Dasar Teori
Gastro intestinal tract (GIT) adalah saluran yang dilewati makanan mulai dari mulut
sampai anus, dimana didalamnya terjadi proses pencernaan berbagai makanan. Proses
pencernaan melibatkan berbagai organ, kelenjar dan struktur lain yang berkaitan dengan
dengan pengunyahan, penelanan, pencernaan, absopsi sampai ekskresi.
Beberapa istilah yang perlu diketahui dalam sistem pencernaan :
1. Prehensi : Pengambilan pakan dan minuman
2. Mastikasi : Proses pelembutan pakan biasanya berupa pengunyahan
3. Deglutisi : Penelanan
4. Regurgitasi : Pemuntahan kembali pakan yang sudah ditelan
5. Digesti : Pelembutan (pemecahan) pakan hingga dapat diabsorbsi, terdiri dari :
- Digesti mekanik
- Aksi kimiawi
- Aktivitas enzimatis
6. Absorbsi : pemindahan substansi dari GIT ke pembuluh darah atau sistem limfa
7. Anabolisme : Proses pembentukan senyawa komplek dari elemen atau dari molekul
sederhana
8. Katabolisme : Proses pemecahan senyawa komplek menjadi sederhana
9. Metabolisme : Kombinasi reaksi anabolisme dan katabolisme dalam tubuh dengan
menghasilkan energi
10. Ekskresi : Proses pengeluaran sisa
11. Ruminansia : Hewan yang memiliki satu lambung yang terdiri dari empat
kompartemen.
12. Pseudoruminansia : Hewan yang memiliki sekum yang dapat berkembang untuk
mencerna serat kasar.
13. Omnivora : hewan yang memiliki lambung tunggal.
2. Kuda
a. Mulut : prehensi menggunakan gigi, lidah dan bibir. Rahang bergerak ke arah
lateral dan vertikal. Sekresi saliva mebcapai 10 galon/perhari, namun tidak
mengandung enzim.
b. Esofagus : saluran untuk deglutisi
c. Lambung : kapasitas relatif kecil, sehingga kuda harus makan beberapa kali.
Lambung kuda tidak mempunyai gerak muskuler seperti hewan lain.
d. Usus kecil : sama dengan babi, namun kuda tidak mempunyai kantong empedu
sehingga empedu disekresikan langsung ke duodenum.
e. Usus besar : ukuran besar kapasitas lebih 60%. Terdiri dari sekum, usus besar,
kolon besar kolon kecil dan rektum. Sekum dan kolon besar berisi bakteri yang
berperan 1) memecah selulosa menjadi volatile fatty acid (VFA) yakni asetat,
propionat dan butirat, 2) mensintesis vitamin larut air, 3) mensintesis protein. VFA
diabsorbsi di sekum, sedangkan kolon kecil tempat resopsi air.
3. Unggas
a. Mulut : tidak memiliki gigi, terdapat kelenjar saliva yang menghasilkan amilase.
Paruh berfungsi untuk mengecilkan pakan agar bisa ditelan.
b. Esofagus : Bagian esofagus ada yang membesar tempat untuk menyimpan pakan
yang ditelan disebut krop (tembeleh) yang berfungsi 1) menyimpan pakan dan
membasahi agar basah, 2) tempat bekerjanya amilase, 3) tempat fermentasi pakan
bagi beberapa spesies unggas tertentu.
c. Proventikulus : tempat penghasil HCl dan pepsin, pakan lewat secara cepat sekitar 14
detik.
d. Gizard (ampela/ventrikulus) : dinding muskuler sangat tebal, tempat pemecahan
pakan secara fisik dengan kontraksi setiap 20-30 detik. Biasanya gizard berisi grid
(batuan atau petikel kecil yang keras) berfungsi menggiling pakn yang melaluinya.
Gizard tidak menghasilkan enzim, namun HCl dan pepsin dari proventikulus masih
bekerja disini.
e. Usus kecil : hampir semua enxim yang ada pada mamalia juga ada di usus kecil
unggas kecuali laktase. Ph agak asam, absorbsi sama dengan mamalia, namun usus
unggas tidak menghasilkan hormon enterogastron yang berperan dalam absobsi
lemak.
f. Sekum dan usus besar : sekum mamalia hanya satu, pada unggas ada sepasang.
Sekum dan usus besar tempat absorbsi air. Terjadi pencernaan serat kasar dan sintesis
vitamin larut air di sekum namun dalam kapasitas sangat kecil. Usus besar pendek
dan kosong menyatu dengan kloaka.
3. Rumen : ruang besar, bersifat muskuler membentang dari diafragma sampai pelvis,
memenuhi sebagian rongga perut. Dinding rumen tonjolan yang disebut papillae
menyerupai handuk maka rumen juga disebut lambung handuk. Fungsi rumen
meliputi 1) storage (penyimpanan), 2) perendaman, 3) pencampuran dan pemecahan
secara fisik, 4) ruang fermentasi (pembusukan) oleh mikroba (bakteri dan protozoa).
Berbagai bakteri terdapat dicairan rumen, mencapai 25-50 juta/ml caoran.
- Sintesis vitamin larut air dan vit K
- Sintesis asam amino dan protein. Bakteri menggunakan N dari pakan dan non
protein nitrogen (NPN) menggunakan kerangka karbon (C) dari karbohidrat untuk
membentuk protein bakteri. Bakteri terbawa ke usus dan menjadi sumber asam
amino induk semang (ruminansia)
4. Omasum : terletak disebelah kanan rumen dan retikulum, terdapat lipatan (lapisan)
seperti buku maka disebut sebagai lambung buku. Dindingnya bersifat muskuler,
tanpa menghasilkan sekresi enzim. Fungsi omasum mereduksi partikel pakan
sebelum masuk abomasum dan tempat absorbsi air.
Iustrasi 7. Bagian dalam Omasum
5. Abomasum : disebut juga lambung sejati atau lambung glanduler. Secara umum
hampir sama dengan lambung pada non ruminansia.
6. Usus kecil dan usus besar : identik dengan usus pada babi yang telah dijelaskan
sebelumnya.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM ANATOMI SALURAN PENCERNAAN
Tujuan praktikum :
1. Mengidentifikasi bagian dan ciri saluran pencernaan ternak monogastrik,
ruminansia dan pseudoruminansia.
2. Menjelaskan fungsi masing-masing bagian saluran pencernaan ternak
monogastrik, ruminansia dan pseudoruminansia.
Bahan :
1. Saluran pencernaan ternak monogastrik (ayam), ruminansia (domba awetan) dan
pseudoruminansia (kelinci).
2. Formalin
Alat :
1. Pisau bedah
2. Masker
3. Sarung tangan
4. Alat tulis
Prosedur kerja :
a. Preparat awetan ruminansia
1. Letakkan preparat pada meja preparat
2. Mengidentifikasi dan susun saluran pencernaan ruminansia, lalu amati
3. Gambar dan catat hasil pengamatan. Diskripsikan perbedaan rumen,
retikulum , omasum dan abomasum.
b. Preparat baru (saluran pencernaan keinci dan ayam)
1. Memotong 3 saluran meliputi vena jugularis, esofagus dan trakea.
2. Mengeluarkan organ dalam meliputi esofagus, lambung, usus (kecil dan
besar), hati dan pankreas yang menempel pada usus kecil.
3. Menimbang saluran pencernaan beserta isi (feses) yang masih ada
didalamnya
4. Membersihkan isi saluran pencernaan dan mencucinya sampai bersih.
5. Menimbang masing-masing bagian yang dipotong (jika terbatas tidak
dilakukan)
6. Mengukur :
a. Panjang esofagus
b. Panjang dan lebar lambung (yang telah dibedah). Pada saluran
ruminansia masing-masing bagian kompartemen lambung yakni
retikulum, rumen, omasum dan abomasum
c. Panjang usus keci, usus besar dan sekum.
BAB I
Dasar Teori
Sistem pernafasan terdiri atas beberapa bagian terdiri hidung, faring, laring, trakea,
bronkeolus dan paru-paru. Secara fisiologis sistem pernafasan terbagi menjadi 2 bagian
utama:
1. Jalur keluar masuk udara – adalah bagian yang berfungsi sebagai pipa atau saluran
yang menghubungkan udara luar dengan bagian pertukaran udara. Organnya terdiri
atas Hidung – faring – laring – trakea - bronkus
2. Bagian transisi dan difusi udara – organ yang berfungsi untuk pertukaran udara antara
darah dengan organ pernafasan. Organnya terdiri Bronkeolus dan alveolus.
Sama seperti sistem pernafasan burung lainnya, sistem pernafasan ayam terdiri atas:
Paru – paru ayam relatif kecil, menempel pada setiap tulang rusuk. Sistem pernafasan
burung berbeda dengan hewan mamalia karena diafragma, otot dada dan tulang dada tidak
memungkinkan berkembangnya paru – paru. Paru – paru burung tersusun atas Parabronkus
dan kantung udara. Parabronkus merupakan tempat pertukaran gas pada ayam. Kantung
udara berfungsi untuk membantu pernafasan burung dan beberapa reptil. Kantung udara
terdapat sebanyak 9 buah. Sistem pernafasan disokong oleh tulang yang berongga.
System respiratori pada burung berupa paru-paru yang di lengkapi dengan sejumlah
kantong udara yang besar dan memiliki membrane tebal. Gerakan inspirasi terjadi karena
kontraksi otot-otot respiratori yang mendorong tulang-tulang iga kearah depan sehingga
menghasilkan gerakan sternum ke depan dan ke bawah. Tulang-tulang iga lainnya bergerak
ke arah lateral dan menyebabkan peningkatan volume rongga tubuh. Saat kondisi tersebut
paru-paru dan katong udara ikut mengembang. Akibatnya, tekanan pada paru-paru dan
kantong udara turun sehingga udara atmosfer masuk ke dalamnya.
Sistem respirasi mamalia, fase inspirasi merupakan proses aktif yang terjadi karena
adanya kontraksi otot inspiratori (otot diantara tulang-tulang iga dan digfragma). Kontraksi
otot tersebut akan meningkatkan volume rongga dada dan menyebabkan paru-paru
mengembang serta timbul tekanan negative di dalammya, sehingga udara atmosfer pun
segera masuk paru-paru berbeda dengan fase inspirasi yang bersifat aktif, fase ekspirasi
merupakan proses pasif. Ekspirasi terjadi karena adanya relaksasi otot inspiratori dan
pengerutan dinding alveoli.
Saluran Reproduksi Pada ternak
A. Saluran Reprodusi Pada Ternak Ruminansia
a. Organ Reproduksi Jantan
Organ reproduksi jantan secara alamiah berfungsi sebagai penghasil sel-sel kelamin
jantan atau spermatozoa yang hidup, aktif, dan potensial fertil yang dapat diletakkan
pada saluran reproduksi betina untuk dapat membuahi sel telur. Organ reproduksi
jantan dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu : (a) organ kelamin primer, yaitu
gonad jantan yang disebut sebagai testis, (b) kelenjar aksesoris sebagai pelengkap,
yaitu kelenjar vesikularis, prostat, cowper dan saluran epydidymis dan vas deferens,
dan (c) alat kelamin luar atau kopulatoris yaitu penis.
Berikut akan dibahas organ-organ reproduksi jantan bagian anatomi dan fungsi.
1. Testis
Testis merupakan organ reproduksi primer pada ternak jantan yang terletak pada
daerah prebubis, yang dibungkus kantong skrotum dan digantung oleh funiculus
spermaticus. Testis pada sapi berbentuk oval serta bertekstur kenyal dan padat.
Testis memiliki tiga komponen yaitu sel leydig, tubulus seminiferus, dan sel sertoli.
Testis memiliki fungsi sebagai penghasil sel sperma dan hormon testosteron.
Bagian luar testis yang berfungsi sebagai pembungkus dan pelindung di sebut
skrotum. Skrotum juga berfungsi untuk mengatur suhu testis agar tetap stabil, yaitu
lebih rendah 4°C lebih rendah dibawah suhu tubuh.
2. Epididimis
Epididimis merupakan saluran yang memanjang yang bertaut rapat dengan testis.
Epididimis memiliki tiga bagian yaitu : ciput (kepala), corpus (badan), dan cauda
(ekor). Epididimis memiliki fungsi sebagai tempat penampungan sperma sementara,
jalur transportasi sperma dari tubulus seminiferus menuju cauda, dan tempat
pematangan sperma.
3. Vas deferens
Vas deferens merupakan saluran reproduksi yang terentang dari duktus epididimis
hingga urethra, yang berdinding tebal mengandung serabut urat dan berdiamter 2
mm. Vas deferens berfungsi sebagai tempat mengangkut sperma dari epididimis
menuju uretra. Vas deferens memiliki dua saluran diatas vesica urinaria yang
lambat laun mengalami penebalan menjadi ampula yang berfungsi sebagai tempat
penampungan semen sebelum ejakulasi.
4. Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat pada sapi ada sepasang yang berbentuk bulat. Kelenjar prostat
menghasilkan cairan asam yang berfungsi memberi aroma khas bagi semen.
5. Kelenjar cowper
Kelenjar cowper merupakan sepasang kelenjar berbentuk bulat dan berdinding
tebal. Kelenjar cowper berfungsi sebagai sebagai pembersih saluran urethra.
6. Vesikula seminalis
Vesikula seminalis memiliki bentuk seperti kipas bergerigi yang terdapat sepasang
kelenjar terletak diantara ampula dan prostat. Vesikula seminalis berfungsi
memberikan nutrisi bagi semen sebelum ejakulasi yang mensekresikan cairan
semen yang mengandung protein, fruktosa, asam sitrat, dan enzim lainnya.
7. Penis
Penis merupakan organ kopulatoris jantan yang berfungsi sebagai eksresi urin dan
pendeposisian semen kedalam saluran reproduksi betina. Penis pada sapi terbagi
menjadi tiga, yaitu bagian pangkal, bagian badan dan bagian ujung penis.
Dengan sentrifugasi, sel darah merah akan terpisah dengan komponen darah lainnya.
Hasil pengukuran yang menyatakan perbandingan sel darah merah terhadap volum darah
disebut dengan hematokrit. Presentase perbandingan tersebut ditunjukkan dengan tingginya
warna merah pada tabung dibandingkan tinggi seluruh darah dalam tabung. Pengukuran ini
dilakukan bila ada kecurigaan penyakit yang mengganggu sel darah merah, baik berlebihan
ataupun kekurangan. Kadar hematokrit normal pada laki-laki dewasa adalah 46 % (43-49%),
sedangkan pada wanita 41% (36-45%). Pada kasus anemia, kadar hematokrit dapat menurun
sampai dibawah 15% atau bisa meingkat sampai 70% pada kasus polycythemia.
Trombosit atau keping sel darah merupakan salah satu komponen darah yang
mempunyai fungsi utama dalam pembekuan darah. Trombosit akan bekerja dengan
menutupi pembuluh darah yang rusak dan membentuk benang-benang fibrin seperti jaring-
jaring yang akan menutup kerusakan tersebut. Selain itu, ternyata trombosit juga mempunyai
peran dalam melawan infeksi virus dan bakteri dengan memakan virus dan bakteri yang
masuk dalam tubuh kemudian dengan bantuan sel-sel kekebalan tubuh lainnya
menghancurkan virus dan bakteri di dalam trombosit tersebut.
Anemia merupakan kondisi kekurangan sel darah merah. Anemia dapat disebebkan
oleh beberapa faktor seperti aplastic bone marrow, kerusakan eritrosit, kurang matang,
hemorrhage dsb. Masing-masing berpengaruh terhadap ukuran sel dan kandungan
hemoglobin. Dengan mengetahui jumlah eritrosit dan kadar Hb kita dapat mencari penyebab
anemia, yang dinyatakan dalam Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular
Hemoglobin Concentrate (MCHC). Kisaran normal MCV adalah 87 + 2 mikron kubik.
Darah juga mengandung sel darah putih (SDP). Jumlah rata-rata sel darah putih
sebanyak 7.500/mm3 merupakan indikasi penting untuk ukuran kesehatan, namun akan lebih
lengkap apabila diketahui perbedaan jumlah sel darah putih. Masing-masing tipe sel darah
putih mempunyai peran yang berbeda dalam melawan infeksi kuman dan setiap jenis
penyakit akan menyebabkan perbedaan jumlah tipe sel darah putih yang terbentuk. Berikut
ini contoh beberapa hal yang menyebabkan meningkatnya jumlah sel darah putih.
Infeksi protozoa, malnutrisi, aplastic anemia Neutriphilic leukopenia
Strenuous axercise, rheumatic fever, severe burn Neutriphilic leukocytosis
Gondok, German measles, batuk Lymphocytosis
Scarlet fever, infeksi parasite, reaksi alergi Eosinophilia
Sakit kronis seperti TBC dan leukemia Monocytosis
Pemberian obat glukokortikoid Lymphocytopenia
Berikut ini disampaikan gambaran tipe leukosit secara singkat. Warna dan gambaran lebih
jelas dapat dilihat pada buku Physiology yang menampilkan keeping dan leukosit darah
dengan pewarnaan Wright’s.
Preparasi darah
Melakukan percobaan pengamatan darah harus melakuan preparasi darah dengan cara
mengambil sampel darah dari ternak terlebih dahulu. Jumlah darah yang diambil sangat
tergantung pada obyek pengamatan apa yang akan dilakukan. Selain itu, juga tergantung pada
jenis hewan. Pengambilan darah dalam jumlah sedikit pada manusia cukup menggunakan
lanset untuk ditusukkan pada ujung jari, namun jumlah darah yang cukup banyak
diperlukanpengambilan melalui vena dengan menggunakan venoject.
Darah yang berada di luar tubuh akan segera membeku, oleh karena itu pada
umumnya alat penyedot darah (venoject) sudah dilengkapi anti pembekuan darah
(antikoagulan). Untuk memudahkan teknik pengambilan darah, venoject dibuat hampa udara,
sehingga pada saat ditusukkan ke vena secara otomatis akan menyedot darah dengan
sendirinya.
Pemeriksaan darah yang diberi antikoagulan, adalah untuk memeriksa plasma (kadar
dalam plasma). Namun demikian, apabila pemeriksaan darah yang tidak disertai antikoagulan
adalah memeriksa serum (kadar dalam serum). Perbedaan plasma dengan serum ini
diterangkan dalam bab lain.
Pengambilan darah menggunakan venoject, pada hewan berkaki 4 dilakukan pada
vena jugularis dengan cara menekan vena tersebut untuk membendung aliran darah ke
jantung dan untuk memudahkan memasukkan jarum. Hewan-hewan kecil seperti tikus dan
hewan yang seukuran dengannya perlu ketelitian dan pengalaman untuk mengambil darah
dengan cara ini karena ukuran vena sangat kecil. Pengambilan darah pada unggas dilakukan
pada vena brachialis pada sayap, namun juga perlu ketelitian dan kehati-hatian karena pada
unggas sangat mudah terjadi abses (pembengkakan) pada vena yang tertusuk jarum.
Darah yang berada di luar tubuh beberapa saat akan segera membeku. Apabila
didiamkan bekuan akan mengkerut dan serum terperas keluar. Untuk menghindarkan
pembekuan harus ditambahkan antikoagulan. Ada beberapa antikoagulan antara lain adalah
oksalat Wintrobe (Heller), ethylene diamine tetra acetate (EDTA), tri natrium sitrat, natrium
sitrat, heparin, dan natrium flourida.
1. Oksalat Wintrobe
Jenis antikoagulan ini berupa Kristal ammonium dan kalium oksalat dengan
perbandingan 3:2, larutan pokoknya adalah : Ammonium oksalat 12 g, kalium oksalat
8 g dan air suling sampai 1.000 ml.
Untuk 2 ml contoh darah diperlukan 0,2 ml larutan pokok diatas (perbandingan 10:1).
Botol penampung setelah diisi dengan larutan pokok dimasukkan ke dalam oven
bersuhu 70°C untuk menguapkan cairannya sehingga terbentuk Kristal. Oksalat
Wintrobe bersifat isotonic terhadap eritrosit pada konsentrasi diatas. Antikoagulan ini
tidak cocok untuk pembuatan sediaan apus karena mempengaruhi bentuk leukosit.
2. Ethylene diamine tetra acetate (EDTA)
Antikoagulan ini dapat digunakan dalam bentuk garam natrium, kalium atau lithium.
Pemakaian setiap ml darah diperlukan 1,25 – 1,75 mg di-kalium EDTA. Cara
pembuatan sama dengan antikoagulan Wintrobe, dan cairan pelarutnya juga diuapkan
dalam oven untuk memperoleh bentuk kristal. Antikoagulan ini tidak mempengaruhi
bentuk eritrosit dan leukosit serta tidak mempercepat pecahnya trombosit. Apabila
kadar EDTA melampaui batas ini maka eritrosit dapat mengkerut dan mengakibatkan
nilai MCV di-natrium EDTA agak lambat melarut. Antikoagulan ini tidak dapat
digunakan untuk test masa protombin dan test koagulasi lain.
3. Tri Natrium Sitrat
Antikoagulan ini berupa larutan 0,106 M (3,13%) tri natrium sitrat merupakan
antikoagulan yang baik untuk pemeriksaan koagulasi darah. Penggunaan adalah
dengan perbandingan volume darah : volume sitrat = 9 : 1.
4. Natrium sitrat
Antikoagulan ini berupa larutan 3,8% natrium sitrat. Natrium sitrat bersifat isotonik
terhadap eritrosit pada perbandingan volume darah dengan volume 14 antikoagulan
sebesar 4:1. Untuk 10 ml darah diperlukan 2,5 ml antikoagulan.
Penggabunagn terutama untuk test LED cara Westergren dan tidak dapat digunakan
untuk menghitung eritrosit, leukosit dan trombosit. Kelemahan antikoagulan ini pada
besarnya kesalahan teknik karena adanya faktor pengenceran.
5. Heparin
Heparin merupakan antikoagulan berbentuk cairan yang diperlukan untuk mencegah
koagulasi darah pada pemakaian dengan perbandingan volume darah dengan berat
heparin sebesar 10 : 1. Untuk 10 ml darah diperlukan 1 mg heparin. 1 mg heparin
volume sangat sedikit sehingga faktor pengenceran dapat diabaikan. Heparin bersifat
tidak mempengaruhi volume eritrosit, namun menyebabkan leukosit menggumpal.
Heparin tidak digunakan untuk membuat sediaan apus darah karena memberikan latar
belakang warna biru pada sediaan apus setelah diwarnakan.
6. Natrium flourida
Antikoagulan natrium flourida (NaF) berupa bubuk dan digunakan pada perbandingan
10 mg NaF untuk setiap 1 ml darah. Antikoagulan ini khusus digunakan untuk
penentuan kadar gula karena disamping NaF mencegah pembekuan darah juga
menghambat glikolisis.
Hemocytometer adalah Alat ini digunakan untuk menghitung jumlah sel darah,
leukosit, trombosit, dan eritrosit. yang terdiri dari beberapa alat yaitu: kamar hitung dan dua
macam pipet yaitu pipet thoma erytrosit dan pipet thoma lekosit.
Kamar hitung
Kamar hitung yang sebaiknya dipakai adalah yang mempunyai garis bagi.Luas dari
pada seluruh yang dibagi ialah 9mm2 dan dibagi menjadi 9 bidang besar yang luasnya
masing-masing 1mm2. Bidang besar dibagi lagi menjadi 16 bidang sedang yang luasnya
masing-masing ¼ x ¼ mm2 .bidang yang di tengah dibagi lagi menjadi 25 bidang dan tiap
bidang dibagi menjadi 16 bidang kecil, jadi seluruh bidang kecil jumlahnya 400 buah, yang
masing-masing luasnya 1/20 1/20 mm2.
Tinggi kamar hitung yaitu jarak antara permukaan yang bergaris-garis dan kaca
penutup yang terpasang adalah 1/10 mm. volum dalam kamar hitung dapat dirinci sebagai
berikut :
1 bidangkecil =1/20 x 1/20 x 1/10 = 1/4000 mm3
· 1 bidangsedang =1/4 x1/4 x 1/10 = 1/160 mm3
· 1 bidangbesar = 1 x 1 x 1/10 =1/10 mm3
· Seluruhbidang yang dibagi = 3 x 3 x 1/10 =9/10 mm3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM FISIOLOGI DARAH
Tujuan praktikum :
1. Mengukur kadar hematokrit
2. Menghitung jumlah eritrosit dan leukosit
3. Mengukur kadar hemoglobin
4. Menghitung diferensial leukosit pada preparat apus darah
Prosedur Kerja Preparasi Darah :
1. Siapkan tabung 5 ml, isilah tabung tersebut dengan antikoagulan
2. Ambil darah ayam dengan menggunakan spuit melalui vena brachialis
3. Masukkan darah tersebut kedalam tabung reaksi yang telah disiapkan
4. Kocok pelan-pelan agar antikoagulan bercampur
5. Gunakan darah untuk observasi
Parameter yang diukur dan Prosedur kerja :
1. Mengukur kadar hematokrit
Bahan :
1. Darah
2. Kapas
3. Sealing compound (malam/lilin) penutup
Alat :
1. Pipa mikrokapiler
2. Centrifuge
3. Tabel jenetsky
Cara kerja pengukuran kadar hematokrit :
a. Isilah tabung mikropipet dengan darah tiga perempatnya
b. Tutuplah ujung tabung dengan cara menekankan pada sealing compound (bahan
penutup) dan putarlah hingga membentuk lubang
c. Letakkan tabung mikrokapiler tersebut pada sentrifuge pada posisi ujung yang berisi
darah di luar, kemudian sentrifuge selama 3 menit pada kecepatan 2000-4000 rpm.
d. Setelah selesai sentrifuge, kadar hematokrit diukur menggunakan tabel Jenetsky.
Caranya yaitu :
Tinggi sel warna merah (mm)
Hct (%) = × 100%
Tinggi seluruh darah dalam tabung
Setelah diperoleh kadar hemoglobin, kadar hematokrit dan jumlah eritrosit, MCV dan MCHC
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
a. MCV (Mean Corpuscular Volume)
Hematokrit (% sel darah merah) ×10
MCV (μ3) =
Jumlah eritrocite (juta/mm3)
b. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration)
Hemoglobin (gr/100 ml darah)
MCHC (%) = × 100
Hematokrit (%)
Darah juga mengandung sel darah putih (leukosit). Jumlah rata rata sel darah putih
sebanyak 7500/mm3 merupakan indikasi penting untuk ukuran kesehatan, namun akan lebih
lengkap apabila diketahui perbedaan jumlah sel darah putih. Masing masing tipe sel darah
putih mempunyai peran yang berbeda dalam melawan infeksi kuman dan setiap jenis
penyakit akan menyebabkan perbedaan jumlah tipe sel darah putih yang terbentuk. Berikut
ini contoh beberapa hal yang menyebabkan meningkatnya jumlah sel darah putih.
Infeksi protozoa, malnutrisi, aplastik anemia → Neutrophilic leucopenia
Strenous axercia, rheumatic fever, severe burn →Neutrophilic lucocytosis
Gondok, german measles, batuk, → Limfositosis
Scarlet fever, infeksi parasit, reaksi alergi →eosinophilia
Sel darah putih dapat digolongkan menjadi dua yaitu granulosit yang memiliki butiran dan
agranulosit yang tidak memiliki butiran di sitoplasmanya. Ciri ciri sel darah putih adalah
sebagai berikut :
Gambar 9. Beberapa karakteristik sel sel leukosit.
Gambar 11. Pipet eritrosit, pipet leukosit, dan bilik hitung improve neubauer.
Pelaksanaan praktikum fisiologi darah
5. menghitung sel darah putih
Bahan:
1. Darah ayam
2. Larutan turk
Alat :
1. Hand counter
2. Pipet hisap leukosit
Catatan :
Prosedur menghitung sel darah putih pada dasarnya sama dengan menghitung sel darah
merah, namun ada beberapa pengecualian.
a. Pipet hitung sel darah putih yang digunakan kelarutannya 20 kali (karena diisi darah
0,5 ml ditambah larutan turk menjadi 11).
b. Larutan turk yang terdiri dari :
1. Asam asetat glacial violet 1% sebanyak 1 ml
2. Larutan gention violet 1% sebanyak 1 ml
3. Air suling sebanyak 100 ml
Larutan asam ini akan menghancurkan membrane sel eritrosit dan mengubah
hemoglobin menjadi hematin. Pewarnaan gention violet pada sel darah putih
untuk memudahkan identifikasi.
c. Jumlah sel darah merah dihitung masing masing pada 4 ruang besar yakni 1 mm2
pada 4 pojol area, dan diambil rata rata. Pengamatan dengan mikroskop menggunakan
perbesaran ringan.
d. Factor perkalian berikut digunakan untuk menghitung sel darah merah per mm3
sel dilarutkan 20 kali, sehingga dikalikan 20
kedalaman ruang hitung adalah 0,1 mm sehingga dikalikan 10
jumlah sel rata rata yang terhitung dalam 1 mm2 dikalikan 1
factor perkalian adalah = 20 x 10 x 1 = 200
Catatan :
a. Pembilasan menggunakan air suling akan lebih baik jika pada air suling ditambahkan
larutan buffer yaitu 1,63 gm kh2po4 dan 3,2 gm nahpo4 dalam 1000 ml air suling.
Campur secara perlahan. Biarkan selama 4 menit.
Lembar PengamataSistem Reproduksi Ruminansia
Lembar Pengamatan Sistem Reproduksi Non Ruminansia
Lembar Pengamatan Sistem Reproduksi Pseudoruminansia
Lembar Pengamatan Sistem Pernapasan Ruminansia
Lembar Pengamatan Sistem Pernapasan Non Ruminansia
Lembar Pengamatan Sistem Pernapasan Pseudoruminansia
Lembar Pengamatan Sistem Pencernaan Non Ruminansia
Lembar Pengamatan Sistem Pencernaan Pseudoruminansia
Lembar Pengamatan Sel Darah Merah
Lembar Pengamatan Sel Darah Putih