Anda di halaman 1dari 2

Mirza Sulfari |

Mengawali pembahasan mengenai islam transformatif, saya mengawalinya dengan arti


dari islam transformatif. Sebenarnya apa itu islam transformatif? Dan hubungan islam
transformatif dengan realitas sosial? Bagi saya islam transformatif merupakan suatu langkah
dimana islam suatu agama yang tidak hanya berbicara mengenai hubungan transendental antara
manusia dengan tuhannya tetapi islam sebuah agama yang berbicara mengenai hubungan
manusia dengan manusia. Baik secara sosial dan ekonomi.

Menurut Kuntowijoyo transformatif adalah perubahan bentuk. Jika dikomparasikan


(digabungkan) dengan islam maka tercipta sebuah arti yaitu islam sebagai agama yang dapat
merubah bentuk tatanan sosial dari kaum yang tertindas (jahilia) hingga menjadi kaum yang
tercerahkan. Spirit perubahan akan selalu hadir dalam islam untuk menciptakan masyarakat yang
berkesadaran secara spiritual maupun berkesadaran secara sosial (hubungan manusia dengan
manusia). Didalam islam transformatif memiliki 2 (dua) peran yaitu : 1. Peran spiritual, dimana
peran ini menjadi estafet awal terciptanya perubahan kehidupan masyarakat. peran spiritual
yang memberikan suatu dinamika dalam kehidupan antara manusia dengan Tuhan (sang
pencipta) sekaligus menjadi sebuah landasan dalam menciptakan dan membentuk suatu tatanan
sosial yang sadar atas dirinya sebagai pemelihara alam dan kehidupan sosial masyarakat. Unsur-
unsur yang terdapat dalam peran spiritual ini adalah melaksanakan shalat dan membaca al-
Quran. 2. Peran humanitas, peran ini menjadi langkah selanjutnya dalam membentuk dinamika
perubahan kehidupan antara manusia dengan manusia. Masing-masing peran tersebut nantinya
akan menciptakan dan membentuk akuntabilitas (tanggung jawab) dan loyalitas (kesetiaan)
terhadap harmonisasi keutuhan bermasyarakat.

Peran-peran tersebut dimiliki islam dalam menciptakan harmonisasi kehidupan bersosial dan
sekaligus sebagai fondasi keutuhan dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Banyak sekali
orang beranggapan bahwa islam sebagai suatu agama yang tidak menjaga harmonisasi
kehidupan sosialnya. Harmonisasi kehidupan sosialnya dalam rangkaian yang belakangan ini
terjadi. Banyaknya kekerasan yang terjadi menimbulkan anggapan-anggapan miring di tubuh
umat islam maupun di eksternal umat islam. Anggapan suatu yang dekat dengan kekerasan dan
tidak memetingkan toleransi dalam membangun kehidupan beragamanya menjadi hangat
diperbincangkan sekarang ini. Mungkin saja anggapan itu terjadi sekarang ini. Karena jika melihat
fenomena sekarang ini terjadi. Islam menjadi sorotan publik. Banyaknya media-media yang
mentoroti aktifitas kehidupan beragama yang melakukan aksinya dengan sikap kekerasan. Tetapi
tidak hanya kekerasan saja yang harus dilihat oleh kaum beragama lain dalam menyikapi sikap
prilaku kaum beragama (islam). Ada banyak hal yang dapat dilihat banyak peran-peran yang ada
pada kaum beragama (islam).
Islam sebagai agama struktur yang memiliki 2 (dua) hubungan dalam membangun kehidupan
beragamanya. 1) hubungan vertikal antara manusia dengan tuhannya dan 2) hubungan
horisontal antara manusia dengan manusia. Hubungan vertiakal, agama sebagai media bagi
adanya penyerahan diri kepada Allah yang menciptakan seluruh makhluk hidup di semesta ini.
Hubungan ini teraplikasi dalam aktifitas kehdiupan umat beragama yaitu dengan melakukan
ibadah yang telah menjadi media bagi manusia sebagai umatnya untuk mendekatkan dirinya
kepada sang pencipta (Allah). Aktifitas ibadah kehidupan umat beragama dengan melaksanakan
kegiatan rutin dalam kesehariannya. Kegiatan itu adalah shalat dan membaca Al-Quran. Kalau
hubungan horisontal, agama sebagai media bagi adanya aktifitas sosial antara manusia dengan
manusia. Dalam prakteknya kehdiupan beragama menjalankan aktifitas sosialnya dan
menciptakan harmonisasi kehidupannya dengan melaksanakan zakat dan puasa. Dimana zakat
dan puasa membangun ekuilibrium (keseimbangan) dan loyalitas (kesetiaan) terhadap
pembangunan humanitas gerakan antara manusia dengan manusia. Menurut kuntowojoyo,
zakat adalah konsekuensi logis dari puasa yaitu setelah orang merasakan penderitaan lapar dan
haus. Peran seseorang yang berzakat memberikan sedikit hasil jerih panyahnya kepada orang
yang kekurangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Orang yang berzakat pula secara tidak
langsung merasakan kehidupan orang yang kekurangan. Kegiatan ini yang menumbuhkan
loyalitas umat beragama dalam menjalankan harmonisasi antara manusia dengan manusia. Dan
sekaligus membagun gotong royong dalam menciptakan suasana kebersamaan dalam
menjalankan aktifitas kehidupan beragamanya.

Selain itu, kaum beragama yang memiliki kebiasaan (traidis) pengaturan diri terhadap
keberagamaannya. Pengaturan diri yang dimaksud adalah dengan adanya kebiasaan (tradisi)
pengambilan hukum ijma (konsesus ulama), qiyas (analogi) yang selalu menjadikan Al-Quran dan
sunnah sebagai rujukan sehingga perubahan yang terjadi memiliki kaitan dengan islam dan
sekaligus memiliki kejelasan terhadap auntentiknya al-Quran (lihat : Kuntowijoyo : Muslim Tanpa
Masjid) sebagai pedoman bagi umat beragama dan sebagai sumber dari segala sumber hukum
bagi terciptanya harmonisasi umat beragama dalam menjalankan kehidupan beragamnya. Untuk
itu islam bukanlah agama yang dekat dengan kekerasan tetapi agama yang memiliki tradisi untuk
mengharmonisasikan kehidupannya sekaligus membangun tradisi transformasi sosial dalam
hubungan beragamanya.

http://immarfakhruddin.blogspot.com/2008/11/islam-transformatif.html

Anda mungkin juga menyukai