FARMASI FORENSIK
Oleh :
B.1.A/162200012
JURUSAN FARMASI
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Bidang farmasi berada dalam lingkup dunia kesehatan yang berkaitan erat
dengan produk dan pelayanan produk untuk kesehatan. Dalam sejarahnya,
pendidikan tinggi farmasi di Indonesia dibentuk untuk menghasilkan apoteker.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1990 tetang masa bakti dan ijin
kerja apoteker menyatakan, yang dimaksudkan dengan apoteker adalah sarjana,
farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan
apoteker. Seorang apoteker guna dapat menjalankan pekerjaan kefarmasian
memerlukan surat ijin kerja dari pemerintah.
Apoteker yang baru lulus oleh pemerintah diberikan Surat Penugasan, yang
diberikan kewenangan kepada apoteker yang besangkutan untuk menjalankan
pekerjaan kefarmasian dan memberi tanggungjawab dalam upaya pengendalian
dan pengawasan perbekalan farmasi. Profesi apoteker adalah keahlian yang
menjadi tugas, wewenang dan tanggung jawab apoteker sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dan sumpah apoteker (PP no 41 tahun 1990, Pasal 21).
Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian dikenal dengan
Pelayanan non resep merupakan pelayanan kepada pasien yang ingin melakukan
pengobatan sendiri, dikenal dengan swamedikasi. Swamedikasi sendiri bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri
guna mengatasi masalah kesehatan secara tepat, aman, dan rasional. Oleh sebab
itu peran apoteker di apotek dalam pelayanan KIE serta pelayanaan obat kepada
masyarakat perlu ditingkatkan dalam rangka pengobatan sendiri. Obat untuk
swamedikasi meliputi obat-obatan yang dapat digunakan tanpa resep yang
meliputi obat OWA, obat bebas, dan obat bebas terbatas (Wirasuta, 2014).
1.2 Tujuan
Mengetahui peraturan kesehatan yang bertentangan dengan kebijakan aturan
kefarmasian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Wirasuta IMAG, 2014, Riview trend perkembangan dunia farmasi dan tempat
pengabdian profesi farmasi, Jurnal OJS UNUD.
Anderson, P. D. (2000), An Introduction to Forensic Pharmacy The Application of
Pharmacy to Other Legal Issues Examples of Forensic Pharmacy.
Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1990 tetang masa bakti dan ijin kerja
apoteker.
Peraturan Pemerintah RI No. 35 tahun 2014 tentang standar pelayanan
kefarmasian di apotek.
UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan.
UU No. 7 tahun 1963 tentang Farmasi.
Kep Menkes No 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang pelayanan kefarmasian.
Peraturan Menteri Kesehatan No: 919/MENKES/PER/X/1993 tentang obat yang
dapat diserahkan tanpa resep.
SK Menteri No. 347/MENKES/SK/VII/1990 tentang obat wajib apotek.
Keputusan menteri kesehatan No. 924/MENKES/PER/X/1993 tentang Daftar
OWA 2.
PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan Kefarmasian.
Undang-Undang No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Lampiran – lampiran
1. Permasalahan UU no 23 tahun 1992
2. Permasalahan PP 51 tahun 2009.