Anda di halaman 1dari 21

Indonesia cyim2019 Komite

Malang saatnya Social Politics


muda bersuara Economy
Environment

C O N F E R E N C E

O F Y O U T H

I N M O V E M E N T

Organized by
Indonesian Future Leaders Chapter Malang
REFERENCE BOOK ini diharapkan dapat menjadi panduan
delegasi mengenai informasi tentang Conference of Youth in
Movement 2019 meliputi deskripsi acara, penjelasan komite,
serta komposisi panel pada diskusi komite. Kami sangat
berharap seluruh elemen CYIM terutama anda, para delegasi,
dapat berdiskusi secara aktif dan menikmati rangkaian acara
CYIM 2019.
VISI
Menjadikan generasi muda Indonesia generasi yang kompeten pada
bidang yang ditekuninya, dapat membawa perubahan positif dan
menjadi inspirasi bagi lingkungannya.
MISI
1. Menginisiasikan berbagai kegiatan pemberdayaan pemuda untuk
Indonesia yang lebih baik (initiate).
2. Melakukan aksi-aksi konkret untuk pembangunan dengan
melibatkan pemuda sebagai garda terdepan (act).
3. Berbagi ilmu pengetahuan, kontribusi sosial, maupun hal-hal lain
yang bersifat materil dan non-materil bagi pembangunan
komunitas dan masyarakat (share).
4. Menjadi inspirasi bagi masyarakat umumnya, dan kaum muda
khususnya (inspire).
SEJARAH IFL
Indonesian Future Leaders (IFL) berdiri secara resmi sebagai sebuah
Lembaga Swadaya Masyarakat yang digerakkan oleh kaum muda,
pada tahun 2009, oleh sekelompok anak muda usia 17-18 tahun yang
terdiri atas:

Andhyta F. Utami M. Iman Usman Niwa R Dwitama


(macroeconomics, trade (Co-Founder Ruangguru) (Diplomat at the Foreign
and investment consultant Affairs Ministry of
World Bank) Indonesia)

Serta 3 pemuda lainnya yaitu Dian Aditya Ning Lestari, Stephanie


Hardjo, Rafika Primadesti, dan Audry Maulana. Mereka percaya bahwa
untuk memajukan Indonesia, bukan hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah, tapi seluruh elemen masyarakat, termasuk pemuda.
Melalui, Indonesian Future Leaders, diharapkan akan lahir generasi
muda Indonesia yang capable dan berdampak bagi perubahan positif di
masyarakat. Sehingga kaum muda, tidak hanya menjadi objek dari
pembangunan, tapi juga menjadi motor penggerak dari pembangunan
itu sendiri.
TENTANG IFL
CHAPTER MALANG

IFL Chapter Malang menjadi cabang ke-6 yang merupakan chapter


terakhir setelah Bandung, Yogyakarta, Bali, Bulukumba, dan Lampung.
IFL Chapter Malang merupakan inisiatif dari 8 anak muda yang resmi
dibentuk tanggal 21 September 2014 sebagai organisasi kepemudaan
di bawah naungan IFL Pusat.
Conference of Youth In Movement (CYIM) 2019 hadir sebagai
penggagas pergerakan kolaborasi antara komunitas, organisasi
kepemudaan, Non-Governmental Organization (NGO), stakeholder,
praktisi, dan para ahli untuk menganalisis isu di bidang ekonomi, sosial
politik dan lingkungan yang terjadi di Kota Malang. Sehingga
membentuk integritas semangat pemuda yang memberi perubahan
positif di tengah masyarakat dengan wujud konferensi dimana memuat
kegiatan seminar, talkshow, diskusi komite, dan festival komunitas.
Para pemuda dari rentang usia 15-27 tahun yang datang dari berbagai
latar belakang, pemikiran, dan ideologi akan ditempatkan pada satu
ruang yang sama dan berdi- skusi secara aktif dan dinamis untuk
mengajukan solusi yang bersifat implementatif.

CHAPTER MEETING
INDONESIAN FUTURE LEADERS CHAPTER MALANG
Pada era ‘kekacauan’ banyak hal yang perlu dibenahi maupun
dikembangkan, Disruption Era atau era kekacauan adalah sebuah
era dimana segala sesuatu terjadi secara random, baik hal positif
maupun negatif dapat menjadi viral hanya dalam hitungan detik.
Kemudian disruption era diidentifikasikan dengan kemajuan teknologi
dan inovasi digital. Pada satu sisi kemajuan teknologi sangat
membantu manusia dalam segala bidang, namun jika dilihat dari
kacamata lain era kekacauan juga dapat memicu dampak negatif
dalam jangka panjang.
Sebagai contoh, otomatisasi proses produksi pabrik berdampak pada
pengurangan tenaga kerja manusia. Potensi berkurangnya lapangan
kerja akibat disrupsi teknologi ini berdampak pada bonus demografi
yang akan menjadi beban negara. Dampak negatif yang muncul dapat
dilihat dari berbagai kacamata dan jika tidak dicegah dapat mengarah
kepada ‘kehancuran manusia’.
Tema besar yang CYIM hadirkan kali ini adalah “Demolish The
Human Apocalypse in The State of Disruption Era”. Teknologi pada
era kekacauan pelan-pelan mulai merubah tatanan sosial, oleh karena
itu CYIM menghadirkan 3 komite dengan isu utama di bidang
lingkungan, sosial politik, dan ekonomi untuk ditelaah dan didiskusikan.
Pergerakan yang sangat cepat menimbulkan tantangan-tangan dan
konsekuensi yang hadir. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa
dituntut untuk bergerak lebih dinamis dan menghadirkan solusi
terhadap konsekuensi atau resiko yang timbul. Maka sebagai bentuk
rasa cinta dan loyalitas terhadap bangsa Indonesia, CYIM hadir untuk
pemuda di kota Malang berdiskusi menentukan langkah apa yang akan
diambil untuk berkontribusi terhadap bangsa dengan sub tema sebagai
berikut:

CONFERENCE
OF YOUTH IN MOVEMENT
DESKRIPSI KEGIATAN

PRE-CONFERENCE
Roadshow dan social race
Sebagai rangkaian pengenalan CYIM dan media untuk menyalurkan
keresahan pemuda terhadap permasalahan di Kota Malang dalam
bentuk tulisan maupun video

CONFERENCE
Seminar
Diskusi Komite
General Assembly

Diskusi komite adalah inti kegiatan dari Conference of Youth in


Movement, dimana setiap delegasi akan dibagi ke tiga ruang diskusi
dengan fokus lingkungan, ekonomi, dan sosial-politik. Para delegasi
akan menuangkan ide dan beradu argument yang akan bermuara pada
perumusan solusi terhadap problematika yang akan dibahas. Pada
general assembly, setiap komite akan dipertemukan dan
mempresentasikan hasil diskusi di hadapan komite lainnya.

HASIL YANG DIHARAPKAN


1. Terbangunnya relasi dan integrasi antara komunitas, organisasi,
dan NGO.
2. Tersusunnya sebuah draft kesepakatan konferensi yang akan
diadvokasikan kepada pemerintah kota Malang.
3. Disepakatinya sebuah kegiatan bersama yang akan melibatkan
komunitas dan organisasi di Kota Malang.
SOCIAL-ENVIRONMENT
Act of Urban towards Society and Nature

SMART CITY
Pengembangan Kampung Tematik di Masa Mendatang
Konsep Smart City diinisiasikan oleh Pakar dari ITB, Suhono S.
Supangkat, yang memaparkan indikator-indikator pendukung
pelaksanaan konsep smart city, yaitu smart economy, smart people,
smart governance, smart government, smart mobility, smart
environment, dan smart living.
Berangkat dari fenomena pertumbuhan populasi yang tinggi, urgensi
smart city disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan penduduk di
perkotaan sebesar 2,75% per tahun. CYIM ingin melihat bentuk
penerapan dari smart city dan apakah kampung tematik yang sangat
merajalela juga merupakan bentuk smart city. Kampung tematik yang
semakin berkembang terutama di Malang Raya seperti Kampung
warna-warni Jodipan, Kampung Tridi, Kampung Biru, dll. Bagaimana
kesadaran masyarakat terhadap orang-orang lokal? Bagaimana
pemberdayaan potensi terhadap daerah dan masyarakat disana?

SOCIAL POLITICS.-
Questioning Indonesia’s Policy and System

GOOD GOVERNANCE
Komite ini akan membahas mengenai good governance yaitu
penyelenggaraan pengelolaan pemerintahan yang solid, bertanggung
jawab, dengan prinsip demokrasi. Konsep ini mendorong negara untuk
memberikan pelayanan terbaik untuk kesejahteraan rakyat. Komite ini
akan mengkritisi implementasi prinsip good governance di Indonesia
dalam pelayanan publik.
Komite ini akan melahirkan pertanyaan sistem pemerintah seperti
apakah yang benar-benar baik dan ideal? Apakah sistem demokrasi
dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah sudah sesuai dan
berjalan?
ECONOMY.-
Preparing Indonesia’s Economy to Digital Era

REVOLUSI INDUSTRI 4.0


Revolusi industri 4.0 bergerak di bidang otomatisasi dan artificial
intelligence (AI) yang berpotensi meningkatkan kualitas hidup
masyarakat di seluruh dunia. Namun, akankah kemajuan ini
menimbulkan kecemasan mesin suatu hari mengambil alih pekerjaan
manusia? Kali ini kemajuan AI dan otomatisasi yang dapat
menggantikan tenaga kerja manusia secara keseluruhan akan ditinjau
dari segi ekonomi.
Selain itu, komite ini juga akan membahas target Presiden RI untuk
memasukkan Indonesia ke dalam peringkat 10 besar dunia dalam
bidang ekonomi pada tahun 2030. Target ini akan diimplementasikan ke
dalam 5 fokus industri yaitu makanan dan minuman, tekstil, otomotif,
elektronik, dan kimia.
PERAN DAN
KOMPOSISI KOMITE
NO PERAN DESKRIPSI PERAN
1 Chair Mengatur jalannya diskusi
Bertanggung jawab atas efektivitas alur diskusi dari
pembukaan hingga penutup
Bertugas sebagai notulis selama berjalannya diskusi

2 Pemateri Bertanggung jawab atas pemaparan isu, fakta dan


permasalahan yang berkaitan dengan topik diskusi
Menanggapi dan menjawab pertanyaan delegasi yang
berkaitan dengan topik
Memberikan saran pendukung kepada delegasi

3 Fasilitator Mengikuti jalannya diskusi secara pasif


Mengawasi berjalannya diskusi
Menjadi time keeper untuk memastikan diskusi berjalan
tepat waktu
Berkoordinasi dengan Chair dalam mengelola alur diskusi

4 Delegasi Delegasi adalah peserta diskusi


Delegasi memiliki hak untuk mengajukan pendapat,
pertanyaan, ide/gagasan/solusi maupun rekomendaSI
pada saat diskusi
Berkewajiban untuk melaksanakan diskusi secara tertib
dan teratur dan berpartisipasi secara aktif
Berkewajiban untuk memberikan kontribusi yang bersifat
substantif, konstruktif, dan solutif

5 Observer Diperbolehkan untuk melihat dan mengikuti diskusi secara


pasif
Komite Lingkungan
“Act of Urban towards Society and Nature”
KELAYAKAN KAMPUNG TEMATIK SEBAGAI BENTUK SMART CITY

Latar Belakang, Perkembangan sumber daya manusia yang tinggal di


daerah kumuh cenderung stagnan dan tidak berkembang karena
daerah seperti ini identik dengan minimnya edukasi. Banyak
masyarakat yang tinggal di daerah tersebut sudah merasa nyaman
dengan keadaan yang ada , dan paradigma itu terus berkembang
seiring pertumbuhan populasi disana tanpa adanya peningkatan
kualitas manusia yang berdampak pada tata ruang yang buruk.
Perilaku tersebut berdampak buruk terhadap lingkungan mereka,
salah satu faktornya karena mereka tidak mengetahui kewajiban
mereka terhadap sekitar. Padahal perilaku mereka tersebut
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan mereka yang dapat
menimbulkan masalah, tanpa memikirkan solusinya. Masyarakat
didaerah ini memiliki kepedulian yang rendah terhadap aspek
keselamatan, keamanan, kemudahan dan kenyaman mereka.
Kurangnya kepedulian terhadap masalah ini menyebabkan sanitasi
yang buruk, aksesesibitas jalan yang buruk, tingkat pengangguran
yang tinggi, sistem drainase yang buruk, tingkat pendidikan rendah.
Menurut hasil perhitungan dan analisa penentuan dan deliniasi
kawasan permukiman kumuh Kota Malang, maka lokasi kumuh di Kota
malang terdapat pada data sebagai berikut.
Kampung Tematik hadir sebagai salah satu inovasi untuk mengatasi
permasalahan yang ada pada lingkungan kumuh. Aspek yang
diperbaiki dalam kampung tematik dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Mengubah lokasi kumuh menjadi tidak
kumuh/peningkatan/perbaikan kondisi lingkungan
2. Penghijauan wilayah yang intensif
3. Pelibatan partisipasi masyarakat secara aktif
4. Mengangkat potensi sosial dan ekonomi
5. Karakter masyarakat yang mendidik
6. Ciri khas tempat yang lebih kuat

Namun dalam pelaksanaannya, aspek aspek ini masih belum


diterapkan secara menyeluruh, karena masyarakat di daerah kumuh
masih belum banyak berpartisipasi di dalamnya. Di sisi lain pemerintah
sudah memfasilitasi masyarakat yang ada di kampung tematik,namun
masyarakatnya sendiri masiih belum berkembang secara pola pikir.
Sehingga konsep kampung tematik yang ditujukan untuk merubah pola
pikir masyarakat terhadap lingkungannya masih belum berjalan secara
sempurna.

PENERAPAN SMART CITY DI MALANG


Konsep smart city memiliki arti sebuah pendektaan cerdas dalam
membangun kota dengan pengelolaan seluruh sumber dayanya yang
bersifat terintegrasi untuk mengatasi permasalahan kota yang semakin
bertambah kompleks seiring dengan bertambahnya penduduk
sehingga mampu meningkatkan kualiatas (kenyamanan , keselamatan,
keamanan, dan kemudahan) kehidupan manusia yang lebih baik.
Indikator smart city menurut Boyd Cohen dapat dikerucutkan menjadi 6
dimensi, yaitu:
1. Smart People 4. Smart Government
2. Smart Economy 5. Smart Living
3. Smart Environment 6. Smart Mobility
Dalam pengembangan Smart City di Kota Malang, Kampung tematik
merupakan salah satu bentuk dari pengaplikasian Smart Environtment.
Namun untuk menerapkan Smart Environment yang berkelanjutan
sangat dibutuhkan kualitas sumber daya manusia yang baik yang juga
salah satu bentuk dari Smart People itu sendiri. Oleh karena itu,
dibutuhkan konsep yang baik agar kedua dimensi tersebut dapat
berjalan selaras sehingga mengoptimalkan perwujudan Smart City
yang cocok di Kota Malang.Sebagai pelaksanaan solusi kampung
kumuh, Pemerintah Kota Malang telah melakukan program bedah
rumah tak layak huni, memberikan infrastruktur dasar seperti drainase,
air bersih, jalan, sanitasi, pemberdayaan masyarakat dan peningkatan
ekonomi masyarakat. Selain itu terdapat penataan ruang tekait
menjadikan kampung kumuh menjadi kampung tematik untuk eco
wisata. Kampung-kampung tematik antara lain kampung Warna-Warni
Jodipan, Kampung Glintung Eco Go Green, Kampung Putih, Kampung
Biru Arema , dan masih banyak lagi. Inovasi ini diharapkan dapat
mempercepat perwujudan smart city yang diharapkan memiliki smart
kampung yang berbasis komunitas.

PEMBAHASAN
Pemerintah memiliki kecenderungan terhadap suatu daerah yang
dirasa menguntungkan secara finansial, sehingga daerah lain yang
dirasa tidak menguntungkan tidak difasilitasi secara menyeluruh.
Akibatnya, daerah yang difasilitasi oleh pemerintah ini merasa bahwa
dia sudah aman dan tidak perlu berkembang secara sumber daya.
Padahal yang terpenting adalah bagaimana daerah tersebut akan bisa
berkelanjutan dan berkembang tanpa perlu terus dituntun oleh
pemerintah.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah semua kampung di Malang dapat dijadikan kampung
tematik? Indikator apa yang perlu dipenuhi untuk menjadikan sebuah
kampung sebagai Kampung Tematik?
2. Apakah pemerintah dirasa sudah tepat sasaran dalam memfasilitasi
kampung tematik yang ada di Kota Malang?
3. Apa yang diperlukan untuk menumbuhkan kesadaran lingkungan
pada masyarakat di Kampung Tematik?
4. Bagaimana peran masyarakat untuk mengimplementasikan konsep
kampung tematik? Dan seberapa besar?
5. Apa saja yang menghambat konsep smart city pada kampung
tematik di Kota Malang?
6. Apa yang perlu dibenahi dari Kampung Tematik?
7. Bagaimana peran komunitas lokal dan masyarakat dalam
perwujudan konsep Smart City?
8. Dimana posisi anak muda dalam fenomena ini dan apa yang harus
kita lakukan?

Referensi lain :
1. https://id.techinasia.com/apa-itu-smart-city-dan-penerapan-di-indonesia
2. https://www.propertiterkini.com/smart-city-solusi-laju-urbanisasi-kota/
3. Purnomowati, Wiwin. & Ismini. (2014). Konsep smart city dan
pengembangan pariwisata di kota Malang. Jurnal JIBEKA, 65-71.
Komite Sosial Politik
“Questioning Indonesia’s Policy and System”
Latar Belakang, Dikemukakan bahwa good governance sebagai
suatu terminologi yang populer sejak awal tahun sembilan puluhan,
seolah-olah formula yang baru diketemukan untuk terapi mekanisme
pemerintahan suatu negara agar berjalan secara demokratis. Good
governance dengan begitu saja disama artikan dan telah menggeser
terminologi lama, yaitu good governance, yang dipandang tidak mujar-
ab lagi. Dalam penyelenggaraan pemerintahan, good governance ses-
ungguhnya bukanlah suatu formula yang baru, melainkan suatu asas
atau prinsip yang telah berusia ratusan tahun dan yang seharusnya
menjadi sendi-sendi pemerintahan dalam negara demokrasi modern,
yaitu bagaimana penyelenggaraan pemerintahan tersebut mengede-
pankan prinsip partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas, serta mem-
buka ruang bagi keterlibatan warga masyarakat.

Lembaga Administrasi Negara (LAN) mengartikan good governance


sebagai proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melak-
sanakan penyediaan public goods and services. Good governance
memiliki beberapa prinsip dalam upaya pengembangan pelayanan
publik, yaitu :
1. Transparansi/Keterbukaan,
2. Akuntabilitas (Accountability) Pelayanan Publik,
3. Responsivitas (Responsiveness) Pelayanan Publik,
4. Keadilan (Fairness) yang merata,
5. Efesiensi dan Efektivitas (Efficiency & Effectiveness),
6. Partisipasi (Participation) dalam pelayanan publik

Dalam rangka memberikan kualitas pelayanan yang baik dari apara-


tur negara, pemerintah membuat peraturan Undang-Undang No. 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Maksud diterapkannya petunjuk
teknis ini adalah untuk memberikan kepastian hukum dalam hubungan
antara masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik.
Sementara tujuan ditetapkannya petunjuk teknis ini adalah agar terwu-
judnya batasan dan hubungan antara masyarakat dengan penyeleng-
gara pelayanan publik, memberikan perlindungan dan kepastian hukum
bagi masyarakat, dan untuk terwujudnya penyelenggaraan pelayanan
publik yang layak sesuai dengan peraturan perundang-undang.
Pelayanan Publik saat ini memiliki berbagai kelemahan, sebagaima-
na diungkapkan oleh Mohamad (2003): Kurang responsif, Kurang infor-
matif, Kurang accessible, Kurang koordinasi, Kurang Birokratis, Kurang
mau mendengar keluhan, saran, dan aspirasi masyarakat, Kurang
Inefisien. Sementara itu, dari sisi kelembagaan, kelemahan utama
sistem pelayanan publik adalah terletak pada disain organisasi yang
tidak dirancang khusus dalam rangka pemberian pelayanan kepada
masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan pelayanan yang diberikan
penuh dengan birokrasi yang berbelit-belit serta tidak terkoordinasi.
Terdapat beberapa kelemahan mendasar pelayanan publik oleh pemer-
intah antara lain menurut Suprijadi (2004): Kesulitan pengukuran output
maupun kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintah.

ISO 9001 merupakan salah satu tools dalam menentukan standar


output. Hal tersebut dapat digunakan pemerintah dalam mengukur
output yang dihasilkan. Berikut merupakan klausa ISO 9001, yaitu :
1. Scope
2. Normative reference
3. Term and definition
4. Context of the organization
5. Leadership
6. Planning
7. Support
8. Operational
9. Performance evaluation
10. Improvement
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pemahaman pemuda mengenai sistem good gover-
nance?
2. Menurut anda, bagaimana penerapan sistem pelayanan publik di
Indonesia dan Kota Malang saat ini?
3. Jika dikaitkan dengan pemaparan mengenai ISO 9001, apakah kuali-
tas ouput pelayanan Indonesia sudah sesuai standar?
4. Menurut kacamata anda, apa dampak yang akan terjadi jika good
governance diterapkan di Indonesia maupun Kota Malang?
5. Dimana peran pemuda dalam pengawasan pemerintah dan pening-
katan kesejahteraan masyarakat?

REFERENSI LAIN:
1. https://radarkudus.jawapos.com/read/2019/03/19/126040/de
wan-komitmen-tingkatkan-integritas-untuk-wujudkan-good-governance
2. https://www.kompasiana.com/bagaskristia-
ji/5c04527b12ae9441bd4ab482/good-governance-prinsip-dan-penerapan
3. https://hai.radarmalang.id/wahana-wisata-baru-swas-
ta-dan-good-governance/
4. https://m.detik.com/news/kolom/d-4012818/mewujudkan-good-gov-
ernance-melalui-inovasi
Komite Ekonomi
“Are We Ready for Making Indonesia 4.0?”
Latar Belakang, Revolusi Industri berkaitan erat dengan karakteristik
tertentu seperti big data, internet of things, cloud computing, dan
cognitive computing. Semua karakteristik tersebut bermuara pada
terciptanya cyber physical system atau yang dikenal sebagai robotisasi
yang mulai banyak digunakan di Industri.

65 persen manusia sekarang tidak


mengetahui nantinya memiliki
profesi seperti apa. Di sisi lain,
75-375 juta manusia di dunia juga
terancam beralih profesi di era Rev-
olusi Industri (RI) 4.0 ini,”
-Prof. Dr. Catur Sugiyanto, M.A.,
Guru Besar FEB UGM.

Sejarah revolusi industri dimulai dari industri 1.0, 2.0, 3.0, hingga
industri 4.0. Fase industri merupakan real change dari perubahan yang
ada. Industri 1.0 ditandai dengan mekanisasi produksi untuk
menunjang efektifitas dan efisiensi aktivitas manusia, industri 2.0
dicirikan oleh produksi massal dan standarisasi mutu, industri 3.0
ditandai dengan penyesuaian massal dan fleksibilitas manufaktur
berbasis otomasi dan robot. Industri 4.0 selanjutnya hadir
menggantikan industri 3.0 yang ditandai dengan cyber fisik dan
kolaborasi manufaktur (Hermann et al, 2015; Irianto, 2017).

Istilah industri 4.0 berasal dari sebuah proyek yang diprakarsai oleh
pemerintah Jerman untuk mempromosikan komputerisasi manufaktur.
Revolusi digital dan era disrupsi teknologi adalah istilah lain dari industri
4.0. Disebut revolusi digital karena terjadinya proliferasi komputer dan
otomatisasi pencatatan di semua bidang. Industri 4.0 dikatakan era
disrupsi teknologi karena otomatisasi dan konektivitas di sebuah
bidang akan membuat pergerakan dunia industri dan persaingan
kerja menjadi tidak linear.
Kemajuan teknologi yang berkembang sangat pesat menyebabkan
bergesernya tatanan di setiap sektor perekonomian suatu negara.
Dalam memajukan perekonomian sebuah negara, yang menjadi salah
satu hal fundamental adalah sektor industri. Dalam hal industri tentunya
diperlukan alat-alat produksi ataupun pengolahan yang dapat menun-
jang kinerja dari industrial tersebut, dengan adanya kemajuan teknologi
yang sangat pesat banyak sektor industri yang menggunakan Artificial
Intelligence atau kecerdasan buatan. Fenomena tersebut dikaitkan
atau sering kita dengar disebut sebagai Revolusi Industri 4.0, yang
artinya adalah industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi
dengan teknologi cyber. Hal ini merupakan tren otomatisasi dan pertu-
karan data dalam teknologi manufaktur. Pada era ini, industri mulai
menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin dan
data, sehingga sudah berada dan dapat di akses dimanapun (Internet
of Things (IoT).

Menanggapi fenomena Revolusi Industri 4.0 tersebut, maka Indonesia


telah menyusun Roadmap Making Indonesia 4.0 yang menargetkan
Indonesia pada tahun 2030 akan menjadi Top 10 Global Economy.
Roadmap tersebut telah disosialisasikan oleh Presiden Republik Indo-
nesia Joko Widodo melalui pidatonya pada tahun 2018 lalu. Didalam
roadmap tersebut, Indonesia akan memfokuskan terhadap lima sektor
manufaktur, yaitu:
1. Makanan dan Minuman
2. Tekstil
3. Otomotif
4. Kimia
5. Elektronik

KLAUS SCHWAB, “THE FOUTH INDUSTRIAL REVOLUTION” , HLM. 12


Beberapa pertanyaan pun muncul di muka publik yang menanya-
kan apakah kita sudah mampu menerapkan Making Indonesia 4.0
dengan berbagai resikonya. Khususnya ancaman terhadap tenaga
kerja, seiring dengan banyaknya manufaktur industri yang menggu-
nakan otomatisasi guna mempercepat proses produksi, maka terlihat
terdapat potensi ancaman terhadap tenaga kerja Indonesia yang akan
mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Yang mana apabila
sering terjadinya hal tersebut dapat memberikan dampak signifikan
terhadap penurunan perekonomian di Indonesia.

Namun apabila kita lihat disisi lain, potensi untuk tersedianya lapangan
pekerjaan pun tersedia, namun tersedia bagi masyarakat yang memiliki
inisiatif untuk membuat manufaktur industri sendiri dengan berbagai
kemajuan teknologi yang tersedia. Sehingga hal tersebut lebih dituju-
kan terhadap masyarakat yang memiliki modal terlebih dahulu. Dengan
adanya potensi – potensi di atas, Apakah Indonesia sudah siap untuk
menerapkan Making Indonesia 4.0 di hari hari ini.
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah dengan revolusi industry 4.0 yang menyebabkan
ketidaksediaan lapangan pekerjaan dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat?
2. Bagaimanakah penerapan revolusi industry 4.0 dalam memajukan
perekonomian Indonesia?
3. Apakah 5 fokus industri tersebut dapat memajukan perekonomian
Indonesia?
4. Fokus industri yang manakah yang cocok di implementasikan dalam
Kota Malang?
5. Bagaimanakah peran pemuda Indonesia dalam fenomena ini?

Referensi lain:
1.https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4474423/kementan
-dorong-sektor-pertanian-masuki-revolusi-industri-40
2.https://edukasi.kompas.com/read/2019/03/17/21013031/siapkah-ind
onesia-menghadapi-revolusi-industri-40
3.https://kumparan.com/kabarbisnis/revolusi-industri-4-0-perkuat-prod
uksi-dan-efisiensi-pertanian-1552987122461503250
Indonesian Future Leaders Chapter Malang
Papa Bear 8 Dinner, Jl. Mayjend Panjaitan
no. 56-58 Malang
web : www.iflmalang.org

@cyim2019 @frc4843o @IFL_Malang

Anda mungkin juga menyukai