Pembuktian Dan Putusan Hakim Dalam Hukum
Pembuktian Dan Putusan Hakim Dalam Hukum
PENDAHULUAN
yang sangat penting. Kita ketahui bahwa hukum acara atau hukum formal
tentu tidak cukup dikemukakan begitu saja, baik secara tertulis maupun
lisan. Akan tetapi, harus diiringi atau disertai bukti-bukti yang sah menurut
1
Putusan Pengadilan merupakan suatu produk hukum berupa
hasil akhirnya adalah untuk mengakhiri sengketa perkara antar pihak yang
pihak yang digugat hak dan kepentingannya yakni tergugat.. Hakim harus
persidangan dalam hal ini alat bukti tertulis, keterangan saksi, pengakuan,
para pihak yang bersengketa dapat didasari oleh rasa tanggung jawab,
pembuktian?
2
2. Apa sajakah prinsip hukum Pembuktian?
Perdata?
pembuktian;
3
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam suatu proses perdata, salah satu tugas hakim adalah untuk
benar-benar ada atau tidak. Adanya hubungan hukum inilah yang harus
4
Tidak semua dalil yang menjadi dasar gugatan harus dibuktikan
sepenuhnya oleh pihak lawan tidak perlu dibuktikan lagi. Dalam hal
lain hakim sendiri yang menentukan pihak yang mana akan memikul
atas, para pihak yang berperkara dan hakim yang memimpin pemeriksaan
282 sampai dengan Pasal 314; Stb. 1867 No. 29 tentang kekuatan
5
II.I.II Prinsip Hukum Pembuktian
beberapa prinsip sebagai pegangan bagi hakim maupun bagi para pihak
yang berperkara.
mengenai hal-hal yang diajukan penggugat dan tergugat. Oleh karena itu,
fungsi dan peran hakim dalam proses perkara perdata hanya terbatas
6
Makna pasif bukan hanya sekedar menerima dan memeriksa apa-
apa yang diajukan para pihak, tetapi tetap berperan dan berwenang
Semuanya itu menjadi hak dan kewajiban para pihak. Hakim tidak
hakim.
asas ultra vires atau ultra petita partium yang digariskan Pasal 189
7
2. Pengakuan mengakhiri Pemeriksaan Perkara
materi pokok perkara. Apalagi jika didekati dari ajaran pasif, meskipun
keliru, perlu dijelaskan lebih lanjut beberapa hal antara lain sebagai
berikut :
bersifat mengikat (binding) kepada para pihak, oleh karena itu tidak dapat
8
a) Hukum Positif tidak perlu dibuktikan
Hal ini bertitik tolak dari doktrin curia novit jus atau jus curia novit,
Bahkan bukan hanya hukum positif tetapi meliputi semua hukum. Pihak
yang berperkara tidak perlu menyebut hukum mana yang dilanggar dan
hukum mana yang harus diterapkan, karena hal itu dianggap sudah
diketahui hakim.
acara perdata tidak diatur secara tegas, tetapi hal ini telah diterima secara
luas sebagai suatu doktrin hukum pembuktian yang dikenal dengan notoir
feiten atau fakta notoir. Adapun pengertian fakta yang diketahui umum
yaitu setiap peristiwa atau keadaan yang dianggap harus diketahui oleh
9
c) Fakta yang tidak dibantah tidak perlu dibuktikan
atau fakta yang disangkal atau dibantah oleh pihak lawan. Bertitik tolak
dari prinsip ini maka fakta yang tidak disangkal oleh pihak lawan tidak
perlu dibuktikan karena secara logis sesuatu fakta yang tidak dibantah
dibuktikan
mengetahuinya dan bahkan hal tersebut telah dicatat pula dalam berita
acara.
10
Pasal 1918 KUHPerdata menyatakan :
Dengan kata lain, Pasal 1918 KUH Perdata ini memberi hak kepada
bacaan yang merupakan buah pikiran atau isi hati dari orang yang
tetapi tidak menyatakan buah pikiran atau isi hati, maka hal tersebut tidak
termasuk sebagai alat bukti tertulis atau surat. Dalam hukum acara
perdata alat bukti tulisan atau surat diatur dalam Pasal 164 RBg/138 HIR,
Pasal 285 RBg sampai dengan Pasal 305 RBg, Pasal 165 HIR, Pasal 167
11
HIR, Stb. 1867 Nomor 29 dan Pasal 1867 sampai dengan Pasal 1894
KUHPerdata.
bukan akta, yang kemudian akta masih dibedakan lagi dalam akta otentik
dan akta di bawah tangan. Jadi dalam hukum pembuktian, alat bukti
1. Akta
untuk keperluan siapa surat itu dibuat, dan harus ditandatangani. Maka
a) Akta Otentik
“akta otentik, yaitu suatu surat yang dibuat menurut ketentuan undang-
undang oleh atau di hadapan pejabat umum, yang berkuasa untuk
membuat surat itu, memberikan bukti yang cukup bagi kedua belah pihak
dan ahli warisnya dan sekalian orang yang mendapat hak dari padanya,
tentang segala hal yang tersebut di dalam surat itu, dan juga tentang yang
tercantum dalam surat itu sebagai pemberitahuan saja ; tetapi yang
tersebut kemudian itu hanya sekedar diberitahukan itu langsung
berhubung dengan pokok yang disebutkan dalam akta tersebut.”
12
Definisi ini tidak berbeda jauh dengan Pasal 1868 KUHPerdata yang
menyatakan:
“suatu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan
oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai-pegawai
umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta dibuatnya.”
“dipandang sebagai akta di bawah tangan yaitu surat, daftar, surat urusan
rumah tangga dan surat yang ditandatangani dan dibuat dengan tidak
memakai bantuan seorang pejabat umum.”
surat lainnya yang dibuat tanpa bantuan seorang pejabat, termasuk dalam
Jadi, akta di bawah tangan adalah akta yang sengaja dibuat untuk
Tulisan bukan akta ialah setiap tulisan yang tidak sengaja dijadikan
13
pembuatnya. Walaupun tulisan atau surat-surat yang bukan akta ini
Dalam hukum acara perdata alat bukti saksi diatur dalam Pasal 165
pemeriksaan saksi, Pasal 306 RBg/169 HIR sampai dengan Pasal 309
RBg/172 HIR tentang keterangan saksi, serta dalam Pasal 1895, Pasal
orang yang bukan salah satu pihak dalam perkara, yang dipanggil di
persidangan.
beberapa orang yang tidak dapat didengar sebagai saksi dan yang dapat
RBg/145 HIR, Pasal 174 RBg/146 HIR, serta Pasal 1909 dan Pasal 1910
KUHPerdata.
14
Orang-orang yang tidak dapat didengar sebagai saksi adalah :
b) Suami atau istri dari salah satu pihak meskipun sudah bercerai;
sehat.
adalah :
dianggap sebagai kesaksian (Pasal 308 RBg/171 ayat (2) HIR dan Pasal
15
dan diwakilkan oleh orang lain. Ketentuan ini ditafsirkan dari Pasal 166
ayat (1) RBg/140 ayat (1) HIR dan Pasal 176 RBg/148 HIR yang
menentukan bahwa terhadap saksi yang telah dipanggil dengan patut dan
tidak datang diberi sanksi dan terhadap saksi yang telah datang di
sanksi.
c. Persangkaan-Persangkaan
yang telah dianggap terbukti, atau peristiwa yang dikenal, kearah suatu
diatur dalam Pasal 310 RBg/173 HIR dan Pasal 1915 sampai dengan
bukti persangkaan.
16
d. Pengakuan
Pengakuan sebagai alat bukti diatur dalam Pasal 311 RBg/174 HIR,
Pasal 312 RBg/175 HIR, Pasal 313 RBg/176 HIR serta Pasal 1923
yang tegas dan dinyatakan oleh salah satu pihak dalam perkara di
suatu peristiwa, hak atau hubungan hukum yang diajukan oleh lawannya
yang mengakibatkan pemeriksaan lebih lanjut oleh hakim tidak perlu lagi.
satu pihak dalam perkara, baik secara lisan atau tertulis yang bersifat
salah satu pihak di depan hakim dalam persidangan, pengakuan ini tidak
17
pengakuan yang terjadi di luar persidangan (Pasal 312 RBg/175 HIR,
diberikan oleh salah satu pihak dalam suatu perkara perdata di luar
e. Sumpah
Alat bukti sumpah diatur dalam Pasal 182 sampai dengan Pasal 185
RBg/Pasal 155 sampai dengan Pasal 158 HIR, Pasal 314 RBg/Pasal 177
Dalam hukum acara perdata, alat bukti sumpah ada dua macam :
Sumpah pemutus adalah sumpah yang diajukan oleh salah satu pihak
18
pemutus adalah dari salah satu pihak yang berperkara dan dia pulalah
Dan untuk itu hakim harus menetapkan harga tertinggi ( Pasal 182
19
II.II PUTUSAN HAKIM DALAM HUKUM ACARA PERDATA
20
c. Bertujuan untuk menyelesaikan atau memutus suatu perkara.
suasana hati.
b. Faktor opini publik yang tertulis dalam media massa ketika sidang
tengah berlangsung.
dijelaskan dalam Pasal 178 HIR, Pasal 189 RBg dan Pasal Undang-
21
pertimbangan bertitik tolak dari ketentuan Pasal 25 UU No. 4 Tahun 2004
b. Hukum kebiasaan;
c. Yurisprudensi;
d. Doktrin hukum.
Asas ini digariskan dalam Pasal 178 ayat (2) HIR, Pasal 189 ayat (2)
RBG dan Pasal 50 Rv. Menurut ketentuan ini, putusan yang dijatuhkan
setiap gugatan yang diajukan. Hakim tidak boleh hanya memeriksa dan
Asas ini digariskan Pasal 178 ayat (3) HIR, Pasal 189 ayat (3) RBG
22
4. Diucapkan di Sidang Terbuka Untuk Umum
sidang terbuka untuk umum. Tujuan dari ketentuan ini untuk menghindari
1. Kekuatan Mengikat
terjadi antara mereka, maka dengan demikian kedua pihak harus tunduk
2. Kekuatan Pembuktian
akta otentik dimaksudkan untuk dapat digunakan sebagai alat bukti para
23
pihak, yang mungkin diperlukannya untuk mengajukan bending, kasasi,
atau pelaksanaannya.
3. Kekuatan Eksekutorial
dimuat di dalam putusan diatur dalam Pasal 183, 184, 187, HIR, (Pasal
pada hukum, diri sendiri, dan kepada rakyat, tetapi juga bertanggung
No.14/1970).
24
nama kuasanya kalau yang bersangkutan menguasakan kepada
orang lain.
yakni apa yang dituntut atau diminta supaya diputuskan oleh hakim.
25
II.II.V Jenis-Jenis Putusan
Pasal 185 ayat 1 HIR (pasal 196 ayat 1 Rbg) membedakan putusan
antara:
putusan akhir.
yaitu:
26
a. Putusan Insidentil adalah putusan yang berhubungan dengan
biasa.
Sehingga bagi setiap putusan tersedia upaya hukum, yaitu upaya atau
sementara.
HIR, 149 ayat 3 jo. 153 Rbg), yang mana biasanya sebagai pihak
yang dikalahkan.
27
merasa hak-haknya terserang oleh adanya putusan tersebut, atau
undang-undang saja.
28
2. Apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti
dapat ditemukan;
soal yang sama, atau dasar yang sama oleh pengadilan yang
29
BAB III
PENUTUP
III.I Kesimpulan
c. Persangkaan-Persangkaan
d. Pengakuan
e. Sumpah
pihak.
30
Dalam suatu putusan terdapat asas yang harus ditegakkan, agar
dijelaskan dalam Pasal 178 HIR, Pasal 189 RBg dan Pasal Undang-
1. Kekuatan Mengikat
2. Kekuatan Pembuktian
3. Kekuatan Eksekutorial
dimuat di dalam putusan diatur dalam Pasal 183, 184, 187, HIR, (Pasal
Pasal 185 ayat 1 HIR (pasal 196 ayat 1 Rbg) membedakan putusan
antara :
1. Putusan Akhir
31
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Jakarta
INTERNET :
http://repository.usu.ac.id/bitsream/handle/123456789/36905/chapter%25
2oii.pd%3Fsequence%3D4&ved=oahUKEwjM87GX-
u_XAhVJL48KHU4AUUQFggpMAE&usg=AOvVaw3Tv1eBplkqKzC6woA-
vb4W
http://etd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/95572/potongan/S2-2016-
358455-chapter1.pdf&ved=0ahUKEwjMntrS-
u_XAhUK148KHZMIDP4QFghWMAc&usg-
AOvVaw3osRwk2Qa6UO7KyJPq3Fj7
http://lib.ui.ac.id/file%3Ffile%3Ddigital/122996-PK%250III%2520656.8264-
Penerapan%2520uitvoerbaar-Liteatur.pdf&ved=0ahUKEwiDmLPr-
u_XAhUZTI8KHWSJAkQQFghSMAY&usg=AOvVaw1RnqgU65BKYM4nR
M1EWNWF
32