletus, glomerulonephritis kronis,
pielonefritis, hipertensi yang tidak dapat di control, obstruk, traktus urinarius, lesi herediter,
seperti penyakit ginjal polikistik, gangguan vaskuler, infeksi, medikasi, atau agens toksik.
Lingkungan dana gens berbahaya yang mempengaruhi gagal ginjal kronis mencakup timah,
cadmium, merkuri dan kormium. Dalisis atau transplantasi ginjal kadang-kadang diperlukan untuk
kelangsungan hidup klien. (Brunner & Suddarth, 2002)
Kemudian KDOQI mengklasifikasi gagal ginjal kronis menjadi 5 tahap, yaitu :
1. Stadium 1 : kerusakan ginjal dengan GFR ≥ 90ml/min/1,73m2
2. Stadium 2 : kerusakan ginjal dengan GFR 60-89ml/min/1,73m2
3. Stadium 3 : kerusakan ginjal dengan GFR 30-59ml/min/1,73m2
4. Stadium 4 : kerusakan ginjal dnegan GFR 15-29,l/min/1,73m2
5. Stadium 5 : kerusakan ginjal dengan GFR < 15ml/min/1,73m2 atau gagal ginjal diobati
dengan dialisi atau transplantasi ginjal
Saat ini banyak study menunjukkan bahwa prevelensi penyakit gagal ginjal kronis meningkat
diberbagai wilayah diseluruh dunia. Prevelensi gagal ginjal kronis stadium 2 sampai 5 terus
meningkat sejak awal 1988, sejalan dengan peningkatan prevelensi penyakit diabetes dan
hipertensi. Indonesia Renal Registry (IRR) menyatakan bahwa penderita gagal ginjal di Indonesia,
data yang didapatkan tahun 2007-2014 tercatat 28.882 pasien, dimana pasien baru sebanyak
11.689 pasien. Angka kejadian gagal ginjal kronis terbanyak di Indonesia di sebabkan oleh
hipertensi yang meningkat menjadi 37%, diikuti nefropati diabetic sebanyak 27%. Glomerulopati
primer memberi proporsi cukup tinggi sampai 10% dan nefropati obstruktif pun masih memberi
angka 7%.
Who (2012) mengatakan bahwa penyakit gagal ginjal mempati peringkat ke 10 penyebab
kematian di Indonesia. Sedangkan menurut RISKESDAS (2013) populasi umur ≥15 tahun yang
didiagnosa gagal ginajal kronis sebesar 0,2%. Angka ini lebih rendah dibandingkan prevelensi
PGK di negara-negara lain, juga hasil penelitian Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Penefri)
tahun2006, yang mendapatkan prevelensi PGK sebesar 12,5%. Hal ini karena Riskesdas 2013
hanya menangkap data orang yang terdiagnosis PGK sedangkan sebagian besar PGK di Indonesia
baru terdiagnosis pada tahap lanjut dan akhir.
Hasil Riskesdas 2013 juga menunjukkan prevelensi meningkatkan seiring dengan
bertambahnya umur, dengan peningkatan tajam pada kelompok umur 35-44 tahun dibandingkan
kelompok umur 25-34 tahun. Prevelensi pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%),
prevelensi lebih tinggi terjadi pada masyarakat perdesaan (0,3%), tidak bersekolah (0,4%),
pekerjaan wiraswasta petani/nelayan/buruh (0,3%) dan kuintil indeks kepemilikan terbawah dan
menengah bawah masin-masing 0,3%. Sedangkan provinsi dengan prevelensi tertinggi adalah
Sulawesi Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo, , dan Sulawesi Utara masing-masing
0,4%. Sedangkan di Jawa Timur sendiri tercatat dalam catatan Rumah Sakit milik pemprov Jatim,
terdapat 1.319 pasien yang mengidap gagal ginjal kronis pada tahun 2017. Dari jumlah tersebut,
700 pasien merupakan laki-laki dan sisanya perempuan.
Salah satu fungsi dari ginjal adalah pengaturan ekresi air. Pengaturan jumlah air yang
diekresikan juga merupakan fungsi ginjal yang penting. Akibat asupan air atau cairan yang besar,
urin yang encer harus diekskresikan dalam jumlah yang besar. Apabila terjadi retensi Na maka
total CES (cairan ekstraseluler) akan meningkat, kemudian tekanan kapiler naik dan menyebabkan
interstisial naik, hal ini menyebabkan pembengkakan. Kemudian pembengkakan ini menyebabkan
pre load atau volume akhir diastolic ventrikel meningkat dan beban jantung juga akan meningkat.
Peningkatan beban beban pada jantung akan menyebabkan hipertrovi pada ventrikel kiri dan
menyebabkan payah jantung sebelah kiri. Hal ini akan menyebabkan cardiac outpuy menurun,
kemudian aliran darah pada ginjal akan turun, kemudian sytem RAA juga akan menurun,
selanjutnya akan terjadi retensi Na dan H2o dan akan muncul masalah keperawatan kelebihan
volume cairan.
Pengkajian klinik menentukan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit penyerta, derajat atau
stadium penurunan fungsi ginjal, komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal, factor resiko untuk
penurunan fungsi ginjal, dan factor resiko untuk penyakit kardiovaskular. Pengelolaan dapat
meliputi :
1. Terapi penyakit ginjal
2. Pengobatan penyakit penyerta
3. Penghambatan penurunan fungsi ginjal
4. Pencadangan dan pengobatan penyakit kardiovaskular
5. Pencegahan dan pengobatan komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal
6. Terapi pengganti dengan dialysis atau trasplantasi jika timbul gejala dan tanda uremia

Bibliography
Aisara, S., Azmi, S., & Yanni, M. (2018). Gambaran Klinis Penderita Penyakit Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr.M.Djamil Padang. http://jurnal.fk.unand.ac.id, 43.

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Infodatain. (2017). Situasi Penyakit Ginjal Kronis. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

minneapolis, m. (2012). chronic kidnay disease. AHRQ publication.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.

Anda mungkin juga menyukai